Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. A
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Puncak KM 18
MRS tanggal : 5 September 2016
1
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama.
3. Riwayat Imunisasi
BCG :+ Hepatitis :-
Polio :- Kesan : Imunisasi tidak
DPT :- lengkap
2
Suhu : 37,1 C
Kepala : Normocephali
Mata : Refleks Cahaya (+/+), pupil isokor,
Conjungtiva Palpebra Inferior anemis (-/-),
Sklera Ikterik (-/-)
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : Nafas Cuping Hidung (+)
Mulut : Sianosis (+)
Leher : Dalam Batas Normal
Thoraks : Retraksi iga suprasternal (+)
Jantung : BJ I-II (+), reg, bising jantung pansistolik (+)
grd 3/6 ICS 3-4
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen : supel, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2, clubbing finger (+), akral hangat
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1 September 2016
JENIS PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN
Hemoglobin (HGB) 11,70 g% 11,3 14,1
Hematokrit 43,00 % 37 41
Leukosit (WBC) 16.820/uL 4,5 13,5
Trombosit 166.000/uL 7,35 7,45
SGOT/AST 61 U/L 15-37
SGPT/ALT 28 U/L 12-78
Ureum 31 mg/dL 15 39
Creatinin 0,5 mg/dL 0,6 1,3
Kesan : Leukositosis
3
Radiologi
ECHO (1 September 2016)
- AV-VA concordance
- Vena-vena bermuara pada
tempatnya
- IAS intact, IVS mengalami
defect
- PDA (-)
- Overriding Aorta (+)
- Katup pulmonal stenosis
Kesan : Tetralogy of Fallot
V. DIAGNOSIS KERJA
Penyakit jantung bawaan sianosis ec Tetralogy Of Fallot
Bronkopneumonia
VI. TERAPI
O2 2 L/i
IVFD 2A 22 gtt/i (micro)
Inj. Ceftriaxon 200 mg/12 jam
Paracetamol syrup 3 x Cth 1 (k/p)
Ataroc 2 x 1cc
Epexol 3 x 0,3cc
VII. PROGNOSA :
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
VIII. FOLLOW UP
Follow up 6 September 2016 - 7 September 2016
S Sesak nafas , biru pada jari tangan dan kaki (+), batuk (+), demam (-)
O Sens : CM N: 128x/i, reg RR: 48x/i T : 36,3C BB : 5120 gr PB : 60 cm
Kepala : Mata : Conj. palp. inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), RC (+/+), pupil isokor,
T/H/M : dbn/dbn/Sianosis (+)
Thorax : Simetris fusiformis, retraksi (+), sela iga terlihat jelas
Jantung : murmur (+), gallop (-)
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (+/+)
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N
Ekstremitas : CRT <2, Clubbing finger (+), sianosis (+)
P - Tirah baring
- O2 2 L/i (nasal canul)
- IVFD 2A 22 gtt/i (micro)
- Inj. Ceftriaxone 200 mg/12 jam
- Sanmol 3 x Cth1 (k/p)
- Atarac 2 x 1cc
- Epexol 3 x 0,3cc
- pasang NGT
- ASI/Susu Formula 30cc/3 jam
P - Tirah baring
- O2 2 L/i (nasal canul)
- Knee Chest Position
- Terapi lain dilanjutkan
P - Tirah baring
- O2 2 L/i (nasal canul)
- IVFD 2A 22 gtt/i (micro)
- Inj. Ceftriaxone 200 mg/12 jam
- Ambroxol 1/2 Puyer
Salbutamol 0,5 mg 3x1
- Zinc 1 x 20mg
- Oralit 50cc jika BAB Cair
- ASI/Susu Formula 30cc/3 jam
P - Tirah baring
- O2 2 L/i (nasal canul)
- IVFD 2A 22 gtt/i (micro)
- Inj. Ceftriaxone 200 mg/12 jam
- Ambroxol 1/2 Puyer
Salbutamol 0,5 mg 3x1
- Zinc 1 x 20mg
- Oralit 50cc jika BAB Cair
- Susu 30cc-60cc/3 jam
P - Tirah baring
- O2 2 L/i (nasal canul)
- IVFD 2A 4 gtt/i (micro)
- Inj. Ceftriaxone 200 mg/12 jam
- Ambroxol 1/2 Puyer
Salbutamol 0,5 mg 3x1
- Zinc 1 x 20mg
- Oralit 40cc jika BAB Cair
- ASI/Susu Formula 90cc/3 jam
P - Tirah baring
- O2 2 L/i (nasal canul)
- IVFD 2A 4 gtt/i (micro)
- Inj. Ceftriaxone 200 mg/12 jam
- Ambroxol 1/2 Puyer
Salbutamol 0,5 mg 3x1
- Zinc 1 x 20mg
- Oralit 40cc jika BAB Cair
- ASI/Susu Formula 100cc/3 jam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hari ke-22, primitive heart tube berkembang menjadi 5 regio yang berbeda dan
mulai memompa darah (mulai berfungsi). Sesuai dengan aliran darah, dari ujung caudal ke
ujung cranial, kelima region itu adalah:
a. Sinus venosus, menerima darah dari seluruh vena pada embrio, kontraksi jantung dimulai
pada regio ini, kemudian diikuti oleh regio lainnya secara berurutan, berkembang menjadi
atrium kanan, sinus koronarius, sinoatrial (SA) node, vena cava superior, dan vena cava
inferior.
