Você está na página 1de 7

Apa saja imunisasi wajib

BCG
Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi
sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu.
BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.

Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-
6 bulan.

Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah
karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan
anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama
setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6
bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri,
Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari
enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur
18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam
program BIAS SD kelas VI.

Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada
program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.

Ketujuh penyakit tersebut harus dicegah dengan imunisasi secara wajib. Mengapa?
Karena penyakit-penyakit tersebut yang menimbulkan kematian, cacat, serta
pasiennya juga paling banyak. Setiap negara akan berbeda apa yang diwajibkan,
tergantung kondisinya. Misalnya TBC, di Amerika mungkin sudah enggak ada TBC,
jadi anak-anak di sana enggak perlu lagi dikasih imunisasi BCG. Begitu juga jika kita
membawa bayi ke New York, misalnya, Pneumokokus mungkin menjadi wajib di
sana, jelas Sri.

Kondisi Harus Fit


Selain tujuh penyakit yang wajib dicegah, ada penyakit-penyakit lain yang bisa
dicegah dan ada imunisasinya. Yang ini sifatnya dianjurkan, tergantung
orangtuanya. Kalau yang wajib, pemerintah memberikan secara cuma-cuma, jika
datang ke instansi kesehatan yang ada di pemerintah, misalnya rumah sakit
pemerintah, posyandu, dan puskesmas, kecuali ke dokter swasta, ya, harus bayar.
Tapi kalau yang dianjurkan, tidak diberikan secara cuma-cuma, ujar Sri. Vaksin-
vaksin tersebut adalah Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A,
dan Varisela.

Hib dan Pneumokokus (PCV) mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Vaksin
diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval dua bulan, sebanyak 3 kali. Imunisasi
Hib kemudian diulang saat anak berumur 15-18 bulan, sedangkan PCV diulang saat
anak berusia 12-15 bulan.

Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat
terus diberikan hingga dewasa. MMR merupakan pengulangan vaksin campak,
ditambah dengan Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak
usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.

Tiga vaksin lain yang dianjurkan adalah Tifoid untuk mencegah Typus, Hepatitis A,
dan Varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Tifoid dan Hepatitis A diberikan
pada anak usia di atas 2 tahun. Tifoid dapat diulang setiap 3 tahun, sedangkan
Hepatitis A hanya diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. Varisela mulai
diberikan saat anak berusia di atas 10 tahun.

Anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Menurut Sri,
imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke
dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk
kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit,
misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika
dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja
sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi. Tapi kalau penyakit
ringan seperti batuk-pilek biasa, enggak apa-apa. Kecuali batuk-pilek dengan
demam tinggi, ya, jangan. Kalau diare-diare sedikit, juga enggak apa-apa, jelas Sri.

Yang sangat berbahaya, menurut Sri, jika anak memiliki kekebalan tubuh yang
rendah. Misalnya anak itu kena AIDS, atau penyakit berat lain seperti kanker.
Berbahaya juga jika anak tengah meminum obat-obat khusus yang menurunkan
daya tahan. Itu enggak boleh. Jika ada anak yang mengalami kondisi-kondisi
seperti ini, harus menunggu hingga ia sembuh, minimal hingga kondisinya sedang
bagus. Jika sedang minum obat, ditunggu hingga obatnya selesai.

1. Imunisasi BCG, Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan


keberadaan virus tubercle bacii yang hidup didalam darah. Itulah mengapa agar memiliki
kekebalan aktif, dimasukkan jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi
BCG (Bacillus Celmette-Guerin)
2. Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah
masuknya VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat
menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan
kanker hati.

3. Imunisasi Polio, Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus
polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan.

4. Imunisasi DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus,
dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil.

5. Imunisasi Campak, Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari


ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun
sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Morbili.

