Você está na página 1de 19

Audit Persediaan dan Gudang

Di Tulis Dalam Rangka Mengikuti Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi II


Dosen Pengampu : Thoufan Nur, S.E., M.SA., Ak.

Disusun Oleh :
Kelompok V
Octalia Irawati (201410170311000)
Rahayu Novianti (201410170311095)
Dessy Permatasari (201410170311108)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Muhammdiyah Malang
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Terimakasih kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini. Terimakasih pula kami ucapkan kepada Dosen yang telah banyak memberikan
bimbingan serta arahan dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan serta tidak pernah luput dari
segala kesalahan serta kekeliruan, bukan tidak mungkin masih terdapat banyak kesalahan
serta kekeliruan di dalam makalah ini. Oleh karena itu keritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan sebagai kerangka acuan kami dalam penysunan
makalah kami di kemudian hari.

Penulis,

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

Pendahuluan.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

A. Pengertian Persediaan..................................................................................3

B. Perlakuan Akuntansi atas Persediaan...........................................................4

C. Tujuan Audit atas Persediaan.......................................................................5

D. Sistem Pengendalian Internal atas Persediaan.............................................6

E. Prosedur Audit atas Persediaan....................................................................7

F. Program Audit............................................................................................11

BAB III..................................................................................................................13

Kasus......................................................................................................................13

BAB IV..................................................................................................................14

A. Kesimpulan................................................................................................14

B. Saran..........................................................................................................14

Daftar Pustaka........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai munculnya


berbagai jenis perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil (mikro), menengah,
maupun yang berskala besar (makro), menurut kemampuan manajemen untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan ekonomis. Kemampuan ini
memerlukan informasi sebagai salah satu dasar penting dalam pengambilan keputusan
alokasi sumber daya.
Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula perkembangan
di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang di lakukan tidak hanya pemeriksaan
keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan
objektif serta berorientasi pada tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keaktifan
dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang di periksa. Pada
sebuah perusahaan dagang salah satu informasi yangb disajikan dalam laporan
keuangan adalah nilai persediaan barang dagangan yaitu persediaan barang yang di
miliki dengan tujuan utama untuk di jual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
Secara intern, kesalahan penyajian nilai persediaan barang dagang dapat
menimbulkan kesalahan pengambilan keputusan produksi. Kegiatan pemasaran dan
bahan pembelanjaan perusahaan. Bagi pihak ekstern, kesalahan tersebut dapat
memberikan informasi yang menyesatkan mengenai profitabilitas dan bahkan
kemampuan perusahaan untuk dapat menyelesaikan kewajiban-kewajiban keuangan.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi
akuntansi mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian antara
praktek akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Proses pengujian tersebut di kenal dengan istilah Auditing yang di lakukan oleh
akuntan publik sebagai pihak yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan,
pemilikan dan hubungan baik lainnya dengan organisasi perusahaan yang dapat
mempengaruhi indipenden tersebut.
Rosadi (2007:3), Auditing atas persediaan adalah bagian yang paling
kompleks dan memerlukan waktu yang cukup banyak untuk melakukan suatu
pemeriksaan terdiri dari berbagai macam jenis dan tersebar di beberapa lokasi.
Pengelolaan persaediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
pemeriksaan atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, audit
atas persediaan barang sangat di perlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih,
kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan
bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah
perbaikan. Terdapat dua masalah mengapa suatu perusahaan perlu di audit yaitu :
1. Audit dapat digunakan sebagai perencanaan didalam pengambilan
keputusan baik untuk manajemen puncak, pejabat atau pemberi kredit dan
lembaga lainnya yang mempunyai hubungan ert dalam kegiatan
operasional suatu perusahaan.

