Você está na página 1de 7

Analisa Perencanaan

2005

A. Kabupaten Dairi, Provinvsi Sumatera Utara


Kabupaten Dairi secara geogafis terletak di bagian tengah Sumatera
Utara berada pada posisi 9800001-98030 dan 2015-3000 LU dengan
luas wilayah 191.625 HA. Keadaan tanah secara umum bergelombang
diselingi dataran. Kabupaten Dairi mempunyai potensi daya alam yang
kaya diantaranya; Potensi Pariwisata, Pertanian, Perternakan,
Pertambangan, Kehutanan, dan Energi, Perdagangan dan Industri.
Daerah Pusat Pertumbuhan Dairi merupakan suatu strategi
pengembangan wilayah secara terintegrasi. Dengan demikian
diharapkan terjadi pengembangan pasar lokal sehingga memungkinkan
berkembangnya kegiatan ekonomi yang telah ada dan tumbuhnya
kegiatan ekonomi baru. Disamping itu dengan pengembangan wilayah
yang terintegrasi, juga diharapkan dapat menciptakan efisiensi dari tata
niaga sehingga dapat memotong rantai koleksi dan distribusi. Efisiensi
pendistribusian produk tersebut akan meningkatkan daya saing dari
produk Kawasan Barat Sumatera Utara sehingga dapat memperluas
pangsa pasar.
Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, saat ini kawasan Barat
Sumatera Utara mempunyai potensi komoditi yang cukup besar, yang
apabila diolah lebih jauh dan dikelola secara mandiri akandapat
menhasilkan keuntungan yang besar bagi kawasan ini.
Saat ini, pengelolahan komoditi-komoditi ini belum optimal karena tata
niaga yang tidak menunjang, disamping sarana dan prasarana yang
masih tergantung kepada kawasan timur. Untuk itu perlu penataan
kembali tata niaga yang ada, dan alternatif pintu gerbang pemasaran di
kawasan pantai barat agar proses koleksi dan distribusi komoditi
menjadi lebih efisien.
Secara lokasi Kabupaten Dairi memiliki keunggulan strategis yang
menjadikannya berpotensi menjadi:
- Pintu gerbang alternatif bagi pemasaran produk-produk.
- Pusat koleksi dan pengolahan komoditi.
Dengan demikian secara prinsip Kabupaten Dairi Tengah merupakan
suatu titik yang menyediakan sarana dan prasarana wilayah yang dapat
dimanfaatkan oleh Kawasan Barat Sumatera Utara sebagai :
1. Pengumpul komoditi.

4-1
2. Pengolahan komoditi.
3. Pemasaran/pendistribusian komoditi.
4. Pusat informasi produksi dan pasar.
Untuk itu, perlu dikembangkan sarana dan prasarana pendukung fungsi
hubungan tersebut, seperti pengembangan kawasan strategis, pusat
energi, kawasan industri, pelabuhan cargo dan bandar udara yang
memadai, dan kawasan wisata.

B. Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

Kabupaten Pesisir Selatan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera


Barat. Kabupaten Pesisir Selatan merupakan kabupaten terluas di
Propinsi Sumatera Barat. Wilayahnya mencakup daratan bagian selatan
pulau Sumatera dan wilayah kepulauan, dengan luas adalah 574,989
Ha yang membentang dari utara ke selatan dengan panjang pantai
lebih kurang 218 Km, terletak pada posisi 0 59 Lintang Selatan sampai
dengan 2 28,6 Lintang Selatan dan 0 19-101 18 Bujur Timur, Pesisir
Selatan mempunyai batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatas dengan Kota Padang

Sebelah selatan berbatas dengan Propinsi Bengkulu

Sebelah Barat berbatas dengan Samudera Indonesia

Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok Selatan dan


Jambi
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki wilayah laut yang cukup luas
karena berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sangat kaya
dengan potensi kelautan dan mempunyai potensi besar disektor
produksi ikan laut.
Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit-bukit
dengan tinggi dari permukaan laut berkisar antar 0-1000 meter. Suhu
udara pada siang hari berkisar antara 23C-32C dan 22C-28C pada
malam hari. Daerah ini memiliki pulau sebanyak 25 buah dan 18 buah
sungai, yaitu 11 buah sungai besar dan 7 buah sungai kecil . Pulau-
pulau tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek
wisata alam maupun wisata bahari.
Luas Wilayah 574.989 Ha terdiri dari : Hutan Negara 424.399 Ha
(74%) dan Budidaya 150.590 Ha (26%). Kasawan Hutan Negara
424.399 Ha diantaranya merupakan Kawasan Hutan Lindung 49.720
Ha (12%), Hutan Produksi 68.546 Ha (16%), Hutan Konservasi
306.105 Ha (72%). Kawasan Budidaya 150.590 Ha diantaranya
dimanfaatkan untuk Perumahan, jalan, dll 32.380 (22%), Hutan
Rakyat 40.168 Ha (27%), Perkebunan 43.170 Ha (28%) dan Sawah
34.900 Ha (23%)

4-2
Selain hal tersebut, wilayah Pesisir Selatan yang memiliki garis pantai
218 km dan ZEE 200 mil laut mempunyai potensi besar disektor
produksi ikan laut. Berdasarkan survey Dirjen Perikanan Tahun 1991,
sektor kelautan laut Pesisir Selatan memiliki potensi lestari rata-rata
94.864 ton/tahun. Saat ini tergarap 13,61 % dengan tingkat produksi
12.910 ton.

C. Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu


Batas Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara secara geografis terletak di
bagian Barat Pulau Sumatera pada posisi 2 16 - 3 31 LS dan 101 1
- 103 41 BT dengan luas 9.585,24 km2 dan berpenduduk 380.000
jiwa.
Perkebunan di Bengkulu menghasilkan antara lain, kelapa sawit, karet,
dan coklat yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Hasil
tambang utama di Bengkulu tahun 1997 adalah batu bara, yang banyak
terdapat di daerah Bajak, yang telah menghasilkan 691 ton batu bara.
Potensi perikanan di daerah Bengkulu Utara meliputi usaha perikanan
darat, tambak, dan perikanan laut yang sampai sekarang belum
dimanfaatkan secara optimal dan masih berpotensi untuk
dikembangkan lebih lanjut, terutama dalam hal pemanfaatan Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE). Produksi perikanan darat (1997) mencapai
sekitar 5.758,5 ton dengan nilai Rp 25.349.910.000, yang meliputi hasil
dari ikan tambak 452 ton, perikanan umum 2.252 ton, ikan kolam 1.390
ton, keramba 64 ton, dan ikan sawah 1.644 ton. Hasil produksi
perikanan darat tahun 1998 mencapai sekitar 5.195 ton, terdiri dari ikan
kolam 1.390 ton, keramba 15 ton, ikan sawah 1.645 ton, ikan tambak
442 ton, dan ikan perairan umum 2.244 ton. Nilai total hasil produksi
tersebut mencapai sekitar Rp 25.562.961.000. Sedangkan hasil
perikanan laut tahun 1997 dan 1998 berturut-turut adalah 17.099 ton
dengan nilai Rp 52.065.550.000 dan 19.841 ton dengan nilai Rp
31.901.879.000.
Potensi peternakan di Bengkulu Utara dapat dilihat dari populasi ternak
utama tahun 1997: sapi 94.522 ekor, kerbau 87.086 ekor, babi 1.103
ekor, kambing 156.743 ekor, domba 20.227 ekor, ayam ras petelur
50.750 ekor, ayam pedaging 2.165.532 ekor, ayam kampung 4.037.642
ekor, dan itik 654.760 ekor.

