Você está na página 1de 72

Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan

"Umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman"


(Hadis Syarif)

Oleh

Muhammad Husain Haekal


Diterjemahkan dari bahasa Arab oleh

Ali Audah
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com

Cetakan pertama

Litera AntarNusa
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Haekal, Muhammad Husain
Usman bin Affan : "umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman"
(hadis syarif) / antara kekhalifahan dengan kerajaan / Haekal, Muhammad
Husain ; diterjemahkan oleh Ali Audah. Cet.l Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2002.
170 hlm. ; 15x23,5 cm.

Judul asli: 'Usman bin 'Affan.


Indeks
ISBN 979-8100-40-9

1. Usman bin Affan 2. Khalifah Islam


I. Judul II. Audah, Ali
297.912.2

Judul asli: (Usman bin 'Affan), cetakan ke-8, 1973, oleh


Muhammad Husain Haekal, Ph.D., dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad
Muhammad Husain Haekal, kepada penerjemah.
Diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, 2002.
Diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa,
Jl. Arzimar III, blok B no. 7A, tel. (0251) 370505, fax. (0251) 380505,
Bogor 16152.
Jl. STM Kapin no. 11, tel. (021) 86905252, fax. (021) 86902032,
Kalimalang-Pondok Kelapa, Jakarta 13450.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Nomor 7/1987.
ISBN 979-8100-40-9
Anggota IKAPI.
Setting oleh Litera AntarNusa.
Kulit luar oleh G. Ballon.
Dicetak dan binding oleh PT. Mitra Kerjaya Indonesia,
Jl. STM Kapin no. 11, tel. (021) 86905253, 86905254, 86902033,
fax. (021) 86902032, Kalimalang-Pondok Kelapa, Jakarta 13450.
Catatan Penerjemah

Serangkaian biografi dari sejarah Islam diraulai dari Hayatu Mu-


hammad, as-Siddiq Abu Bakr, al-Faruq 'Umar dan 'Usman bin 'Affan
dalam bahasa Arab sudah selesai ditulis oleh Dr. Haekal dan sudah
diterbitkan. Biografi Usman dalam rangkaian terakhir biografi itu tak
sempat diselesaikan sampai akhir. la menulis semua itu sepulangnya ke
tanah air, setelah menyelesaikan studi-studi doktor-alnya dan memper-
oleh Ph.D. di bidang ekonomi-makro dan politik di Sorbonne, Paris, 1912,
dengan disertasi La Dette publique egyptienne. Sebelum itu, dalam
tahun 1905-1909 ia mengambil bidang hukum sampai selesai.
Sejak sebelum ketiga buku biografi itu terbit orang sudah tahu
Haekal adalah cendekiawan Mesir terkenal, biografer yang diakui luas
di tanah airnya dan di luar. Ketika tinggal di Eropa ia menulis beberapa
biografi tokoh sejarah di BaratJean Jacques Rousseau, Shakespeare,
Shelley, Anatole France sampai kepada Hippolyte Taine, dengan gaya
yang khas dan sudah cukup dikenal. Ia menulis biografi Kleopatra,
Mustafa Kamil dan Gandi di Timur. Di negerinya, orang menulis bio-
grafi tentang Haekal, dalam bentuk disertasi atau buku, dalam bahasa
Arab, juga di Barat, orang menulis tentang dia dalam bahasa-bahasa
Jerman, Inggris dan Prancis.
Kajiannya kemudian meluas ke masalah-masalah sosial budaya. Ia
menulis novel, cerita pendek dan kritik sastra. Ia menulis Zainab ketika
masih tinggal di Paris, sebuah novel dengan warna lokal yang memesona-
kan, mengisahkan kehidupan masyarakat tani di desanya dulu, untuk
mengenangkan rindunya ke kampung halaman, dan orang menilainya
sebagai novel modern pertama dalam bahasa Arab, yang kemudian
justru difilmkan di Jerman. Ia pernah memimpin Al-Ahram, harian ter-
besar di Timur Tengah. Ia menulis soal-soal politik dan sosial budaya.
Kemudian mendirikan surat kabar politik, As-Siyasah dan mingguan de-
ngan nama yang sama, sebagai organ Partai Liberal Konstitusi yang
dipimpinnya sampai tahun 1952.

v
vi USMAN BIN AFFAN

Bertugas dalam birokrasi ia pernah menjadi menteri negara, sebagai


menteri sosial dan dua kali menjadi menteri pendidikan.
Setelah mencapai lebih setengah abad usianya itu, hatinya tergerak
saat diketahuinya umat Islam, terutama kalangan awamnya di tanah air-
nya mau dijadikan sasaran propaganda misi agama lain. Perhatiannya
lalu dicurahkan ke masalah-masalah Islam. Selama empat tahun dipe-
lajarinya sejarah Nabi dari sumber-sumber yang autentik dan dibacanya
apa yang ditulis oleh kalangan Orientalis tentang Muhammad, dan juga
oleh kalangan penulis Islam sendiri. Setelah itulah ia mulai menyusun
program penulisan sejarah Nabi. Sejauh yang dapat dilakukannya, ia akan
menjaga bobot ilmiahnya atas dasar kebenaran, dan ini yang dapat kita
rasakan, buku yang kemudian sangat terkenal itu, Hayatu Muhammad
(Sejarah Hidup Muhammad), indah dan samasekali baru dalam penulis-
an sejarah hidup Muhammad. Setelah itu dilanjutkannya dengan studi
lain, tentang Abu Bakr dan Umar, sampai kedua buku itu terbit.
Rencananya akan diteruskan dengan biografi Usman bin Affan dan
Ali bin Abi Talib, tetapi umur telah lebih dulu menjemputnya dan
pengarang ini berpulang ke rahmatullah ketika biografi Usman baru
sampai permulaan bab empat, dan kelanjutannya diselesaikan oleh
Profesor Dr. Jamaluddln Surur, guru besar sejarah Islam di fakultas
sastra Universitas Kairo seperti yang akan dapat kita baca dalam
penjelasan Dr. Ahmad Haekal, putra bungsu almarhum Dr. Muhammad
Husain Haekal (1888-1956) dalam kata pengantar yang sangat berharga
untuk mendasari buku itu. Ia merangkum dan mencatat titik-titik pen-
ting di sekitar terbentuknya Khalifah ketiga ini.
Kalau kita membaca ketiga biografi s'ebelumnya itu, yang juga sudah
terbit terjemahannya dalam bahasa Indonesia, bagaimana pengarang
membuat studi mengenai peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah dan
membahasnya secara mendalam, membuat kesimpulan dan di mana
perlu memberikan pendapatnya. Kita melihat Amirulmukminin Umar
bin Khattab, mujahid dan mujtahid besar itu, pada akhir hayatnya me-
melopori pembentukan majelis syura untuk memilih seorang calon kha-
lifah, Dalam hal ini Umar mengambil jalan tengahantara mengikuti
jejak Rasulullah yang membiarkan pemilihan khalifahnya dimusyawarah-
kan oleh para sahabatdengan jejak pendahulunya Abu Bakr as-Siddiq
sebagai suatu sistem yang telah menunjuk penggantinya, yakni Umar
sendiri.
Tetapi Umar telah berijtihad dengan menerjemahkannya ke dalam
bentuk majelis syura. Ia memilih enam orang sahabat teras dengan alasan
dan pertimbangan yang masuk akal, yakni mereka yang hanya terdiri
CATATAN PENERJEMAH vii