1
2. Audit dapat digunakan sebagai pedoman atau alat didalam pengawasan,
apakah suatu perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan
atau tidak..
Oleh karena itu, pihak manajemen perlu melakukan pengamatan dan menilai
kegiatan-kegiatan perusahaan yang dilakukan apakah sudah efektif dan
efisien,tentunya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Salah satu cara yang
ditempuh untuk mengevaluasi persediaan barang dalam suatu perusahaan, maka
perusahaan perlu melakukan audit atas persediaan barang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan persediaan dan audit atas persediaan ?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap persediaan ?
3. Apa saja sistem pengendalian internal yang digunakan atas persediaan ?
4. Apa tujuan dari pemeriksaan atas persediaan ?
5. Bagaimana penetapan prosedur dan program audit atas persediaan ?
6. Bagaimana contoh kasus atas persediaan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari persediaan dan audit atas persediaan.
2. Mendeskripsikan perlakuan akuntansi perkiraan persediaan.
3. Mendeskripsikan SPI perkiraan persediaan.
4. Mengidentifikasi tujuan audit perkiraan persediaan.
5. Membuat program audit perkiraan persediaan.
6. Menjelaskan contoh kasus terkait perkiraan persediaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.14, hal 14.1 s/d 14.2 & 14.9
IAI, 2002, persediaan adalah aktiva:
1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam


proses atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali,
misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan
tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang
jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam
proses produksi.

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi,


dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dijual atau dipakai. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai
realisasi, mana yang lebih rendah (the lower ofcost and net realiable value)

Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Biasanya merupakan aktiva lancar (current assets) karena masa


perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun.

2. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan


industri.

3. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba


rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode
akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total
aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak
penghasilan, pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut
akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah:

1. Bahan baku {raw materials)

2. Barang dalam proses (work in process)

3. Barang jadi (finished goods)

3
4. Suku cadang (spare-parts)

5. Bahan pembantu: olie, bensin, solar

6. Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah


dikirim oleh Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.

7. Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan yang dititip jual


pada perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain
yang dititip jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan/dicatat sebagai
persediaan perusahaan.

B. Perlakuan Akuntansi atas Persediaan

Persediaan merupakan bagian penting dalam proses berjalannya suatu


perusahaan. Dikatakan demikian karena persedian terbilang sangat menentukan
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan nantinya. Jika persediaan yang
dimiliki sangat memadai, maka bukan tidak mungkin ada harapan keuntungan yang
bisa di capai, namun akan sebaliknya, jika persediaan kurang memadai maka akan
berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan perusahaan bersangkutan.
Dan berikut ini ada dua sistem pencatatan untuk persediaan, yaitu :
1. Sistem pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System)
Disebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara
kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau
harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat
diketahui setiap saat. Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang
menjual barang dagangan dengan harga per unit relatif mahal dan setiap unit
barang dimungkinkan memiliki variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan
konsumen. Contoh perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil,
perusahaan pesawat terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual
ini juga bisa diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena
penggunaan wide spreadsheet yang disediakan oleh computer dan penggunaan
scanner untuk mengidentifikasi setiap item persediaan.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual adalah
sebagai berikut:
a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan.
b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan.
c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold)
diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan
di kredit.
f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku
besar pembantu untuk setiap jenis/item persediaan.

2. Sistem pencatatan persediaan periodik (Periodic Inventory System)

4
Disebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan nilai persediaan
hanya akan diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan pembuatan laporan
keuangan. Setiap terjadi transaksi pembelian barang maupun penjualan barang
akun persediaan tidak pernah dimutasi atau tidak pernah didebit jika
adapembelian atau dikredit jika ada penjualan. Akun persediaan akan diperbaharui
nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusunan laporan keuangan
melalui penghitungan fisik persediaan (stock opname) di gudang. Saat ini sangat
sedikit perusahaan yang menerapkan system periodik kecuali untuk perusahaan
kecil yang menjual barang barang tertentu secara eceran dengan harga yang murah
missal permen, korek api, dan lain lain.

Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai


berikut:

a. Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun pembelian.

b. Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.

c. Beban angkut pembelian akan didebit pada akun beban angkut pembelian.

d. Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan
pembelian.

e. Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai


pembelian.

f. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold)
dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan
penilaian persediaan akhir.

C. Tujuan Audit atas Persediaan dan Gudang

Audit Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada
umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun
penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu
perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.
Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :

1. Memeriksa internal control atas persediaan. Jika internal control atas


perolehan, penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka
luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test atas persediaan dapat
dipersempit.
Ciri internal control yang baik, diantaranya:

5
a. Adanya segregation of duties (pemisahan tugas dan tanggung jawab)
antara bagian pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan
keuangan.

b. Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut


tercetak).

c. Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender.

d. Ada sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan


kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank.

e. Digunakannya anggaran (budget) untuk pembelian, produksi,


penjualan, dan penerimaan serta pengeluaran kas.

f. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic


order quantity dan iron stock.

g. Dilakukannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di


perusahaan yang nilai persediaan per jenisnya cukup material

2. Mencocokan kebenaran data persediaan dalam Laporan Posisi Keuangan


dengan persediaan yang ada dan dimiliki perusahaan, termasuk barang dalam
perjalanan dan barang consignment out.

3. Memeriksa kesesuaian metode penilaian persediaan yang digunakan dengan


prinsip SAK.

4. memeriksa kesesuaian sistem pencatatan persediaan yang digunakan dengan


prinsip SAK.

5. Memeriksa kecukupan allowance yang dibuat untuk barang rusak (defective),


bergerak lambat (slow moving), dan ketinggalan mode (absolescence).Barang-
barang tersebut diatas tidak mungkin lagi dijual dengan harga normal.
Sehingga harus dijual dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari
harga perolehannya. karena itu harus dibuat allowance dalam jumlah yang
cukup, dalam arti tidak terlalu kecil (karena akan mengakibatkan laba terlalu
besar) dan tidak terlalu besar (karena akan mengakibatkan laba terlalu kecil).

6. Mengetahui keberadaan persediaan yang dijadikan jaminan kredit. salah satu


bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan.
Jika ada persediaan yang dijaminkan, maka persediaan tersebut harus
diungkapkan (di disclose) dalam Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to
Financial Statements)

7. Memeriksa kecukupan nilai pertanggungan persediaan yang


diasuransikan. persediaan harus diasuransikan, sehingga seandainya terjadi
kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi dan perusahaan

6
bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. yang harus
diperhatikan, adalah jika perusahaan mengasuransikan persediaan dengan
insurance coverage yang terlalu besar, terutama dalam keadaan bisnis yang
lesu, mungkin perusahaan bermaksud membakar persediaanya agar mendapat
keuntungan dari ganti rugi perusahaan asuransi.

8. Mengetahui keberadaan perjanjian pembelian/penjualan persediaan


(purchase/sales commitment) yang mempunyai pengaruh besar terhadap
laporan keuangan. Jika ada maka harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Misalnya pada 24 November 2012, perusahaan
menandatangani kontrak penjualan dengan salah satu pelanggannya untuk
menjual 10.000 unit barang X dengan harga IDR 100.000 per unit, penyerahan
barang akan dilakukan pada 13 Februari 2013. Ternyata di bulan Februari
2013 harga pasar barang X meningkat menjadi IDR 130.000. Karena sudah
ada commitment, maka perusahaan mau tidak mau harus tetap menjual barang
tersebut ke pelanggannya sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai kontrak,
yaitu IDR 100.000 per unit.

9. Memeriksa kesesuaian penyajian persediaan dalam laporan keuangan dengan


prinsip SAK.

D. Sistem Pengendalian Internal (SPI) Atas Persediaan dan Gudang

Ciri internal control yang baik atas perkiraan persediaan adalah sebagai berikut :

1. Adanya segregation of duties (pemisahan tugas dan tanggung jawab) antara


bagian pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.

2. Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut tercetak).

3. Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender.

4. Ada sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank,


maupun pengeluaran kas/bank.

5. Digunakannya anggaran (budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan


penerimaan serta pengeluaran kas.

6. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order


quantity dan iron stock.

7. Dilakukannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di


perusahaan yang nilai persediaan per jenisnya cukup material.

7
E. Prosedur Audit atas Persediaan dan Gudang

Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam


melakukan pemeriksaan atas akun persediaan diantaranya adalah :

1. Pemahaman Bisnis Klien kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan


merupakan dasar terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh auditor melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha
Klien akan memberikan auditor pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari
bisnis dan jenis usaha, seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan,
metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku
dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan
kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi termasuk
metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai
kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan sehubungan dengan
persediaan.

2. Penilaian Pengendalian Intern tujuan pengendalian intern atas persediaan


adalah untuk meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai
terhadap mutasi persediaan, (b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan
diklasifikasikan dengan tepat, (c) penghitungan fisik persediaan telah
dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, (d) harga
perolehanpersediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas
persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah
dilakukan dengan tepat.

3. Pengujian Substantif tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan


adalah untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian
persediaan. Pengujian ini meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik
(stock taking), pengujian ringkasan dan pengujian harga.

a. Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan

Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan


umum. Keikutsertaan auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan
observasinya akan memberikan kepuasan dalam menilai metode
penghitungan fisik yang dilakukan dan ketaatan perusahaan atas
penyajian kuantitas serta kondisi fisik persediaan.

Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atsa


penghitungan fisik persediaan karena adanya pembatasan pemeriksaan,
maka auditor dapat memberikan pendapat dengan kualifikasi atau tidak
memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan
yang diperiksanya.

8
Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :

Penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan


setahun sekali pada tanggal neraca atau pada tanggal tertentu
yang dihadiri auditor.

Penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh


persediaan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun

Penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan


menghitung sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk
seksi-seksi lainnya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331


mengenai Sediaan mengatur mengenai penghitungan fisik persediaan
yang dilakukan oleh auditor.
Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya
ditentukan melalui penghitungan fisik, dan semua penghitungan dilakukan
pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam periode yang tepat,
baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor
untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan, melalui pengamatan,
pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan
dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan
mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang
kuantitas dan kondisi fisik sediaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam
penghitungan fisik persediaan, diantaranya adalah :
Selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan
bahwa pengendalian atas prosedur pemasukan dan pengeluaran barang
atau pergerakan intern barang selama penghitungan berlangsung telah
diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai kecermatan pisah batas
(cut-off) yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses
produksi dihentikan sementara selama berlangsungnya penghitungan

9
fisik persediaan ataupun penghitungan fisik dilakukan pada saat tidak
adanya kegiatan penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
Auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi
(titipan) yang bukan menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan
lainnya
Kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan
perusahaan, misalnya barang yang berada di lokasi gudang umum,
barang yang dipegang oleh penjual, barang konsinyasi dan lainnya.
Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun dengan
penghitungan fisik.
Auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-
benar belum diterima sampai pada saat penghitungan fisik persediaan
berlangsung.
Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca,
auditor harus melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan
fisik persediaan ke saldo tanggal neraca. Prosedur ini terutama diperlukan
untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa pencatatan saldo persediaan
pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang ada di
gudang.
Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan
Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-
rata, FIFO ataupun LIFO. Dalam meakukan pemeriksaan atas akun
persediaan, auditor harus melakukan pengujian untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa metode yang digunakan dalam menilai
persediaan telah sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.
Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan
Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di
gudang yang biasanya ditanyakan oleh auditor selama berlangsungnya
pemeriksaan diantaranya adalah :
Apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku,
barang dalam proses, bahan pembantu maupun barang jadi

