Você está na página 1de 14

Akuntansi Keuangan Lanjutan

Ringkasan Materi Kuliah

Oleh :
Kelompok 5

Made Widi Artha 1515351044


Made Bagus Satria Pradhana 1515351047
Made Erika Krisdiyanti Putri 1515351154
I Gusti Ngurah Abiana 1515351156

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM EKSTENSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016/2017

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN


Perusahaan dalam kesulitan keuangan :
1. Tindakan nonyudisial dan tindakan yudisial
2. Penundaan pembayaran
3. Rencana reorganisasi
4. Undang undang kepailitan dan likuidasi
5. Akuntansi dan pelaporan trustee
RANGKAIAN TINDAKAN
Kepailitan merupakan langkah terakhir yang dapat diambil oleh usaha yang
mengalami tekanan keuangan. Namun sebelumnya, manajemen berupaya untuk bekerja sama
dengan kreditor perusahaan untuk memenuhi klaim kreditor. Sejumlah perjanjian nonyudisial
dapat dilakukan dengan kreditor. Jika langkah ini gagal, perusahaan akan menghadapi
langkah yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan niaga.
1. Tindakan Nonyudisial
Perjanjian formal antar perusahaan dan kreditor merupakan tindakan yang mengikat
secara hukum, tetapi tidak berada di bawah pengadilan. Tindakan nonyudisial yang utama
adalah restrukturisasi utang.
Perjanjian Restrukturisasi Utang
Perjanjian antara perusahaan debitur dengan satu atau lebih kreditur merupakan hal
yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu.
Pihak debitur dapat mengajukan pepanjangan waktu jatuh tempo hutang, meminta penurunan
suku bungahutang,atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak hutang. Contoh,
kebanyakan bank lebih suka untuk terus bekerja sma dengan satu nasabah yang sedang
mengalami kesulitankeuangan untuk sementara waktu ketimbang memaksa nasabah tersebut
untuk pailed.
Pengalaman menunjukan bahwa bank pada akhirnya akan memperoleh bagian
piutang yang lebih besar dan terus memiliki nasabah dimasa depan. Jika mereka membantu
pihak debitur dengan kesulian keuangan melalui restrukturisasi utang. Bentuk perjanjian
restrukturisasi utang yang lain adalah perjanjian komposisi. Dalam kasus ini, pihak kreditur
bersepakat untuk menerima klien dengan nilai yang lebih rendah dari nilai pokoknya.
Keuntungan bagi pihak kreditur adalah mereka akan segera menerima pembiayaantunai dan
umumnya menegosiasikan suatu pembayaran tunai yang tersisa.
Manajemen komite kreditur
Melalui manajemen kreditur, kreditur menyetujui untuk membantu pihak debitur
dalammengelola pembayaran yang paling efisien terhadap klain kreditur. Pembentukan
komite kreditur merupakan tindakan non yudisial yang umumnya diawali dengan rencana
penyelesaian yangdiajukan oleh pihak debitur. Rencana penyelesaian ini merupakan dokumen
lengkap yang berisischedule pembayaran yang menyebutkan utang khusus dan prakiraan
pembayaran.
Dalam kasus ekstrem, kreditor dapat memutuskan untuk mengambil alih kendali
operasi perusahaan debitor dengan menunjuk seorang trustee. Trustee memberikan laporan
kepada kreditor dengan rekomendasi penyelesaian akhir klaim dan berupaya menjalankan
skedul pembayaran atau merekomendasi kepailitan sebagai alternative terbaik. Keuntungan
manajemen komite kreditor adalah kreditor memiliki kendali operasional terhadap debitor
danmenerima laporan utuh mengenai kondisi keuangan debitor. Kerugiannya adalah
mengahadapi resiko yang lebih besar jika debitor mengalami kepailitan. Keuntungan bagi
debitor adalah bahwa kreditor berusaha membantu debitor dalam mengatasi kesulitan
keuangan dan masih mungkin mengambil alih kembali kendali operasional jika masalah
keuangan terselesaikan tanpa melakukan tindakan hukum.
Pengalihan Aset
Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang
atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai. Sebagai
contoh, debitor dengan kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha
dengan nilai diskon, dan kontrak yang dibuat dapat menentukan apakah piutang tersebut
dijual bersyarat (with recourse) atau tanpa syarat (without recourse).
Ketentuan bersyarat berarti pihak debitor harus menerima setiap pengembalian
piutang usaha yang tak tertagih sebelumnya telah dialihkan. Masalah akuntansi yang timbul
adalah menentukan apakah pengalihan ini harus dicatat sebagai penjualan piutang atau
sebagai perjanjian pendanaan antara perusahaan ddebitor dengan perusahaan anjak
piutang. PSAK 54 menetapkan bahwa pengalihan aset keuangan dianggap sebagai penjualan
hanya jika pihak yang melakukan pengalihan (transferor atau perusahaan debitor) telah
menyerahkan kendali atas aset yang dialihkan tersebut.
Penyerahan kendali berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari pihak
yang mengalihkan, dan kemudian pihak yang menerima pengalihan (transferee) memperoleh
hak untuk menjanjikan atau menukarkan aset yang dialihkan, dan bahwa pihak yang
mengalihkan tidak memiliki kendali efektif terhadap aset yang dialihkan, seperti melalui
perjanjian yang memperbolehkan pihak yang mengalihkan untuk membeli kembali atau
menebus aset yang dialihkan.
2. Tindakan Yudisial
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh
pengadilan niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam UU
Kepailitan. UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan
pengadilan niaga yaitu:
1. Penundaan pembayaran (suspension of payment) Pihak debitor memperoleh perlindungan
yudisial selama periode rehabilitasi, yaitu waktu yang digunakan untuk menghapuskan
operasi yang tidak menguntungkan, memperoleh kredit baru, mengembangkan struktur
perusahaan yang baru dengan operasi yang berkesinambungan dan melakukan
perjanjian dengan pihak kreditor.
2. Pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan
kebangkrutan dan likuidasi sering kali dilakukan oleh seorang trustee yang ditunjuk
oleh pengadilan. Aset debitor dijual dan kewajibannya dilunasi bersamaan dengan
likuidasi perusahaan. Perbedaan utama reorganisasi dan likuidasi adalah bahwa setelah
reorganisasi debitor tetap melanjutkan usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha
tersebut dihentikan.
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Penundaaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan
kreditor selama periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitor dan
mengembalikan operasi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi dilakukan
oleh pengadilan niaga dan trustee seringkali diangkat oleh pengadilan untuk mengarahkan
proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dijelaskan melalui 4P reorganisasi. 4P reorganisasi
yaitu:
- Mengajukan petisi (petition) kepada pengadilan niaga
- Memperoleh perlindungan (protection)
- Rencana reorganisasi (plan of reorganization)
- Proses reorganisasi (proceeding)
Rencana tersebut harus mencakup penjelasan lengkap mengenai tindakan yang
diharapkan akan dilakukan oleh debitor selama periode reorganisasi dan bagaimana
tindakantindakan ini akan menjadi kepentingan terbaik bagi debitor dan kreditor.
Pernyataan pengungkapan (disclosure statement) dikirimkan kepada seluruh kreditor dan
pihak-pihak lain yang berwenang untuk memberikan suara terhadap reorganisasi.
Neraca perusahaan dalam reorganisasi memiliki sifat khusus, yaitu :
1. Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana reorganisai
harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan dikompromikan.
Kewajiban yang akan dikompromikan mencakup utang yang tidak dijamin penuh yang
terjadi sebelum proses reorganisasi dan seluruh kewajiban yang terjadi setelah
perusahaan memasukkan petisi reorganisasi untuk proses reorganisasi.
2. Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh
pengadilan niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka klaim
tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki.
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus
sebagai berikut :
1. Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti
biaya jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah
sebagai pos reorganisasi pada periode terjadinya. Namun demikian, setiap keuntungan
atau kerugian yang berasal dari operasi dalam penghentian, ataau pos-pos luar biasa,
harus dilaporkan secara terpisah menurut PSAK 1 tentang penyajian laporan
keuangan.
2. Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil
dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan
sumber daya yang tersedia pada instrumen yang menghasilkan bunga. Pendapatan
bunga tersebut harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos-pos reorganisasi. Sejauh
mana beban bunga yang dilaporkan berbeda dari bunga kontraktual atas utang
perusahaan harus diungkapkan, baik dalam kurung laporan laba rugi atau dalam catatan
kaki.
3. Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan dalam jumlah lembar saham
biasaatau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses reorgansasi harus
diungkapkan.
Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus
sebagai berikut :
1. PSAK 2 tentang laporan arus kas lebih menyarankan penggunaan metode langsung
untuk menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, namun jika metode tidak langsung
yang digunakan, maka perusahaan harus juga mengungkapkan secara terpisah arus kas
dari aktivitas operasi yang berkaitan dengan proses reorganisasi.
2. Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah
dari arus kas yang berasal dari operasi rutin. Sebagai contoh, kelebihan bunga bersih
yang diterima sebagai hasil dari perusahaan tidak membayar utang-utangnya selama
proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah.
RENCANA REORGANISASI
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan
pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses
reorganisasi. Selain tindakan-tindakan utama ini, manajemen juga terus berproduksi dan
menjual produk, menagih piutang, dan menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan
rencana ini berisi pembahasan yang teperinci mengenai hal-hal berikut :
1. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi.
2. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
3. Revaluasi aset dan kewajiban.
4. Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitan
saham baru kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua kreditor,
yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang belum lunas,
meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang disetujui oleh kreditor
dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan menemukan alasan
bahwa rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil bagi
kelompok yang tidak menyetujui rencana tersebut
Ilustrasi Reorganisasi
Neraca PT Induk pada tanggal 31 Desember 20X6. Pada tanggal 2 Januari 20X7 , manajemen
PT Induk mengajukan petisi pada pengadilan niaga dalam rangka penundaan pembayaran
untuk memperoleh penangguhan pembayaran utang dan waktu untuk merehabilitasi
perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang menguntungkan
PT Induk
Neraca
31 Desember 20X6
Debit Kredit
Aset
Kas 2.000.000
Efek yg dapat dipasarkan 8.000.000
Piutang usaha 18.000.000
Persediaan 45.000.000
Aset dibayar dimuka 1.000.000
Aset tetap 101.000.000
Kewajiban
Utang Lancar 133.000.000
Utang hipotik 50.000.000
Ekuitas
Saham istimewa 40.000.000
Saham Biasa 10.000.000
Saldo laba (defisit) (58.000.000)
175.000.000 175.000.000

