Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan
Abortus Incompletus secara nyata selama praktek dilapangan dengan menerapkan
manajement menurut Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu :
1. Melakukan pengkajian pada ibu Abortus Incompletus.
2. Merumuskan diagnosa / masalah kebidanan pada ibu Abortus Incompletus.
b. Anemia ibu, melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retropasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes
militus.
4) Kelainan pada placenta
a. Infeksi pada placenta dengan berbagai sebab, sehingga placenta tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah placenta, diantaranya diabetes militus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta.
5) Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi
anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
(Rustam M., 1998 : 210)
2.1.3 Patofisiologi Abortus
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan
dengan kontraksi.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal
yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala umum
sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau
sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
a. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
b. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
c. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan akral dingin.
(IBG. Manuaba, 1998 : 216)
2.1.4 Abortus dapat dibagi menjadi :
2.1.4.1 Berdasarkan kejadiannya
a. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus Provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus
ini terbagi lagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan
2 sampai 3 tim dokter ahli.
b) Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
2.1.4.2 Berdasarkan gambaran klinisnya
a. Abortus Iminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat.
b. Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang
teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
c. Abortus Inkompletus (keguguran tak lengkap)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
placenta.
d. Abortus Kompletus
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim
kosong.
e. Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus Habitualis
Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septikus
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septikus adalah
keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
(Rustam M., 1998 : 210)
2.1.5 Penyulit Abortus
1) Perdarahan yang hebat.
2) Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan
kemandulan.
3) Renal failure (faal ginjal rusak) disebabkan karena infeksi dan shock.
4) Shock bakteriil : Terjadi shock yang berat, rupa-rupanya oleh toxin-toxin pengobatannya
ialah dengan pemberian antibiotika cairan, corticosteroid dan heparen.
5) Perforasi : Ini terjadi waktu curretage atau karena abortus criminalis.
(Sulaiman S., 1983 : 10)
2.2.4 Penanganan
1. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat
dan secepat mungkin ditransfusi darah.
2. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrium 0,2 mh
intra musculer.
3. Bila janin sudah keluar, tetapi placenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran placenta secara
manual.
4. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
(Arif Mansjoer, 2001 : 204)
2.3 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
2.3.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisir pikiran dan tindakan berdasarkan teori yang ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan
yang berfokus pada klien.
2.3.2 Proses Manajemen Kebidanan
1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan baik data subyektif maupun data obyektif.
a. Data subyektif
Biodata
Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan
klien lain. (Christina, 1984 : 84)
Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk hamil dan persalinan
adalah 20-30 tahun, usia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan usia yang beresiko. (Sarwono,
1999 : 23)
Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang. (Christina I., 1984)
Pekerjaan : Pekerjaan suami dan klien untuk mengetahui taraf hidup sosial ekonominya agar nasehat
kita sesuai. (Sulaiman, 1983)
Perkawinan : Beberapa kali kawin dan berapa lama untuk membantu menentukan bagaimana
reproduksinya ibu.
Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya
sama. (Christina I., 1984)
Agama : Untuk memberi nasehat sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat kunjungan.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 368 0C
Respirasi : 24 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Pemeriksaan fisik
Postur tubuh : Cara berjalan, lordosis / tidak.
Kepala : Distribusi rambut, warna rambut, kebersihan.
Muka : Pucat / tidak, oedema / tidak.
Mata : Conjungtiva pucat / tidak, sklera kuning / tidak.
Mulut : Bibir pucat / tidak, ada / tidak tanda rhagaden dan stomatitis.
Leher : Kelenjar lymfe membesar / tidak, ada / tidak bendungan vena jugularis, kelenjar thyroid
membesar / tidak.
Dada : Dada simetris / tidak, ada / tidak benjolan pada payudara, keadaan puting susu, kebersihan.
Perut : Membesar atau tidak, ada atau tidak hyperpigmentasi striae dan linea, ada / tidak bekas luka
operasi, kembung tidak / ada, TFU, ada / tidak nyeri tekan.
Ketiak : Ada / tidak pembesaran kelenjar lymfe, kebersihan.
Ekstremitas atas : Simetris atau tidak, kuku panjang atau tidak, pucat / tidak.
Lipatan paha : Ada / tidak pembesaran kelenjar limfe, ada / tidak hernia inguinalis, kebersihan.
Vulva : Ada / tidak perdarahan pervaginam.
Kaki : Ada / tidak varices / oedema.
2. Identifikasi diagnosa / masalah
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi diagnosa / masalah.
Diagnosa : G P dengan abortus incompletus.
3. Identifikasi diagnosa / masalah potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah / diagnosa potensial adalah :
a. Potensial terjadinya infeksi.
b. Potensial terjadi anemi.
c. Potensial terjadi hipovolemik.
4. Identifikasi kebutuhan segera
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik untuk melakukan konsultasi dengan
dokter atau tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.
a. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan segera.
b. Observasi tanda vital, keadaan umum dan perdarahan.
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Diagnosa : G P dengan abortus incompletus.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu siap dilakukan curretage dan tidak
terjadi komplikasi.
Kriteria : - Keadaan umum.
- Ibu mau menandatangani informed consent.
- Ibu kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
- Perdarahan berhenti.
Intervensi : Tidak terjadi infeksi.
6. Implementasi
Pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti langkah kelima. Langkah ini bisa dilakukan
oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
7. Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk menilai keefektifan dari tindakan atau asuhan yang telah
diberikan, sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.