b. Atrium, berkembang menjadi atrium kanan dan kiri.
c. Ventrikel, berkembang menjadi ventrikel kiri.
d. Bulbus cordis, berkembang menjadi ventrikel kanan.
e. Truncus arteriosus, berkembang menjadi ascending aorta dan pulmonary trunk.
Pada hari ke-23, primitive heart tube memanjang. Akibat bulbus cordis dan ventrikel
tumbuh lebih cepat dari pada region lainnya, dan akibat atrial dan venous end dari tabung
dibatasi oleh perikardium, primitive heart tube mulai berputar dan melipat. Bagian cranial
bergerak ke arah ventral, caudal, dan kiri. Sedangkan bagian caudal bergerak ke arah dorsal,
cranial, dan kanan. Pertama, heart tube berbentuk seperti huruf U, kemudian menjadi
berbentuk huruf S. Pergerakan ini berakhir pada hari ke-28 dan pergerakan ini menentukan
posisi akhir atrium dan ventrikel. Perkembangan selanjutnya adalah pembentukan septum dan
katup jantung untuk membentuk 4 ruang jantung. Pembentukan sekat jantung terjadi antara
hari ke-27 dan hari ke-37 dan selesai pada akhir minggu ke 5.3
Cara pembentukan sekat adalah adanya 2 massa jaringan yang sedang tumbuh aktif
saling mendekat hingga menjadi satu sehingga membagi lumen menjadi 2 saluran yang
terpisah dan pertumbuhan aktif 1 massa jaringan saja yang terus meluas hingga mencapai sisi
lumen di seberangnya. Pada hari ke-28, lapisan endokardium menebal membentuk
endocardial cushion yang akan membentuk kanal atrioventricular, septum interatrial, dan
septum interventricular. Segaris kecil jaringan di dinding atrium atau ventrikel gagal tumbuh,
sedangkan daerah di kanan dan kirinya meluas dengan cepat, maka akan terbentuk sebuah
rigi yang sempit di antara kedua bagian yang sedang meluas tersebut. Selanjutnya rigi
tersebut akan membentuk sekat, namun sekat semacam ini tidak memisahkan 2 rongga secara
sempurna.3
2.4.2. Klasifikasi
Penyakit jantung kongenital secara umum diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu
kongenital asianosis dan kongenital sianosis.5,6
A. Kelainan Jantung Kongenital Asianosis
1. Defek Sekat Atrium Tipe Sekundum
Sifat khusus kelainan ini adalah tidak ada sianosis, volume aliran darah ke
paru bertambah, dan shunt terletak di daerah atrium. Pada bayi, kelainan ini sekitar
10% dari semua kelainan jantung kongenital. Pada bayi, biasanya jarang
menimbulkan keluhan, kadang-kadang ditemukan pada pemeriksaan auskultasi rutin
pada bayi, terdengar bising, dan pada pemeriksaan radiologi dada ditemukan adanya
gambaran kelainan jantung. Menurut lokalisasi dan terjadinya ada 3 jenis, yaitu:
a. Defek sinus venosus
b. Defek sekat sekundum
c. Defek sekat primum
2.5.2. Epidemiologi
TOF adalah penyakit jantung kongenital yang kompleks dengan angka kejadian
sekitar 5 dari setiap 10.000 kelahiran. Penyakit jantung kongenital ini dapat dijumpai pada
anak laki-laki maupun perempuan.7
CDC memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.575 bayi di Amerika Serikat yang lahir
dengan TOF. Dengan kata lain, sekitar 4 dari setiap 10.000 bayi yang lahir di Amerika Serikat
setiap tahunnya lahir dengan TOF.8
TOF mewakili 10% dari kasus penyakit jantung kongenital dan merupakan penyebab
paling umum dari penyakit jantung kongenital sianotik. Insiden terjadinya TOF lebih tinggi
pada laki-laki daripada perempuan.8
Prevalensi TOF terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan merupakan
penyebab paling umum penyakit jantung kongenital sianotik. TOF menyumbang sepertiga
dari semua penyakit jantung kongenital pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun.