atas Muhajirin tanpa Ansar dan diwakili oleh anggota kabilah terbesar
dan berpengaruh dari kalangan Kuraisy. Langkah ini kemudian berakhir
dengan terpilihnya Usman.
Barangkali langkah ini sudah merupakan bentuk demokrasi ter-
sendiri atau demokrasi represntatif terbatas, yang untuk selanjutnya dapat
dikembangkan lebih luas lagi sebagai sistem demokrasi alternatif. Tetapi
ini jelas berbeda dengan demokrasi Barat yang kita kenal selama ini.
Demokrasi Barat yang bersumber pada tradisi Yunani sekitar dua puluh
empat abad silam dalam bentuk demokrasi langsung atau demokrasi
perwakilan. Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduk yang sangat
terbatas dan dalam bentuk negara-negara-kota (city-states), yang juga
kemudian pada abad pertama Masehi muncul di Roma. Demokrasi Abad
Pertengahan Eropa punya corak sendiri pula, berlanjut dengan lahirnya
revolusi dan deklarasi kemerdekaan Amerika dan revolusi Prancis tentang
hak-hak penduduk laki-laki dalam abad ke-18, dengan beberapa macam
diskriminasi, seperti perempuan dan kaum budak yang tak punya hak
pilih, sampai lahirnya demokrasi yang kita kenal sekarang dan demokrasi
semu di negara-negara totaliter dan bukan totaliter dalam abad ke-20
ini.
Memang, buah sejarah yang menimpa Usman dan pemerintahannya
bukan akibat sistem musyawarah atau sistem demokrasi. Semua ini tentu
tak ada hubungannya dengan kejatuhan Usman. Menjelang akhir masa
pemerintahannya itu timbul kegelisahan dan ketidakpuasan masyarakat
terhadap politiknya tanpa ada kejelasan apa benar alasannya. Suasana
yang mulai memanas ini kemudian diperburuk oleh kedatangan manusia
misterius bernama Abdullah bin Saba' orang Yahudi ibu Abisinia
dari Yaman yang masuk Islam di masa Usman, dan ia leluasa berpindah-
pindah dari kota ke kota, menyebarkan jaringan fitnah yang berakibat
timbulnya pemberontakan di sana sini anti Khalifah Usman sampai ber-
akhir dengan kematian tragis Khalifah tua yang cinta damai itu.

Bogor, 15 September 2001


PENERJEMAH
Catatan Sekitar Buku Ini
Oleh Ahmad Muhammad Husain Haekal*

Tidak seperti terhadap para Khulafa Rasyidun yang lain, penilaian


kalangan sejarawan terhadap Usman bin Affan sangat berbeda. Sama
halnya dalam menempatkan pengaruh mereka dalam sejarah umat Is-
lam. Dari sinilah penulisan sejarah masa Usman dan biografi Usman
terasa ganjil. Dan ini tak kurang pula pentingnya. Kedua masalah ini
memerlukan penelitian yang lebih saksama dan berhati-hati dalam me-
nilai peristiwa demi peristiwa dan pribadi-pribadi itu.
Itulah barangkalijuga yang lain yang menarik perhatian Dr.
Haekal untuk menulis kelanjutan masa permulaan sejarah Islam se-
sudah selesai menulis Abu Bakr as-Siddiq dan Umar bin Khattab.
Ketika itu almarhum bermaksud kalau tidak karena hal-hal se-
perti yang akan saya singgung nanti mengadakan studi mengenai
masa kedua Khalifah teladan, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib.
Selanjutnya akan dibahas sebab-sebab yang melahirkan sistem kekha-
lifahan sampai berubah menjadi kerajaan yang turun-temurun diwarisi
oleh Banu Umayyah lalu oleh Banu Abbas dan selanjutnya oleh mereka
yang datang sesudah itu. Jika ditakdirkan dapat diselesaikan di tangan-
nya, perubahan dalam sistem pemerintahan Islam dan segala faktor
politiknya itulah yang merupakan hal sangat penting yang akan men-
cakup studi ini. Kalau ini sampai menjadi kenyataan niscaya buku ini
akan terbit dalam bentuk yang berbeda sekali dari keadaannya yang
sekarang.
Dr. Haekal mulai mengadakan studi tentang masa Usman ini sekitar
tahun 1945 dengan tujuan hendak meneruskan studi-studinya tentang Islam
yang sudah dimulainya dari Sejarah Hidup Muhammad. Suasana ke-

* Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal adalah putra bungsu almarhum Dr. Haekal.
Pnj.

viii
CATATAN SEKITAR BUKU INI ix

hidupannya dalam dunia politik, sejak ia memegang jabatan sebagai


menteri, banyak sekali tercermin dalam karya-karya intelektual dan
budayanya. Yang juga sudah menjadi prinsipnya, ia tidak ingin me-
nerbitkan buku selama ia memangku tugas selaku menteri. Tugas-tugas
departemennya itu memang tidak memungkinkan ia dapat menyelesai-
kan studi yang sudah dimulainya itu. Maka terpaksalah studinya di-
tangguhkan sampai tiba waktunya nanti ia mendapat kesempatan lagi.
Begitu juga halnya selama ia menjadi ketua senat. Ia telah menunda
studinya tentang kelanjutan masa Usman dari tahun ke tahun. Dan bila
sudah tiba waktunya akan memulai lagi tentu sudah tidak mudah.
Di samping itu masih ada faktor lain yang membuat Dr. Haekal
lama sekali berpikir sebelum meneruskan studi yang sudah dimulainya
itu dan telah membuatnya juga harus menangguhkan yaitu adanya
perdebatan-perdebatan di antara golongan-golongan masyarakat Islam
sekitar kekhalifahan Usman dan hak eksklusif kekhalifahan Ali yang
tak kunjung selesai, kendati sudah berlalu lebih dari tiga belas abad sejak
Usman memegang pimpinan, dan kendati ada perubahan yang telah me-
nimpa sistem kekhalifahan itu sendiri. Dan bekasnya pun sudah tak lagi
ada selain hanya tinggal nama, yang akhirnya ini pun bubar menyusul
pecahnyanya Perang Dunia Pertama.
Sudah demikian rupa keadaan beberapa kelompok itu, sampai-
sampai ada di antara mereka yang berusaha hendak menanamkan ke-
raguan mengenai keabsahan kekhalifahan Abu Bakr dan Umar. Mereka
beranggapan bahwa sepeninggal Rasulullah hak kekhalifahan ada pada
Ali, yang diwasiatkan RasuluUah kepadanya. Sikap ekstrem yang dianut
kelompok-kelompok tersebut sudah tentu merupakan cacat, karena ini
sangat bertentangan dengan ajaran Islam, bahwa orang-orang mukmin
itu sama seperti gerigi sisir. Oleh karenanya hak dan kewajiban mereka
sama, dan pimpinan negara harus diberikan kepada yang ahli.
Menghadapi perdebatan yang sudah menjurus kepada perkelahian
sengit itu oleh Dr. Haekal dijadikan titik perhatiannya kemudian mem-
bahasnya secara mendalam sekali. Tampaknya dalam hal ini ia sama-
sekali tidak ingin memberi pendapat atau mengambil suatu kesimpulan.
Kalau kesimpulan itu sudah ada tentu ia akan terdorong untuk menerus-
kan studinya dan akan menyiarkannya, kendati kecenderungan demikian
dari beberapa segi akan menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan.
Sungguhpun begitu, menurut hemat saya sudah dapat dipastikan
bahwa sebagian mereka yang berpendapat bahwa RasuluUah sallallahu
'alaihi wasallam mewasiatkan kekhalifahan sesudahnya kepada Ali,
dan bahwa keturunan Ali lebih berhak untuk itu, tidaklah akan meng-
x USMAN BIN AFFAN

