Você está na página 1de 7

69

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS


(Cyprinus carpio L.)
Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

Siti Devi Permata Sari Lubis1, Budi Utomo2, Riri Ezraneti3

1. Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara


2. Staf Pengajar Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
3. Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera
Utara

ABSTRACT

Liquid detergent is one of the waste that goes into the aquatic continuously. Liquid
detergent containing alkyl benzene sulphonate which are difficult to decompose in the waters
and can beharmful to aquatic oraganism. This study aims to determine the toxic effects caused
by liquid detergen, with preliminary, and definitive test in: 0 ppm, 17.78 ppm, 31.62 ppm, 56.23
ppm, 100 ppm concentrations of liquid detergent. 700 of fish seeds Cyprinus carpio L. was used,
with size of 5 - 6. Data were analyzed by the method of Hubbert. These results indicated that the
liquid detergent had the fish toxicant and high detergent concentrations increased the toxicity.
The concentration of liquid detergent for LC 50 96 was 44,66 ppm. This solution of liquid
detergent at 44,66 ppm killed test by 50% in 96 hours. High detergent concentration in biota
reduced the dysolved oxygen and increased temperature, which both environmental factors
might cause the death of fish in the waters.

Keywords: Cyprinus carpio L, liquid detergent, toxicity.

PENDAHULUAN terhadap akumulasi surfaktan pada badan


Latar Belakang badan perairan, terhambatnya transfer
Populasi manusia yang terus oksigen dan lain lain (Chaerunisah dan
menerus meningkat menyebabkan Sopiah, 2006).
penggunaan deterjen di masyarakat semakin Air limbah rumah tangga merupakan
meningkat seiring dengan membaiknya sumber yang banyak ditemukan
pendapatan, hal ini dapat terlihat dari dilingkungan. Salah satu komponennya yang
penggunaan deterjen perkapita rata rata dapat berdampak buruk bagi lingkungan
sebesar 8,232 kg sejalan dengan berasal dari deterjen. Jenis deterjen yang
pertumbuhan gross domestic product (GDP) sedang marak saat ini adalah deterjen cair.
setiap tahun. Artinya semakin meningkat Deterjen cair yang sedang marak saat ini ada
populasi manusia dan pendapatan 2 jenis yaitu deterjen cair yang mengandung
masyarakat, maka konsumsi deterjen juga bahan aktif alkyl benzene sulphonate (ABS),
meningkat. Penggunaan deterjen yang dan mengandung bahan aktif linear alkyl
meningkat ini akan berdampak negatif sulphonate (LAS) yang merupakan hasil
70