(PPKC, 2004)
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengkajian
Tanggal : 29-10-2008 pukul : 09.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Waringin Gg. Mlaten / 25
Status perkawinan : Menikah 1 kali, lamanya 5 tahun.
Nutrisi Makan + 3 kali sehari dengan Makan nasi tim sesuai menu
nasi, lauk pauk, buah. puskesmas setelah pelepasan
Minum air putih + 7-8 infus.
gelas/hari Minum air putih.
Tidak ada pantangan makanan.
Istirahat Ibu tidak pernah istirahat tidur Ibu istirahat total di Puskesmas
siang. Tidur malam + 8 jam selama + 2 hari.
(21.00-05.00 WIB).
B. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 365 0C
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tensi : 110/60 mmHg
BB : 57 kg
TB : 156 cm
PP : 27-04-2009
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak bercabang, tidak terdapat benjolan.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema, ekspresi wajah tampak cemas, menyeringai.
Mata : Simetris, sklera mata tidak kuning, selaput lendir mata tidak pucat, tidak ada tanda bintik
bitot.
Hidung : Simetris, tidak mimisan.
Telinga : Simetris, bersih, tidak mengeluarkan cairan, pendengaran baik.
Mulut : Bibir tidak pucat, gigi tidak terdapat caries, tidak stomatitis, tidak ada rhagaden, lidah bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, mamae tegang, puting susu menonjol, ada hyperpigmentasi areola mammae primer
dan sekunder.
Ketiak : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Perut : Striae livide ada, striae albicans ada, linea nigra ada, tidak terdapat luka bekas operasi.
Pelipatan paha : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada hernia inguinalis.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedema, pergerakan bebas.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedema, pergerakan bebas.
Punggung : Simetris, lordosis.
Anus : Bersih, tidak ada haemorrhoid.
Vulva : Tidak oedema, tidak varices, terdapat perdarahan pervaginam cair, bau anyir, jumlah + 1
kotek, warna merah, tidak ada condilomatalata, tidak ada condiloma akuminata.
b) Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.
Dada : Tidak ada massa.
Perut : Tidak ada pembesaran kelenjar lien dan hepar, pembesaran uterus tidak teraba / TFU belum
teraba.
c) Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.
Perut : Bising usus ada.
d) Perkusi
Perut : Tidak kembung.
e) Pemeriksaan dalam
Pengeluaran darah cair ada, V/V tidak ada kelainan, portio lunak, 2 jari longgar,
teraba jaringan, pembesaran uterus (-).
3) Pemeriksaan penunjang
Laborat : Hb : 11,8 gr %
Urine : (-)
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi, konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram atau umur kahamilan kurang dari 28 minggu.
Sedangkan abortus incompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan kurang dari 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Dalam
proses tersebut banyak hal penyebab antara lain kelainan hasil pertumbuhan hasil konsepsi,
kelainan dalam plasenta, kelainan genetika ibu, penyakit ibu, perangsangan pada ibu sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi dan penyakit bapak. Gejala yang sering timbul adalah
amenorrhoe, perut sakit dan mules, perdarahan sedikit maupun banyak selain itu apabila
dilakukan pemeriksaan pervaginam (vagina toucher) terdapat adanya pembukaan.
Adapun untuk melakukan asuhan harus sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
disesuaikan dengan kebutuhan klien diantaranya adalah
1. Melakukan pendekatan therapeutik.
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang penyakitnya.
3. Melakukan informed consent.
4. Mengajarkan teknik relaksasi.
5. Memberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan.
6. Melaksanakan advis dokter.
7. Melakukan observasi TTV.
Dalam melakukan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny.
S dengan GII P10001 Usia kehamilan 11/12 minggu, dengan abortus incompletus tidak
didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan. Disini juga terjalin kerjasama yang baik
antara petugas dan ibu, sehingga dalam melakukan asuhan ibu lebih kooperatif terhadap
tindakan yang dilakukan petugas. Sehingga dalam masalah ini tidak terjadi komplikasi dan
penyulit.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. S didapatkan diagnosa GII P10001 usia
kehamilan 11-12 minggu dengan abortus incompletus di Puskesmas Jagir Surabaya mengacu
pada tujuan khusus maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
5.1.1 Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada Ny. S terjalin kerjasama yang baik antara ibu dan petugas
kesehatan karena ibu lebih kooperatif dengan asuhan yang diberikan oleh petugas kesehatan
sehingga lebih mudah dalam pengkajian.
5.1.2 Identifikasi Diagnosa / Masalah
Setelah dilakukan asuhan kebidanan didapatkan diagnosa GII P10001 usia kehamilan 11-12
minggu dengan abortus incompletus.
5.1.3 Antisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Didapatkan antisipasi diagnosa / masalah potensial yaitu potensial terjadinya syok.
5.1.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Dilakukan tindakan segera yaitu :
Memberikan KIE dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapie.
5.1.5 Pengembangan Rencana
Dalam memberikan asuhan disesuaikan dengan diagnosa dan kebutuhan pasien, yaitu :
1. Lakukan pendekatan therapeutik.
2. Jelaskan pada ibu tentang penyakitnya.
3. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi.
4. Lakukan informed consent.
5. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi dan tindakan post curetage.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Petugas
Diharapkan petugas telah memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang
agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.
5.2.2 Untuk Klien
1. Diharapkan klien lebih kooperatif.
2. Diharapkan klien mau menjalankan anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC.