Você está na página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan zaman menyebabkan banyaknya masyarakat yang belum memahami
agamanya dengan baik. Sehingga banyak masyarakat yang semakin haus akan
pengetahuan tentang agama. Sehingga disini dibutuhkan pendidikan formal dan
nonformal dimana pendidikan formal sudah didapatkan di bangku sekolah, sedangkan
pendidikan nonformal salah satunya dapat didapatkan di pasraman.
Pendidikan pasraman sangat berpotensi untuk membangkitkan jati diri, budi
pekerti dan masyarakat susila. Perkembangan pendidikan pasraman perlu dijaga agar
bebas dari proses fanatisasi, instanisasi dan politisasi, sehingga model pendidikan
berbasis pasraman mampu tumbuh dengan identitas yang khas, unggul dan
teraktualisasi dalam kehidupan nyata secara berkelanjutan.
Wawasan kebudayaan yang perlu dibangun tidak harus hanya berorientasi pada
masa lampau, namun yang penting dan lebih penting adalah pada keseimbangan
dalam transmisi keluhuran masa lampau, realitas faktual masa kini dan peluang serta
tantangan masa depan. Perspektif wawasan kebudayaan perlu dimaknai sebagai
penguatan nilai luhur lokal, pengembangan nilai baru melalui keterbukaan nasional,
serta pemberdayaan individu dan kolektif dalam kompetisi global untuk harmoni,
kesetaraan dan kesejahteraan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain:
1. Bagaimana uraian singkat terbentuknya Pasraman Suganda Bhuwana ?
2. Apa tujuan dibangunnya Pasraman Suganda Bhuawana?
3. Apa saja materi yang diberikan di Pasraman Suganda Bhuwana?
4. Apa saja kendala yang dialami oleh Pasraman Suganda Bhuwana?

1.3 Tujuan Penulisan

1
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan antara lain :

1. Untuk mengetahui uraian singkat terbentuknya Pasraman Suganda Bhuwana.

2. Untuk mengetahui tujuan dibangun Pasraman Suganda Bhuwana.

3. Untuk mengetahui materi yang diberikan di Pasraman Suganda Bhuwana.

4. Untuk mengetahui kendala yang dialami oleh Pasraman Suganda Bhuwana.


1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Melalui penulisan makalah ini, penulis mendapatkan wawasan yang lebih luas
mengenai pasraman.
2. Bagi Pembaca
Dengan membaca makalah ini, pembaca akan mendapatkan pengetahuan yang
lebih luas dan lebih memahami tentang pasraman, serta mengetahui tujuan
sebenarnya pasraman.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pasraman
2.1.1 Pengertian Pasraman

Kata pasraman berasal dari kata asrama (sering ditulis dan dibaca ashram)
yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan.
Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia
dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar
untuk menolong orang lain. Konsep pasraman yang berkembang sekarang diadopsi
dari sistem pendidikan Hindu zaman dahulu di India, sebagaimana disuratkan dalam
kitab suci Weda dan hingga kini masih tetap terpelihara. Sistem ashram
menggambarkan hubungan yang akrab antara para guru (acarya) dengan para
siswanya, bagaikan dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, sistem ini dikenal pula
dengan dengan para nama sistem pendidikan gurukula. Beberapa anak didik tinggal
di pasraman bersama para guru sebagai anggota keluarga dan para guru bertindak
sebagai orang tua siswa sendiri. Proses pendidikan di pasraman dari masa lampau itu
masih tetap berlangsung sampai saat ini dikenal pula dengan istilah lainnya yakni
parampara, di Jawa dan di Bali dikenal dengan istilah padepokan atau aguron-guron.
Dewasa ini di India terdapat ribuan pasraman yang diasuh oleh guru-guru kerohanian,
bahkan cabang-cabang perguruan ini telah berkembang di Eropa dan di Indonesia.

Pendidikan agama Hindu diharapkan dapat membangun kesadaran tentang


kehidupan, yaitu sadar bahwa hidup itu adalah untuk mencari makan, mendapatkan
rasa aman, diterima oleh masyarakat, mendapatkan status kehormatan dan hidup
untuk menemukan makna hidup sesuai dengan fungsi pendidikan agama Hindu,
yaitu:
a) Penanaman nilai-nilai ajaran agama Hindu yang dapat dijadikan pedoman hidup
dalam mencapai kebahagiaan hidup (Moksartham Jagadhita).
b) Pengembangan Sradha dan Bhakti kehadapan Hyang Widhi (Tuhan).

3
c) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum.
d) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan masyarakat dalam
keyakinan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi pendidikan agama Hindu tersebut di atas sesuai dengan tujuan
pendidikan agama Hindu, yaitu bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan
meningkatkan Sradha (iman) dan Bhakti (ketaqwaan) kehadapan Tuhan melalui
pelatihan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Hindu, sehingga menjadi insan
Hindu yang darmika dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jagadhita.
Hal tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 pasal 30, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah dan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha Nomor: DJ.V/92/SK/2003
Tentang Penunjukan Parisadha Hindu Dharma Indonesia, Pasraman.