inovasi manusia terbaru saat ini,yang aerator, bak fiber berukuran 237 cm x 108 cm x
merupakan deterjen anionik yang tergolong 50 cm sebagai wadah aklimatisasi ikan,
keras. Deterjen tersebut sukar diurai oleh penggaris, timbangan analitik, gelas ukur 3
mikro organisme (nonbiodegradable) buah, Micropipet dan15 unit akuarium
3.
sehingga dapat menimbulkan pencemaran berukuran 30 x 30 x 30 cm Bahan yang
digunakan yaitu air tawar, ikan mas berukuran 5
lingkungan. 6 cm sebanyak 700 ekor, pelet dan deterjen
Deterjen cair merupakan hasil cair.
modifikasi deterjen terbaru saat ini, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian uji Prosedur Penelitian
toksisitas deterjen cair terhadap salah satu Penelitian ini dilakukan dalam skala
biota yang hidup diperairan. Penelitian laboratorium dengan tahapan penelitian
menggunakan deterjen bubuk terhadap ikan sebagai berikut :
mas telah dilakukan Halang (2004), oleh
karena itu penelitian uji toksisitas 1. Persiapan
menggunakan deterjen cair perlu dilakukan Alat dan bahan yang disiapkan
terhadap benih ikan mas. berupa akuarium uji, aerator, biota uji
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) (benih ikan Mas), air sumur dan larutan
merupakan ikan air tawar yang memiliki deterjen cair. Mengaklimatisasi biota uji
konsumen cukup besar di Sumatera Utara. selama 1 minggu dan membuat berbagai
Ikan mas menjadi sangat penting konsentrasi larutan deterjen cair.
keberadaanya ketika acara suku adat batak
digelar, sehingga budidaya ikan mas sangat 2. Uji Pendahuluan
berkembang, oleh karena itu tidak menutup Uji pendahuluan dilakukan untuk
kemungkinan ikan ini terpengaruh oleh dapat memprediksi konsentrasi toksikan
deterjen terutama ukuran benih karena benih uji yang akan digunakan dalam uji
ikan mas tergolong ke dalam benih yang definitif. Ikan uji dimasukkan ke dalam
peka terhadap perubahan lingkungan. masing-masing akuarium yang
Berdasarkan uraian di atas telah mengandung larutan deterjen dengan
dilakukan penelitian uji toksisitas deterjen konsentrasi toksikan (deterjen cair yang
cair terhadap benih ikan mas. Penelitian berbeda - beda) yaitu : 0 ppm, 1 ppm,
bertujuan untuk mengetahui pengaruh 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm.
penggunaan deterjen cair yang mengandung Masingmasing konsentrasi terdiri dari
bahan aktif ABS dengan konsentrasi yang dua ulangan.
berbeda terhadap benih ikan mas.
3. Uji definitif
BAHAN DAN METODE 4. Penentuan konsentrasi menggunakan
Waktu dan Tempat rumus menurut (Syakti, dkk, 2012)
Penelitian ini dilaksanakan pada sebagai berikut:
bulan Juli - Desember 2013.Penelitian ini Log N/n = k (log a log n)
dilakukan di Dinas Pertanian dan Kelautan. a/n = b/a = c/b = d/c = N/d
Pusat Informasi dan Pengembagan Ikan
Hias. Jl. Karya Wisata, Kec. Medan- Kerangan :
Johor,Sumatera Utara. N: Konsentrasi ambang atas
n: Konsentrasi ambang bawah
Alat dan Bahan K: Jumlah konsentrasi yang diuji
Alat yang digunakan dalam penelitian A:Konsentrasi terkecil dalam deret
adalah kertas milimeter, termometer, DO meter,
71

Berdasarkan tabel. 1 dapat dilihat


Perlakuan dilakukan dengan tiga seri ikan tidak mengalami mortalitas pada
dimana masing-masing perlakuan konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm,
menggunakan 3 akuarium uji, sehingga sedangkan pada konsentrasi 100 ppm dan
akurium yang digunakan sebanyak 15 1000 ppm ikan mengalami mortalitas
akuarium uji. Masing-masing akuarium uji sebesar 100 %. Sehingga dapat ditentukan
berisi 10 ekor biota uji (benih ikan mas). nilai ambang batas atas (N) adalah 100 ppm,
Ikan uji dimasukkan ke dalam masing- sedangkan nilai ambang batas bawah (n)
masing akuarium secara bersamaan dan adalah 10 ppm. Dimana konsentrasi ambang
mencatat waktunya. Pengamatan dilakukan batas atas dan ambang batas bawah
selama 96 jam. Konsentrasi uji definitif digunakan untuk menentukan konsentrasi
pada penelitian ini adalah adalah 0 ppm, pada uji definitif.
17,78 ppm, 56,23 ppm dan 100 ppm. Pengukuran kualitas air sangat
penting untuk kehidupan benih ikan mas,
5.Pengukuran faktor lingkungan:pengukuran sebelum dan sesudah uji pendahuluan,
oksigen terlarut (DO), pH, dan temperatur dilakukan beberapa pengukuran beberapa
dilakukan sebelum dan sesudah uji (Halang, kualitas air. Hasil dari pengukuran dapat
2004). dilihat pada Tabel. 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran DO, pH, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN suhu pada uji pendahuluan