ubah keyakinan Dr. Haekal bahwa hak untuk memilih kepala negara
adalah bebas dan tak terikat oleh apa pun. Artinya kedaulatan ada di
tangan kaum Muslimin atau karena keyakinannya, bahwa pertentangan
itu sendiri bagi Muslimin jauh lebih banyak ruginya daripada untung-
nya, kalaupun yang disebut keuntungan demikian itu ada.
Orang yang mengikuti apa yang sudah menjadi prinsip Dr. Haekal
ketika menulis biografi Rasulullah dan kedua khalifahnya yang mula-
mula, serta kecenderungannya menempuh metode analisis, akan melihat
bahwa dalam buku ini pun ia tidak membedakannya, bahkan ia lebih
kuat berpegang pada cara itu dan lebih yakin.
Dalam bab pertama ia membahas gejala-gejala pemilihan khalifah
ketiga untuk memikul tanggung jawab pemerintahan, sementara orang
belum lagi sadar dari kebingungan atas musibah terbunuhnya Amirul-
mukminin Umar bin Khattab. Dalam bab ini, untuk memastikan ia tidak
membatasi apa yang terjadi dengan pertemuan keenam orang yang oleh
Umar sudah ditentukan pencalonannya untuk khalifah sesudahnya serta
bagaimana perdebatan yang timbul di sekitar itu. Bahkan ia juga me-
nyinggung soal lahirnya konsep musyawarah oleh Umar dan bagaimana
ia masih merasa ragu, membiarkan soal penunjukan khalifah sesudah-
nya itu dimusyawarahkan oleh sahabat-sahabat sendiri mengikuti jejak
RasuluUah sallallahu 'alaihi wasallam, atau mengikuti jejak Abu Bakr
dengan menentukan penggantinya ketika ia mengumpulkan pendapat
para sahabat.
Perkembangan yang dialami oleh Kedaulatan Islam sejak masa
RasuluUah dan masa Abu Bakr seharusnya tidak boleh dibiarkan begitu
saja. Karenanya Umar segera menempuh sistem syura sebagai titik
tolak sistem legislasi yang lentur untuk pemilihan khalifah, yang akan
berkembang sejalan dengan perkembangan keadaan negara dan pola po-
litik yang berlaku. Kelenturan yang menjadi ciri khas sistem ini dapat
menjangkau permusyawarahan yang lebih luas, tidak terbatas hanya
pada enam orang yang sudah ditentukan oleh Umar itu.
Dengan demikian adanya beberapa aliran yang saling berlawanan
itu dapat dipertemukan, suatu hal yang memang sudah menjadi suatu
keharusan guna menjamin majelis syura itu dapat melantik orang yang
sudah terpilih di antara mereka. Bab ini memberikan gambaran yang
hidup mengenai musyawarah-musyawarah itu, sikap orang terhadapnya
dan kegelisahan mereka yang ingin mengetahui hasilnya, seolah kita
ikut menyaksikan segala peristiwa besar yang terjadi waktu itu.
Ketika sudah ada kesepakatan mengenai pelantikan Usman,
Dr. Haekal membahas sosok dan watak Khalifah yang baru ini, dan
CATATAN SEKITAR BUKU INI xi

sampai berapa jauh watak itu akan mempengaruhi politik negara pada
masanya. Pada setiap zaman kepribadian seorang penguasa memang
besar sekali pengaruhnya dalam politik dan administrasi negara. Ke-
adilan dan kebijakan Umar yang begitu baik, yang telah disaksikan sendiri
kaum Muslimin, sering terpantul dari wataknya itu. Mungkinkah pengaruh
Usman dalam mengemudikan negara juga sama dengan Umar? Inilah
kelak yang akan terangkap dari sela-sela kebijakannya dan dari bab-bab
berikutnya dalam buku ini.
Pada permulaan pemerintahannya Usman telah berusaha sedapat
mungkin mengikuti kebijakan Rasulullah dan kedua penggantinya, se-
suai dengan janji yang sudah diikrarkannya tatkala dilantik bahwa ia
akan meneruskan kebijakan itu. Hal ini tampak jelas dalam politik per-
luasan yang terjadi pada masanya. Politik ini merupakan lanjutan dari
politik Umar, walaupun pembangkangan dan pemberontakan yang ber-
kecamuk di beberapa daerah telah mengharuskan Usman mengerahkan
sejumlah pasukan untuk memadamkan dan menumpasnya. Begitu juga
ia haras cepat-cepat mempersiapkan armada Muslimin di Syam dan di
Mesir untuk memukul mundur pihak penyerang, kendati Umar telah
melarang yang demikian, sebab orang Arab tak biasa di laut. Apa yang
dilakukan Usman itu, dan yang serupa itu, tidak bertentangan dengan
janjinya, tetapi ia dipaksa oleh keadaan. Sekiranya Umar mengalami
hal yang sama, niscaya ia pun akan sependapat dengan Usman. Dalam
bab tiga buku ini Dr. Haekal menguraikan politik Usman itu dengan
segala yang dialaminya dan itu memang mendukungnya.
Sebenarnya tindakan Usman yang berlawanan dengan Umar itu
tidak akan menimbulkan gejolak kalau saja ia m'au membatasi pada hal-
hal yang sangat dararat saja. Tetapi dia juga pejabat-pejabatnya
untuk memperluas daerah kedaulatan dan memperbanyak rampasan
perang dan hasil pajak telah menempuh suatu cara yang tidak biasa
dilakukan orang. Begitu juga dalam mengangkat dan memberhentikan
pejabat-pejabat ia menempuh cara yang tidak disenangi oleh mayoritas
umat. Dalam hal ini akan lebih baik jika Usman mempertahankan pe-
jabat-pejabat Umar di tempat mereka bertugas pada tahun pertama itu,
sesuai dengan pesan pendahulunya. Selanjutnya ia mengganti mereka
dengan pejabat-pejabat lain, yang kebanyakan masih para kerabatnya,
untuk menjamin kesetiaan mereka, kendati cara ini samasekali tak pernah
dilakukan oleh Umar. Malah Umar menghindari pengangkatan para ke-
rabatnya itu untuk menjaga ia tetap bersih.
Sampai pada batas ini ia membah'as biografi Usman bin Affan, ajal
datang menjemputnya. Tak sempat lagi ia menyelesaikan studinya yang
xii USMAN BIN AFFAN

sudah dimulainya dalam Bab 4 mengenai pemerintahan Usman serta


bermacam-macam pendapat yang ada pada masanya itu. Saya yakin,
sekiranya studi ini sempat diselesaikan, sebab-sebab timbulnya huru-
hara dan segala yang menjadi presedennya yang kemudian berakhir
dengan pemberontakan dan terbunuhnya Khalifah Usman, akan banyak
terungkap.
Profesor Dr. Jamaluddin Sarur, guru besar sejarah Islam di fakultas
sastra Universitas Kairo telah meluangkan waktunya untuk menulis bab
terakhir yang mengakhiri jalan kehidupan Usman. Dari sini terlihat
jelas bahwa perpecahan itu mulai menggerogoti tubuh Muslimin pada
akhir masa Usman, dan daerah-daerah lain juga mulai pula menyatakan
ketidakpuasannya dengan berbagai cara.
Sungguhpun begitu, sikap solidaritas sahabat-sahabat Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam tetap teguh, dan solidaritas ini kemudian
menjadi kenyataan tatkala mereka menolak kaum pemberontak itu
hendak membaiat salah seorang dari mereka menjadi khalifah sesuai
dengan pesan Rasulullah: "Barang siapa mengaku dirinya atau salah se-
orang pemimpin atas orang lain ia akan dikutuk Allah. Bunuhlah dia."
Dr. Sarur dengan senang hati juga memeriksa kembali pokok-pokok
dalam buku ini dan mencocokkan nas-nas hadis yang terdapat di dalam-
nya. Untuk semua itu terima kasih dan penghargaan tak terhingga patut
disampaikan kepadanya.
Sekarang saya ingin melepas biografi Zun Nurain Usman bin Affan
ini ke tangan pembaca dengan hadis Rasulullah 'alaihis-salam: "Kamu
semua adalah gembala dan bertanggung jawab atas yang digembalakan.
Istri adalah gembala rumah tangga dan bertanggung jawab atas yang
digembalakannya, pembantu rumah adalah gembala atas harta tuannya
dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya."
Semoga Allah membimbing kita dengan segala yang terbaik; Allah
adalah Pelindung dan Penolong terbaik.

