Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Tujuan
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan
tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas
menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka baik dan sehat. Postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan
tetapi juga mental. Ini berarti dalam Antenatalcare harus diusahakan agar : Wanita hamil
sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat; Adanya
kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati, Wanita melahirkan tanpa
kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pulafisik dan metal3.
Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dantumbuh kembang bayi;
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosialibu dan bayi,
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin, mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayiagar dapat tumbuh kembang secara normal
Standar :
Semua wanita yang melahirkan dan bayi yang dilahirkannya harus terlindung dari Tetanus
Tujuan :
Mencegah Tetanus Maternal dan Neonatal (MNT)
Pelaksanaan :
Tim asuhan antenatal di tempat pelayanan asuhan antenatal, secara khusus, harus :
Sebelum pemberian vaksin, periksa tgl kadaluwarsa dan VVM (vial-vaccine-monitoring)
Vaksin yang sebelumnya telah membeku tidak boleh diberikan. Pada pelayanan antenatal,
periksalah status imunisasi ibu hamil melalui penapisan (dengan anamnesis atau memeriksa
kartu), sebagaimana ditunjukkandalam tabel 1.
Jika ibu hamil sebelumnya (di masa lampau) telah mendapatkan 1-4 dosis TT dimasa lampau,
berikan satu dosis TT sesuai dengan selang waktu pemberian minimal (sehingga total
perlindungan sejumlah 5 dosis sepanjang masa suburnya)
Table 1. cara penapisan imunisasi TT pada WUS dan ibu hamil
Pemberian Imunisasi Kapan pemberian (selang waktu Lama Proteksi
pemberian Minimal)
TT 1 -
TT 2 Minimal 4 minggu setelah TT 1 1-3 Tahun
TT 3 Minimal 6 bulan setelah TT 2 Minimal 5 tahun
TT 4 Minimal setahun setalah TT 3 Minimal 10 tahun
TT 5 Minimal setahun setelah TT 4 Minimal 25 tahun
Ibu hamil dapat menunjukkan bukti tertulis vaksinasi saat bayi dan usia sekolah dengan
vaksin yang mengandung Tetanus (misalnya DPT, DT, Td atau TT) berikan dosis sesuai Tabel
2 berikut. Tabel 2. Pedoman imunisasi TT bagi ibu hamil yang telah diimunisasi saat bayi,
atau anak usia sekolah Usia saat vaksinasi terakhir Imunisasi sebelumnya (berdasarkan
rekaman tertulis) Imunisasi yang dianjurkan pada kunjungan ini/pada kehamilan kemudian
(dengan interval minimal setahun).
Table 2. pedoman imunisasi TT pada Ibu hamil yang telah di imunisasi saat bayi atau
anak sekolah.
Usia saat vaksinasi Imunisasi Imunisasi yang di anjurkan
Pada kunjungan Kemudian dengan
terakhir sebelumnya
ini/pada kehamilan interval setahun
berdasarkan
rekaman tertulis
Bayi 3 DPT 2 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
(minimal interval 4
minggu antara
kedua dosis)
Anak usia sekolah 1 DT + 2 TT/Td dosis TT/Td
Rekam/catat dosis yang telah diberikan pada register standar imunisasi TT, kartuimunisasi
pribadi, dan buku KIA. Kartu imunisasi pribadi dan buku KIA harus disimpan oleh yang
bersangkutan. Bila teridentifikasi suatu kasus Tetanus Neonatal (TN), berikan ibu satu dosis
TT secepatnya dan rawat bayinya sesuai pedoman nasional. Dosis selanjutnya diberikan
sesuai dengan waktu pemberian minimal. Rekam/catat semua kasus MNT dan laporkan pada
yang berwenang. Semua kasus MNT yang berasal dari daerah berisiko rendah harus
diselidiki lebih lanjut. Rekam/catat dan laporkan semua kasus Tetanus dari kelompok umur
lain secara terpisah. Penyuluhan kesehatan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat
tentang perlu dilaksanakannya imunasasi tetanus6
Standar :
Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan dan konseling gizi pada setiap kunjunganan
tenatal.7
Tujuan :
Mencegah dan menangani masalah gangguan gizi selama masa kehamilan agar menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, serta ibu yang sehat8
Penatalaksaan :
1) Semua ibu hamil mendapatkan penyuluhan/konseling gizi, menyusui.
2) Semua ibu hamil mendapatkan suplementasi tablet besi 1 tablet perhariselama hamil sampai
dengan masa nifas (minimal untuk 90 hari), termasukkonsumsi tablet besi mandiri.
Pemberian dilakukan pada waktu pertama kali ibuhamil memeriksakan kehamilannya (K1).
3) Semua ibu hamil diperiksa status gizi dengan pita LILA pada kunjunganpertama antenatal.
Ibu hamil dengan KEK dirujuk ke fasilitas pelayanan gizi (petugas gizi).
4) Semua ibu hamil diperiksa kadar Hb pada kunjungan pertama antenatal. Ibu hamil dengan
anemia dirujuk ke fasilitas pelayanan gizi (petugas gizi).
