Você está na página 1de 9

PROSPEK PROFESI JASA KOSNTRUKSI

OLEH : ANDRE JONATHAN


KELAS : TPJJ-5B

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan (TPJJ) merupakan bagian dari teknik sipil

yang merupakan ilmu terapan yang mencakup pembangunan jalan, jembatan, runway

bandara, by-pass dan lain-lain. Sebelum berbicara mengenai prospek jasa konsrtuksi terlebih

dahulu kita mengetahui apa itu prospek dan jasa konstruksi.


Prospek merupakan kondisi peluang yang akan dihadapi oleh perusahaan atau

perseorangan dimasa yang akan datang baik kecendrungan untuk meningkatkan atau

menutup.
Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, "Jasa Konstruksi" adalah layanan

jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan

konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. "Pekerjaan

Konstruksi" adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau

pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,

elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan

suatu bangunan atau bentuk fisik lain.


Seiring dengan berkembangnya jaman, peluang kerja dalam bidang jsa konstruksi

semakin terbuka lebar. Untuk Indonesia sendiri sedang berkembangnya jasa dibidang

konstruksi dapat diliha dari banyaknya pembangunan di bidang konstruksi seperti, MRT di

Jakarta, Otorita Danau Toba, Pembangunan jalan Tol Medan-KualaNamu-Tebing tinggi dll.

Oleh sebab itu pemerintah atau pihak swasta sedang mencari orang-orang yang berkompten

dalam bidang konstruksi.

Pada saat ini industri konstruksi nasional belum siap benar untuk menghadapi perdagangan

bebas. Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas dan globalisasi harus disikapi dengan

tepat bagaimana memanfaatkan segi-segi positifnya dan meminimalkan dampak buruknya bagi

kepentingan Industri konstruksi nasional. Dengan pengalaman melaksanakan berbagai proyek

di tanah air industri konstruksi telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ekonomi

nasional.
Hal ini tentu bisa menjadi peluang sekaligus hambatan yang cukup besar bagi

lulusan TPJJ (Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan). Tetapi dibalik peluang yang besar

terdapat tantang yang besar pula, seperti halnya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana

masyarakat Asia bebas mecari pekerjaan dimana saja terutama di Indonesia. Ini merupaka

tantangan yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia dalam mencari

pekerjaan.Masyarakat dituntut harus mampu bersaing dengan negara luar dalam bidang-

bidang tertentu terutama bidang konstruksi. Tentunya masih banyak lagi peluang dan

tantangan bagi lulusan D4 TPJJ (Teknik Perancangan Jalan can Jembatan), oleh karena itu

didalam makalah ini akan di bahas mengenai peluang dan tantangan prospek jasa konstruksi

bagi lulusan D4 TPJJ (Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan.

BAB II
PERMASALAHAN

A. Permasalahan
1. Apa saja prospek jasa konstruksi bagi lulusan D4 TPJJ?
2. Apa saja tantangan yang dialami oleh lulusan D4 TPJJ?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh lulusan D4

TPJJ?

BAB III

PEMBAHASAN

1. Apa saja prospek jasa konstruksi bagi lulusan D4 TPJJ?

Teknik Sipil merupakan ilmu terapan yang mencakup teknologi merancang,

membangun, dan memelihara serta memperbaiki bangunan. Bangunan yang dimaksud di


sini sangat beragam, mulai dari bangunan rumah sederhana dan gedung-gedung bertingkat,

jembatan, bendungan, hingga bangunan sarana dan prasarana transportasi, jembatan,

bendungan, pengairan, prasarana produksi, hingga bangunan-bangunan lepas pantai seperti

pada fasilitas pengeboran minyak lepas pantai, serta berbagai fasilitas pembangkit dan

transmisi energi. Singkatnya, di setiap saat ketika kita melintas di jalan raya, sewaktu

berjalan-jalan di kawasan gedung pertokoan ataupun saat berkunjung ke bandara, semua

yang kita lihat dan manfaatkan merupakan hasil karya lulusan Teknik Sipil. Program studi

D4 TPJJ (Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan) adalah bagian dari teknik sipil juga.

