Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Manajemen Bencana
DISUSUN OLEH :
3B
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan pada Tn. F dengan fraktur pollux dextra di IGD RSUD
Wonosari, disusun untuk memenuhi tugas PKK stase Gawat Darutar dan
Manajemen Bencana, pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mahasiswa
Anis Susanti
Mengetahui,
( ) (SUCIPTO,SSiT )
KONSEP DASAR FRAKTUR
A. PENGERTIAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2007).
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi di istregritas
tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain
seperti proses degenerative juga dapat berpengaruh terhadap kejadian
fraktur (Brunner & Suddarth, 2008).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yng
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson.2006)
B. ETIOLOGI
Etiologi fraktur menurut Muttaqin, A (2008), Fraktur dapat terjadi
akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan tulang dalam menahan
tekanan. Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang
menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik, tekanan membengkok yang
menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis tulang yang
menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi, kompresi
vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah, misalnya
pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak.
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya
fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur
terjadi pada umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor.
Pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur
daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone pada menopause.
C. KLASIFIKASI
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Price (2006), Patah tulang biasanya terjadi
karena benturan tubuh, jatuh atau trauma. Baik itu karena trauma langsung
misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga
bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan
olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak
juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul
hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-
sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan
asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer.
Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang
mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi
ini dinamakan sindrom kompartemen.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya .
E. PATHWAYS
Trauma langsung, benturan, kecelakaan
Kompresi tulang
Patah tulang tak sempurna patah tulang sempurna
Patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka
Sumber : Price(2006)
F. MANIFESTASI KLINIS
c. Pemendekan tulang.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain antara 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).
d. Krepitus.
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
e. Edema.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
G. KOMPLIKASI
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges (2000) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada
pasien fraktur antara lain:
1 Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
2 Scan tulang, tomogram, CT scan/MRI : memperlihatkan fraktur dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3 Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh
pada trauma multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress
normal setelah trauma.
4 Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5 Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple, atau cedera hati.
I. PENGKAJIAN
1 Riwayat keperawatan
a Riwayat Perjalanan penyakit
1 Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
2 Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
3 Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
4 Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
5 Kehilangan fungsi
6 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b Riwayat pengobatan sebelumnya
1 Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis
kortikosteroid dalam jangka waktu lama
2 Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal,
terutama pada wanita
3 Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
4 Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c proses pertolongan pertama yang dilakukan
1 Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan
gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum
dipindahkan
2 Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2 Pemeriksaan fisik
a Mengidentifikasi tipe fraktur
b Inspeksi daerah mana yang terkena
1 Deformitas yang nampak jelas
2 Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
3 Laserasi
4 Perubahan warna kulit
5 Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c Palpasi
1 Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
2 Krepitasi
3 Nadi, dingin
J. DOAGNOSA KEPERAWATAN
Syok management
DAFTAR PUSTAKA
Appley, G. A. 2005. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley, Edisi VII. Jakarta:
Widya Medika.
Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif .Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta :
EGC
Grace, Pierce A., dan Borley, Neil R., 2006. Nyeri Abdomen Akut. Dalam: Safitri,
Amalia, ed. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC: Jakarta.
Noor Helmi, Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1, Jakarta:
Salemba Medika
Price, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Ed. 6,
volume 1&2. EGC: Jakarta.