5) Semua ibu hamil dengan anemia dan KEK berat dirujuk ke pelayanan kesehatan rujukan.9
Standar :
Semua ibu hamil pada setiap kunjungan antenatal mendapatkan informasi dan penapisan
Infeksi Menular Seksual (IMS)/Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), serta diberi pengobatan
dan rujukan yang tepat dan efektif bagi ibu hamil danpasangannya.
Tujuan :
Menurunkan morbiditas, mortalitas maternal dan infertilitas yang disebabkan oleh IMS dan
ISR, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas pada bayi/anak.10
Penatalaksaan :
Tim Asuhan Antenatal Terintegrasi haruslah :
1) Semua ibu hamil yang datang memeriksakan diri selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas harus diberikan informasi yang tepat mengenai identifikasi dan pengendalian IMS/ISR.
2) Dengan cara simpatik menanyakan kepada semua ibu hamil pada setiap kunjungan,
menjelang persalinan dan kunjungan pasca persalinan, adanya keluhan yang mengindikasikan
adanya suatu IMS/ISR.
3) Bilamana ibu mempunyai keluhan yang menandakan IMS/ISR (misalnya adanya duh tubuh
vagina abnormal, ulkus, nyeri perut bagian bawah, dll) periksalah untuk menemukan gejala
dan tanda ISR, termasuk pemeriksaan vagina dengan menggunakan spekulum.
4) Berikan pengobatan bagi ibu, pasangannya, dan bayinya sesuai hasil temuan kasus IMS/ISR,
hasil tes sifilis on site dan pemeriksaan bayi, dan rujuklah bilafasilitas yang dibutuhkan tidak
tersedia di tingkat pelayanan asuhan antenatal.
5) Diskusikan dengan ibu pentingnya pengobatan itu baginya, bagi pasangannya, dan bayi
mereka, jelaskan konsekuensi yang timbul bila tidak segera mendapat pengobatan, dan
pentingnya penggunaan kondom selama pengobatan.
6) Berikan informasi tentang pencegahan primer IMS, penggunaan kondom, gejala dan tanda
IMS, konsekuensi bagi ibu dan bayinya bila tidak mendapat pengobatan, saran untuk
pencegahan terhadap HIV serta saran untukmelakukan VCT.
7) Menyiapkan perawatan lanjutan atau rujukan bagi ibu, bayi dan pasangannya, bila timbul
komplikasi atau kegagalan pengobatan.
8) Rekam diagnosis dan pengobatan yang diberikan dalam buku kohort atau buku KIA ibu.
9) Pelaksanaan kegiatan pendidikan/ penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pencegahan dan pengelolaan IMS dan ISR.
Standar :
Semua wanita yang dijumpai pada periode kehamilan harus diberikan informasi yang tepat
mengenai pencegahan dan pengenalan penyakit TB Paru dan Kusta. Mereka harus diperiksa
gejala dan tanda TB Paru dan Kusta, dan bila perlu diberikan pengobatan yang tepat dan
efektif bagi mereka.
Tujuan :
Menurunkan angka kesakitan atau angka kematian penyakit TB Paru dan Kustadengan cara
memutuskan rantai penularan, kekambuhan dan Multi Drug Resistant(MDR) (khusus pada
TB Paru) dapat dicegah sehingga penyakit TB Paru dan Kustatidak lagi merupakan masalah
kesehatan bagi ibu hamil di Indonesia.15
Pelaksanaan :
1) Paradigma Sehat
a) Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan kontak sedini mungkin, sertameningkatkan
cakupan program
b) Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat.
c) Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi pada kondisi tertentu.
2) Srategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), sesuai rekomendasiWHO,
terdiri dari 5 komponen yaitu :
a) Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dana.
b) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang terjaminmutunya
c) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengantatalaksanan kasus
yang tepat, termasuk pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
d) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutue)Sistim Pencatatan dan pelaporan secara baku
untuk memudahkanpemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.
3) Prinsip pengobatan bagi ibu hamil yang menderita TB paru adalah tidak berbedadengan
pengobatan TB pada umumnya :
a) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 ( 6 bulan):(1)Phase Intensif 2 b u l a n setiap
hari(2)Phase Lanjutan 4 bulan 3 kali seminggu(3)Kategori 1 untuk pasien baru BTA (+),
pasien baru BTA (-) dengan Rontgen (+)
b) Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 (8 bulan):(1)Phase Intensif 3 bulan setiap
hari(2)Phase Lanjutan 5 bulan 3 kali seminggu.
3) Kategori 2 untuk pasien kambuh, pengobatan setelah putus berobat(default), gagal (failure)
4) Hampir semua OAT aman untuk kehamilan kecuali streptomisinIbu hamil dapat diberikan
pengobatan TB kecuali streptomisin. Sebaiknya bila ibu hamil memerlukan pengobatan
kategori 2 maka pengobatan sebaiknya ditunda setelah melahirkan. Apabila pengobatan
tidak bisa ditunda maka sebaiknyadirujuk untuk pengobatannya.
