Você está na página 1de 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DHF PADA Ny. R DI RUANG PERAWATAN


ASSIFA RS. IBNU SINA
MAKASSAR

OLEH
NAMA : HERNI HASAN
STB : 14220130053

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
A. Konsep Medis
1. Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian
2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di
Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses
(arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam
Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
3. Klasifikasi
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
uji turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat
diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom.
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
4. Manifestasi klinis
a) Demam tinggi selam 5-7 hari
b) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis,
hematoma.
c) Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
d) Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
e) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
f) Sakit kepala
g) Pembengkakan sekitar mata
h) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i) Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
5. Patofisiologi
Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

6. Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :


a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1. Trombosit menurun.

2. HB meningkat lebih 20 %

3. HT meningkat lebih 20 %

4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

5. Protein darah rendah

6. Ureum PH bisa meningkat

7. NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminopen.
7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
8. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
9. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
10. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan
plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg
BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit
dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah
teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan
sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg
BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita
DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang
makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa
renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam. Cara
pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus
diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b) Hematokrit yang cenderung mengikat.
9. Pathway

Virus dengue

Masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Bereaksi dengan antibody

Respon peradangan Melepaskan histamine yang bersifat vasoaktiv

Permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat

hipertermi
menstimulasi medulla Kebocoran plasma
Gangguan keseimbangan
vomiting cairan dan elektrolit interstinum

mual muntah Penurunan jumlah cairan

intravaskuler
Gangguan
pemenuhan nutrisi Suplai O2 ke jaringan tidak

adekuat

Energy berkurang

Gangguan aktivitas
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-
IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan
telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
k. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
l. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura),
rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
m. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
n. Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosakeperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah

perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.


d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

permeabilitas kapiler, muntah dan demam.


e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
3. Intervensi
Diagnose Tujuan/ Criteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasi
Peningkatan Pasien menunjukkan 1. Observasi tanda- 1. Suhu 38,9-41,1oc
suhu tubuh tanda-tanda vital tanda vital : menunjukkan proses
(hipertermia) dalam batas normal. suhu, nadi, tensi penyakit infeksius akut.
Mendemonstrasikan
berhubungan dan pernapasan Pola demam dapat
suhu dalam batas
dengan infeksi setiap 3 jam atau membantu dalam
normal, bebas dari
virus. sering lagi. diagnosis
kedinginan.
2. Anjurkan pasien 2. Untuk mempercepat
untuk banyak proses penguapan
minum paling melalui urine dan
tidak 2,5 liter keringat, selain itu
tiap 24 jam dan dimaksudkan untuk
jelaskan manfaat mengganti
cairan tubuh yang
bagi pasien.
hilang.

3. Kompres air dingin


3. Berikan kompres
dapat memberikan efek
dingin pada
vasodilatasi
daerah axila dan
pembululuh darah.
lipatan paha.
4. Pemberian terapi
4. Berikan terapi
cairan intravena untuk
cairan intravena
mengganti cairan yang
dan obat-obatan
hilang dan obat-obatan
sesuai dengan
sebagai preparat yang
program dokter.
di formulasikan untuk
penurunan panas.

Nyeri Nyeri berkurang atau 1. Kaji tingkat 1. Mengindikasi


berhubungan terkontrol. Anak nyeri yang kebutuhan untuk
dengan tidak menunjukkan dialami pasien intervensi dan juga
gangguan tanda-tanda nyeri dengan tanda-tanda
metabolisme menggunakan perkembangan
pembuluh darah skala nyeri (0- resolusi
perifer. 10). Biarkan komplikasi.
anak
memutuskan
tingkat nyeri
yang dialami.
Tipe nyeri yang
dialami dan
respons pasien
terhadap nyeri.
2. Atur posisi yang
nyaman dan
2. Posisi yang
usahakan situasi
nyaman dan situasi
yang tenang.
yang tenang dapat
mengurangi rasa
3. Ciptakan suasana
nyeri atau
yang gembira
mengurangi
pada pasien
stimulus nyeri.
alihkan perhatian 3. Untuk mengurangi
anak dari rasa rasa nyeri pada
nyeri (libatkan pasien
keluarga)
misalnya:
membaca buku,
mendengar
musik, dan
menonton TV.
4. Berikan obat-
obat analgetik
(kolaborasi
dengan dokter).