Hasil
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk
dapat memprediksi konsentrasi toksikan uji
yang akan digunakan dalam uji definitif.
Ikan uji dimasukkan ke dalam masing-
masing akuarium yang mengandung
airlarutan deterjen cair dengan konsentrasi Berdasarkan hasil pengukuran
deterjencair yang berbeda beda yaitu : 0 kualitas air pada uji pendahuluan dapat
ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 dilihat bahwa deterjen cair mempengaruhi
ppm. Hasil uji pendahuluan awal disajikan kualitas air. Parameter DO terendah pada
pada Tabel 1. konsentrasi tertinggi yaitu 1000 ppm dengan
kisaran DO 2,6-3,3 mg/L, pH tidak
Tabel 1. Data Mortalitas Ikan mas pada Uji mengalami fluktuasi yang begitu besar. Pada
Pendahuluan Konsentrasi tertinggi 1000 ppm suhu
meningkat yaitu berkisar 30-31,5 oC.
72

Uji Defenitif ikan uji 50% pada waktu 96 jam.


Uji definitif dilakukan selama 96 Berdasarkan hasil analisa probit didapatkan
jam dengan konsentrasi lebih kecil nilai LC50 adalah 44,66 ppm. Konsentrasi
dibandingkan uji pendahuluan. Konsentrasi LC50 menunjukkan bahwa konsentrasi
yang digunakan diperoleh dari nilai yang deterjen cair 44,66 ppm dapat mematikan
didapatkan dari uji pendahuluan. benih ikan mas 50 % dalam waktu 96 jam.
Penentuan konsentrasi uji definitif
yang dilakukan berdasarkan nilai ambang Analisis Operkulum
batas atas dan nilai ambang bawah yang Analisis operkulum dilakukan pada
diperoleh menggunakan rumus menurut uji definitif dengan menghitung bukaan
(Syakti, dkk, 2012). operkulum pada ikan uji selam 1 menit.
Berdasarkan rumus tersebut, dapat Analisis operkulum dimulai setelah deterjen
diketahui bahwa konsentrasi deterjen cair cair dimasukan ke dalam akuarium. Hasil
yang digunakan pada uji definitif yaitu 0 analisis operkulum pada uji definitif dapat
ppm, 17,78 ppm, 31,62 ppm, 56,23 ppm,
dilihat pada Gambar 3.
100 ppm, ikan uji yang digunakan sebanyak
30 ekor pada setiap perlakuan. Parameter O
p
yang diamati adalah mortalitas ikan pada e
konsentrasi deterjen cair yang dihitung pada r
k
jam ke- 0, 6, 12, 18, 24, 36, 48, 60, 72, 84 u
dan 96 jam setelah pemberian deterjen cair. l
u
Hasil uji definitif disajikan pada Tabel 4. m
Tabel 4. Hasil uji definitif selama 96 jam /
m
e
n
i
t

Konsentrasi Detererjen Cair


Gambar 3. Frekuensi pergerakan operkulum
ikan mas selama uji defiinitif.
Pengukuran kualitas air sangat
penting untuk kehidupan benih ikan mas,
Berdasarkan hasil penelitian uji sebelum dan sesudah uji defenitif, dilakukan
definitif dapat dilihat bahwa konsentrasi 0 beberapa pengukuran beberapa kualitas air.
ppm dan 17,78 ppm tidak menyebabkan Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada
mortalitas pada ikan uji, pada konsentrasi Tabel. 5.
31,62 ppm ikan uji mati sebanyak 5 ekor. Tabel 5. Hasil pengukuran DO, pH, dan
Pada konsentrasi 56,23 ppm ikan mati suhu pada uji defenitif
sebanyak 25 ekor, sedangkan pada
konsentrasi terbesar 100 ppm ikan uji mati
100 % yaitu sebanyak 30 ekor.
Data mortalitas ikan mas selanjutnya
dianalisa menggunakan analisa probit untuk
menentukan konsentrasi nilai LC50, dimana
pada konsentrasi tersebut akan mematikan
73

