Você está na página 1de 28

ANGGARAN DASAR

PEMBUKAAN

Kami, istri Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), menyadari sepenuhnya sebagai bagian dari kom

bangsa Indonesia, berkewajiban untuk menyukseskan tujuan nasional yaitu muwujudkan masya

adil dan makmur secara merata serta berkeseimbangan antara material dan spiritual.

Kewajiban tersebut akan berhasil jika para istri pegawai ASN mau dan mampu meningkatkan ku

sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi tuntutan dan tantangan serta perubahan diberb

kehidupan di Negara kita maupun dalam menghadapi era globalisasi Abad XXI.

Menghadapi tuntutan dan tantangan serta perubahan kehidupan sebagaimana tersebut diatas,

1
Sejalan dengan tuntutan dan perubahan kehidupan tersebut, kami istri pegawai

ASN, yang terhimpun dalam satu wadah bernama Dharma Wanita Persatuan,

menyatakan bahwa organisasi ini netral secara politis, demokratis dan mandiri

dalam menentukan visi, misi dan kebijakan organisasi, dengan tujuan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan anggota serta

memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan organisasi, dalam


2
Musyawarah Nasional III pada tanggal 10 dan 11 Bulan Desember Tahun

2014, Dharma Wanita Persatuan bersepakat untuk menyempurnakan Angaran

Dasar hasil Musyawarah Nasional II Dharma Wanita Persatuan Tahun 2009,

yang disusun sebagai berikut.

BAB I

NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI


Pasal 1

Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat DWP.

Pasal 2

Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Wanita,

tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta, untuk jangka waktu yang tidak

ditentukan.

Pasal 3

(1) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi kemasyarakatan yang

menghimpun dan membina istri pegawai ASN dengan kegiatan pendidikan,

ekonomi dan sosial budaya.

(2) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak

terikat pada partai politik mana pun.

Pasal 4

Organisasi Dharma Wanita persatuan berpusat di ibu kota Negara Republik

Indonesia.
3

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5

Asas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila


Pasal 6

Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya kesejahteraan

anggota dan keluarganya pada khususnya serta masyarakat pada umumnya

melalui peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk mendukung

tercapainya tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB III

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 7

Tugas pokok Dharma Wanita Persatuan adalah

(a) melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia

yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, serta berbudi

pekerti yang luhur,

(b) membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan,

meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerja


4
sama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial.

Pasal 8

Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah pembinaan, perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan

Tugas Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.


BAB IV KEANGGOTAAN

Pasal 9

(1) Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah

(a) istri pegawai ASN

(b) istri pejabat negara bidang pemerintahan;

(c) istri pensiunan pegawai ASN dan janda pegawai ASN;

(d) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang

belum berstatus persero;

(e) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang sudah

berstatus persero, yang menyatakan diri bersedia menjadi anggota

(f) Istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Perguruan

Tinggi Negara Badan Hukum (PTNBH);

(g) istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri;

(h) istri perangkat pemerintahan desa atau nama lain yang sederajat; (i) istri
5
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan

TNI, istri Polisi Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri yang

suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi pemerintah sipil;

(j) pegawai ASN Perempuan dan Pensiunan pegawai ASN Perempuan yang

menyatakan diri bersedia menjadi anggota.


(2) Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari

(a) anggota biasa;

(b) anggota luar biasa;

(c) anggota kehormatan.

BAB V

ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA

Bagian Kesatu OrganisasI

Pasal 10

Susunan Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari

(a) DWP Pusat;

(b) DWP Instansi Pemerintah Pusat; (c) DWP

Provinsi;

(d) DWP Kabupaten/DWP Kota;

(e) DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat; (f) DWP

Kelurahan/nama lain yang sederajat.

Bagian Kedua Unsur Pelaksana

Pasal 11

(1) Unsur pelaksana DWP Pusat adalah (a) DWP

Instansi Pemerintah Pusat (b) DWP Provinsi

(2) Unsur pelaksana DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah DWP pada setiap

unit kerja masingmasing.


(3) Unsur pelaksana DWP Kementerian Luar Negeri adalah DWP

perwakilan Pemerintah RI di luar negeri dan dalam negeri

(4) Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah

(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di Provinsi; (b) DWP

Instansi Pemerintah Provinsi;

(c) DWP Kabupaten/DWP Kota.

