Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nelangsah : Yulia
Kayana : Ferina
Resepsionis : Sita
Perawat : Salsa
Dokter/Anak Presiden : Faiz
Orang Asing : Audrey
Suami/Body Guard : Nanda
Narator : Hari Senin merupakan hari yang begitu sibuk di rumah sakit. Sejak pagi, sudah
banyak orang yang mengantri di ruang tunggu dan menanti nomor antriannya
dipanggil oleh resepsionis. Ada yang datang untuk memeriksakan kesehatannya,
mendaftar untuk opname, bahkan sekedar kontrol rutin.
Pada saat itu juga, datanglah dua wanita yang sedang mengandung besar ke
dalam rumah sakit tersebut. Wanita pertama bernama Kayana. Ia datang dengan
mobil mewah bersama suaminya. Walaupun sedang hamil tua, Kayana masih
sempat berdandan cantik bak artis metropolitan. Perhiasan mahal tergantung di
beberapa bagian tubuhnya. Berbeda dengan wanita yang kedua, Nelangsah,
yang hanya datang ke rumah sakit seorang diri dengan menggunakan ojek.
Masih dengan mengenakan daster dan helm ojek, Nelangsah memasuki ruang
tunggu dengan tertatih-tatih.
Kayana : (masuk didampingi suami) Aduh, Pa. Kakiku sakit buat jalan...
Suami : Sabar, Ma. Ditahan dulu. Masa mau Papa gendong, Papa gak kuat.
Kayana : Pa, jangan ngeselin dong! Udah sakit masih dibilang gendut! (memukul bahu
suami)
Suami : Kan Papa ga bilang kamu gendut, Ma. Papa cuma bilang kalo......
Suami : Jangan marah dong, Ma. Nanti cantiknya hilang lho. Yaudah, Papa ambil nomor
antrian dulu ya. (membantu Kayana duduk di bangku tunggu)
Nelangsah : (masuk ke dalam rumah sakit masih lengkap dengan helm dan langsung
mengambil nomer antrian)
Nelangsah : Saya sudah hamil 9 bulan, Mbak. Ini seharusnya sudah mulai diopname buat
siap-siap lahiran. Sudah terasa tanda-tandanya. Hehehe.
Resepsionis : Mau ambil ruang inap yang mana, Bu? Masih ada yang kosong semua. Kecuali
yang VIP cuma sisa 1 kamar.
Nelangsah : Kalau saya pakai jamkesmas bisa pilih kamar juga, Mbak?
Resepsionis : Oh, Ibu mau pakai kartu jamkesmas? Boleh saya lihat kartunya?
Resepsionis : (mengecek kartu dan menginput data ke komputer) Mohon maaf Ibu, untuk
dokter yang melayani persalinan dengan memakai jamkesmas tidak tersedia di
rumah sakit kami.
Nelangsah : Lho? Kok bisa? Masa rumah sakit segede ini nggak ada dokter kandungannya?
(mata melotot)
Resepsionis : Betul, Bu. Dokter yang bisa melayani dengan jamkesmas hanya dokter tertentu
saja.
Nelangsah : Lho gimana sih? Kan jamkesmas dari pemerintah. Katanya jamkesmas untuk
menjamin kesehatan masyarakat miskin, masa mau lahiran aja gak dilayani?
Resepsionis : Mohon maaf, Bu. Prosedurnya memang begitu. Saya hanya menjalankan
prosedur yang ada.
Nelangsah : Huh, lihat saja nanti. Saya melahirkan sendiri juga bisa! (kembali ke bangku
tunggu dengan muka muram)
Suami : Istri saya sudah mau melahirkan, Mbak. Katanya udah kerasa bayinya nendang-
nendang pengen keluar. Jadi, saya mau ambil kamar buat istri saya.
Resepsionis : Ada banyak dokter kandungan Ibu yang melayani di sini. Ada dokter Faiz, dokter
Nandastra, dan beberapa dokter yang lain. Tergantung situasi nanti, Bu...
Nelangsah : (berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju meja resepsionis) Lho, katanya
tidak ada dokter kandungan yang melayani nggak ada, barusan pas ibu ini tanya
ternyata ada banyak dokter di sini!
Resepsionis : Sabar, Bu. Jangan teriak-teriak. Biar saya jelaskan. Jadi memang dokter
kandungan ada banyak di rumah sakit ini, tapi tidak ada yang bertanggung
jawab untuk melayani pasien jamkesmas.
Nelangsah : Wah, ya tidak bisa begitu dong! Masa program pemerintah pelayanannya pilih-
pilih. Seharusnya semua di layani!
Kayana : Bu, udah deh. Kalau mau jelas dilayani jangan pakai kartu-kartuan segala. Pakai
uang.
Resepsionis : Mungkin Ibu bisa mencoba memakai jamkesmas di rumah sakit lain
Kayana : Udah deh, Bu. Jangan bikin ribut di sini, ini rumah sakit!
Suami : Sudah deh, Bu. Kalau mau cepat-cepat dilayani, bayar tunai saja. Dijamin bakal
dilayani.
Resepsionis : Bukan begitu. Sekali lagi saya tegaskan kalau sistem pelayanan jamkesmas
memang demikian. Tidak semua dokter melayani pasien jamkesmas.