Pengadilan niaga menerima petisi tersebut dan PT Induk menyusun rencana


reorganisasinya. Rencana ini diajukan pada tanggal 1 Juli 20x7, dan pernyataan
pengungkapan dikirimkan kepada seluruh kreditur dan pihak-pihak lain yang terpengaruh.
PT Induk pada tanggal 2 Ianuari 20X8 dan pmses
Pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi
Rencana
morganisasi diselesaikan pada tanggal 1 AprilReorganisasi
20X8.
Berdasarakan UU
1 Sebelum
Utang rencana Rp.26.000.000
usaha sebesar reorganisasi disetujui, PT Induk
diperlakukan masih
sebagai terus: beroperasi di bawah
berikut
Sebanyak
perlindungan Rp.6.000.000
petisi penundaan akandiberikan.
yang dihapuskanPerusahaan hanya melakukan pembayaran
Sebanyak Rp.4.000.000 akan dibayar secara tunai
yang telah disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi. Satu-satunya pembayaran
Sebanyak Rp.12.000.000 dari utang yang ada akan ditukar dengan utang
yang disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi adalah pembayaran sebesar
subordinasi
Rp2.000.000
Utangatassebesar
utang hipotek. Masalah
Rp. 4.000.000 pelaporan
akan yang paling
ditukar dengan 4.000 penting
lembar adalah
saham jumlah
biasa
reorganisasi hams
yang dilaporkan
baru secara terpisah dari jumlah operasi lainnya.
dikeluarkan
2 Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp. 10.000.000 diperlakukan sebagai
Pada: tanggal 2 Ianuari 20X8, pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi,
berikut
seperti yang
Sebanyak Rp. 2.000.000
diajukan. PT Induk dibayar secara tunai
menjalankan rencana sebagaimana disajikan. Konsep
Sebesar Rp. 8.000.000 ditukar menjadi utang prioritas yang dijamin dengan
terpenting untuk menentukan akuntansi yang tepat bagi entitas dalam proses reorganisasi
peralatannilai reorganisasi. Nilai reorganisasi merupakan nilai wajar aset yang
adalah penentuan
3 Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp. 80.000.000 diperlakukan sebagai :
dimiliki oleh entitasRp.
Sebesar tersebut. Metode
12.000.000 yang
akan umum untuk menentukan nilai reorganisasi adalah
dihapuskan
Sebanyak
mendiskontokan arusRp. 14.000.000
kas dibayar
masa depan atautunai
dengan perkiraan nilai. Setelah analisis yang
Sebesar Rp. 49.000.000 ditukar dengan utang prioritas yang dijamin dengan
lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp195.000.000 ditetapkan untuk aset PT Induk. Ingat
agunan terhadap asset tetap
bahwa akuntansi permulaan baru tepat digunakan hanya jika kedua kondisi berikut ini terjadi:
Sebanyak Rp. 5.000.000 ditukar dengan 5000 lembar saham biasa yang baru
(1) nilai reorganisasi lebih kecil daripada total kewajiban pascapetisi dan klaim lain yang
dikeluarkan
diperbolehkan,
4 Utang bunga dansebesar
(2) pemegang saham diperlakukan
Rp. 3.000.000 dengan hak suara yang
sebagai ada sesaat
berikut : sebelum rencana
Sebanyak
reorganisasi disetujuiRp. 2.000.000
memiliki dihapuskan
kurang dari 50 persen dari saham
Sebesar Rp. 1.000.000 dibayar tunai
5 Utang gaji sebesar Rp. 14.000.000 diperlakukan sebagai berikut :
Sebanyak Rp. 12.000.000 akan dibayar tunai
Sebesar Rp. 2.000.000 ditukar dengan saham biasa baru
6 Pemegang saham istimewa menerima 80.000 saham biasa baru sebagai ganti saham
istimewa yang dimiliki
7 Pemegang saham biasa akan menerima 1000 lembar saham biasa sebagai ganti saham
biasa yang dimiliki
Dengan hak suara dari entitas yang akan muncul . Untuk menentukan kondisi pertama
bagi PT Induk , perbandingan dibuat pada tanggal saat rencana reorganisasi disetujui
Kewajiban pasca petisi 73.000.000
Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan pembayaran 133.000.000
206.000.000
JUmlah kewajiban pascapetisi dan klaim yg diperbolehkan
(195.000.000)
Nilai reorganisasi
11.000.000
Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi

PT Induk
Neraca
31 Desember 20X7
Aset
Kas 40.000.000
Piutang pengembalian pajak 12.000.000
Efek yang dipasarkan 8.000.000
Piutang usaha 6.000.000
Dikurangi : Penyisihan piutang tak tertagih (1.000.000) 5.000.000
Persediaan 37.000.000
Aset tetap 104.000.000
Dikurangi : Akm. Peny (26.000.000) 78.000.000
Total Aset 180.000.000
Kewajiban
Kewajiban tidak dikompromikan
Kewajiban lancar (pasca petisi)
Pinjaman jangka pendek 15.000.000
Utang usaha 10.000.000
Kewajiban tidak lancar
Utang hipotek , dijamin penuh 48.000.000
Total kewajiban tidak dikompromikan 73.000.000
Kewajiban yang dikompromikan
Utang usaha 28.000.000
Wesel bayar : sebagian dijamin 10.000.000
Wesel bayar : tidak dijamin 80.000.000
Akrual bunga 3.000.000
Utang gaji 14.000.000
Total kewajiban yang dikompromikan 133.000.000
Total kewajiban 206.000.000
Ekuitas
Saham istimewa 40.000.000
Saham biasa (nilai nominal Rp.1000) 10.000.000
Saldo laba (defisit) (76.000.000)
Total ekuitas (26.000.000)
Total kewajiban dan ekuitas 180.000.000
UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN LIKUIDASI
Likuidasi dilakukan oleh pengadilan niaga untuk kepentingan kreditur dan pemegang
saham perusahaan . Tujuan likuidasi adalah untuk memaksimalkan jumlah uang netto yang
diperoleh dari penjualan asset debitur . Pengadilan niaga menunjuk akuntan , pengacara atau
manajer usaha yang berpengalaman sebagai trustee untuk melakukan likuidasi . Proses
likuidasi seringkali diselesaikan dalam waktu 6 12 bulan dan selama periode tersebut ,
trustee harus menyampaikan laporan secara berkala kepada pengadilan niaga . Seluruh proses
likuidasi diatur dalam UU kepailitan yang menjelaskan prosedur khusus yang harus diikiuti
dan laporan laporan yang harus dibuat . Aspek likuidasi yang paling penting adalah
menentukan hak legal masing masing kreditur dan menetapkan prioritas terhadap hak
tersebut.
KELOMPOK KREDITUR
UU Kepailitan menentukan tiga kelompok kreditur, dengan klaim yang mendapatkan
prioritas sebagai berikut: (1) kreditur yang dijamin, (2) kreditur dengan prioritas, dan (3)
kreditur yang tidak dijamin. Prioritas klaim menentukan urutan dan sumber pembayaran
kepada masing-masing kreditur.
Kreditur yang Dijamin
Kreditur yang dijamin memiliki keterkaitan atau kepentingan pengamanan, terhadap
aset khusus yang sering kali disebut sebagai jaminan atau agunan (collateral). Seorang
kreditur yang memiliki kepentingan hukum terhadap suatu aset khusus memiliki prioritas
paling tinggi terhadap aset tersebut.
Kreditur dengan Prioritas
Kreditur dengan prioritas merupakan kredit yang tidak terjamin, yaitu mereka yang
tidak memiliki klaim jaminan terhadap aset tertentu, yang memiliki prioritas lebih tinggi
daripada kreditur yang tidak dijamin lainnya. Kreditur dengan prioritas dibayar terlebih
dahulu dari uang yang tersisa bagi kreditur yang tidak dijamin. Dalam bisnis, kewajiban
berikut ini dianggap sebagai prioritas.
Kreditur Umum yang Tidak Dijamin
Prioritas terendah diberikan pada klaim oleh kreditur umum yang tidak dijamin.
Kreditur-kreditur ini hanya dibayar setelah kreditur yang dijamin dan kreditur yang tidak
dijamin tapi dengan prioritas telah dibayarkan sebesar ketentuan batasan hukum. Sering kali,
kreditur umum yang tidak dijamir menerima jumlah yang lebih kecil dari nilai penuh klaim
yang diajukan. Iumlah yang dibayarkan kepada kreditur umumnya dinyatakan dalam
persentase tertentu dari total klaim, seperti 55% atan betapa pun persentase khususnya.
Pembayaran kepada kreditur umum yang tidak dijamin sering pula disebut sebagai dividen.
Statement of Affairs
Accounting statement of affairs merupakan laporan akuntansi dasar yang dimulai
pada awal proses likuidasi untuk menyajikan perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari
penjualan aset, urutan klaim kreditur dan perkiraan jumlah kreditut tidak dijamin yang akan
menerima sebagai hasil Iikuidasi. Laporan yang berbeda, juga disebut sebagai statement of
afairs merupakan kumpulan pertanyaan yang hams dijawab oleh pihak debitur sebagai
bagian dari petisi kepailitan. Pembahasan berikut adalah mengenai laporan akuntansi, bukan
kuesioner legal. Pemegang saham biasa biasanya jarang sekali memperoleh uang dari sebuah
perusahaan yang dilikuidasi. Statement of affairs merupakan alat bantu dalam perencanaan
proses likuidasi yang sesungguhnya yang akan dicatat pada buku debitur pada saat transaksi
terjadi.
Statement of affairs merupakan instrumen perencanaan yang disusun hanya pada
awal proses kepailitan. Laporan ini memberikan informasi kepada para kreditur dan
pengadilan niaga mengenai perldmn jumlah dana yang tersedia untuk masing-masing
kelompok kreditur. Sekali kepailitan telah terjadi, maka pihak debitur mencatat transaksi
tersebut pada catatan akuntansi pada saat terjadinya.
AKUNTANSI DAN PELAPORAN TRUSTEE
Pengadilan niaga menunjuk pihak trustee untuk mengelola perusahaan berdasarkan
penundaan pembayaran bila terjadi kesalahan, ketidakjujuran, ketidakkompetenan
manajemen dan secara umum terjadi kesalahan manajemen. Dalam UU Kepailitan dan
Likuidasi, pihak trustee umumnya memiliki tanggungjawab untuk melikuidasi dengan segera
perusahaan yang pailit dan membayar kreditur sesuai dengan status legal bagian mereka yang
dijamin atau tidak dijamin.
Pihak trustee memriksa bukti-bukti klaim kreditur terhadap perusahaan debitur yang
pailit yaitu asset bersih debitur. Kadang kala trustee menerima hak atas seluruh asset, yaitu
dalam posisi sebagai pihak penerima. Pihak trustee umumnya membuat catatan akuntansu
untuk mencatat sebagai pihak penerima. Catatan akuntansi trustee berisi kewajiban trustee
yang tercipta karena mengakui kepemilikan sebitur atas asset yang telah diterima oleh trustee.
Bentuk umum ayat jurnal pembukaan pihak trustee, saat menerima asset perusahaan debitur
adalah :
Aset xxx
Perusahaan Debitur-Dalam Posisi Pihak Penerima xxx

