Você está na página 1de 5

Alkes Import Ilegal Banyak Beredar di Rumah Sakit

Pemerintah
Berita Bidik 23:36 A+ A- Print Email

SURABAYA(MediaBidik) Maraknya peredaran Alat Kesehatan (Alkes) Ventriculoperitoneal


Shunting (Vp Shunt) Import Ilegal merek Fuji System Corporation Japan, yang berfungsi untuk
mengurangi kelebihan cairan dalam otak, khususnya untuk pasien Hidrosefalus (Kepala
membesar), ironisnya Alkes Import Ilegal tersebut sudah beredar diseluruh Rumah Sakit
Pemerintah yang ada di Indonesia, diantaranya RSCM(Rumah Sakit Cipto Mangkusumo), RSUP
Fatmawati, RS PELNI dan RS Pusat Otak Nasional yang ada di Jakarta, padahal Alkes tersebut
belum mempunyai ijin edar dan ijin penyaluran dari Departemen Kesehatan (Depkes RI) dan
diduga melanggar Peraturan Menteri Kesehatan(Permenkes) No 1190 Tahun 2010 tentang Ijin
Edar Alkes serta Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 1191 Tahun 2010 tentang
Penyaluran Alkes.

Beredarnya alat kesehatan (Alkes) Import Ilegal di sejumlah Rumah Sakit Pemerintah yang ada
diseluruh Indonesia, khususnya Jakarta. Disinyalir adanya Mou antara Dokter yang bekerja di
Rumah Sakit tersebut dengan PT Perdagangan Farmasi Nitra selaku distributor tunggal Alkes Vp
Shunt Import Ilegal merek Fuji asal Japan, dengan imbalan fee sebesar Rp 500 1 juta per set.

Berdasarkan data dan keterangan dari sumber media ini menjelaskan,"Alkes Impor illegal Vp
Shunt merek Fuji Japan yang dimiliki oleh PT Nitra selaku distributor tunggal alat keshatan
tersebut belum mempunyai ijin edar dari Departemen Kesehatan RI, sesuai Permenkes No 1190
Tahun 2010 dan Permenkes No 1191 Tahun 2010 tentang Ijin Edar dan Penyaluran Alkes. Dari
data yang ada bahwa ijin untuk menyalurkan Alkes yang dikeluarkan Depkes RI melalui Dirjen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan No YF.05.03.V.B.SK.499 tanggal 25 Mei 2005,
untuk PT Nitra, merek Fuji System Corporation Japan untuk peralatan alat bedah yaitu, Wire
Reinforced Endrotracheal Tube, Flushing Device, Peritoneal Tube, Ventricular Tube, Ventricular
Drainage Tube dan Univent Tube(TCB Type),"jelasnya.

Masih menurut Sumber,"Untuk menghindari pajak dan ijin dari Depkes RI, demi memperlancar
pendistribusian Alkes illegal tersebut agar bisa masuk di Rumah Sakit Pemerintah khusunya
wilayah Jabotabek. PT Nitra mengandeng beberapa dokter spesialis otak dan saraf yang ada di
tiap-tiap rumah sakit, tanpa harus melalui Apoteket ataupun Farmasi yang ada dirumah sakit
tersebut, jadi barang tersebut jarang ada diapoteker, apabila ada pasien yang membutuhkannya
harus melalui dokter yang bersangkutan, rata-rata keuntungan atau fee yang didapat dalam
penjualan alat tersebut sebesar Rp 1-2 juta per setnya, tergantung kebutuhan
pasien,"tandasnya. (Ed)
HATI-HATI BANYAK ALAT
KESEHATAN(ALKES) IMPORT BELUM
MEMILIKI IJIN BEREDAR DI RUMAH
SAKIT PEMERINTAH

ILUSTRASI
ALAT KESEHATANmedia

Published in Nasional Written by Redaksi MARCH 24 2016 font size decrease font size increase font size

Rate this item

3
4

(0 votes)

SURABAYA-PELITA JATIM.Temuan Alkes ilegal tahun 2014 yang lalu,hanya ada di


beberapa tempat saja, Namun kini di tahun 2016 telah muncul Lagi bahkan semakin
marak isu gunjingan bahwa banyak sekali alat kesehatan yang beredar yang belum
dilengkapi ijin penyaluran alat kesehatan dari Menteri kesehatan.