Orang Ah! Nggak mungkin. Pasti ini rumah sakitnya saja yang nggak mau rugi karena
Asing : kebanyakan melayani pasien jamkesmas.
Orang Saya mau googling, apa benar sistem pelayanan jamkesmas seperti itu.
Asing : (mengambil handphone dari saku dan mulai googling)
Orang Loh mbak, ngga ada peraturan kalo pelayanan jamkesmas hanya di bidang
Asing : tertentu. (sambil scrolling handphone) Yang ada malah peraturan yang
mengatakan bahwa semua biaya pengobatan para pemilik kartu jamkesmas
ditanggung pemerintah. Baca nih mbak, semua. Nggak ada pengecualian.
Resepsionis : Saya hanya menjalankan tugas, Bu. Kalau atasan saya memberi peraturan
seperti itu, ya saya hanya bisa ikut saja.
Resepsionis : Ya sudah, Bu. Kalau ibu tidak suka dengan pelayanan rumah sakit kami,
silahkan datang ke rumah sakit lain.
Orang Kok mbaknya malah mengusir ibu ini sih!? (membentak)
Asing :
Nelangsah : (Memegangi perutnya sambil merintih) Aduuuhhhh
Orang Aduh bagaimana ini, tolong dong tolong!! (panik) Heeeh. Ibu ini ketubannya
Asing : pecah, masa ga ada yang mau nolongin sih!?
Orang Gapapa Gundhulmu mbak! Ketubannya pecah ini lho! Panggilkan dokter mbak,
Asing : cepat!
Resepsionis : (menelpon lewat meja resepsionis memanggil dokter) Halo... darurat ada orang
yang melahirkan. Di lobby. Tolong cepat.
Orang Pak Dokter! Yang mau melahirkan ibunya ini!! (menunjuk Nelangsah dengan
Asing : panik)
Suami : Istri saya juga mau melahirkan dok. Buruan.
Dokter : Ibu ini lebih butuh pertolongan kita, ayo segera! (mendorong kursi roda
kayana ke UGD)
Orang Aduh ini gimana? (panik) Mbak resepsionis, tolong panggil dokter lagi. Soal
Asing : biaya nanti saya yang urus.
Nelangsah : Aaaaaa
Narator : Nelangsah akhirnya dapat melahirkan dibantu oleh orang asing di lobby rumah
sakit. Di UGD, pada waktu yang hampir bersamaan, Kayana juga sudah
melahirkan. Sebentar lagi ia harus dipindahkan ke ruang opname VIP yang ia
pilih tadinya.
Semua bermula saat mobil mewah berhenti di rumah sakit. Lalu masuklah sang
empunya mobil itu ke dalam rumah sakit.
Kebas : (berjalan dengan penuh wibawa, sesekali membersihkan kemejanya dari debu
yang menempel)
Resepsionis : Ini dengan bapak Kebas Yudhoyoyes kan? Ada yang bisa saya bantu?
Bodyguard : Jelas. Kami kesini untuk...
Kebas : Saya jerawatan di sini. (menunjuk dahinya yang berjerawat) Saya butuh
opname di ruang VIP.
Bodyguard : Masalah?
Resepsionis : Ah, tidak. Tapi mohon maaf, Pak. Ruang VIPnya sudah penuh semua.
Kebas : Anda tidak bisa mengusahakan ada kamar VIP untuk saya? Anda tahu saya
siapa? Saya anak presiden. Rumah sakit ini bisa saya tutup kalau Anda macam-
macam!
Narator : Tiba saatnya Kayana masuk ke dipindahkan dari UGD ke dalam ruang VIP. Ia
didorong oleh perawat menuju ruang VIP. Namun ternyata ruang VIP tersebut
sudah diisi oleh pria yang sehat-sehat saja. Yaitu Kebas Yudhoyoyes yang
mengidap penyakit jerawat ringan.
Kayana : Lho? Kok sudah ada isinya? Mbak? Bener ini ruangan saya?
Kayana : Mas itu Kebas Yudhoyoyes ya??? Anaknya pak presiden SBB?
Kayana : Mas ini seharusnya ruangan saya. Saya sudah pesan dari tadi.
Kayana : Duhhh. Mana Papa sayang ga ada lagi. Mbak ini gimana coba? Saksaknya
thok!
Kayana : Mas Kebas Yudhoyoyes. Tolong keluar. Ini seharusnya jadi kamar saya.
Kebas : Ibu ada hak apa mengusir saya? Ibu gak tau siapa saya? Saya Kebas
Yudhoyoyes, anak dari presiden SBB.
Kayana : Ya tapi kan saya juga bisa bayar, Mas. Lagian, masa Mas juga tega ibu-ibu
kayak saya habis melahirkan ga boleh dapet kamar.
Perawat : Saya barusan sudah SMS resepsionisnya. Katanya, ini kamar memang lebih
dahulu dipakai mas Kebas.
Perawat : Maaf, Bu. Saya hanya menjalankan tugas saja. Mohon maaf.
Narator : Lalu Kayana diusir oleh bodyguard Kebas yudhoyoyes dan hanya bisa menangis.
Tamat.