Você está na página 1de 6

JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2007, hal. 17-22 Vol. 5, No.

I
ISSN 1693-1831

Analisis Pendahuluan Metabolit Sekunder


dari Kalus Mahkota Dewa
(phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.)
ERLINDHA GANG GAl *, HERNITAASRIANP, LINDA NOVITN

IFakultas Farmasi Universitas Pancasila


Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2Balai pengkajian Bioteknologi, BPPT, Puspiptek, Serpong

Diterima 25 Desember 2006, Disetujui 12 Februari 2007

Abstract: Callus is a cell mass which is formed by cell tissues and formed in explants surface or
explants slice which divide them continuously in a controlled condition. With tissue culture method, the
aim in using callus is for reproduce new plants to get the secondary metabolite which match with the
secondary metabolite from the origin plants. Mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boer!.), from
Thymelaceae family is a very useful plant which can be used for medicine. Its leaves and seed's skin are
the most important parts that usually used. In this experiment, Mahkota's seed is planted in germination
media to get a sterile plant, and then from the plant, we take the leaves for callus initiation. We do a
phytochemical filtering, TLC, and HPLC tests with this callus that we produced then we compared the
result with Mahkota Dewa's leaves. From the phytochemical filtering result we found that both of them
have alkaloid secondary metabolite, flavonoid saponin, tannin, steroidltriterpenoid. We also found some
chromatograms which are similar in TLC and HPLC.

Key words: Phaleria macrocarpa, TLC, HPLC, callus

PENDAHULUAN pengobatan dan menjaga kesehatan dalam jumlah


besar, serta tumbuh dalam waktu cepat pada lahan
Tanaman memiliki daya regenerasi yang kuat, yang terbatas(2).Awalnya, mahkota dewa (Phaleria
hal ini telah lama disadari dan ini adalah merupakan macrocarpa [Scheff.] Boerl.) dibudidayakan sebagai
titik tolak berkembangnya industri kultur jaringan tanaman hias dan digunakan sebagai tanaman
tanaman. Beberapa peneliti mengembangkan hasil peneduh, tetapi saat ini berguna/manfaat sebagai
penelitian sebelumnya bahwa sel/jaringan dapat salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal
ditanam secara terpisah dalam suatu kulturlmedia merupakan obat asli Indonesia. Sampai saat ini
tertentu(l). sudah banyak penyakit yang berhasil disembuhkan
Usaha pengembangan tanaman dengan metoda tergantung pada bagian tanaman yang digunakan.
kultur jaringan tanaman merupakan usaha per- Bagian yang digunakan biasanya memberikan efek
banyakan varietas tanamanlspesies tanaman secara yang berbeda terhadap jenis penyakit yang dapat
vegetatif. Spesies tanaman yang sering dikem- diobatil disembuhkan(3,4).
bangkan adalah tanaman hias; bunga, tanaman per- Bagian yang paling sering dipakai adalah: (l)
tanian seperti sayur-sayuran, buah- buahan(2). Selain Daunnya, digunakan dengan cara merebusnya.
untuk perbanyakan varietas tanaman, saat ini kultur Penyakit yang dapat diobati yaitu, lemah syahwat,
jaringan diarahkan untuk beberapa tujuan, antara lain disentri, alergi, dan tumor. (2) Kulit dan daging
untuk memproduksi metabolit sekunder (alkaloid, buah juga sering digunakan untuk pengobatan flu,
flavonoid, dll). rematik dan kanker rahim. Beberapa keunggulan dan
Dalam bidang farmasi, metoda kultur jaringan mahkota dewa ini menjadikannya salah satu tanaman
tanaman ini menguntungkan karena dapat meng- obat yang mendapatkan perhatian cukup besar untuk
hasilkan suatu metabolit sekunder yang berguna untuk terus dikembangkan(3).
Dalam beberapa hasil penelitian diketahui bahwa
* Penuliskorespondensi, Hp. 08128170958, mahkota dewa kaya akan kandungan kimia tetapi
email: erlindha-gangga@yahoo.com belum semuanya terungkap. Dalam daun dan kulit