Laporan Realisasi dan Likuidasi


Laporan ini disusun untuk pengadilan niaga, dimana laporannya menunjukkan hasil
tindakan fidusia yang dilakukan oleh trustee yang dimulai pada saat pihak trustee menerima
asset debitur, Laporan ini memilki tiga bagian utama yaitu : asset, pos-pos tambahan dan
kewajiban. Bagian asset laporan ini dibagi ke dalam empat kelompok yaitu :
Aset
Aset yang akan direalisasikan Aset yang direalisasi
Aset yang diperoleh Aset yang tidak direalisasi
Aset yang akan direalisasikan adalah asset yang diterima dari perusahaan debitur.
Aset yang diperoleh merupakan asset yang berikutnya siperoleh trustee. Aset yang direalisasi
merupakan asset yang dijual oleh pihak trustee pada akhir periode. Kas umumnya tidak
dilaporkan dalam laporan realisasi dan likuidasi laporan arus kas yang terpisah umumnya
akan dibuat.
Bagian pos-pos tambahan laporan terdiri dari dua pos yaitu :
Pos-pos tambahan
Beban tambahan Kredit tambahan
Beban tambahan mencakup biaya administrasi trustee dan beban kas apa pun yang
dibayarkan oleh pihak trustee. Kredit tambahan mencakup beberapa pos pendapatan yang
tidak lazim.
Meskipun tidak mencatat kewajiban debitur, pihak trustee dapat menyelesaikan
beberapa utang debitur dan juga dapat menimbulkan utang baru setelah masa penerimaan
tanggungjawab. Bagian kewajiban laporan ini dibagi sebegai berikut :
Kewajiban
Kewajiban terlikuidasi Kewajiban akan dilikuidasi
Kewajiban tidak dilikuidasi Kewajiban yang timbul
Kewajiban terlikuidasi merupakan klaim kreditur yang telah diselesaikan dalam
periode berjalan. Kewajiban tidak dilikuidasi merupakan kewajiban yang masih ada selama
periode pelaporan. Kewajiban yang akan dilikuidasi merupakan utang yang masih terdapat
pada buku perusahaan debitur dimana pihak trustee bertanggung jawab atas likuidasinya
mulai pada tanggal penunjukkan. Kewajiban yang timbul terjadi apabila kewajiban baru
dilakukan oleh pihak trustee.