Program Sarjana Terapan Perancangan Jalan Dan Jembatan diharapkan mampu melakukan

fungsi manajerial, perencanaan, pelaksanaan pengawasan pemeliharaan dan pemecahan

masalah dalam perancangan Jalan dan Jembatan yang kompleks secara mandiri dan

professional. Pendidikan Diploma IV merupakan pendidikan yang beorientasi pada

kompetensi professional yang ingin dicapai dalam bidang perencanaan Jalan dan Jembatan.

Kompetensi tersebut harus mampu mencakup Logical Skill, Oral Comunication Skill, ability

to work in team setting, analytical skill, written communications skill, knowledge of

technology information. Prospek profesi jasa konstruksi bagi lulusan TPJJ juga sangan

banyak seperti dalam bidang jalan, jembatan, runway bandara, rel kereta api, bay-pass jalan

dll.

Bidang Pekerjaan

1. PNS/BUMN : Pemerintah kota/kabupaten/propinsi, pegawai DPU,

Dep.
Perhubungan, Kepmendiknas, bidang konstruksi.
2. Kontraktor : Kepala pelaksana / pimpinan proyek pada pekerjaan Jalan

dan
Jembatan.
3. Konsultan : Perencana yunior, pengawas pelaksana pada bangunan
Jembatan.
4. Real Estate : Pelaksana, pemasaran, manager pelaksanaan jalan dan
jembatan.

5. Wirausaha : Pemborong konstruksi, pemborong jasa laboratorium,


industry bahan bangunan

Di era sekarang lulusan D4 TPJJ masih memiliki peluang yang sangat besar, apalagi

dengan adanya MEA yang memberikan dampak besar bagi semua bidang terutaa di bidang

konstruksi. Dengan adanya MEA masyaraka Indonesia bebas bersaing dengan pesaing dari
luar. Ini adalah kesempatan yang sangat besar. Pemerintah sendiri sudah bertekad untuk

meningkatkan kompetensi tenaga konstruksi terampil dari 1,7 juta orang menjadi 3,6 juta

pada 2014 untuk mendukung proyek masterplan percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia (MP3EI). Pada tahun 2014, pemerintah menargetkan peningkatan

kuantitas dan kualitas jumlah tenaga konstruksi Indonesia menjadi sekitar 5,8 juta hingga 6

juta dengan komposisi tenaga ahli 10%, tenaga terampil menjadi 60% dan tenaga tidak

terampil turun menjadi 30%. Peningkatan jumlah tenaga konstruksi ini penting untuk

mengimbangi banyaknya proyek pemerintah dalam program MP3EI.

Peningkatan kompetensi tenaga konstruksi di Indonesia dilakukan melalui

pembinaan kompetensi dan pelatihan konstruksi secara menerus yang dilanjutkan dengan

sertifikasi, penghargaan, dan perlindungan. Pemerintah meningkatkan kualitas SDM

konstruksi antara lain dengan menyelenggarakan pelatihan dengan berbagai macam variasi

model, perluasan kerja sama pelatihan dengan berbagai pihak, mendorong tumbuhnya

lembaga pelatihan, dan menyetarakan kompetensi regional melalui registrasi dan partisipasi

tenaga konstruksi. MEA juga menjadi peluang memperluas pasar jasa konstruksi di

Indonesia.

2. Apa saja tantangan yang dialami oleh lulusan D4 TPJJ?


Dalam mencapai suatu tujuan pastilah banyak tantangan yang harus dilalui. Dalam

bidang konstruksi sangat banyak tantangan yang akan dihadapi bagi lulusan D4 TPJJ. Selain

menjadi peluang yang besar dalam bidang konstruksi di Indonesia, MEA dapat menjadi

tantangan yang sangat besar bagi para tenaga profesi. Disamping itu, kualitas sumberdaya

manusia di Indonesia juga masih rendah sehingga sangat susah bersaing di MEA.
Komposisi tenaga kerja Indonesia di sektor jasa konstruksi dinilai masih belum

seimbang.Padahal, hal tersebut perlu untuk menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Karena, dalam pemberlakuan pasar tunggal ASEAN 2015,

akan terjadi persaingan yang semakin terbuka di antara tenaga kerja konstruksi asing dengan

domestik.