Kairo, Januari 1964


Ahmad Haekal
Daftar Isi

Catatan Penerjemah v
Catatan Sekitar Buku Ini viii
1. KISAH TENTANG MAJELIS SYURA DAN
PELANTIKAN USMAN 1
Umar terkena tikam dan penunjukan Majelis Syura 1; Sikap
Ansar terhadap Majelis Syura 4; Pertemuan dan perdebatan
sengit 6; Sebab-sebab timbulnya perselisihan 6; Persaingan
antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah; sikap orang-orang
Arab terhadap kekhalifahan 9; Abu Sufyan 11; Memperebut-
kan pengaruh 11; Persaingan Banu Hasyim dan Banu Umay-
yah 13; Hak dan batil 13; Ali bin Abi Talib 14; Zubair bin
Awwam 16; Usman bin Affan 17; Sa'd bin Abi Waqqas
18; Abdur-Rahman bin Auf 19; Talhah bin Ubaidillah 20;
Pertimbangan Umar memilih anggota-anggota Majelis Syura
21; Abbas bersemangat, Ali tenang dan berpandangan jauh 22;
Ambisi untuk kedudukan khalifah 23; Usaha Abdur-Rahman
bin Auf 24
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 33
Perawakannya 33; Sifat dan perangainya 33; Tahun lahir
dan sebabnya ia masuk Islam 35; Cerita Ibn Asakir 35;
Menikah dengan Ruqayyah 36; Mengapa Usman cepat-cepat
hijrah ke Abisinia? 37; Ruqayyah wafat 38; Mendapat ju-
lukan 38; Surat-surat Usman kepada para pejabat 50; Me-
neruskan kebijakan pendahulunya 53; Rumawi dan Persia
selalu mengancam 54

xiii
xiv USMAN BIN AFFAN
3. LANGKAH-LANGKAH PEMBEBASAN DI MASA
USMAN
Anasir-anasir fitnah di kawasan Kedaulatan 57; Pembebasan
Azerbaijan 58; Armenia 61; Persia dan Rumawi di bela-
kang pemberontakan Azerbaijan dan Armenia 62; Perselisihan
Kufah dengan Syam sekitar rampasan perang 65; Orang-orang
Rumawi di Iskandariah meminta bantuan Bizantium 65; Upaya
Rumawi merebut kembali kota Iskandariah dan Mesir 68; Pa-
sukan Rumawi mendarat di Iskandariah 69; Peranan Amr
70; Haumal, syahid membawa kemenangan 72; Amr dan Sa'd
75; Muslimin mempersiapkan armada lautnya82; Armada
yang pertama dalam sejarah Islam 83; Perang dengan Rumawi
di Siprus.85; Abdullah bin Qais, Laksamana pertama dalam
Islam 86; Kematian Abdullah bin Qais 87; Pertempuran
Laut 88; Konstantin dibunuh orang-orang Sisilia 90; Perang
Sawarl 91; Beberapa wilayah Persia memberontak 91; Irak,
Syam dan Mesir stabil 92; Rumawi tak berhasil kembali ke
daerah-daerah jajahannya 93; Kabilah-kabilah di Basrah dan
Kufah 94; Pelanggaran Khurasan, Jurjan dan Tabaristan 98;
Pembangkangan Istakhr dan Khurasan 101; Yazdigird berusaha
merebut kembali mahkotanya 101; Kegigihan Yazdigird 102;
Pelarian dan matinya Yazdigird 105; Hari-hari terakhir Yazdi-
gird 106; Berakhirnya Perlawanan Persia109; Kalah dan
menang serta sebab-sebabnya110; Jasa terbesar berdirinya
Kedaulatan Islam karena kuatnya iman 112

4. PEMERINTAHAN USMAN
Beberapa gerakan tersembunyi di masa Usman 114; Ketidak-
puasan Banu Hasyim atas kekhalifahan Usman 114; Ketidak-
puasan orang-orang Arab atas dominasi Kuraisy 115; Perasaan
adanya superioritas dan dominasi Arab terhadap yang lain 116;
Perhatian Umar pada pembebasan, bukan pada pengikisan bibit-
bibit fitnah dari akarnya117; Kelonggaran yang diberikan
Usman untuk hidup lebih senang 118; Membangun kembali
Masjid Nabawi di Medinah dengan bentuk baru 121; Usaha
penyeragaman dalam bacaan Qur'an 124; Mushaf Usman
125; Beberapa reaksi 127; Kehidupan madani adalah suatu
keharusan 128
5. BERAKHIRNYA USMAN
Tersebarnya fitnah 130; Kemarahan penduduk Kufah kepada
para pejabat 130; Usman menukar rampasan perang 131;
Abdullah bin Saba' 131; Abu Zar al-Gifari 132; Usman ber-
DAFTAR ISI xv
musyawarah132; Kedatangan sebuah delegasi ke Medinah
dan pembelaan Usman134; Surat misterius137; Penge-
pungan 139; Dengan berani Ali tetap membela Usman 142;
Usman dibunuh secara kejam 143
Transliterasi 145
Indeks
xvi USMAN BIN AFFAN
a
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com
MR. Collection's

Umar terkena tikam dan penunjukan Majelis Syura

K etika mula-mula Nabi bangkit menyerukan Islam, Semenanjung


Arab terbagi-bagi di antara kabilah-kabilah yang masing-masing
berdiri sendiri-sendiri, dengan tingkat perkotaan dan pedalaman yang
berbeda-beda, dengan penduduk yang selalu dalam konflik dan perten-
tangan teras-menerus. Sebagian besar daerah itu berada di bawah ke-
kuasaan Persia atau pengaruh Rumawi. Sesudah Rasulullah berpulang
ke rahmatullah setelah dua puluh tiga tahun kerasulannya pengaruh
Persia dan Rumawi di Semenanjung sudah menyusut. Kabilah-kabilah
Arab berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah. Kemudian
Abu Bakr terpilih sebagai pengganti dan ia memerangi orang-orang
Arab yang murtad dari Islam sampai mereka kembali kepada Islam.
Setelah itu kesatuan agama dan politik di Semenanjung kembali lagi
tertib. Ketika itulah Abu Bakr mulai merintis berdirinya Kedaulatan Is-
lam dengan menyerbu Irak dan Syam;1 tetapi ajal tak dapat ditunda
untuk menyelesaikan rencana yang sudah dimulainya itu.
Setelah itu Abu Bakr digantikan oleh Umar dan ia meneruskan
kebijakan Abu Bakr. Pasukan Muslimin di Semenanjung itu menerobos
ke kawasan kedua imperium Persia dan Rumawi. Imperium Persia dapat
ditumpas dan daerah terpenting kekuasaan Rumawi telah pula berhasil
dibebaskan.
Kedaulatan Islam di masa Umar membentang luas ke Tiongkok di
timur sampai ke seberang Barqah (Cyrenaica) di barat, dari Laut Kaspia
di utara sampai ke Nubia di selatan, yang mencakup juga Persia, Irak,

1
Tindakan ini untuk membebaskan Irak dari penjajahan Persia dan Syam dari penjajahan
Rumawi. Pnj.

1
2 USMAN BIN AFFAN

Syam dan Mesir. Dengan demikian kedaulatan Arab itu telah merangkul
bangsa-bangsa dengan segala unsur budayanya yang sangat beragam,
karena setiap golongan, dari segi bahasa, ras, keyakinan, peradaban,
lingkungan sosial dan ekonominya satu sama lain tidak sama. Tetapi
begitu Islam tersebar ke tengah-tengah mereka, agama baru ini telah
menjadi perekat yang mempersatukan mereka. Juga kabilah-kabilah
Arab itu telah berhasil dalam mewarnai negeri-negeri yang dibebaskan
itu dengan warna Arab.
Berdirinya Kedaulatan Islam di masa Umar itu selesai dengan ter-
bunuhnya Umar. Di masa hidupnya ada dua orang Persia berkompiot
dan seorang lagi dari Nasrani Hirah. Kedua orang Persia itu adalah
Hormuzan, dan seorang lagi Abu Lu'lu'ah budak Mugirah, sedang yang
dari Hirah orang Nasrani bernama Jufainah. Hormuzan adalah salah
seorang dari angkatan bersenjata Persia yang ikut dalam perang besar
Kadisiah yang mengalami kekalahan. Kemudian ia lari ke Ahwaz dan
dari sana ia menyerang angkatan bersenjata Muslimin di Irak-Arab yang
masih berdekatan.
Sementara dalam keadaan demikian Umar memerintahkan pasukan-
nya menyebar di wilayah Persia, dan pasukan Muslimin berhasil menge-
pung Hormuzan di Tustar dan ia dibawa ke Medinah sebagai tawanan.
Di sinilah terjadi dialog dia dengan Umar, yang kemudian pemimpin Per-
sia itu yakin bahwa tak mungkin ia selamat kecuali jika masuk Islam.
Sesudah menjadi Muslim oleh Umar ia ditempatkan di Medinah dengan
mendapat tunjangan dua ribu dinar setahun.
Adapun Fairuz (Abu Lu'lu'ah), orang Persia yang berperang me-
lawan Muslimin dalam perang Nahawand, kemudian tertawan dan men-
jadi milik Mugirah bin Syu'bah. Pekerjaannya sebagai pemahat, tukang
kayu dan pandai besi. Barangkali mata pisau yang digunakan untuk
membunuh Umar dari hasil pekerjaannya sendiri. Mengingat pekerjaan-
nya dalam pasukan Persia maka ia dipilih oleh komplotan itu untuk me-
laksanakan rencana tersebut.
Jufainah adalah seorang Nasrani dari Hirah, istrinya ibu susuan
Sa'd bin Abi Waqqas. Ia dibawa ke Medinah karena adanya pertalian
susuan tadi.1 Oleh karena itu Sa'd marah sekali ketika ia dibunuh oleh
Ubaidillah bin Umar sesudah ayahnya terbunuh. Antara keduanya hampir
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.2