http://www.univpancasila.ac.id 8/20
18 GANGGA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

buahnya terkandung alkaloid, terpenoid, saponin memperbanyak tumbuhnya kalus. (c) Uji penapisan
dan flavonoid, sedangkan pada daunnya ditemukan fitokimia. Kalus yang berasal dari daun tanaman steril
senyawa lignan (polifenolY3,4). dan daun tanaman liar mahkota dewa dikumpulkan
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh kemudian ditimbang, lalu dikeringkan dengan cara
mahkota dew a menyebabkan mahkota dewa diangin-anginkan, kemudian ditimbang kembali
mendapatkan perhatian yang besar dari beberapa untuk memperoleh bobot kalus dan daun kering.
negara. Saat ini mahkota dewa sedang diteliti dan Selanjutnya dilakukan penapisan fitokimia terhadap
dikembangkan secara serius sebagai obat untuk kalus kering dan daun kering mahkota dewa (sebagai
penyembuhan beberapa penyakit. Negara yang pembanding). Uji penapisan menggunakan metoda
sedang mengembangkan penelitian ini antara lain: Famsworth(9). (d) Pembuatan ekstrak. Serbuk daun
Belanda, Taiwan, Singapura, dan Malaysia(4). dan kalus mahkota dewa ditimbang masing-masing
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan 10 gram dimaserasi 4x dengan metanol, tiap kali
bahwa metoda kultur jaringan tanaman mahkota 250 ml. Basil maserasi dipekatkan dengan vakum
dewa menghasilkan metabolit sekunder yang sarna rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental kalus dan
dengan metabolit sekunder yang dihasilkan dari daun. (e) Pembuatan media. Media yang digunakan
tanaman asalnya. adalah media yang diperkenalkan oleh Murashige
dan Skoog (Media MS). Media ini umumnya sering
BAHAN DAN METODE digunakan sebagai media dasar dari metode kultur
jaringan. Timbang bahan-bahan penyusun media
BAHAN. Biji mahkota dewa yang digunakan se-jumlah tertentu sesuai kebutuhan. pB larutan/
diperoleh dari Kebun Raya Bogor. Media kultur media diatur sekitar 5,8. Media kemudian dimasuk-
jaringan (Media MS) kloroform, alkohol, akuades, kan ke dalam wadahltabung kultur steril yang telah
metanol, natrium hipoklorit, ammonia, asam klorida, dipersiapkan lalu sterilkan dalam autoklaf dengan
amil alkohol, ferri (III) klorida, formaldehid, natrium suhu 121C selama 20 men it. Selanjutnya media
asetat, natrium hidroksida, eter, petroleumeter, disimpan dalam ruang kultur sebelum digunakan.
n-heksan, etil asetat, anisaldehid, asam sulfat, Analisa kualitatif secara KLT (kromato-
agar, gula, mio-inositol, sitokinin (BAP), hormon, graft lapis tipis). Terhadap ekstrak kental daun
auks in (2-4-D), pereaksi Liebermann Bouchard, dan kalus mahkota dewa dilakukan uji analisis
Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi Stiasny. kualitatif menggunakan metode KLT dengan fase
METODE. Menumbuhkan tanaman steril. gerak cairan eluasi campuran antara n-heksan -
Buah segar tanaman mahkota dewa dicuci bersih etil asetat - isopropanol (l : 2 : 17). Basil KLT
dibawah air mengalir di dalam Laminar Air Flow (kromatogram) dilihat dengan sinar UV 'A 254 nm
(LAF), kemudian permukaan buah disterilkan dan 366 nm kemudian disemprot dengan penampak
menggunakan alkohol 90% selama I menit, lalu biji bercak yang terdiri dari campuran anisaldehid dan
dipisahkan dari daging buah. Biji yang diperoleh asam sulfat pekat .
digunakan sebagai eksplan untuk menumbuhkan Analisa kualitatif secara KCKT (kromato-
tanaman steril. Eksplan ditanam pada media semi graft cair kinerja tinggi). KCKT adalah tehnik
padat dengan cara yang aseptis, dilakukan di dalam pemisahan berdasarkan fase diam padat (kolom
LAP kabinet untuk mencegah terjadinya kontaminasi nukleosil CI8 dan fase gerak cair (metanol - air
ataupun cemaran mikrob. dengan perbandingan 10 : 90) dengan tekanan
Kultur kalus. (a) Tahap inisiasi. Inisiasi kultur tinggi, sehingga terjadi pemisahan secara partisi,
kalus dilakukan menggunakan daun mahkota dewa adsorpsi ataupun penukar ion, tergantung fase diam
sebagai sumber eksplan yang diperoleh dari tanaman yang digunakan. Pada ekstrak kental kalus dan daun
steril biji mahkota dewa yang ditumbuhkan pada dilakukan analisa kualitatif secara KCKT untuk
media dasar MS dengan penambahan zat pengatur mengetahui profil kromatogram senyawa metabolit
tumbuh untuk menginisiasi kultur kalus. Kultur sekunder yang terkandung didalamnya. Pada panjang
disimpan di ruang gelap dan petumbuhan kalus gelombang ('A) 230 nm dan 300 nm.Volume injeksi
diamati setiap minggu. (b) Tahap perbanyakan kalus. 20 Ill.
Perbanyakan kalus dilakukan dengan memindahkan
/subkultur masa kalus kedalam media baru berulang
kali (media yang digunakan boleh sarna) pada HASIL DAN PEMBAHASAN
peri ode tertentu menggunakan media tumbuh
yang paling optimal dan pemberiaan zat pengatur Menumbuhkan tanaman steril. Pada
tumbuh yang paling sesuai untuk mempercepat dan pertumbuhan tanaman steril yang berasal dari

