Você está na página 1de 3

5) f. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik colok dubur?

Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan


pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani,
pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau
perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi,
cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada
karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus
prostat tidak simetri.

Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut.


1. Lumasi jari pemeriksa.
2. Peringatkan pasien, bahwa pemeriksaan akan dilanjutkan dengan memasukkan jari ke
lubang anus. Letakan jari periksa menuju ke arah anterior dan tekan pada pertengahan
anus.
3. Tekanan tetap dipertahankan sampai jari periksa masuk ke dalam anus.
4. Lakukan penilaian pada tonus anus, dengan meminta pasien untuk menjepit tangan
periksa.
5. Kemudian lakukan palpasi pada prostat anterior (pada laki-laki).
Beri catatan pada ukuran,simetri dan tekstur dari prostat.
Prostat normal mempunyai permukaan yang halus, simetris dan besarnya kira-kira
seukuran kenari.
6. Selanjutnya jari diputar 360 derajat untuk menilai keseluruhan rektum:
Beri catatan pada lokasi dan tekstur jika teraba massa atau permukaan yang tidak
rata,- misalnya teraba massa dengan permukaan tidak teratur dan besarnya 2 cm
pada jam 11.
Nilai apakah ada feses di rektum? Lembut atau keras.
7. Pemeriksaan palpasi selesai dilakukan dengan menarik jari periksa dengan perlahan.
8. Tetapi pemeriksaan colok dubur belum lengkap tanpa inspeksi sarung tangan.
Pehatikan apakah ada:
Darah segar atau melena.
Feses atau lendir.
9. Bersihkan bokong pasien menggunakan tisue.

5) g. Bagaimana faktor resiko dari kelenjar prostat yang membesar?

Ada beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya BPH, yaitu:
1. Umur 40 tahun atau lebih;
2. Riwayat keluarga yang pernah mengalami BPH;
3. Kondisi medis seperti obesitas, penyakit jantung dan sirkulatori, dan diabetes tipe 2;
4. Kurang berolahraga; dan
5. Disfungsi erektil.

5) h. Bagaimana tatalaksana dari kelenjar prostat yang membesar?

1. Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan edukasi
mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :
- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol
- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)
- Kurangi makanan pedas atau asin
- Jangan menahan kencing terlalu lama
2. Medikamentosa
Pengobatan ini fokus kepada mengurangi resistensi otot polos prostat dengan
adrenergik blocker; mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon
testosterone melalui penghambat 5-reduktase. Selain itu, masih ada terapi
fitofarmaka yang masih belum jelas mekanisme kerjanya.

3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:
Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
Mengalami retensi urin
Infeksi Saluran Kemih berulang
Hematuri
Gagal ginjal
Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih
bagian bawah
Adapun operasi yang diberlakukan adalah:
transurethral resection of the prostate (TURP)
laser surgery
open prostatectomy
transurethral incision of the prostate (TUIP)

Você também pode gostar