2.2 Agama Hindu

Kata Agama berasal dari kata a dan gam. A berarti tidak dan gam berarti pergi.
Jadi kata agama berarti tidak pergi atau kekal abadi. Yang kekal dalam hal ini adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama yang sering disebut dengan Dharma.
Ajaran agama sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena dapat sebagai
pedoman/pegangan bagi manusia/masyarakat penganutnya dalam kehidupannya
mencapai tujuan yaitu Moksha. Tujuan hidup menurut agama Hindu adalah
Mokshartam Jagaditta Ya Ca Iti Dharma. Agama ibarat obor yang memberi
penerangan bagi manusia dalam kegelapan dalam menjalani kehidupan di masyarakat

Agama Hindu, dahulu juga dikenal dengan nama agama Tirtha, juga agama
Sanatana Dharma yang berarti agama yang kekal abadi (Ardhana, 2002:3)

Penyebaran Agama Hindu dipercaya berasal dari Hindia dan menyebar melalui
pendekatan proses Asosiasi, integrasi, komplementasi dan sublimasi.

4
Assosiasi yaitu melalui proses persamaan-persamaan atau pertautan-
pertautan budaya dengan budaya setempat
Intergrasi yaitu proses dapat menyatunya ajaran agama Hindu dengan
budaya setempat karena adanya kesejajaran atau persamaan
Komplementasi yaitu proses terjadinya saling lengkap melengkapi antara
ajaran Hindu dengan budaya setempat secara dinamis.
Sublimasi yaitu proses pemuliaan kebudayaan setempat melalui
peningkatan kwalitas kejiwaan dari budaya setempat dengan jiwa agama Hindu.
Bertemunya agama Hindu dan kebudayaan setempat menjadi sangat harmonis dan
dinamis melalui proses asosiasi, intergrasi, komplementasi dan sublimasi tersebut
secara evolusi. Proses ini menyebabkan penampilan kebudayaan Hindu selalu
berbeda-beda bentuk luarnya, namun kalau dibedah maka akan nampak hakekat
Hindunya yang universal

Konsep penerapan/pengamalan ajaran Hindu sebagaimana disebutkan dalam


Manawa Dharmasastra VII.10, ada 5 (lima) dasar pertimbangan yaitu: Iksa, Sakti,
Desa, Kala dan Tattwa.

Iksa artinya pandangan atau cita-cita seseorang atau masyarakat tertentu. Penerapan
ajaran Hindu tidak boleh menghilangkan jati diri seseorang atau masyarakat, justru
ajaran Hindu harus dapat memperkuat pandangan dan cita-cita seseorang yang
benar dan baik.
Sakti artinya kemampuan. Dalam mengamalkan ajaran, Agama Hindu menyajikan
banyak pilihan sesuai dengan kemampuan.
Desa artinya ketentuan-ketentuan setempat yang dianut oleh suatu masyarakat
dalam suatu wilayah tertentu. Ini berarti melaksanakan ajaran agama hendaknya
disesuaikan dengan norma-norma spiritual yang sudah berlaku baik di suatu tempat
tertentu.
Kala artinya waktu. Melaksanakan ajaran agama hendaknya memperhitungkan wktu
atau kala agar dapat berhasil dengan baik.

5
Tattwa artinya hakekat kebenaran weda yang kekal abadi. Maksudnya pelaksanaan
agama boleh disesuaikan dengan iksa, sakti, desa dan kala, namun tidak boleh
menyimpang dengan hakekat kebenaran Weda yang disebut Tattwa. Kebenaran weda
tertinggi adalah Satya.

BAB III

6
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah observasi langsung yaitu ke Pasraman Suganda
Bhuwana Lebah Siung Panji Anom kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng
dan kajian pustaka sebagai penunjang dalam penyusunan makalah ini.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Pada Sabtu 1 November 2014 mulai pukul 18.00 WITA sampai selesai,
kami melakukan penelitian langsung ke Pasraman Suganda Bhuwana Lebah
Siung Panji Anom kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1 Wawancara yaitu teknik yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan bersama
dengan narasumber tentang kasus korupsi yang terjadi di Kabupaten Buleleng,
pasal perundang-undangan dan cara mencegah atau meminimalisasi tindak
korupsi.
2 Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data dengan
mencari informasi tentang korupsi dan kaitannya dengan peljaran agama Hindu
dari sumber-sumber pustaka yang terkait sebagai penunjang dalam penyusunan
makalah ini.

BAB IV

7
PEMBAHASAN

4.1 Uraian Singkat Pasraman Suganda Bhuwana

Pasraman Suganda Bhuwana ini merupakan salah satu Pasraman yang ada di
Buleleng tepatnya di Griya Suganda Buana Lebah Siung Panji Anom kecamatan
Sukasada. Pasraman ini di dirikan tahun 2007 setelah mendapat persetujuan dari
PHDI. Dimana dalam pelaksanaanya dibiyayai oleh PHDI. Pasraman Suganda
Bhuwana di bawah tanggung jawab Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Wira Kerthi.
Dimana setiap saat pemerintah pusat terus menerus mengecek kegiatan dan
kewajiban yang telah dilaksanakan di pasraman.