http://www.univpancasila.ac.id 8/20
Vol. 5,2007 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 19

biji buah mahkota dewa menggunakan media serbuk daun mahkota dewa yaitu golongan alkaloid,
pertumbuhan yang terdiri dan media MS 10% makro- saponin, flavonoid, tannin, dan steroid/triterpenoid.
mikro, ditambah dengan vitamin, mio-inosito1, dan Sedangkan go long an kumarin tidak ditemukan pada
BAP 0,2 ppm (hormon pertumbuhan), menghasilkan kalus tetapi ditemukan pada serbuk kering daun
pertumbuhan yang paling baik. (Tabell).
Pada minggu kedua telah memperlihatkan per- KLT. Dari data kromatogram terlihat ada
tumbuhan akar batang, dan daun. Minggu ketiga perbedaan kandungan antara ekstrak daun dan
sudah terlihat menghasilkan pertumbuhan yang ekstrak kalus yaitu dari jum1ah dan wama bercak
sempuma karena sudah tampak tanaman bam yang yang terbentuk. Jum1ah bercak dari ekstrak daun
lengkap yang tediri dari akar, batang dan daun. 1ebih banyak dari pada yang ditemukan pada ekstrak
Minggu keempat daun sudah terbentuk dengan sem- ka1us.
puma dan sudah dapat digunakan sebagai eksplan. Tabell. Penapisan fitokimia daun dan kalus
Inisiasi kalus. Eksplan (daun) yang berasal dari mahkota dewa
tanaman steril ditanam pada media perlakuan yaitu
Golongan Daun Kalus
pertumbuhan 2,0 ppm 2,4 D dan 1,0 ppm BAP.
Pada minggu kedua sudah mulai terbentuk kalus Alkaloid + +
dan pertumbuhan kalus yang sempuma terjadi pada Flavonoid + +
minggu kedelapan. Penggunaan hormon 2,4 D sangat
Saponin + +
berguna untuk menghambat proses morfogenesis
pada kalus sehingga mampu menginisiasi per- Tanin + +
tumbuhan kalus. Pada minggu keenam kalus sudah Kumarin +
dapat dapat digunakan untuk perbanyakan dengan Steroid / triterpenoid + +
cara disubkulturkan.
Perbanyakan kalus. Perbanyakan di1akukan
Pada sinar UV A 254 nm diperoleh 5 bercak
dengan cara memindahkan kalus (minggu keenam)
dari ekstrak daun dan 3 bercak dari ekstrak ka1us.
pada media yang sarna dengan media pertum-
Pada sinar UV A 366 nm diperoleh 2 bercak dari
buhan yang optimal yaitu media MS 10% dengan
ekstrak daun, 1 bercak dari ekstrak kalus, setelah
penambahan 2,0 ppm 2,4 D dan 1,0 BAP (sub
disemprot dengan penampak bercak dipero1eh 3
kultur) beberapa kali sehingga diperoleh jumlah
bercak dari masing-masing ekstrak (Gambar 1).
ka1us 1ebih banyak 1agi. Pada minggu kede1apan
Pada bercak yang memiliki hRf sarna dan wama
jum1ah kalus sudah banyak dan dapat digunakan
yang sarna diduga memiliki senyawa yang sarna
untuk pengujian.
dan pada bercak yang berbeda wama maupun hRf
Penapisan fitokimia. Penapisan ini dilakukan
diduga senyawa yang berbeda baik yang terdapat
terhadap kalus yang telah dikeringkan dengan cara
pada ekstrak daun maupun ekstrak ka1us. Hal ini
diangin - anginkan dan serbuk kering daun mahkota
diduga karen a terbentuknya senyawa bam pada
dewa sebagai pembanding. Hasil uji penapisan
proses pembentukan kalus, dan belum sepenuhnya
fitokimia menunjukkan bahwa golongan metabo1it
terbentuk senyawa yang terdapat pada daun karena
sekunder yang dihasilkan ka1usmempunyai kesamaan
ka1usbe1um membentuk difrensiasi menjadi tanaman
dengan metabolit sekunder yang dihasi1kan oleh
yang utuh (Tabel 2).