6. Imunisasi HIB. Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib. Imunisasi Hib tidak
dapat melindungi kanak- kanak daripada mendapat penyakit yang disebabkan oleh
bakteria/ virus yang lain. Kanak- kanak mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan
radang paru- paru, radang selaput otak atau selesma. Semua bayi berumur 2, 3 dan 5
bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2
bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3

7. Imunisasi Rotavirus Rotavirus merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak


dan menyebabkan kematian. Studi terbaru mengungkapkan vaksin rotavirus terbukti
efektif dan memberikan perlindungan yang luas. Baru-baru ini sebuah vaksin rotavirus
diperkenalkan dan telah terbukti sangat efektif serta memiliki beberapa manfaat yang
tidak terduga. Hal ini karena vaksin tersebut memberikan perlindungan yang lebih luas
bagi anak yang menerima vaksin dan orang-orang disekitarnya. Para peneliti yang
mengevaluasi vaksin tersebut menyimpulkan vaksin ini efektif karena terbukti
menurunkan pasien rawat inap akibat diare di rumah sakit sebanyak 50 persen.
Penurunan ini terjadi hanya setelah 2 tahun program imunisasi dimulai.

8. Imunisasi Pnemokokus. Vaksin pneeumokokus konjungat merupakan vaksin kedua yang


digunakan untuk mencegah radang selaput otak (Hib adalah yang pertama). Dulu
vaksinini hanya dianjurkan untuk dewasa berusia 65 tahun atau lebih dan tidak
digunakan pada anak karena tipe vaksin yang terdahulu (polisakarida) tidak bagus
digunakan pada anak. Vaksin ini memberikan kekebalan terhadap 7 strain bakteri
pneumokokus penyebab terbanyak infeksi serius pada anak. Vaksin ini baru dapat
mencega infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia (radang paru), dan bakteremia
akibat bakteri pneumokokus. Bayi harus mendapatkan vaksin ini sebanyak 4 dosis, yang
diberikan pada usia 2, 4, 6 dan 12 15 bulan. Anak yang berusia lebih tua tidak
memerlukan pengulangan dosis sebanyak ini. Konfirmasi dengan dokter anak jika anak
anda mulai mendapatkan vaksin pada usia yang lebih tua. Untuk anak berusia lebihdari
5 tahun yang ingin diberikan imunisasi dapat diberikan vaksin pneumokokus
polisakarida. Vaksin pneumokokus dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya
9. Imunisasi influenza. Imunisasi influenza untuk pencegahan influenza musiman.
Influenza (flu) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Ada berbagai jenis
virus flu, dimana mereka sering ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala influenza
suhu tinggi (demam), nyeri otot, batuk, sakit kepala dan kelelahan yang ekstrim. Flu
biasanya berlangsung selama antara dua dan tujuh hari dan biasanya membaik secara
spontan. Kebanyakan orang bisa sembuh sepenuhnya, tetapi komplikasi, seperti infeksi
dada atau pneumonia, berkembang di beberapa kasus.

Info Imunisasi | Definisi Vaksin

Home

Vaksin

Penyakit

Tanya Dokter

Tentang Anakku

Perspektif

News

Daftar Rumah Sakit

Video

Distributor

Definisi Vaksin
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan
antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga
dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan
penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein,
peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau
hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin.
Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu
menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.

JENIS-JENIS VAKSIN

1. Live attenuated vaccine

Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya
dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan
reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun sehingga
diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen

Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda

Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat.

Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai 95%

Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosisi asli
dan berperan sebagai imunisasi ulangan
Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid, vaksin campak,
gondongan, dan cacar air (varisela).

2. Inactivated vaccine (Killed vaccine)

Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan
pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau
virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam bentuk
antigen

Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak
menimbulkan imunitas seluler

Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis ulangan,
dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu dan
menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul setelah dosis kedua dan
ketiga

Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody

Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia pneumokokal,
vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.

3. Vaksin Toksoid

Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan
racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin
kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang
mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama
satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan
imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus
4. Vaksin Acellular dan Subunit

Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari
gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.
Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.
5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang
dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau
determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat
pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
6. Vaksin Rekombinan

Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang
diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel
bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan
vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa
gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus
disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan
epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)

Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam
menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam
suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke
dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai
episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang
dikodenya.

Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang
akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang
mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian.
Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan
bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis
pada manusia saat ini sedang dilakukan.

Você também pode gostar