1
At-Tabari, 3/33 (al-Maktabah at-Tijariyah, 1939).
2
Lebih lanjut lihat Umar bin Khattab, hal. 797-798. Pnj.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 3

Tanda-tanda adanya komplotan semacam ini meraang sudah ada,


yang kemudian diperkuat oleh beberapa peristiwa. Tanda-tanda itu ialah
bahwa beberapa kawasan yang sudah dibebaskan oleh Muslimin di
masa Umar ada yang tidak senang dengan kejadian tersebut, dan
karenanya ada penduduk yang marah. Indikasi itu lebih jelas lagi se-
telah orang-orang yang berkomplot terhadap Umar dan kemudian mem-
bunuhnya itu berada di bawah perlindungannya di Medinah. Pemimpin
mereka adalah Hormuzan, orang yang disenangi oleh Umar dan men-
dapat simpatinya, sehingga kadang ia dimintai pendapatnya; dan keber-
adaannya di Medinah disamakan dengan masyarakatnya sendiri. Kalau
mereka saja kini sudah berkomplot terhadap Umar, apalagi orang Persia
yang tinggal di tanah air mereka sendiri. Mereka diperintah oleh Arab,
hati mereka bergolak, mereka berontak, kendati masih terpendam, karena
kuatnya kekuasaan asing yang menguasai negeri itu.
Setelah Umar terbunuh, di negeri Arab sendiri timbul suatu gejala,
yang agaknya tak akan terjadi kalau tidak karena berdirinya kedaulatan
Islam. Sejak Umar ditikam oleh Abu Lu'lu'ah kaum Muslimin dicekam
oleh rasa ketakutan, khawatir akan nasib mereka sendiri kelak. Terpikir
oleh mereka siapa yang akan menggantikannya jika dengan takdir Allah
dia meninggal. Beberapa orang ada yang membicarakan masalah ini ke-
pada Umar. Mereka meminta Umar mencalonkan pengganti.
Pada mulanya Umar masih ragu, dan ia berkata: "Kalaupun saya
menunjuk seorang pengganti, karena dulu orang yang lebih baik dari saya
juga menunjuk pengganti, atau kalaupun saya biarkan, karena dulu orang
yang lebih baik dari saya juga membiarkan." Tetapi sesudah dipikirkan
matang-matang, bahwa kalau dibiarkan begitu saja ia khawatir keadaan
akan menjadi kacau. Dalam berperang dengan Persia dan Rumawi semua
orang Arab sudah ikut serta sehingga setiap kabilah mengaku dirinya
seperti kaum Muhajirin dan Ansar, berhak memilih khalifah. Malah di
antara mereka ada yang mengaku berhak mencalonkan pemimpinnya
sebagai khalifah. Jika Umar tidak memberikan pendapat, pengakuan se-
perti itu akan sangat membahayakan kedaulatan yang baru tumbuh itu.
Karenanya, ia membentuk Majelis Syura yang terdiri dari enam orang
dengan tugas memilih di antara mereka seorang khalifah sesudahnya.
Keenam orang itu Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Zubair bin
Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Abdur-Rahman bin Auf dan Sa'd bin
Abi Waqqas. Setelah menyebutkan nama-nama mereka ia berkata:
"Tak ada orang yang lebih berhak dalam hal ini daripada mereka itu;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat sudah merasa puas ter-
hadap mereka. Siapa pun yang terpilih dialah khalifah sesudah saya."
4 USMAN BIN AFFAN

Sikap Ansar terhadap Majelis Syura


Pilihan Umar atas keenam tokoh itu luar biasa. Tak seorang pun di
antara mereka terdapat orang Ansar dari Medinah atau dari kabilah-
kabilah Arab yang lain. Semua mereka dari kaum Muhajirin dan dari
Kuraisy. Sungguhpun begitu, dari pihak Ansar atau orang-orang Arab
yang berdatangan ke Medinah sepulang menunaikan ibadah haji, tak
seorang pun ada yang marah, memprotes pilihan Umar itu. Keadaan
mereka tetap demikian sesudah Umar terbunuh, sampai khalifah peng-
gantinya dibaiat. Rasa puas pihak Ansar dan orang-orang Arab yang
lain dengan pilihan Umar atas keenam orang itu mengingatkan kita
pada peristiwa Saqifah Banu Sa'idah setelah Nabi wafat dan jasadnya
masih di rumah belum dikebumikan. Setelah Rasulullah, kaum Ansar-
lah yang ingin memegang pimpinan. Mereka yang paling moderat ber-
kata: "Dari pihak kami seorang amir dan dari pihak Kuraisy seorang
amir." Setelah Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah pun datang ke
Saqifah, mereka berdiskusi dengan Ansar mengenai tuntutan mereka
itu. Abu Bakr antara lain mengatakan: "Kami kaum Muhajirin dan
kalian kaum Ansar, kita bersaudara dalam agama dan sama-sama dalam
pembagian rampasan perang serta pembela-pembela kami dalam meng-
hadapi musuh. Apa yang kalian katakan bahwa segala yang baik ada
pada kalian, itu sudah pada tempatnya. Kalianlah di seluruh penghuni
bumi ini yang patut dipuji. Dalam hal ini kabilah-kabilah Arab itu
hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Jadi, dari pihak kami para amir
dan pihak kalian para wazir." 1
Sejak diucapkan oleh Abu Bakr, kata-kata ini telah menjadi kon-
stitusi dan undang-undang'kekhalifahan bagi kaum Muslimin selama
berabad-abad. Oleh karena itu, tak ada pihak yang menentang perganti-
an Abu Bakr kepada Umar. Juga tak ada yang menentang pilihan Umar
membentuk Majelis Syura dalam lingkungan Kuraisy. Malah dengan
menyerahkan kepada keenam orang itu untuk memilih seorang khalifah
di antara mereka, pihak Ansar dan semua orang Arab merasa puas.
Mengapa Umar menyerahkan pemilihan khalifah kepada Majelis
Syura tanpa menunjuk nama tertentu dari keenam orang yang diangkat-
nya itu dengan mengambil teladan dari Abu Bakr saat menunjuknya
sebagai penggantinya?

1
Wuzara' jamak wazir 'yang memberi dukungan' (N), yakni 'para menteri. 'Umara'
jamak amir, harfiah 'yang memerintah, pemimpin, pangeran', dapat diartikan juga
kepala negara. Pnj.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 5