Tabel 2. Penapisan fitokimia daun dan kalus mahkota dewa

Daun Kalus
No Setelah
Sebelum disemprot Setelah disemprot Sebelum disemprot
Bercak disemprot
Sinar Sinar Sinar Sinar
Sinarbiasa Sinarbiasa
UV254nm UV 366nm UV254nm UV366 nm
Merah muda
Coklat tua Merah muda Hijaumuda Coklat tua Merah muda
pucat
Merah muda
2 Coklatmuda Merahmuda Kuningjingga Coklat muda
pucat
Merah muda Merah muda
3 Coklat muda Coklatmuda
pucat pucat
4 Coklat muda

5 Coklat muda

http://www.univpancasila.ac.id 8/20
20 GANGGAETAL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

sinar uv 254 nrn sinar uv 366 nrn sinar biasa


sebelum disernprot sebelurn disernprot setelah disernprot

0
0
0

0 0
0 0 0

0 <::) 0
0
0
0

-
K D
K D D

Gambar 1. Kromatogram KLT ekstrak metanol daun dan kalus mahkota dewa. K: kalus, D: daun, fase gerak :
metanol-etil asetat-isopropanol (1 :2: 17), penampak bercak: anisaldehid-asam sulfat pekat

-- 0."c10r UV Yh
R.hntionTim.

~ooooo -i
!
300000 ~
i ..:.
.200000 ~

!
100000 j
J
o ,
t-----~-._--~----~----_,._---- ..
,...
----,-------.----------------i
10 20 2S 30 35 40 45
"'tIl ,.,

minutes

Gambar 2. Profil kromatogram KCKT ekstrak metanol daun mahkota dewa A = 230 nm.

-w- O.t.c-tor uv Vis


.t.ntlon Tim_

100000 ,
,
m~~~il
~ ..... !
I
I
o I i
5 10 15 20 25 30 40

minutes

Gambar 3. Profil kromatogram KCKT ekstrak metanol kalus mahkota dewa A = 230 nm.

http://www.univpancasila.ac.id 8/20
Vol. 5,2007 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 21

200000 ~ Deteclot UV VII


1 R t.ntlon Tim.

1500001

I
I
100000 t

I
50000 ~

o
II
i -.---------------------~.----.~----i
10 15 20 .s 25 30 3S .0
invtes

Gambar 4. Profil kromatogram hasil KCKT ekstrak metanol daun mahkota dewa A = 366 nm.