(5) Unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota adalah

(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di kabupaten/DWP Instansi

Pemerintah Pusat di kota;

(b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi di kabupaten/instansi pemerintah

provinsi di kota;

(c) DWP Instansi Pemerintah kabupaten/DWP instansi pemerintah kota;

(d) DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat.

(6) Unsur pelakana DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat adalah

(a) DWP instansi pemerintah kecamatan/nama lain yang sederajat; (b) DWP

Kelurahan atau nama lain yang sederajat.

BAB VI KEPENGURUSAN

Bagian Kesatu

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat

Pasal 12
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat

nasional.

Pasal 13

(1) Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat terdiri dari

(a) ketua umum, (b) ketua,

(c) sekretaris jenderal,

(d) ketua bidang, dan

(e) anggota bidang

(2) Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon yang

diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan calon dari Pengurus DWP

Pusat yang ditetapkan dalam Munas;

(3) Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1)

Huruf (b), Huruf (c), Huruf (d) dan Huruf (e) dipilih dari pengurus Dharma

Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan ditetapkan oleh ketua

umum.

(4) Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi

(a) Bagian Organisasi,

(b) Bagian Administrasi Umum, (c) Bagian

Keuangan, dan

(d) Bagian Humas dan Informasi.

(5) Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf d Pasal 13 ini

terdiri dari
(a) Ketua Bidang Pendidikan, (b) Ketua Bidang

Ekonomi, dan (c) Ketua Bidang Sosial Budaya.

Pasal 14

Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah

(a) menetapkan kebijakan umum organisasi sesuai dengan anggaran dasar,

anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan Keputusan

Rapat Kerja Nasional;

(b) mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan Instansi

Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi;

(c) mengesahkan Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah

Pusat dan Ketua Dharma Wanita Persatuan Provinsi;

(d) mengesahkan pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi

Pemerintah Pusat dan pengurus Dharma Wanita Persatuan Provinsi; (e)

melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Dharma Wanita

Persatuan oleh Ketua Umum.

Bagian Kedua

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan/Nama Lain yang Sederajat,

Kelurahan, Desa/Nama Lain yang Sederajat.Pasal 15

(1) Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP

Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat , DWP

Kelurahan/nama lain yang sederajat terdiri dari

(a) ketua,
(b) wakil ketua, (c) sekretaris, (d)

bendahara,

(e) ketua bidang dan

(f) anggota bidang

(2) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dicalonkan dan dipilih dari

anggota/pengurus yang mempunyai integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk

kemajuan dan kelangsungan organisasi, oleh anggota dalam rapat anggota.

(3) Ketua DWP Provinsi dicalonkan dan dipilih dari utusan unsur pelaksana DWP

Provinsi dan dari pengurus DWP Provinsi yang mempunyai integritas,

kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi oleh

anggota dalam Musyawarah Provinsi

(4) Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dicalonkan dan dipilih dari utusan unsur

pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota dan dari pengurus DWP Kabupaten/DWP

Kota yang mempunyai integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk

kemajuan dan kelangsungan organisasi oleh anggota dalam musyawarah

Kabupaten/Kota.

(5) Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dicalonkan dan dipilih

dari anggota/pengurus DWP Kecamatan yang mempunyai integritas,

kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi oleh

anggota dalam rapat anggota.

(6) Ketua DWP Kelurahan, atau nama lain yang sederajat dicalonkan dan dipilih

dari anggota/pengurus DWP Kelurahan yang mempunyai integritas,

kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi

oleh anggota dalam rapat anggota.


Pasal 16

Tugas Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP

Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat, dan DWP

Kelurahan, /nama lain yang sederajat adalah

(a) menetapkan kebijakan organisasi pada lingkungan masingmasing,

sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan

Musyawarah Nasional dan kebijaksanaan pemimpin organisasi satu tingkat

diatasnya;

(b) mengesahkan organisasi, mengesahkan ketua DWP dan

mengesahkan pengurus DWP satu tingkat di bawahnya;

(c) menetapkan dan melaksanakan program kerja dan kegiatan sesuai dengan

situasi dan kondisi

(d) mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan dan hasil program kerja kepada

pengurus DWP satu tingkat di atasnya;


Pasal

17

(1) Masa bakti Ketua Umum adalah lima tahun, dari munas ke muna

(2) Masa bakti Ketua Umum sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal 17 ini

sebanyakbanyaknya dua kali masa bakti.