4-3
D. Kabupaten Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau

Data Potensi DaerahKabupaten memberikan gambaran sektor-sektor


yang dominan dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Kepulauan Riau. Sektor-
sektor tersebut antara lain :
Sektor Kelautan, yang merupakan sektor yang memiliki potensi
sangat besar karena berdasarkan karakteristik wilayah
Kepulauan Natuna yang merupakan 96% lautan. Pada sektor
kelautan ini akan memaparkan data potensi Perikanan Tangkap
dan Budidaya, Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau, Migas dan
Kapal Tenggelam, serta Industri Kelautan.
Sektor Peternakan, memaparkan potensi ternak di Kepulauan
Natuna yang meliputi jumlah populasi, pemotongan, dan daging
yang dihasilkannya.
Sektor Pertanian, memaparkan potensi pertanian di Kepulauan
Riau yang meliputi luas lahan menurut jenis lahan dan produksi
tanaman buah-buahan.
Sektor Pariwisata, memaparkan tentang potensi objek-objek
pariwisata di Kepulauan Riau. Selain itu juga dipaparkan jumlah
fasilitas hotel, kamar, dan tempat tidur serta perkembangan
jumlah wisatawan.

E. Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Melihat PDRB Provinsi NTB, ada dua sektor yang paling dominan share-
nya, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Kedua sektor
tersebut secara kontinyu mendominasi PDRB NTB. Oleh karena itu,
kegiatan perekonomian NTB sangat dipengaruhi oleh faktor musiman.
Kondisi geografis NTB yang letaknya terpisahkan lautan dari pulau
lainnya membuat perekonomian daerah ini sangat dipengaruhi
ketersediaan sarana dan prasarana serta biaya transportasi. Apalagi
sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTB didatangkan dari
luar daerah.
Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian NTB memiliki
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kegiatan pertambangan
PT. Newmont Nusa Tenggara, karena besarnya share perusahaan
tersebut di sektor pertambangan. Hampir seluruh ekspor NTB berasal
dari ekspor produk konsentrat tembaga dari PT. Newmont Nusa
Tenggara (pangsanya mencapai lebih dari 99% dari total ekspor NTB).

4-4
F. Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Wilayah Kabupaten Kupang yang sebagian besar terdiri dari padang


rumput dengan curah hujan yang cukup rendah, merupakan tempat
yang sangat cocok untuk mengembangkan sektor peternakan dan
perkebunan lahan kering, yang terbukti pernah sangat berhasil
misalnya sapi dan kopi.
Wilayah Kabupaten Kupang sangat kaya akan objek wisata. Banyak
yang masih asli. Salah satunya adalah terumbu karang. Disamping itu
ada pantai nembrala yang sangat cocok untuk selancar karena memiliki
ombak berskala internasional. Objek wisata lainnya adalah air terjun 3
tingkat (70 m) di oenesu.
Potensi wisata Kabupaten Kupang juga ditunjukkan oleh Penduduk yang
mendiami wilayah Kabupaten Kupang terdiri dari beragam suku,
bahasa, dan budaya. Keragaman ini menjadi suatu keunikkan yang
membentuk karateristik masyarakat NTT. Salah satu tarian adat yang
cukup menarik adalah tarian pado'a dan tarian caci.

G. Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah

Pada sektor pertambangan, daerah Sulawesi Tengah memiliki berbagai


bahan mineral seperti emas, nikel, bijih besi, mangan, mika skis,
limestone, granit, marmer, kaolin, gypsum, dan batubara Banyaknya
perusahaan besar/sedang di Sulteng pada 1998 ada 65 unit perusahaan
yang menyerap 40,000 tenaga kerja. Daerah Sulteng memiliki potensi
hasil hutan yang cu kup besar, terutama kayu bakau, kayu hitam, kayu
meranti, kayu kuning, serta hasil hutan lainnya, seperti rotan dan
dammar Hasil peternakan di Sulteng pada 1998 adalah sebagai berikut:
sapi 230.
Hasil peternakan di Sulteng pada 1998 adalah sebagai berikut: sapi
230.497 ekor, kerbau 6.946 ekor, kambing 178.169 ekor, kuda 5.394
ekor, babi 101.435 ekor, domba 6.164 ekor, ayam ras 1.033.382 ekor,
ayam kampung 1.396.196 ekor, dan itik 108.163 ekor.
Sementara itu, hasil produksi perikanan di Sulteng pada 1998 adalah
sebagai berikut: perikanan laut 88.290 ton, dengan nilai Rp
89.559.000.000,00; sedangkan perikanan darat termasuk hasil
budidaya tambak, kolam, keramba, dan sebagainya 91.331 ton, dengan
nilai Rp 99.407.000.000,00. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
daerah Sulteng termasuk propinsi yang berpotensi cukup besar atas
hasil perikanan, baik darat maupun laut. Persoalannya adalah modal
untuk pengadaan sarana-prasarana penangkap an ikan belum
terjangkau dan dimiliki nelayan.