15000
+
R tention
aetector
Tim
UV Vis

....:

10000

5000 I
0L- o 10
.-----.--.
15 20 25 30 35
__ 40
~ 45
Minutes

Gambar 5. Profil kromatogram hasil KCKT ekstrak metanol kalus mahkota dewa A = 366 nm.

KCKT. Profil krornatograrn dari ekstrak daun berbeda karen a rnasih rnenunjukkan beberapa
dan ekstrak kalus pada A 230 nrn diperoleh jurnlah persarnaan. Sehingga diduga kalus dari rnahkota
puncak yang berbeda. Profil krornatograrn dari dewa dapat rnenghasilkan senyawa rnetabolit
ekstrak daun dan ekstrak kalus pada A 360 nrn, sekunder yang sarna dengan daun dari tanarnan
diperoleh hasil yang harnpir sarna dengan profil asalnya.
sebelumnya, yaitu ada perbedaan profil krornatograrn
tetapi dengan adanya perbedaan itu tidak rnenutup
DAFTAR PUSTAKA
kernungkinan ada senyawa yang sarna karena pada
beberapa retention time rnernberikan puncak yang
1. Wetherell DE Pengantar propagasi tanaman secara
sarna walau tinggi puncaknya sedikit berbeda. Hal in vitro. New Jersey: Avery Publishing Inc; 1989.
ini rnungkin disebabkan dari konsentrasi senyawa 2. Hendaryono DPS, Wijayani A. Teknik kultur
yang tidak sarna (Garnbar 2,3,4,5). jaringan: pengenalan dan petunjuk perbanyakan
tanaman secara vegetatif modern. Yogyakarta:
SIMPULAN Kanisius; 1994.
3. Harmanto Ning. Mahkota Dewa (Revisi), obat pusaka
Hasil uji penapisan fitokirnia dari daun dan para dewa. Jakarta: AgroMedia Pustaka; 2003. hal
1,7-11,15- 20.
kalus rnahkota dewa rnenunjukkan bahwa keduanya
4. Winarto WP. Mahkota Dewa: budi daya dan
rnengandung rnetabolit sekunder yang sarna yaitu
pemanfaatan untuk obat, Seri Agrisehat. Jakarta:
golongan alkaloid, flavonoid,saponin, tannin, steroid Penebar Swadaya.2003. hall-II, 17-20,55.
/triterpenoid. 5. Perry ML ANew species of Ph ale ria (Thymelaceae)
Hasil KLT dan KCKT rnernberikan bercak dan from New Guinea, Vol XXXIX Cambridge, Mass:
puncak sedikit berbeda, tetapi tidak sepenuhnya Journal of The Arnold Arboretum of Harvard
University; 1958.
http://www.univpancasila.ac.id 8/20
22 GANGGAET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

6. Shargol DP, Ngo TT. Biotechnological application 10. Gamborg 01, Phillips Gc. Plant cell, tissue and organ
of plant cultures. Tokyo: CRC Press; 1994. culture. Fundamental methods, Springer. 2004. p.67-
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Cara 72,315.
pembuatan simplisia. Jilid 1. Jakarta: Direktorat 11. Stahl E. Analisis obat secara kromatografi dan
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1983. mikroskopi. Terjemahan oleh Padmawinata K.
8. Farnswoorth NR. Biological and phytochemical Bandung: Penerbit ITB; 1985.
screening of plants. J Pharm Sci. 1966; 55(3). 12. Krstolovic AM, Brown PR. Reversed phase HPLC:
9. George FE, Sherrington'DP. Plant propagation theory, practice and biochemical Application. New
by tissue culture. Handbook and Diectory of York: John Wiley. & Sons. Inc; 1982.
Commercial Laboratories; 1984.

http://www.univpancasila.ac.id 8/20

Você também pode gostar