Dalam kebanyakan kasus, TOF adalah sporadis dan nonfamilial. Kejadian pada saudara
kandung dari orang tua pasien yang mengalami TOF sekitar 1-5% dan lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan. Kelainan ini berhubungan dengan anomali extrakardiak
seperti labiaskizis dan palatum, hipospadia, kelainan rangka dan kraniofasial. Sebuah
mikrodelesi dalam kromosom 22 (22q11) telah diidentifikasi pada pasien dengan TOF
sebagai salah satu manifestasi kardiovaskular.7,8
2.5.3. Etiologi
Penyebab penyakit jantung kongenital sebagian besar tidak diketahui, meskipun
penelitian genetik menunjukkan etiologi multifaktorial. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan insiden yang lebih tinggi pada TOF termasuk rubella virus atau penyakit virus
lainnya selama kehamilan, gizi buruk prenatal, kebiasaan ibu minum alkohol, usia ibu yang
lebih dari 40 tahun, dan diabetes.8
Anak-anak dengan Sindrom Down memiliki insiden yang lebih tinggi untuk terjadinya
TOF. Diantara bayi dengan Sindrom Down (trisomi 21) didapatkan kejadian jantung bawaan
hampir 40% kasus banyak diantaranya kelainan umum seperti kelainan atrium dan Patent
Ductus Arteriosus (PDA). Namun, ada juga kondisi yang jarang terjadi seperti defek septum
atrium dan ventrikel yang besar.8
CDC bekerja dengan peneliti lainnya untuk mempelajari faktor resiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki bayi dengan TOF dan ditemukan beberapa hal berikut:
1. Tingkat TOF meningkat dari tahun ke tahun.
2. Lingkungan, khususnya karbon monoksida, mungkin menjadi faktor risiko untuk
melahirkan bayi dengan TOF meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan.
3. Adanya risiko tinggi untuk mengalami TOF antara bayi berkulit putih daripada bayi dari
ras lain.
4. Tidak ada hubungan yang kuat antara penggunaan kafein dengan ibu dan risiko TOF.8
2.5.4. Patofisiologi
Biasanya sisi kiri jantung hanya memompa darah ke seluruh tubuh dan sisi kanan
jantung memompa darah hanya ke paru-paru. Pada anak dengan TOF, darah dapat melakukan
perjalanan melintasi lubang (VSD) dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri dan keluar ke dalam
aorta. Obstruksi pada katup pulmonal dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis mencegah
jumlah normal darah dari yang dipompa ke paru-paru. Kadang-kadang katup pulmonal benar-
benar terhalang yang disebut pulmonal atresia.7
Pada kenyataannya, hanya dua kelainan yang diperlukan pada TOF yaitu VSD yang
cukup besar untuk menyamakan tekanan di kedua ventrikel dan stenosis pulmonal. Hipertrofi
ventrikel kanan merupakan efek sekunder dari stenosis pulmonal.dan VSD. VSD yang paling
sering pada TOF adalah tipe perimembranous di daerah subpulmonal. Aliran ventrikel kanan
adalah obstruksi saluran paling sering dalam bentuk stenosis infundibular sebanyak 45%.