Beberapa pasien di wilayah jabodetabek mengatakan bahwa alat yang digunakan pada
dirinya dalam kasat mata meragukan,terbukti bebera pasien termasuk dirinya
merasakan Linu berkepanjangan saat menggunakan alat pent penyambung tulang
tertanam pada kaki peredaran Alat Kesehatan (Alkes) Ventriculoperitoneal Shunting (Vp
Shunt) Import Ilegal merek Fuji System Corporation Japan.

Alat tersebut berfungsi untuk mengurangi kelebihan cairan dalam otak, khususnya
untuk pasien Hidrosefalus (Kepala membesar), ironisnya Alkes Import yang belum
memiliki Ijin penyaluran alat dan juga belum memiliki Ijin edar dari Kementerian
kesehatan tersebut sudah beredar diseluruh Rumah Sakit Pemerintah yang ada di
Indonesia, diantaranya RSCM(Rumah Sakit Cipto Mangkusumo), RSUP Fatmawati, RS
PELNI dan RS Pusat Otak Nasional yang ada di Jakarta.

Padahal Penyaluran Alat kesehatan (Alkes) tersebut wajib memiliki ijin edar dan ijin
penyaluran alat dari Departemen Kesehatan (Depkes RI) sebagaimana yang diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan(Permenkes) No 1190 Tahun 2010 tentang Ijin Edar
Alkes serta Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 1191 Tahun 2010 tentang
Penyaluran Alkes.

Beredarnya alat kesehatan (Alkes) yang tidak dilengkapi ijin tersebut sangat
membahayakan Pasien,mengingat Ukuran penggunaan alat kesehatan tersebut belum
teruji secara medis .peredaran tersebut terjadi Disinyalir adanya Mou antara oknum
Dokter yang bekerja di Rumah Sakit tersebut dengan PT Perdagangan Farmasi Nitra
selaku distributor tunggal Alkes Vp Shunt Import Ilegal merek Fuji asal Japan, dengan
imbalan fee sebesar Rp 500 1 juta per set.

Berdasarkan data dan keterangan dari sumber media ini menjelaskan,"Alkes Impor Vp
Shunt merek Fuji Japan yang dimiliki oleh PT Nitra selaku distributor tunggal tersebut
belum mempunyai ijin edar dari Departemen Kesehatan RI, sesuai Permenkes No 1190
Tahun 2010 dan Permenkes No 1191 Tahun 2010 tentang Ijin Edar dan Penyaluran
Alkes.

Dari data yang ada bahwa ijin untuk menyalurkan Alkes yang dikeluarkan Depkes RI
melalui Dirjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan No YF.05.03.V.B.SK.499
tanggal 25 Mei 2005, untuk PT Nitra, merek Fuji System Corporation Japan untuk
peralatan alat bedah yaitu, Wire Reinforced Endrotracheal Tube, Flushing Device,
Peritoneal Tube, Ventricular Tube, Ventricular Drainage Tube dan Univent Tube(TCB
Type),"jelasnya.

Produk alat kesehatan yang beredar harus memenuhi standar dan/atau persyaratan
mutu, keamanan, dan kemanfaatan.

Standar dan/atau persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Farmakope Indonesia, Standar Nasional
Indonesia, Pedoman Penilaian Alat Kesehatan, atau standar lain yang diatur oleh
Direktur Jenderal.

Masih menurut Sumber,"Untuk menghindari pajak dan ijin dari Depkes RI, demi
memperlancar pendistribusian Alkes illegal tersebut agar bisa masuk di Rumah Sakit
Pemerintah khusunya wilayah Jabotabek. PT Nitra mengandeng beberapa dokter
spesialis otak dan saraf yang ada di tiap-tiap rumah sakit, tanpa harus melalui Apoteket
ataupun Farmasi yang ada dirumah sakit tersebut, jadi barang tersebut jarang ada
diapoteker, apabila ada pasien yang membutuhkannya harus melalui dokter yang
bersangkutan, rata-rata keuntungan atau fee yang didapat dalam penjualan alat
tersebut sebesar Rp 1-2 juta per setnya, tergantung kebutuhan pasien (junn).

Read 100 times

Você também pode gostar