(3) Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima tahun,

dari munas ke munas

(4) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum berhalangan tetap,

dilakukan penggantian Ketua Umum antarwaktu yang dipilih dari salah satu

Ketua melalui rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis dari

Ketua Unsur Pelaksana DWP Pusat.

(5) jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud dalam

Ayat (3) Pasal 17 ini, karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan

tugasnya, dilakukan penggantian pengurus antarwaktu.

Bagian Ketiga

Wilayah Kerja

Pasal 18

(1) Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah Negara Republik

Indonesia.
(2) Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi instansi

masingmasing yang berada di tingkat pusat.

(3) Wilayah kerja pengurus DWP Kementerian Luar Negeri meliputi instansi

Kementerian Luar Negeri yang berada di pusat dan Kedutaan Besar Republik

Indonesia.

(4) Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah provinsi.

(5) Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota meliputi wilayah

kabupaten/kota.

(6) Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat meliputi

wilayah kecamatan/nama lain yang sederajat.

(7) Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat meliputi

wilayah kelurahan/nama lain yang sederajat.

BAB VII

PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN KEHORMATAN, DEWAN

PENASIHAT, DAN PENASIHAT


Bagian Kesatu

Pasal 19

(1) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung DWP

(2) Istri presiden dan istri wakil presiden adalah Penasihat Utama DWP

Bagian Kedua

Pasal 20

Mantan Ketua Umum Dharma Wanita dan Mantan Ketua Umum Dharma Wanita

Persatuan adalah Dewan Kehormatan.

Pasal 21

(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari

(a) istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

(b) istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

(c) istri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD);

(d) istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan(BPK);

(e) istri Ketua Mahkamah Agung (MA);

(f)istrimenteri.
2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 20 ini

mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik diminta

maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat.


Bagian Ketiga

Penasihat

Pasal 22

(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD, menteri,

ketua/kepala lembaga pemerintah nonkementerian, kepala perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal

DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris Jenderal MA, gubernur, wakil

gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil walikota, camat, lurah, pemimpin

BUMN dan pemimpin BUMD yang belum dan yang sudah berstatus persero

serta

Pemimpin Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTBH) adalah Penasihat

DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.

(2) Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota masing

masing adalah Penasihat DWP Provinsi dan DWP Kabupaten/Kota juga

merupakan Penasihat DWP Sekretariat Daerah yang bersangkutan.

(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua DPD, istri Ketua BPK, istri Ketua

MA, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri bupati/istri walikota,

dan istri wakil bupati/istri wakil walikota, adalah Penasihat DWP instansi

pemerintah yang bersangkutan.


(4) Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan atau nama lain yang sederajat dan kelurahan, atau nama lain

yang sederajat, adalah penasihat DWP instansi pemerintah yang

bersangkutan.
Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat

Pasal 23

Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mempunyai tugas dan

tanggung jawab

(a) mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan untuk kemajuan

organisasi;

(b) memberi masukan dan arahan pada program organisasi;

(c) berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif.

BAB VIII MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 24

(1) Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat

nasional dan daerah.

(2) Musyawarah Nasional adalah forum tertinggi organisasi yang

berwenang

(a) menetapkan dan/atau mengubah anggaran dasar, (b)

menetapkan program kerja,


(c) mengevaluasi laporan pertanggung jawaban ketua umum, (d)

memilih dan menetapkan ketua umum, dan

(e) menetapkan keputusan lainnya.

(3) Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal

23 ini dilaksanakan dalam lima tahun sekali.

(4) Musyawarah Daerah terdiri dari

(a) musyawarah provinsi dan

(b) musyawarah kabupaten/kota


(5) Musyawarah Daerah berkewajiban menyampaikan hasil

Musyawarah Nasional dan berwenang untuk

(a) menetapkan program kerja;

(b) mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua DWP yang

bersangkutan;

(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Provinsi/DWP

Kabupaten/DWP Kota;

(d) menetapkan keputusan lainnya.

(6) Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Pasal 23 ini

dilaksanakan dalam lima tahun sekali.

(7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar terhadap

kelangsungan hidup organisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah Nasional

Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana

DWP Pusat.