Obstruksi jarang pada tingkat katup pulmonal sekitar 10%. Sebuah kombinasi dari dua juga
dapat terjadi dengan angka kejadian 30%. Katup pulmonal atretik adalah salah satu anomali
yang berat dengan angka kejadian sekitar 15%. Pada kebanyakan pasien terjadi hipoplasia
pada anulus pulmonal dan arteri pulmonal.. Cabang-cabang arteri pulmonal biasanya kecil
dengan stenosis perifer. Obstruksi pada arteri pulmonal kiri sangat umum terjadi. Right aotic
arc (RAC) juga terjadi dengan angka kejadian 25% kasus. Pada sekitar 5% dari pasien TOF
dapat ditemukan arteri koroner yang abnormal. Kelainan yang paling umum adalah cabang
anterior descending timbul dari arteri koroner kanan dan melewati saluran keluar ventrikel
kanan.8
Mekanisme patogenetik dari pembentukan TOF dimulai selama morfogenesis jantung
sebelum septum ventrikel ditutup dengan pembagian ejeksi aliran ventrikel kanan ke aliran
aorta transeptal dan aliran pulmonal infundibular. Ejeksi aliran ventrikel kanan disebabkan
oleh obstruksi aliran oleh katup stenosis pulmonal yang dijumpai hampir di semua kasus.
Aliran aorta transeptal melewati ventrikel yang tidak tertutup septum sehingga
mempertahankan patensi hubungan kedua ventrikel dan memperluas VSD.8
2.5.6. Diagnosis
Ada beberapa langkah diagnostik, yaitu antara lain: 6,7,8
A. ANAMNESIS
1. Dapat terdengar bising jantung pada waktu lahir.
2. Biru sejak lahir atau kemudian sesudah lahir. Sesak saat beraktifitas, squatting,
hipoksik spell yang terjadi kemudian walaupun bayi hanya mengalami sianosis
ringan.
3. Bayi dengan TOF ringan (pink fallot) biasanya asimtomatik namun terkadang dapat
menunjukkan tanda gagal jantung, seperti pada VSD besar dengan pirau dari kiri ke
kanan.
4. Pasien dengan atresia pulmonal tampak sianosis pada saat lahir atau segera setelah
lahir.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sianosis dengan derajat yang bervariasi, nafas cepat, jari tabuh.
2. Tampak peningkatan aktifitas ventrikel kanan sepanjang tepi sternum dan thrill
sistolik dibagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
3. Klik ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi jantung II biasanya
tunggal, keras, bising ejeksi sistolik (grade 3-5/6) pada bagian atas dan tengah tepi
sternum kiri.
4. Pada tipe asianotik, dijumpai bising sistolik yang panjang.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit (hiperviskositas) yang sesuai dengan
derajat desaturasi dan stenosis. Pada pasien TOF dengan kadar hemoglobin dan
hematokrit normal atau rendah, kemungkinan menderita defisiensi besi.
2. Elektrokardiografi
Right axis deviation (RAD) pada TOF sianotik. Pada bentuk yang asianotik aksis bisa
normal dan terdapat pembesaran ventrikel kanan. Pada TOF asianotik terdapat
pembesaran kedua ventrikel, biasanya disertai pembesaran atrium kanan.
3. Foto toraks
a. TF sianotik
Besar jantung bisa normal atau lebih kecil dari normal, dan corakan paru
menurun. Pada TOF dengan atresia pulmonal dapat ditemukan lapangan paru
hitam.
Segmen pulmonal cekung dan apeks terangkat, hingga jantung mirip sepatu boot
(boot-shaped heart).
Tampak pembesaran ventrikel kanan dan atrium kanan. Pada 30% kasus arkus
aorta berada di kanan.
b. TF asianotik
Gambaran radiologinya tidak dapat dibedakan dengan gambaran VSD kecil
sampai sedang.
Ekokardiografi : 2D dan Doppler.
VSD perimembran infundibular besar dengan overriding aorta dapat dilihat
dengan pandangan parasternal long axis.
Anatomi jalan keluar ventrikel kanan, katup pulmonal, annulus pulmonal, dan
arteri pumonalis beserta cabang-cabangnya dapat dilihat dengan pandangan short
axis.
Dengan Doppler dapat dinilai pressure gradient melalui obstruksi jalan keluar
ventrikel kanan. Ekokardiografi dapat menilai kelainan arteri koroner dan juga
kelainan lain yang berhubungan misalnya, ASD, persistant left superior vena
cava.