Dari 6,34 juta jumlah tenaga kerja konstruksi Indonesia yaitu 60 persen berupa

unskilled labour, 30 persen skilled labour, dan hanya 10 persen yang merupakan tenaga

ahli. Semua penyedia jasa konstruksi dan pemangku kepentingan jasa konstruksi diajak

untuk saling bahu-membahu dalam menyikapi peluang dan tantangan terkait pasar tunggal

ASEAN 2015. Berdasarkan data LPJKN, tenaga ahli bersertifikat di sektor konstruksi

sebanyak 48, 761 (7,71 %) dari total tenaga ahli, sementara tenaga terampil bersertifikat

sebanyak 109.723 (5,38%) dari total tenaga terampil. Kondisi ini tentunya perlu menjadi

perhatian, mengingat dalam MEA 2015 akan terjadi mobilisasi terbuka tenaga kerja

professional lintas Negara dalam kawasan ASEAN sebagai tindak lanjut dari kesepakatan

pengakuan tenaga professional di bidang jasa (Mutual Recognition Arrangements/ MRAs).

gambaran tenaga kerja sektor konstruksi di atas hendaknya menadi cambuk bagi kita semua

untuk terus meningkatkan kompetensi tenaga kerja Indonesia sektor konstruksi agar dapat

bersaing dengan tenaga kerja kerja asing dari kawasan ASEAN. Hal ini menjadi masalah

yang memprihatinkan.
Tantangan lain yang dihadapi lulusan D4 TPJJ yaitu kejelasan mengenai status

sarjana. Di beberapa sector perusahaan swasta maupun pemerintah (BUMN) D4 masih

belum banyak yang mengtahuinya, misalnya pada saat penerimaan karyawan baru yang di

minta biasanya lulusan S1 atau D3. Sehingga membuat lulusan D4 enggan untuk melamar

ke perusahaan tersebut. Berdasarkan UU yang berlaku seharusnya D4 sudah setara dengan

S1 tetapi nyatanya masih belum banyak yang tahu akan hal ini. Dan membuat lulusan D4

mendaftar di suatu instansi yaitu setara dengan D3.

Indonesia sebagai pasar jasa konstruksi terbesar di ASEAN masih memiliki berbagai

tantangan yang perlu ditangani secara serius oleh seluruh pemangku kepentingan. Hal ini

perlu dilakukan agar pasokan jasa konstruksi dapat dipenuhi oleh sumber daya nasional

yang ada. Beberapa tantangan tersebut adalah:

Output pendidikan formal yang belum siap kerja;


Kualitas SDM Indonesia yang tidak merata (kesenjangan pembangunan ekonomi,
gap antara Indonesia Bagian Barat dan Bagian Timur;
Kualitas kompetensi tenaga kerja (pendidikan, pengalaman, bahasa, dll);
Belum semua industri merekrut SDM-nya berbasis kompetensi;
Prosedur, persyaratan dan kualifikasi/standar profesi pemasok jasa dan tenaga kerja
sektor jasa belum komprehensif;
Kurang minat ekspansi di negara ASEAN lain; bila pasar tenaga kerja
domestic masih ada, mengapa harus mencari di luar?
Kurangnya dukungan akses permodalan/pembiayaan bagi para pelaku usaha
sector jasa nasional;
Ketidakjelasan arah pengembangan sektor jasa jangka menengah-panjang
membuat perencanaan bisnis cenderung terbatas pada jangka pendek menengah.

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh lulusan D4 TPJJ?

Solusi untk mengatasi tantangan tersebut yaitu dengan mulai memperbaiki SDM kita

sendiri. Peningkatan kompetensi tenaga konstruksi di Indonesia dilakukan melalui pembinaan

kompetensi dan pelatihan konstruksi secara menerus yang dilanjutkan dengan sertifikasi,

penghargaan, dan perlindungan.

Pemerintah meningkatkan kualitas SDM konstruksi antara lain dengan

menyelenggarakan pelatihan dengan berbagai macam variasi model, perluasan kerja sama

pelatihan dengan berbagai pihak, mendorong tumbuhnya lembaga pelatihan, dan

menyetarakan kompetensi regional melalui registrasi dan partisipasi tenaga konstruksi.