Ilustrasi Akuntansi dan Pelaporan Trustee


Pada tanggal 31 Desember 20X6, Abimanyu diangkat menjadi pihak trustee untuk
bertanggung jawab atas proses likuidasi PT Induk. Abimanyu akan diperbolehkan untuk
menjalankan perusahaan dalam jangka pendek untuk menentukan apakah perusahaan dapat
dijual secara utuh atau sebaliknya terpecah-pecah. Selama itu, pihak trustee harus
mengurangi jumlah utang jangka pendek yang dimiliki PT Induk. Jika penjualan secara utuh
tidak menggembirakan, maka Abimanyu diarahkan untuk melikuidasi perusahaan. Abimanyu
menerima asset pada tanggal 31 Desember 20X6 dan melakukan beberapa transaksi selama
bulan Januari 20X7. Transaksi dan ayat jurnal yang dibuat pada buku PT Induk dan pada
buku trustee yaitu :
1 Ayat jurnal (4) mencatat pengalihan asset dari PT Induk pada Abimanyu. Abimanyu
kemudian mengakui asset sebesar nilai bukunya seperti yang dilaporkan oleh PT
Induk. Piutang usaha tertanggal lama untuk dicatat bahwa ini merupakan bagian
dari asset yang ditransfer. Kredit sebesar Rp 155.000.000 pada buku PT Induk-Dalam
Posisi sebagai Abimanyu-Penerima merupakan piutang. Tidak ada Kewajiban yang
dialihkan. Kewajiban ini tetap ada pada buku PT Induk karena merupakan tanggung
jawab legal dari PT Induk.
2 Transasi trustee dicatat pada cara biasa dalam ayat jurnal (5) hingga (8). Perbedaan
satu-satunya adalah pembedaan antara akun lama yang merupakan bagian dari asset
yang dialihkan, dan akun-akun baru yang berasal dari transaksi pihak trustee.
3 Pihak trustee membayar sebesar Rp20.000.000 dari utang PT Induk dan membayar
Rp 10.000.000 untuk wesel bayar yang dijamin sebagian. Dalam ayat jurnal (9), debit
sebesar Rp 30.000.000 dibuat untuk akun kewajiban PT Induk-Dalam Posisi sebagai
Penerima. PT Induk membuat ayat jurnal yang berkaitan untuk mengurangi utang
usaha dan wesel bayar, dan untuk mengurangi piutang, Abimanyu-penerima.
4 Ayat jurnal sisanya (10) hingga (14) menyelesaikan transaksi, menyesuaikan buku dan
menutup buku pada akhir periode pertama penerimaan. Operasi tersebut
menghasilkan laba bersih sebesar Rp 4.000.000 untuk periode itu. Ayat jurnal penutup
mengalihkan laba bersih pada akun penerima dalam buku trustee. Ayat jurnal yang
berkaitan dengan buku PT Induk meningkatkan akun penerima dan akun saldo laba.

Pihak trustee memberikan laporan realisasi dan likuidasi kepada pengadilan niaga
setiap buhnnya. Selain itu, laporan arus kas yang pendek dibuat untuk meringkas penerimaan
kas dan pengeluaran kas setiap bulannya.

Kenyataan bahwa berbagai pengadilan niaga menerima alternatif bentuk laporan


realisasi dapat menimbulkan kebingungan di kalangan akuntan yang menyediakan jasa
profesional mereka di berbagai wilayah hukum. Sebagai contoh, haruskah aset yang
direalisasi disajikan dalam jumlah bruto, atau haruskah jumlah neto disajikan dengan
keuntungan atau kerugian yang disajikan dalam pos-pos tambahan? Bentuk laporan yang
disajikan pada bab ini merupakan pendekatan tradisional yang diterima mayoritas besar
pengadilan. Namun demikian, beberapa pengadilan saat ini sedang menguji coba bentuk
pelaporan trustee lainnya. Uji coba pelaporan trustee yang sedang berlangsung pada akhirnya
menyebabkan laporan baru yang akan menjadi modifikasi laporan yang ada selama ini .
Hingga saat itu terjadi , pihak akuntan yang bertindak sebagai trustee atau yang memberikan
advis kepada trustee harus memastikan dari pihak pengadilan niaga tertentu yang mengatur
proses kepailitan mangenai bentuk pelaporan yang harus digunakan.

Você também pode gostar