5) Prinsip pengobatan ibu hamil yang menderita kusta tidak berbeda dengan penderita kusta
lainnya:
a) Multi Drug Treatment (MDT) untuk Pauci Basiler (PB) : Obat diberikanselama 6-9 bulan,
terdiri dari:
Dapson setiap hari
Rifamipisin (1x/bulan)
b) MDT Multi Basiler (MB) : Obat diberikan selama 12-18 bulan terdiri dari:
Rifamipisin (1x/bulan)
Dapson setiap hari
Klofazimin setiap hari
c) Reaksi Kusta Reaksi kusta merupakan fase akut pada perjalanan penyakit kusta yang kronis.
Sebelum, selama, dan sesudah penyakit kusta, reaksi dapat terjadi. Jika terjadi
reaksi pada ibu hamil yang menderita kusta, pasien harus dirujukd ) S e m u a M D T a m a n
untuk ibu hamil
6) Bidan di desa membantu penemuan kasus TB dan Kusta pada bumil melalui pengiriman
dahak ke Unit pelayanan ANTE NATAL pada TB, dan melaporkan tersangka/kasus Kusta
pada petugas/wasor kusta di Puskesmas/Kabupaten.
7) Pengembangan program dilaksanakan secara bertahap keseluruh UPK.
8) Peningkatan kerjasama dengan semua pihak melalui kegiatan advokasi, diseminasi informasi
dengan memperhatikan peran masing-masing.
9) Kabupaten/Kota sebagai titik berat manajemen program meliputi : perencanaan,pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana,tenaga, sarana dan
prasarana).
10) Kegiatan penelitian dan pengembangan dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur terkait.
11) Memperhatikan komitmen internasional.
12) Pada setiap ibu hamil harus dilakukan inspeksi kulit untuk mencari tanda/gejalakusta,
dilakukan minimal sekali selama kehamilan. Bila ditemukan kelainankulit/bercak disertai
gangguan saraf berupa mati rasa/baal, nyeri saraf,tangan/kaki bengkok, kaki semper atau
mata tidak dapat menutup, rujuk kelayanan yang lebih tinggi (petugas/wasor kusta atau
dokter terlatih).
13) Tersedia informasi sistem rujukan dan tempat rujukan kasus TB Paru atau Kusta9
Standar :
Semua wanita hamil harus terlindung dari kecacingan dan akibat yang ditimbulkannya, baik
terhadap ibu maupun bayi yang dilahirkan. Bila dijumpai anemia yang berat tanpa tanda-
tanda lain, perlu adanya penapisan khusus tentang kecacingan.
Tujuan :
Mencegah kecacingan dan akibat yang ditimbulkannya (anemia) pada ibu hamil maupun bayi
yang dilahirkan9
Penerapan standar :
1) Semua ibu hamil diperiksa kadar Hb pada kunjungan pertama antenatal.
2) Semua ibu hamil dengan gejala dan tanda anemia, terutama Hb < 8 g/dl perlu dilakukan
penapisan kecacingan dengan pemeriksaan tinja/feses dan gambaran hitung jenis (eosinofilia)
3) Bila pemeriksaan tinja/feses menunjukkan hasil positif telur cacing ataukeluar cacing pada
waktu buang air besar maka perlu pengobatan
4) Bila teridentifikasi suatu kasus kecacingan pada ibu hamil, berikan ibu obatcacingan sesudah
melewati trimester ke 1.
5) Pada daerah dengan prevalensi kecacingan yang tinggi, semua ibu hamildilakukan penapisan
terhadap kecacingan.
6) Memberikan penyuluhan kesehatan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang
perlunya pencegahan kecacingan dalam kehamilan.6
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Pengintegrasian beberapa jenis pelayanan/program kedalam pengelolaan Asuhan
Antenatal Terintegrasi yang telah dicoba untuk dibuatkan sebuah pedoman, tentu bisa
berjalan efektif jika masing-masing pemegang program di lapangan/unit pelayanan terdepan
sampai dengan para pengambil kebijakan di tingkat pusat memiliki kesamaan visi, misi dan
tujuan.Kesamaan visi, misi dan tujuan ini akan menjadi modal awal yang berhargauntuk
membuat kesepakatan dan strategi untuk mau dan mampu berbagikewenangan, tugas dan
tanggung jawab serta yang paling penting juga sumber dayayang selama ini terfragmentasi.
Isi pedoman ini masih bersifat umum dan berbentuk draft sehingg sangat terbuka untuk
diberikan masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang kompeten. Pada akhirnya dengan
adanya masukan dan kritikan tersebut diharapkan akan bisalebih menyempurnakan isi dan
kualitas dari buku pedoman ini sehingga akan benar-benar mudah dipahamai serta diterapkan oleh
petugas/pemberi pelayanan antenatal. Akhirnya dengan tersusunnya draft pedoman Asuhan
Antenatal Terintegrasiakan bisa memberikan manfaat nyata buat kelompok sasaran yaitu ibu
hamil maupun masayarakat pada umumnya.
3.2 Saran
Disarankan bahwa ibu hamil dapat melaksannakan ANC terintegrasi, kareana asuhan
kehamilan amat sangat penting bagi ibu hamil terutama pada ibu dengan multigravida.
DAFTAR PUSTAKA