Pada tahun 2014 telah direalisasikan sebanyak 388 tenaga kerja konstruksi nasional yang

telah dilatih dan mendapatkan sertifikasi kompetensi. Program sertifikasi yang dilanjutkan dengan

peningkatan kemampuan tenaga kerja konstruksi nasional melalui berbagai kegiatan pelatihan

yang berkesinambungan harus dapat dilakukan di setiap daerah. Tentu peningkatan kualitas SDM

yang akan dimiliki oleh tenaga kerja konstruksi nasional harus diimbangi dengan kompensasi

yang tepat agar migrasi tenaga kerja konstruksi nasional yang bekerja di perusahaan konstruksi

nasional ke perusahaan konstruksi asing dapat diminimalkan.

Sertifikasi kompetensi memberikan beberapa keuntungan bagi tenaga kerja konstruksi yaitu:

Membantu tenaga profesi meyakinkan kepada organisasi/industri/kliennya bahwa

dirinya kompeten dalam bekerja atau menghasilkan produk atau jasa dan

meningkatkan percaya diri tenaga profesi.


Membantu tenaga profesi dalam merencanakan karirnya dan mengukur tingkat pencapaian

kompetensi dalam proses belajar di lembaga formal maupun secara mandiri.


Membantu tenaga profesi dalam promosi profesinya dipasar tenaga kerja

Untuk mendukung program sertifikasi kompetensi diperlukan dukungan dari lembaga

pendidikan dan pelatihan kerja yang maksimal. Balai-balai latihan kerja perlu

diperbanyak dan diperkuat sarana pendidikan dan pelatihannya.


Berdasarkan data Lembaga Pembina Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) 2015, jumlah

tenaga ahli konstruksi nasional mencapai 109.007 tenaga ahli, sementara untuk

tenaga terampil mencapai angka 387.420 tenaga terampil.

BAB IV

SIMPULAN dan SARAN

A. Simpulan
Peluang bagi lulusan D4 TPJJ sangat besar, seperti sebagai PNS, Kontrator,

Konsultan dll.
MEA dapat dikatakan sebagai peluan yang besar bagi lulusan D4 TPJJ
Pemngabunan Infrastruktur di Indonesia dapat dkatakan sebagai peluang bagi

lulusan D4 TPJJ
Kualitas SDM menjadi tatangan yang medasar bagi lulusan D4 TPJJ
MEA juga merupaka tantangan yang besar bagi Lulusan D4 TPJJ
Peningkatan SDM dliakukan dengan cara memberikan pelatihan kerja bagi semua
Pemberian sertifikat sebagai bukti tenaga ahli atau tenaga terampil
Peluang dan tangtangan harus ditanggapi dengan baik

B. Saran
Dalam dunia konstruksi sebaiknya tenaga kerja harus mempersiapkan diri lagi lebih

matang dngan memperbaiki kualitas diri dan kemampuan sendiri agar mampu bersaing di

MEA yang merupakan tantangan terbesar . Lebih meningkatkan pecaya diri .


Pemerintah juga harus mengabil kebijakan yaitu dengan memberikan pelatihan can

pendidikan bagi calon tenaga kerja sertamemberikan sertifikat keterampilan bagi yang

layak mendapatkannya.
BAB 5

PENUTUP

Dalam era sekarang ini tenaga kerja harus lebih meningkatkan kualitas SDM masing-masing

dan kemampuan individu guna untuk bersaing di dalam dunia konstruksi. MEA akan menjadi ajang

dimana semua orang akan bersaing demi pendapatkan posisi atau pekerjaan yang layak dengan

kemampuan yang dimilikinya.

Undang-undang Jasa Konstruksi telah menggaris bawahi peran penting sektor jasa konstruksi

dalam pembangunan untuk menciptakan bangunan fisik yang berfungsi mendukung pertumbuhan

ekonomi dan perkembangan sosial ekonomi, maupun mendukung berkembangnya industri

barang dan jasa. Tantangan peningkatan daya saing sebenarnya bersifat universal. Tanpa atau

dengan MEA Pasca 2015, industri konstruksi nasional harus mampu meningkatkan daya saingnya

secara berkesinambungan. Secara konvensional peningkatan daya saing dapat ditempuh melalui

peningkatan produktivitas dan efisiensi.

Bagus atau tidaknya usaha konstruksi berdasarkan pada tenaga kerjanya, apakah tenaga kerja

tersebut berkompetensi atau tudak dan tergantung pada kualitas SDM masing-masing.

Você também pode gostar