10
Apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian,
kerusakan, kebakaran, banjir maupun risiko lainnya
Apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
Apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki
oleh petugas gudang
apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan
bukti permintaan dan bukti pengeluaran barang yang telah disetujui
oleh pejabat berwenang
apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar
gudang, sepertipenjaga pintu, pengecekan ulang antara barang di
truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya
jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah
pencatatan di kartu persediaan dibuat terpisah untuk masing-
masing kelompok persediaan
apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan
bukan orang yang berfungsi sebagai penjaga gudang
apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan
dicocokkan dengan buku besar
apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya
setahun sekali dan dicocokkan dengan kartu persediaan

Berikut merupakan prosedur-prosedur audit atas persediaan dan gudang :


Tujuan Audit Saldo Akun Persediaan
(Transaksi)
Penyajian dan pengungkapan Menelaah penyajian persediaan apakah sesuai
dengan SAK (Standar akuntansi Keuangan).
Menanyakan apakah ada persediaan yang
dijaminkan/digadaikan.
Menelaah perjanjian perikatan pembelian.

Keberadaan dan Keterjadian Melakukan konfirmasi atas persediaan yang

11
dikonsinyasikan atau ditempatkan di lokasi luar
perusahaan.
Mengamati perhitungan fisik persediaan.

Hak dan Kewajiban Menelaah prosedur pisah batas (penjualan, retur


penjualan, pembelian, retur pembelian)
Kelengkapan Melakukan pengujuan perhitungan nilai
persediaan dan bandingan dengan perhitungan
atau rincian klien.
Menanyakan apakah ada persediaan yang
dikonsinyasikan.
Melakuakan prosedur analisis.
Menghitung kelengkapan semua kartu
perhitunganfisik yang ditempel di persediaan dan
daftar hasil perhitungan fisik persediaan (count
sheet).

Penilaian Menghitung ulang penjualan dan perkalian


rekapitulasi persediaan.
Merekonsiliasi rekapitulasi (daftar) kartu
persediaan ke buku besarnya.
Menguji metode perhitungan nilai persediaan.
Menetukan apakah persediaan dinilai berdasarkan
nilai terendah dari harga perolehan atau harga
pasar.
Memeriksa kualitas persediaan (apakah kondisi
persediaan masih dapat dijual).
Menguji apakah terdapat persediaan yang usang,
rusak,atau ketinggalan metode.

F. Program Audit atas Persediaan dan Gudang


1. Lakukan penelaahan (review) atas transaksi-transaksi diantara tanggal
dilakukannya pengamatan atas perhitungan persediaan dan tanggal neraca.

12
2. Lakukan observasi ketempat persediaan barang untuk melihat apakah terdapat
perubahan susunan-letak persediaan apabila dibandingkan dengan susunan/letak
sewaktu didakan pengamatan ditengah tahun. Apabila ternyata ada perubahan
yang besar dalam susunan/letak dan jumlah persediaan, hal ini harus
dibandingkan dengan catatan pembukuan.
3. Lakukan pengamatan terhadap persediaan barang apakah terdapat barang-barang
yang dapat dikategorikan sebagai slow moving atau obsolute.
4. Periksa apakah persediaan barang dijadikan jaminan atas hutang kepada bank atau
pihak-pihak lain.
5. Kirimkan permintaan konfirmasi kepada pihak-pihak ketiga mengenai persediaan
barang langganan yang terdapat pada mereka, misalnya pada gudang-gudang
pelabuhan atau pihak-pihak ketiga yang menyimpan barang konsinyasi.
6. Mintakan surat pernyataan perusahaan khususnya mengenai persediaan barang
atau masukan hal-hal mengenai persediaan barang milik klien.
7. Lakukan pemeriksaan tiga atau lima hari sebelum dan sesudah tanggal neraca
untuk menentukan adanya prosedur cut-off yang tepat.
8. Periksa transaksi-transaksi setelah tanggal neraca.
9. Adakan penelaahan terhadap transaksi-transaksi setelah tanggal neraca apakah ada
kontrak-kontrak pembelian yang dilakukan dengan harga yang lebih tinggi dari
harga yang kemudian terjadi sebaliknya apakah kontrak-kontrak penjualan yang
dilakukan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang
terjadi kemudian.

13
BAB III
KASUS
Misalkan bahwa berdasarkan penghitungan fisik atas persediaan yang dilakukan
pada tanggal 31 Desember 2008, perusahaan telah keliru mencatatnya sebesar Rp.
452.000.000, padahal jumlah yang seharusnya adalah Rp. 475.000.000,-. Kesalahan
dalam pencatatan ini akan menyemodulkan besarnya persediaan akhir, aktiva lancar, dan
total aktiva di neraca menjadi kekecilan sebesar Rp. 23.000.000,-. Karena nilai
persediaan akhir kekecilan, maka harga pokok penjualan yang tersaji dalam laporan laba
rugi akan menjadi kebesaran Rp. 23.000.000,-.

Dengan demikian, berarti kekecilan Rp. 23.000.000, . Sejak laba bersih ditutup ke
perkiraan modal, maka besarnya modal yang disajikan dalamn eraca per tanggal 31
Desember 2008 uga akan menjadi kekecilan Rp. 23.000.000,-. Efeknya terhadap laporan
keuangan perusahaan akan diringkas sebagai berikut:

Jumlah Salah Saji


Neraca:
Persediaan akhir kekecilan Rp. (23.000.000),-
Aktiva lancar kekecilan Rp. (23.000.000),-
Total aktiva kekecilan Rp. (23.000.000),-
Modal kekecilan Rp. (23.000.000),-

Laporan Laba rugi:


Harga pokok penjualan kebesaran Rp. (23.000.000),-
Laba kotor kekecilan Rp. (23.000.000),-
Laba bersih kekecilan Rp. (23.000.000),-

Kesalahan dalam melakukan penghitungan fisik atas persediaan akhir


biasanya baru diketahui dalam periode berikutnya setelah kesalahan tersebut
dicatat. Dalam kasus ini, laporan keuangan periode yang lalu dimana kesalahan
terjadi haruslah dikoreksi. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mengoreksi
besarnya persediaan akhir yang telah dicatat kekecilan adalah sebagai berikut
(baik apakah perusahaan menggunakan metode periodik ataupun perpetual:
Persediaan Barang Dagangan Rp 23.000.000,-
Modal Rp 23.000.000,-

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya


nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan.
Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor
dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.
Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi perusahaan
manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini memang sudah menjadi
kegiatan utama dari perusahaan.

B. Saran
Karena persediaan memuliki nilai yang sangat material dan rawan, hendaknya
di lakukan pengendalian yang intensif. Selain untuk meminimalisir kerentanan
terhadap pencurian, persedian juga sangat rentan terhadap usang.
Dengan adanya pengendalian yang baik, kerentanan-kerentanan tersebut
tentunya bisa di minimalisisr.

15
DAFTAR PUSTAKA

Belajar Akuntansi Online. Program Audit Persediaan Barang Dagangan. Diakses 17


November 2016. http://www.belajarakuntansionline.com/program-audit-persediaan-
barang-dagang/
Bunga. Rangkuman Audit Persediaan. Diakses 17 November 2016.
https://bunge12.wordpress.com/2012/06/04/rangkuman-audit-persediaan/
Fitriyana. Eko. Prosedur Audit Persediaan. Diakses 17 November 2016.
http://ekofitriyana.blogspot.co.id/2016/01/prosedur-audit-persediaan.html
Juni. Devina. Sistem Pencatatan Persediaan. Diakses 17 November 2016.
https://devina09juni.wordpress.com/2012/11/21/sistem-pencatatan-persediaan/
Restu. Gina. Audit Persediaan. Diakses 17 November 2016. http://nha-
zone.blogspot.co.id/2015/10/audit-persediaan_20.html

16

Você também pode gostar