4. Memberikan
penurunan
nyeri/tidak
nyaman.

Gangguan Anak menunjukkan 1. Kaji keluhan 1. Untuk memberikan


pemenuhan tanda-tanda mual, sakit nutrisi yang optimal
kebutuhan kebutuhan nutrisi menelan, dan meskipun kehilangan
nutrisi kurang yang adekuat. Anak muntah yang napsu makan serta
dari kebutuhan mengkonsumsi dialami oleh memotivasi pasien agar
tubuh jumlah makanan pasien. mau makan.
2. Berikan 2. Memudahkan proses
berhubungan yang adekuat.
makanan yang menelan dan
dengan mual,
mudah ditelan, meringankan kerja
muntah, tidak
seperti bubur dan lambung untuk
ada napsu
tim, serta mencerna makanan dan
makan.
dihidangkan menghindari rasa mual.
selagi masih
hangat.
3. Menganjurkan
3. Karena porsi biasanya
kepada orang tua
ditoleransi dengan
untuk
lebih baik.
memberikan
makanan dengan
teknik porsi kecil
tetapi sering. 4. Untuk merangsang
4. Mempertahankan
napsu makan.
kebersihan mulut
pasien
5. Catatlah
5. Untuk mengetahui
jumlah/porsi
jumlah intake makanan
makanan yang
dan penentuan dalam
dihabiskan oleh
pemberian diet dan
pasien setiap
selanjutnya.
hari.

Gangguan Anak menunjukkan 1. Monitor keadaan 1. Untuk mengetahui


keseimbangan terpenuhinya tanda- umum pasien perkembangan
cairan dan tanda kebutuhan penyakit.
2. Observasi tanda-
2. untuk meningkatkan
elektrolit cairan.
tanda vital setiap
Anak mendapatkan hidrasi dan mencegah
berhubungan
2-3 jam.
cairan yang cukup dehidrasi.
dengan
- Menunjukkan
permeabilitas
tanda-tanda hidrasi
kapiler, muntah
yang adekuat yang
3. Perhatikan 3. Untuk mengetahui
dan demam.
dibutuhkan dengan
keluhan pasien perubahan yang terjadi
tanda-tanda vital dan
seperti mata bila adanya kekurangan
turgor kulit yang
kunang-kunang, cairan sehingga
normal, membran
pusing, lemah, mendapatkan
mukosa lembab.
ekstremitas perawatan lebih baik.
dingin dan sesak
napas.
4. Monitor nilai
laboratorium : 4. Menentukan adanya
elektrolit darah, ketidakseimbangannya
serum albumin. cairan dan elektrolit.

5. Pasang infus dan


beri terapi cairan 5. Pemberian infus
intravena jika dimaksudkan untuk
terjadi mengganti cairan yang
perdarahan hilang akibat
(kolaborasi kebocoran plasma.
dengan dokter)

Gangguan Pasien mendapat 1. Bantulah pasien 1. Melindungi pasien


aktivitas sehari- istirahat yang untuk memenuhi dari cedera selama
hari adekuat kebutuhan melakukan aktivitas
Pasien melakukan
berhubungan aktivitas sehari- dan memungkinkan
aktivitas yang sesuai
dengan hari seperti: penghematan energi
dengan kemampuan
kelemahan mandi, makan atau kelemahan
tubuh. dan eliminasi, tubuh.
sesuai dengan
tingkat
keterbatasan
pasien.
2. Libatkan
2. Bantuan keluarga
keluarga dalam
membuat pasien
memenuhi
merasa aman secara
kebutuhan
moril dan fisik serta
pasien.
membantu perawat
dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
3. Dekatkan dan 3. Memudahkan pasien
siapkan alat-alat dapat mengambil
yang dibutuhkan keperluannya.
di dekat pasien
Daftar pustaka

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta.
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta.
Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Penerbit PT Fajar
Interpratama, Jakarta

Você também pode gostar