Berdasarkan hasil pengukuran Pada konsentrasi 56,23 ppm ikan mati


kualitas air dapat dilihat bahwa deterjen cair sebanyak 25 ekor, sedangkan pada
mempengaruhi kualitas air pada uji definitif. konsentrasi terbesar 100 ppm ikan uji mati
Parameter DO terendah pada konsentrasi 100 % yaitu sebanyak 30 ekor.
tertinggi yaitu 100 ppm dengan kisaran DO Hasil pengamatan tingkat mortalitas
3,0-3,8 mg/L, pH tidak mengalami fluktuasi ikan mas yang telah terpapar deterjen cair
yang begitu besar. Pada Konsentrasi dengan konsentrasi yang berbeda-beda
tertinggi 100 ppm suhu meningkat yaitu menunjukkan bahwa larutan deterjen cair
berkisar 28,5-30 oC. yang dimasukkan ke dalam akuarium
memberikan pengaruh negatif terhadap biota
Pembahasan uji, hal ini terbukti dari banyaknya biota uji
yang mati pada konsentrasi 100 ppm.
Uji Pendahuluan Sedangkan pada konsentrasi 0 ppm dan
17,78 ppm tidak ada biota uji yang mati.
Hasil pengamatan pada uji Hal ini disebabkan pada konsentrasi 100
pendahuluan kisaran konsentrasi deterjen ppm banyak ditemukan busa dipermukaan
menunjukkan pengaruh yang signifikan air, dan pada konsentrasi 0 ppm tidak
terhadap mortalitas benih ikan mas. Pada terdapat busa di permukaan air.
konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm ikan Hal tersebut sesuai dengan Suastuti
tidak mengalami mortalitas selama 48 jam. (2010) bahwa senyawa ABS memiliki
Pada konsentrasi 100 dan 1000 ppm benih kemampuan utuk menghasilkan buih.
ikan mas mengalami mortalitas 100 % pada Senyawa ini sulit terurai secara alamiah
jam ke-2 . dalam air, sehingga senyawa ini dapat
Berdasarkan respon mortalitas mencemari perairan. Salah satu dampak
selama pengamatan 48 jam dapat ditentukan yang terjadi adalah timbulnya buih di
nilai konsentrasi ambang atas (N) dan permukaan perairan sehingga dapat
ambang bawah (n) deterjen cair terhadap mengganggu pelarutan oksigen dalam air .
benih ikan mas masing-masing sebesar 100 sehingga biota di dalam air mengalami
ppm ambang batas atas dan 10 ppm ambang kekurangan oksigen sehingga proses
batas bawah. Dari kedua nilai tersebut respirasi biota terganggu yang dapat dapat
bahwa benih ikan mas dapat mentoleransi menyebabkan kematian pada biota yang
deterjen dalam perairan pada konsentrasi hidup di dalam perairan tersebut.
lebih kecil dari 10 ppm. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Komisi Pestisida (1983) Analisis Probit Mortalitas
yaitu konsentrasi ambang atas adalah Data mortalitas ikan mas selanjutnya
konsentrasi terendah dimana semua ikan uji dianalisa menggunakan analisa probit untuk
mati dalam waktu 24 jam sedangkan menentukan nilai LC50. Pada Tabel. 5 dapat
konsentrasi ambang bawah adalah dilihat bahwa konsentrasi LC50 deterjen
konsentrasi tertinggi dimana semua ikan uji cair sebesar 44,66 ppm, bahwa pada
hidup dalam waktu 48 jam. konsentrasi tersebut dapat menyebabkan
kematian benih ikan mas sebesar 50 %
Uji Definitif dalam waktu 96 jam. Dengan nilai LC50 96
Berdasarkan hasil uji definitif pada jam sebesar 44,66 ppm, maka dapat
Tabel. 4 dapat dilihat pada konsentrasi 0 dinyatakan bahwa tingkat daya racun
ppm dan 17,78 ppm tidak menyebabkan deterjen cair terhadap kelangsungan hidup
mortalitas pada ikan uji, pada konsentrasi benih ikan mas sedang.
31,62 ppm ikan uji mati sebanyak 5 ekor.
74