Ada beberapa sumber menyebutkan bahwa Sa'id bin Zaid bin Amr
berkata kepada Umar: "Kalau Anda menunjuk seseorang dari kalangan
Muslimin, orang sudah percaya kepada Anda," dijawab oleh Umar:
"Saya sudah melihat sahabat-sahabat saya mempunyai ambisi yang
buruk!" Jawaban ini menunjukkan bahwa dia khawatir, kalau dia
menunjuk nama tertentu, hal ini akan mendorong ambisi yang lain
untuk bersaing. Jika terjadi demikian maka tak akan ada kesepakatan di
kalangan Muslimin, malah akan timbul pertentangan dengan akibat
yang tidak diharapkan.
Ada yang berpendapat bahwa Umar memang tidak melihat dari
keenam mereka itu yang seorang lebih baik dari yang lain. la tidak
ingin menanggung dosa musyawarah yang tidak benar-benar memuas-
kan hatinya di hadapan Tuhan. Ataukah ketika terkena tikam itu ia
khawatir akan cepat menemui ajalnya sebelum kaum Muslimin men-
capai kesepakatan memilih salah seorang dari mereka lalu penyelesai-
annya diserahkan kepada Majelis Syura karena sudah tak ada waktu
lagi buat dia menyelesaikan? Semua ini adalah soal yang tidak mudah
bagi seorang sejarawan untuk menentukan pilihannya, sekalipun harus
juga ditambahkan apa yang dikutip orang tentang Umar yang mengata-
kan: "Sekiranya Abu Ubaidah masih hidup, tentu akan saya tunjuk dia
sebagai pengganti saya, dan kalau saya ditanya oleh Tuhan akan saya
jawab: Aku mendengar Nabi-Mu berkata bahwa dia 'kepercayaan
umat.' Sekiranya Salim bekas budak Abu Huzaifah masih hidup akan
saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau saya ditanya oleh
Tuhan akan saya katakan: Kudengar Nabi-Mu berkata bahwa Salim
sangat mencintai Allah Ta'ala." Adakah ungkapan itu berarti bahwa dia
lebih mengutamakan Abu Ubaidah dan Salim daripada keenam orang
anggota Majelis Syura itu, dan bahwa keenam orang itu baginya semua
sama...?
Tetapi kita masih mendapatkan penafsiran lain atas sikap Umar itu,
yakni ia tidak ingin memikulkan tanggung jawab kekhalifahan itu ke
atas pundak keenam orang tersebut, yang sudah dialaminya sendiri
begitu berat dan sangat melelahkan. Ada sumber yang menyebutkan
bahwa begitu sadar akibat penikaman itu ia berkata kepada Abdur-
Rahman bin Auf: "Saya akan mempercayakan kepada Anda." Abdur-
Rahman menjawab: "Amirulmukminin, kalau saran Anda ditujukan ke-
pada saya, akan saya terima." Lalu ia ditanya oleh Umar: "Apa maksud
Anda?"
"Amirulmukminin, demi Allah, benarkah Anda menyarankan itu
ditujukan kepada saya?" tanya Abdur-Rahman lagi.
6 USMAN BIN AFFAN

"Sebenarnya tidak," jawab Umar.


Sesudah konsultasi itu Abdur-Rahman berkata: "Saya memang tidak
ingin memasuki soal ini samasekali."
"Anggaplah saya diam," kata Umar, "sebelum saya percayakan
kepada orang-orang yang ketika Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
wafat merasa senang terhadap mereka."
Apa pun yang mendorong Umar tidak mau menunjuk pengganti
dan ia membentuk Majelis Syura untuk memilih khalifah di antara mereka,
peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudah itu memang menunjukkan bahwa
pendapatnya itu benar.

Pertemuan dan perdebatan sengit


Anggota-anggota Majelis Syura itu sudah mengadakan pertemuan
begitu mereka ditunjuk, tetapi ternyata mereka masih saling berbeda
pendapat. Abdullah bin Umar berkata kepada mereka: "Kalian akan
mengangkat seorang pemimpin sementara Amirulmukminin masih hidup?"
Kata-kata itu didengar oleh Umar, maka ia segera memanggil mereka:
"Berilah waktu," kata Umar. "Kalau terjadi sesuatu terhadap diri saya,
biarlah Suhaib1 yang mengimami salat kalian selama tiga malam ini.
Setelah itu bersepakatlah kalian: barang siapa di antara kalian ada yang
mengangkat diri sebagai pemimpin tanpa kesepakatan kaum Muslimin,
penggallah lehernya." Selanjutnya ia memanggil Abu Talhah al-Ansari
dari kalangan Ansar orang yang terbilang pemberani yang tak
banyak jumlahnya, lalu katanya: "Abu Talhah, bergabunglah Anda
dengan lima puluh orang Ansar rekan-rekan Anda itu bersama beberapa
orang anggota Majelis Syura. Saya rasa mereka akan bertemu di rumah
salah seorang dari mereka. Berjaga-jagalah di pintu bersama teman-
temanmu itu. Jangan biarkan dari mereka ada yang masuk, juga mereka
jangan dibiarkan berlarut-larut sampai tiga hari belum ada yang ter-
pilih. Andalah yang menjadi wakil saya pada mereka!"

Sebab-sebab timbulnya perselisihan


Tatkala Umar wafat tiba saatnya Majelis Syura sudah akan ber-
sidang untuk memilih seorang khalifah di antara mereka. Sesudah
berkumpul mereka meminta Abu Talhah al-Ansari menjaga mereka, dan
mereka tidak ingin dijaga oleh Mugirah bin Syu'bah dan Amr bin As.

1
Suhaib adalah seorang budak asal Rumawi yang oleh Rasulullah ditebus dengan uang-
nya sendiri.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 7

Malah oleh Sa'd bin Abi Waqqas mereka dilempari kerikil dan disuruh
pergi sambil mengatakan: "Kalian akan mengaku: 'Kami telah ikut hadir
dan termasuk anggota Majelis Syura!"'
Begitu musyawarah sudah dimulai, terjadi perdebatan sengit di
antara mereka, dan ada yang dengan suara keras demikian rupa, se-
hingga terkesan oleh Abu Talhah al-Ansari bahwa perselisihan mereka
sudah makin memuncak. la masuk dan berkata: "Saya lebih ngeri
melihat kalian saling dorong daripada saling bersaing. Saya tidak akan
memperpanjang lebih dari tiga hari yang sudah diperintahkan kepada
kalian. Setelah itu saya akan tinggal di rumah dan akan melihat apa
yang kalian kerjakan!"
Bagaimana mereka sampai berselisih begitu sengit padahal mereka
sahabat-sahabat besar Rasulullah dan dari kalangan Muslimin yang
sudah beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya begitu baik?
Kita sudah pernah menyaksikan perselisihan sengit antara kaum
Muhajirin dan Ansar di Saqifah Banu Sa'idah dan kaum Ansar pun
segera mengakui hak Kuraisy untuk memangku kekhalifahan. Ketika
Abu Bakr duduk di antara Umar dengan Abu Ubaidah, ia memegang
tangan keduanya dan berkata kepada orang-orang di sekitarnya: "Ini
Umar dan ini Abu Ubaidah, baiatlah siapa di antara keduanya yang
kalian kehendaki." Mendengar ucapan itu Umar berkata: "Abu Bakr,
bentangkan tangan Anda!" Abu Bakr membentangkan tangannya lalu
dibaiat oleh Umar, dibaiat oleh Abu Ubaidah dan yang hadir juga semua
membaiatnya, selain Sa'd bin Ubadah pemuka Ansar. Dengan demikian
Abu Bakr telah menjadi pengganti Rasulullah dalam pemerintahan Is-
lam. Sampai ajal tiba ia tidak menemui kesulitan yang berarti untuk
memperoleh kesepakatan Muslimin dengan pergantian Umar.
Bukankah kedudukan Majelis Syura dalam kedua peristiwa ini me-
rupakan contoh yang akan melepaskan mereka dari perselisihan dan
mengajak bersepakat atas orang yang akan dibaiat oleh Muslimin men-
jadi khalifah?
Sebenarnya situasi yang dialami Majelis Syura berbeda sekali de-
ngan situasi yang dialami oleh Muhajirin dan Ansar di Saqifah, dan
yang dialami oleh Muslimin ketika Abu Bakr menunjuk Umar menjadi
penggantinya. Ketika Rasulullah wafat persatuan di Semenanjung Arab
belum lagi terpadu. Berita-berita mereka yang mendakwakan diri nabi
dari Banu Asad, Banu Hanifah, begitu juga di Yaman sudah meluas dan
sudah diketahui oleh pihak Muhajirin dan Ansar. Kekhawatiran bahwa
kabilah-kabilah itu akan memberontak terhadap agama baru ini dan ter-
hadap kekuasaan Medinah sangat mengganggu pikiran.
8 USMAN BIN AFFAN