Pasal 25

(1) Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari

(a) rapat anggota, (b) rapat kerja,

(c) rapat pengurus dan

(d) rapat koordinasi


(2) Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang

berkewajiban menyampaikan hasil Munas/Musda dan berwenang untuk

(a) menetapkan program kerja;

(b) mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua Dharma

Wanita Persatuan yang bersangkutan;


(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dan Ketua

DWP unsur pelaksana di lingkungannya;

(d) memilih dan menetapkan ketua DWP instansi pemerintah provinsi dan

ketua DWP instansi pemerintah kabupaten/kota;

(e) menetapkan keputusan lainnya.

(3) Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengoordinasikan, serta

mengintensifkan pelaksanaan program kerja dan kegiatan sesuai dengan

kebijakan organisasi yang telah ditetapkan.

(4) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua dan anggota

pengurus untuk membahas dan mengambil putusan tentang masalah

organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.

(5) Rapat Koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan

penasihat/penasihat serta pihak lain pada semua tingkat kepengurusan

BAB IX ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 26

(1) Atribut Dharma Wanita Persatuan terdiri dari lambang, vandel, bendera olah

raga, papan nama, lencana, himne, mars, dan pakaian seragam.


(2) Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 26

ini, diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga.


BAB X KEUANGAN

Pasal 27

(1) Keuangan organisasi DWP diperoleh dari

(a) iuran anggota,

(b) bantuan pemerintah,

(c) sumbangan lain yang tidak mengikat dan

(d) usaha lain yang sah.

(2) Keuangan organisasi DWP diverifkasi setiap tahun.

BAB XI PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 28

(1) Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah

Nasional Luar Biasa yang secara khusus diselenggarakan untuk itu setelah

Pemimpin DWP Pusat melakukan konsultasi dengan Pelindung, Penasihat


Utama, Dewan Kehormatan dan Dewan Penasihat serta memperhatikan usul

dari Ketua Unsur Pelaksana DWP Pusat.

(2) Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi

ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada semua

tingkatan serta memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh DWP Pusat.

(3) Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat dilakukan jika

organisasi kedinasan dibubarkan dan organisasi kedinasan dilikuidasi.


.

(4) Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan, status kekayaan

organisasi ditetapkan lebih lanjut oleh pengurus DWP yang bersangkutan

dengan berdasarkan hasil musyawarah para anggota dan memperhatikan

kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus DWP satu tingkat di atasnya.

BAB XII

TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 29

(1) Pengurus pada semua tingkatan telah melaksanakan rapat anggota,

musyawarah provinsi dan musyawarah kabupaten/kota paling lama tiga bulan

sejak putusan Musyawarah Nasional ditetapkan.


(2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah

disahkan selambatlambatnya tiga bulan sejak putusan Musyawarah

Nasional ditetapkan.

(3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima jabatan pada

akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan mengesahkan program kerja

satu tahun kedepan terhitung tanggal 1

Januari s.d. 31 Desember.

BAB XIII LAINLAIN

Pasal 30

(1) Halhal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur lebih lanjut

dalam Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan.

(2) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal

29 ini ditetapkan oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.


BAB XIV PENUTUP

Pasal 31

(1) Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini,

Anggaran Dasar Hasil Munas II Tahun 2009 dinyatakan tidak berlaku lagi.

(2) Anggaran dasar hasil penyempurnaan Munas III Dharma Wanita

Persatuan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Você também pode gostar

  • Mengenal Tanaman Pangan
    Mengenal Tanaman Pangan
    Documento16 páginas
    Mengenal Tanaman Pangan
    Nurul Rahma Indraswari
    Ainda não há avaliações
  • Ad DWP PDF
    Ad DWP PDF
    Documento19 páginas
    Ad DWP PDF
    Indah Julianti
    Ainda não há avaliações
  • Lembar: Surat Setoran Pajak
    Lembar: Surat Setoran Pajak
    Documento6 páginas
    Lembar: Surat Setoran Pajak
    Alam Alee
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak 20081
    Abs Trak 20081
    Documento119 páginas
    Abs Trak 20081
    Nurul Rahma Indraswari
    Ainda não há avaliações
  • SAIK Riri
    SAIK Riri
    Documento4 páginas
    SAIK Riri
    Nurul Rahma Indraswari
    Ainda não há avaliações
  • SA Bab 6
    SA Bab 6
    Documento46 páginas
    SA Bab 6
    Nurul Rahma Indraswari
    Ainda não há avaliações