Penelitian yang telah dilakukan deterjen cair mempengaruhi kualitas air


sebelumnya Aini (2013) Efek toksik pada uji definitif. Parameter DO semakin
deterjen cair terhadap kelangsungan hidup menurun setelah deterjen cair dimasukan ke
benih ikan nila (O. niloticus) yaitu nilai dalam media uji. Penurunan DO yang
ambang batas atas (N) pada penelitian ini terendah terjadi pada konsentrasi terbear 100
sebesar 100 ppm dan nilai ambang batas ppm. pH tidak mengalami fluktuasi yang
bawah (n) sebesar 10 ppm. Nilai LC50 96 begitu besar. Pada Konsentrasi tertinggi 100
jam yang diperoleh pada penelitian ini ppm suhu meningkat yaitu 30 oC. Hal ini
sebesar 79,4 ppm. menunjukan bahwa peningkatan suhu akan
Penelitian yang telah dilakukan menyebabkan penurunan pada nilai DO.
sebelumnya Halang (2004), nilai LC50-96 Hal ini sesuai dengan studi Nugroho
jam untuk ikan mas yang terpaparair limbah (2006) bahwa kenaikan suhu air akan
deterjen jenis ABS adalah 36 mg/L. mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut
Berdasarkan kriteria tersebut, dapat kita di dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi
simpulkan bahwa deterjen dengan kimia, terganggunya kehidupan ikan dan
kandungan surfaktan berbahan aktif Na- hewan air lainnya
ABS berada pada klasifikasi 10 100 mg/L,
yaitu memiliki daya racun sedang. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Analisis Operkulum
Berdasarkan Gambar 3. didapatkan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
frekuensi buka tutup operculum ikan mas bahwa :
selama uji definitif meningkat seiring 1. Nilai ambang batas atas (N) pada
meningkatnya konsentrasi deterjen cair yang penelitian ini sebesar 100 ppm
diberikan. Frekuensi bukaan operculum ikan sedangkan nilai ambang batas bawah
mas pada perlakuan 0 ppm sebanyak 55 (n) sebesar 10 ppm.
kali/menit, 17,78 ppm sebanyak 78 2. Pada uji defenitif didapatkan nilai
kali/menit, 31,62 ppm sebanyak 96 LC50 96 adalah 44,66 ppm.
kali/menit, 100 ppmppm
56,23 sebanyak 130/menit.
sebanyak 116 Saran
Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi Perlu dilakukan uji lanjutan secara
konsentrasi maka ikan semakin sulit histologi agar mengetahui organ-organ yang
memperoleh oksigen sehingga bukaan terserang efek dari bahan toksik deterjen
operkulum ikan mas tersebut semakin cepat. cair.
Hal ini sesuai pernyataan Kusriani Perlu dilakukan pengelolaan limbah deterjen
(2012) bahwa pengaruh zat toksik terhadap cair untuk mejaga kelestarian lingkungan
ikan menyebabkan morfologi insang perairan.
berubah dan menyebabkan kematian dalam
periode panjang. Selain itu, zat toksik dapat DAFTAR PUSTAKA
merusak fungsi respirasi dari insang
sehingga proses metabolisme dalam tubuh Aini, N. 2013. Uji Toksisitas Deterjen Cair
terganggu. Terhadap Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Nila (Oreochromis
Kualitas Air Uji Definitif niloticus). Skripsi. Universitas
Berdasarkan hasil pengukuran Sumatera Utara. Medan.
kualitas air pada tabel. 6 dapat dilihat bahwa
75

Halang. B. 2004. Toksisitas Air Limbah


Deterjen Terhadap Ikan Mas.
(Cyprinus Carpio L). Skripsi.
Universitas Lmpung. Mangkurat.

Komisi Pestisida. 1983. Pedoman Umum


Pengujian Laboratorium Toksisitas
Lethal Pestisida Pada Ikan Untuk
Keperluan Pendaftaran. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Kusriani, P., Widjanarko., N., Rohmawati.
2012. Uji Pengaruh Sublhetal
pestisida diazinon 60 EC terhadap
rasio konversi pakan (FCR) dan
pertumbuhan ikan mas (Cyprinus
carpio L).
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas
Air. Universitas Trisakti. Jakarta.

Suastuti, D. A. 2010. Efektifitas Penurunan


Kadar Deodesil Benzene Sulphonate
yang diolah dengan limbah aktif.
Kimia. 1907- 9850.

Syakti, D.A., N.V. Hidayati, dan A.S. 2012.


. Agen Pencemaran Laut. IPB Press.
Bogor.

Você também pode gostar