4-5
H. Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara

Sebagai provinsi kecil dengan pulau-pulau yang tersebar-sebar,


ekonomi Maluku Utara didominasi oleh usaha kecil, perdagangan
nonformal, petani dan nelayan. Hanya ada segelintir usaha kecil
menengah sebelum konflik, yaitu beberapa sawmill (kilang
penggergajian) dan manufaktur kayu lapis, perusahaan pertambangan
emas dan nikel, penggilingan kelapa, perkebunan pisang, perusahaan
perikanan berskala menengah, dan sejumlah badan usaha milik negara,
seperti PT PLN, PT Inhutani dan PT Usaha Mina yang masing-masing
bergerak di bidang kelistrikan, kehutanan dan perikanan.
Halmahera Utara juga memiliki komoditas perdagangan yang beragam,
mulai dari plywood, kayu olahan lain, minyak kelapa kasar, bungkil,
pisang segar, kopra, pala, fuli, kakao, kayu bular, dan rotan. Bahkan,
Kelompok Sinar Mas memiliki perkebunan pisang modern sebelum
akhirnya ditutup akibat perang saudara.
Di samping itu, Maluku Utara yang akrab disebut Maloku Kie Raha
(gugusan empat pulau bergunung) ini memiliki kekayaan tambang yang
cukup menjanjikan, seperti nikel ore, limonite, dan emas. Yang tak kalah
menarik, tentu potensi laut dan perikanan yang bernilai milyaran dollar.
Perairan Maluku Utara merupakan tempat matang dan dewasanya ikan
sejenis cakalang dan tuna. Dari potensi laut yang ada, data tahun 1999
menyebutkan baru sekitar 56.849 ton yang dimanfaatkan. Khusus ikan
tuna yang diminati pasar Jepang, potensi lestarinya di Maluku Utara
mencapai sekitar 50.000 ton, sedangkan cakalang 72.187 ton.
Maluku Utara juga masih menyimpan kekayaan hutan seluas 3,1 juta
hektar. Di sana hingga kini beroperasi 15 perusahaan pemegang izin
hak pengusahaan hutan (HPH), empat perusahaan hak pengusahaan
hutan tanaman industri (HPHTI), 295 pemegang hak pemungutan hasil
hutan (HPHH), dan tiga pemegang izin pengolahan hutan (IPK).
Potensi ekonomi Maluku Utara menjadi semakin lengkap dengan
kekayaan tambang nikel kadar N1 1,5-2,5 persen. Besar potensi nikel
yang sudah diketahui berkisar 220 juta ton yang tersebar di Tanjung
Buli, Pualu Gee, Pulau Pakal, Pulau Obi, dan Teluk Weda. Dua lokasi di
antaranya sudah ditambang, yaitu Pulau Gebe dan Gag. Di samping
nikel, tambang emas yang dikandung Maluku Utara berdasarkan hasil
penelitian PT Halmahera Minerals berkisar 1,4 juta ton dengan kadar
layak tambang. Prospek emas juga terdapat di Ruwait serta Tugurachi.
Sumber daya geologis lainnya terdapat di Pulau Obi yang diperkirakan
mengandung 6,8 juta ton. Kandungan sumber daya geologis terbesar
ditemukan di Pulau Bacan berkisar 70 juta ton. Tembaga yang
tersimpan di perut Bumi Maluku Utara berkisar 70 juta ton, belum lagi
mineral mangan, kromit, batu gamping, kalsit, bentonit, diatome, talk,

4-6
kaolin, perlit, magnesit, andesit, sirtu, batu apung, diorit, dan beragam
batu mulia.

4-7

Você também pode gostar