Semua ini jelas sekali pengaruhnya dalam mempersatukan mereka


yang sedang berkumpul di Saqifah. Mereka lebih cepat lagi melangkah
mempersatukan diri mengingat Rasulullah sudah memerintahkan Usamah
bin Zaid memimpin sebuah pasukan untuk menghadapi Rumawi. Lebih-
lebih mereka memahami situasi genting itu serta beratnya tanggung
jawab yang mesti dipikul oleh orang yang harus menggantikan Rasulullah.
Waktu itu, baik Muhajirin maupun Ansar belum mengenal adanya daya
tarik rampasan perang yang melimpah di Medinah dan yang akan mem-
buat mereka melihat kekhalifahan itu sebagai hal yang menguntungkan.
Oleh karenanya perdebatan mereka berkisar sekitar agama dan pem-
belaannya dan siapa yang harus menggantikan Rasulullah.
Di luar itu, yang berhubungan dengan pemerintahan dan kekuasa-
annya hanya sepintas lalu saja terlintas dalam pikiran mereka. Pada
mulanya pihak Ansar hanya berpegang pada hak mereka sendiri dalam
kekhalifahan atau bersama-sama karena Medinah adalah kota mereka
dan kaum Muhajirin pendatang baru di tempat itu. Jadi merekalah yang
paling berhak memegang dan mengurus kepentingan umat. Sesudah
dalam diskusi Saqifah itu tampak bahwa soalnya bukan lagi soal Me-
dinah saja melainkan sudah soal agama yang baru tumbuh ini, barulah
mereka mengakui hak Muhajirin dalam kekhalifahan, mengingat mereka
adalah pelopor-pelopor yang pertama dalam agama dan dalam per-
sahabatan mereka dengan Rasulullah.
Ketika Abu Bakr menunjuk Umar sebagai penggantinya, dalam
menghadapi Persia dan Rumawi pasukan Muslimin di Irak dan di Syam
dalam posisi bertahan. Tak ada yang tahu bagaimana takdir kelak
menentukan. Malah pihak Muslimin masih berat hati akan berangkat ke
Irak membantu Musanna bin Harisah. Sampai selama tiga hari itu tak
ada orang yang memenuhi seruan Umar, sebab mereka masih takut
menghadapi Persia dan kehebatannya. Memikul tanggung jawab dalam
situasi yang begitu genting bukan hal yang layak diperselisihkan, satu
sama lain ingin memonopoli. Perhitungan Abu Bakr melihat situasi
yang begitu genting, itulah yang membuatnya menunjuk Umar, sebab di
antara sahabat-sahabatnya, dialah yang benar-benar tangguh dan paling
mampu mengikuti suatu politik yang harus sukses dengan ketangguhan
dan keteguhan hati, seperti yang ada pada Umar. Umat Muslimin dapat
menerima kekhalifahan Umar kendati mereka sudah tahu wataknya
yang begitu keras dan tegar, dan dalam hal ini tak ada orang yang mau
menyainginya. Cemas sekali mereka melihat perang Persia dan Rumawi
itu, mereka diliputi rasa khawatir jika pasukan Muslimin kalah dengan
segala akibat yang timbul karenanya.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 9

Sesudah kemudian Umar memegang pimpinan temyata sukses meng-


adakan penyebaran dan pembebasan serta berhasil membangun sebuah
kedaulatan Islam dengan Medinah sebagai ibu kota yang disegani dunia.
Di sisi itu, juga sebagai negeri Arab dengan kedaulatannya yang besar
dan menjadi pusat perhatian semua bangsa dari segenap penjuru. Karena
harta kekayaan yang melimpah berdatangan dari segenap penjuru ke-
daulatannya itu, Umar sudah tidak tahu lagi jumlah harta itu harus dengan
dihitungkah atau dengan ditimbang? Keadaan sudah berubah dari yang
semula. Bukan hal yang mengherankan jika anggota-anggota Majelis
Syura kemudian terlibat ke dalam perselisihan yang makin memuncak,
masing-masing menginginkan pihaknya yang memegang kekhalifahan.
Di samping itu ada faktor lain yang memicu perselisihan, yang
dampaknya kemudian begitu kuat dalam kehidupan negara, yaitu per-
saingan keras antara kabilah-kabilah Kuraisy sendiri dengan pengaruh
jahiliah yang begitu jelas. Setelah Nabi diutus dan menyerukan persama-
an, kebenaran dan keadilan, lepas dari segala hawa nafsu, persaingan
demikian ini di masa Rasulullah sudah tak terlihat lagi. Kemudian
setelah Rasulullah wafat mulai timbul lagi, tetapi masih malu-malu.
Sesudah kekhalifahan Abu Bakr dan Umar berlalu dan melihat Arab
lebih unggul dari Persia dan Rumawi, fanatisme kekabilahan mulai
timbul lagi. Orang mulai mengingat-ingat kembali persaingan dahulu
antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah, begitu juga dengan yang
Iain-lain di Mekah. Semua mereka terdorong untuk saling berseteru dan
bermusuhan.

Persaingan antara Banu Hasyim' dengan Banu Umayyah; sikap


orang-orang Arab terhadap kekhalifahan
Persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah itu sudah
berjalan lebih dari seratus tahun sebelum Nabi lahir. Jabatan-jabatan di
Rumah Suci semua bertumpu di tangan Qusai bin Kilab. Pada paruh
pertama abad kelima Masehi penduduk Mekah sudah mengakui ke-
pemimpinannya atas mereka. Ada tiga anak laki-laki Qusai, yakni Abdud-
Dar, Abdu-Manaf dan Abdul-Uzza. Sesudah Qusai berusia lanjut dan
sudah tidak kuat memikul tugas itu, semua urusan yang menyangkut
pimpinan Mekah dan jabatan-jabatan di Rumah Suci diserahkan kepada
anak sulungnya, Abdud-Dar. Sementara Banu (keluarga besar) Abdu-
Manaf di tengah-tengah masyarakatnya itu paling terpandang dan punya
kedudukan paling penting. Anak-anak mereka adalah Abdu-Syams, Naufal,
Hasyim dan Muttalib. Kekuatan ini telah menggoda kesepakatan mereka
untuk merebut segala yang ada di tangan sepupu-sepupunya itu.
10 USMAN BIN AFFAN

Sekarang Kuraisy terbagi menjadi dua persekutuan: Persekutuan


al-Mutayyabun yang mendukung Banu Abdu-Manaf, dan Persekutuan
al-Ahlaf yang mendukung Banu Abdud-Dar. Kemudian mereka meng-
adakan kesepakatan bersama dalam soal logistik: Banu Abdu-Manaf
mendapat bagian siqayah dan rifadah,1 sedang bagian Banu Abdud-Dar
adalah hijabah, liwa' dan nadwah.2 Hasyim adalah saudara yang tertua
dan dia yang memegang urusan siqayah dan rifadah. Sesudah ia ber-
usia lanjut, terbayang oleh kemenakannya, Umayyah bin Abdu-Syams,
bahwa dia mampu menyainginya untuk memberi makan Kuraisy di
musim ziarah seperti yang dilakukan oleh Hasyim. Tetapi ternyata
kemudian ia tidak mampu, dan karenanya ia dikutuk orang. Ia pergi ke
Syam dan tinggal di sana selama 10 tahun. Al-Maqrizi berkata: "Inilah
permusuhan pertama antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah."3
Permusuhan ini berlanjut terus turun-temurun. Orang Arab sangat
menghormati persuakaan. Jika seorang orang Arab sudah memberi suaka
kepada seseorang, maka orang itu berada di bawah perlindungannya,
aman dari segala serangan pihak lain. Di kalangan mereka adat ini
sangat dihormati. Sungguhpun begitu, Harb bin Umayyah pernah meng-
ganggu Abdul-Muttalib bin Hasyim kakek Nabi karena orang Ya-
hudi berada di bawah suaka Abdul-Muttalib. Harb bin Umayyah masih
juga terus mengganggunya sampai akhirnya Yahudi itu dibunuhnya dan
hartanya diambil.
Persaingan antara Banu Umayyah dengan Banu Hasyim ini tetap
berlanjut. Sesudah Nabi diutus, Banu Umayyah menjadi golongan yang
paling keras memusuhinya. Persaingan mereka terhadap Banu Hasyim
itu merupakan pendorong terbesar dalam hal ini.
Abu Sufyan bin Harb, Akhnas bin Syariq dan Abu al-Hakam bin
Hisyam mengintai Rasulullah selama tiga malam. Mereka mendengar
dari balik tabir Rasulullah sedang membaca Qur'an. Akhnas pergi me-
ngunjungi Abu Jahl di rumahnya dan menanyakan:
"Abu al-Hakam, bagaimana pendapat Anda tentang yang kita dengar
dari Muhammad?"