4. Kateterisasi jantung dan angiokardiografi
Kateterisasi jantung tidak diperlukan pada TOF, bila dengan pemeriksaan ekokardiografi
sudah jelas. Kateterisasi biasanya diperlukan sebelum tindakan bedah koreksi dengan
maksud untuk mengetahui defek septum ventrikel yang multipel, deteksi kelainan arteri
koronaria, dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
2.5.7 Penatalaksanaan8
Penanganan tetralogy of fallot yang efektif bertujuan untuk mencegah dan mengatasi
komplikasi yang terjadi, mengatasi blue spell dan manajemen paliatif atau koreksi
pembedahan.
a. Prosedur penanganan blue spell dilakukan tergantung pada frekuensi dan tingkat
keparahan serangan hipersianosis, yaitu:
1) Penempatan bayi di perut dalam posisi lutut-dada (knee-chest position) yaitu
menempelkan lutut ke arah dada sambil memastikan bahwa pakaian bayi tidak ketat
atau posisi jongkok pada anak yang sudah bisa berjalan untuk meningkatkan tahanan
vaskuler sistemik sehingga aliran darah dari ventrikel kanan ke kiri berkurang.
2) Pemberian oksigen
Meskipun peningkatan oksigen inspirasi tidak akan menurunkan sianosis yang
disebabkan oleh shunting intracardiac, dengan usaha diatas diharapkan hiperpnea
dapat berkurang, dan anak menjadi tenang.
3) Suntikan morfin secara subkutan dengan dosis tidak lebih dari 0,2 mg / kg.
4) Koreksi natrium bikarbonat melalui intravena dengan cepat diperlukan jika sianosis
luar biasa parah sehingga terjadi asidosis metabolik atau jika anak menunjukkan
kurangnya respon terhadap terapi sebelumnya (PO2 arteri kurang dari 40 mm Hg).
5) Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam
spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
6) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sebagai sedative.
7) Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru diharapkan bertambah dan aliran darah sistemik
membawa oksigen ke seluruh tubuh juga dapat meningkat.
8) Pengukuran pH darah secara berulang dilakukan karena kemungkinan terjadi
kekambuhan asidosis dapat berlangsung cepat sedangkan pemulihan dari sianosis
biasanya cepat sekali jika pH telah kembali normal.
b. Tetralogi of fallot hanya bisa disembuhkan melalui operasi. Tujuan utama pembedahan
adalah untuk mengembalikan aliran darah ke paru-paru sehingga dapat menurunkan
hipoksia. Operasi direkomendasikan pada usia 1 tahun ke atas guna mencegah komplikasi
kembali saat dewasa nantinya.
Manajemen bedah:
1) Blalock-Taussig (BT procedure), yaitu menghubungkan arteri subklavia ke arteri
pulmonal dengan shunt. Teknik ini memungkinkan aliran darah dari arteri subklavia
ke arteri pulmonal yang dapat meningkatkan aliran darah total ke pulmonal sehingga
meningkatkan saturasi oksigen.
Gambar 2.6 Blalock-Tausig Shunt
2) Perbaikan total berupa penutupan VSD dan reseksi stenosis infundibular, atau
valvulotomy paru (pemasangan patch) jika dibutuhkan karena setelah prosedur block-
taussig seiring pertumbuhan anak, kebutuhan aliran darah pulmonal semakin
meningkat. Angka mortalitas bedah untuk perbaikan total TOF adalah 5%.
2.5.9 Komplikasi 7
a. Hipoksia organ-organ tubuh yang kronis.
b. Polisitemia.
c. Emboli sistemik.
d. Cyanotic spell.
2.5.10 Prognosis
Prognosis dari penyakit jantung bawaan ini tanpa pembedahan, angka kematiannya
adalah 95% pada usia 20 tahun. Prognosis cukup baik pada yang dioperasi saat anak-anak.
Biasanya operasi telah dilakukan sebelum usia setahun, dengan penutupan VSD dan koreksi
dari stenosis pulmonal. Kelangsungan hidup 20 tahun adalah 90-95% setelah pembedahan.
Prognosis jangka panjang kurang baik bila:
a. Dioperasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel kiri akibat
hipoksia yang lama.
b. Pasca bedah dengan residual pulmonal insufisiensi berat sehingga terjadi gagal ventrikel
kanan. 8
BAB III
PEMBAHASAN