4.2 Tujuan Dibentuknya Pasraman Suganda Bhuwana

Menurut Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Wira Kerthi Pasraman Suganda
Bhuwana ini dibentuk untuk mendidik umat Hinidu karena semakin hausnya
pendidikan agama Hindu. Dimana disini kita mempelajari tentang agama lebih
mendalam. Salah satunya mempelajari hubungan manusia dengan alam dan manusia
dengan manusia. Secara singkat tujuan dibangunnya pasraman ini sebagai berikut :
1) Sebagai tempat pemberian pelajaran tambahan bagi masyarakat yang beragama
Hindu.
2) Menciptakan hubungan dan komunikasi yang lebih erat di kalangan umat Hindu.
3) Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan
keagamaan Hindu kepada generasi muda dan umat Hindu.
Tujuan yang dipaparkan diatas bila kita bandingkan dengan peraturan dari pemerintah
mengenai tujuan pembentukan pasraman bisa dikatakan sudah sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh buku panduan dari departemen agama Republik
Indonesia.

4.3 Materi yang Diberikan di Pasraman Suganda Bhuwana


Materi yang diberikan oleh Pasraman Suganda Bhuwana antara lain :

8
1. Materi agama hindu yang bersifat umum; kegiatan ini dilaksanakan untuk
memperluas wawasan anggota pasraman tentang perkembangan agama Hindu.
Yang menjadi bahasan utamanya sekitar berita atau isu-isu yang berkembang di
masyarakat Hindu.
2. Materi yang berhubungan dengan ketrampilan beragama Hindu di Masyarakat;
Dalam kontek ini para anggota diajarkan tentang ketrampilan yang dilaksanakan
umat hindu dalam kehidupan bermasyarakat. Misalkan membuat banten dalam
upacara, mejejahitan atau rias janur untuk upacara keagamaan maupun kegiatan
bermasyarakat.
3. Latihan Meditasi; materi ini diajarkan dalam kegiatan pasraman dengan tujuan
untuk membangun jiwa atau mental para peserta pasraman dan juga untuk
membekali mental para peserta pasraman dengan kemampuan yang bersifat
spiritual.
4.4 Kendala yang Dialami Oleh Pasraman Suganda Bhuwana
Sampai saat ini belum ada kendala yang sangat rumit. Hanya saja kendalanya
yaitu waktu pelaksanaan kegiatan dengan peserta yang memiliki kesibukan masing-
masing. Hal inilah yang sampai saat ini menjadi kendala. Selain kendala tersebut
beluam ada kendala lainnya yang mengganggu kegiatan pasraman.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Pasraman Suganda Bhuwana terletak di Buleleng tepatnya di Griya Suganda


Buana Lebah Siung Panji Anom kecamatan Sukasada. Pasraman ini di dirikan

9
tahun 2007 setelah mendapat persetujuan dari PHDI. Dimana dalam
pelaksanaanya dibiyayai oleh PHDI. Pasraman Suganda Bhuwana di bawah
tanggung jawab Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Wira Kerthi.
2. Sebagai tempat pemberian pelajaran tambahan bagi masyarakat yang beragama
Hindu.Menciptakan hubungan dan komunikasi yang lebih erat di kalangan umat
Hindu.Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan
dengan keagamaan Hindu kepada generasi muda dan umat Hindu.
3. Materi agama hindu yang bersifat umum kegiatan ini dilaksanakan untuk
memperluas wawasan anggota pasraman tentang perkembangan agama Hindu.
Yang menjadi bahasan utamanya sekitar berita atau isu-isu yang berkembang di
masyarakat Hindu. Materi yang berhubungan dengan ketrampilan beragama
Hindu di Masyarakat. Misalkan membuat banten dalam upacara, mejejahitan atau
rias janur untuk upacara keagamaan maupun kegiatan bermasyarakat. Latihan
Meditasi.
4. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan dipasraman yaitu waktu pelaksanaan
kegiatan dengan peserta yang memiliki kesibukan masing-masing.

5.2 Saran
Menurut kami pasraman Suganda Bhuwana yang merupakan salah satu
Pasraman yang ada di Buleleng tepatnya di Griya Suganda Buana Lebah Siung
Panji Anom kecamatan Sukasada ini harus kita jaga. Karena jika kita menjaga
pasraman ini maka kita dapat mendapat berbagai keuntungan yang diantaranya adalah
disini kita dapat mempelajari tentang agama lebih mendalam. Salah satunya
mempelajari hubungan manusia dengan alam dan manusia dengan manusia, selain itu
kita juga bisa mendapat keuntungan yang lainnya.

10
Biodata Narasumber

11
Nama : Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Wira
Kerthi
Umur : 84 tahun
Alamat : Pasraman Suganda Bhuwana Lebah Siung
Panji
Anom,
Sukasada,
Buleleng.

12
13
14

Você também pode gostar