1
Siqayah, persediaan air, dan rifadah persediaan makanan untuk para peziarah di
Ka'bah.
2
Masing-masing berarti: 'juru kunci,' 'pemegang panji (komandan)' dan 'pimpinan
rapat setiap tahun musim.' Pnj.
3
Lihat al-Maqrizi, an-Niza' wat-Takhasum baina Bani Umayyah wa Bani Hasyim, h.
22-23.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 11

"Yang saya dengar?!" jawab Abu Jahl. "Kami sudah saling mem-
perebutkan kehormatan dengan Banu Abdu-Manaf. Mereka memberi
makan, kami pun memberi makan, mereka menanggung, kami pun be-
gitu, mereka memberi, kami juga memberi, sehingga kami dapat sejajar
dan sama tangkas dalam perlombaan itu dan kami seperti dua ekor
kuda pacuan." Tetapi tiba-tiba kata mereka: "Di kalangan kami ada
seorang nabi yang menerima wahyu dari langit. Kapan kita akan meng-
alami yang semacam itu? Tidak! Kami samasekali tidak akan beriman
kepadanya dan tidak akan mempercayainya!"

Abu Sufyan
Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah adalah pemuka mereka yang
memusuhi Muhammad. Sejak Muhammad masih di Mekah sampai kemu-
dian hijrah ke Medinah ia tetap selalu memusuhinya. Cukup kita ingat
bahwa dialah yang memimpin Kuraisy dalam Perang Uhud. Setelah
Kuraisy mendapat kemenangan dia yang berteriak: "Hari ini sebagai
pembalasan Perang Badr. Sampai jumpa lagi tahun depan!" Dia juga
lagi yang memimpin Ahzab dalam Perang Khandaq. Sebelum Uhud dan
sesudah Khandaq dia yang menghasut orang untuk memusuhi Muhammad
dan berusaha membunuhnya. Sesudah Nabi berangkat hendak mem-
bebaskan Mekah dan Abu Sufyan juga keluar dan melihat bahwa tak
mungkin pihak Mekah dapat melawan Muslimin, dia meminta perlin-
dungan kepada Abbas bin Abdul-Muttalib, dan sesudah Abbas memberi
perlindungan dibawanya ia kepada kemenakannya itu. Ketika itu Ra-
sulullah menanya kepada Abu Sufyan: "Belum waktunyakah Anda me-
ngetahui bahwa saya Rasulullah?" Abu Sufyan menjawab: "Demi ibu-
bapaku! Sungguh bijaksana Anda, sungguh pemurah. Tetapi mengenai
soal ini, masih ada sesuatu dalam hati saya."1
Sesudah jawaban itu ia melihat bahwa ia akan mati kalau tidak
masuk Islam. Karenanya ia masuk Islam untuk menyelamatkan diri dari
maut, bukan karena beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesudah
pembebasan itu penduduk Mekah semua menerima Islam, termasuk
Banu Umayyah, yang jumlah kabilah dan anggotanya terbanyak.

Memperebutkan pengaruh
Setelah Abu Sufyan dan Banu Umayyah masuk Islam fanatisme
kesukuan masih tetap merasuk dalam hatinya walaupun untuk meng-
ungkap isi hatinya itu kekuatan Rasulullah dan kekuatan Islam sudah

1
At-Tabari, Tarikh, 2/221 (cetakan at-Tijariyah, 1939).
12 USMAN BIN AFFAN

membuatnya lumpuh. Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakr dibaiat,


ia menggunakan kesempatan untuk menyebarkan bibit-bibit fitnah. Di-
sebutkan bahwa setelah ada kesepakatan bersama mengenai pelantikan
Abu Bakr ia datang dan mengatakan: "Sungguh, hanya darah yang akan
dapat memadamkan sampah ini." Kemudian ia memanggil-manggil
Keluarga Abdu-Manaf, mengapa mesti Abu Bakr yang memerintah
kamu... Mana kedua orang yang ditindas itu, mana orang yang dihina,
Ali dan Abbas...?"
Tak seorang pun akan sudi di bawah kezaliman
Yang terus-menerus disengajakan
Hanyalah yang dihina menjadi pasak kampung halaman.
Sumber-sumber yang mengutip cerita ini sependapat, bahwa Ali
menolak ajakan Abu Sufyan itu, dan ia berkata kepadanya: Anda me-
mang mau membuat fitnah dengan cara itu. Anda selalu mau membawa
Islam ke dalam malapetaka. Dan katanya lagi: "Anda selalu memusuhi
Islam dan pemeluknya, tetapi Anda tak akan berhasil. Saya berpendapat
Abu Bakr memang pantas untuk itu."
Mengenai sikap Abu Sufyan terhadap kaum Muslimin sesudah
pelantikan Abu Bakr, sumber-sumber itu masih saling berbeda. Ada
yang berpendapat bahwa dia menjadi seorang Muslim yang baik, dan
dia yang mengerahkan Muslimin di Syam untuk menghadapi Rumawi.
Cerita ini diperkuat karena kedua anaknya, Yazid dan Mu'awiyah, yang
memimpin pasukan di Syam itu. Setelah Yazid meninggal, pimpinan
Syam oleh Umar bin Khattab diserahkan kepada Mu'awiyah. Yang lain
berpendapat bahwa Abu Sufyan berbeda kulit dari isi, dan bahwa dia
merupakan tempat perlindungan kaum munafik. Kalau dia melihat pihak
Rumawi muncul ia berkata: Ya Banu al-asfar!1 Kalau mereka dipergoki
kaum Muslimin ia membaca sajak Nu'man bin Imru'ul Qais bin Aus
salah seorang raja Hirah:
Banu al-asfar, raja-raja, para raja Rumawi
Tiada lagi mereka yang dapat diingat
Setelah Allah memberikan kemenangan kepada Muslimin dan Zubair
bin Awwam diajak bicara tentang Abu Sufyan ia berkata: Terkutuk orang
itu. Yang datang hanya orang munafik? Bukankah kita lebih baik dari
bangsa Banu al-asfar?

1
Sebutan untuk orang-orang Rumawi di Asia Kecil, Konstantinopel dan sekitarnya,
kemudian menjadi sebutan bagi semua ras kulit putih. Pnj.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 13

Jelas, sumber terakhir ini dibuat-buat kemudian oleh pendukung-


pendukung Banu Abbas. Sangat tidak wajar Abu Sufyan akan lebih ber-
sikap fanatik terhadap pihak Rumawi daripada terhadap golongannya
sendiri sementara anak-anaknya memimpin pasukan berperang melawan
Rumawi. Juga sumber yang dikatakan dari Hasan bahwa Abu Sufyan
menemui Usman bin Affan sesudah ia menjadi Khalifah dengan me-
ngatakan: "Sekarang sudah menjadi giliran Anda sesudah Banu Taim
dan Banu Adi. Gulirkanlah bola itu dan jadikanlah Banu Umayyah tali
busumya. Dijawab oleh Usman dengan suara keras: "Pergilah kau dari
sini!"

Persaingan Banu Hasyim dan Banu Umayyah


Tetapi kalaupun kita dapat menerima bahwa sumber pertama itu
palsu karena berlawanan dengan logika peristiwa, namun kita tak dapat
menerima kepalsuan sumber yang kedua karena memang, Abu Sufyan
orang yang sangat fanatik terhadap golongannya, Banu Umayyah.
Sungguhpun begitu persaingan antara Banu Hasyim dengan Banu
Umayyah ini tidak merintangi segolongan kerabat dekat Rasulullah untuk
menyatakan permusuhan secara terbuka, sebab dia mengecam agama
mereka dan mencela segala yang disembah nenek moyang mereka. Abu
Lahab, pamannya, dan istrinya tukang fitnah1 selalu mengganggu Nabi
melebihi Banu Umayyah dan orang-orang Kuraisy lainnya. Pamannya Abu
Talib, kendati ia tetap bertahan dengan agamanya, ia melindungi Nabi
dengan segala kedudukan dan kemampuannya itu di Mekah. Sebaliknya
pamannya Hamzah, ia masuk Islam karena solider kepada kemenakannya
itu ketika dilihatnya Abu Jahl memaki dan mengganggu Muhammad,
sementara pamannya Abbas baru masuk Islam setelah pasukan Muslimin
berangkat akan membebaskan Mekah.
Hak dan batil
Tidak heran jika paman-paman Rasulullah bersikap demikian ke-
padanya. Kekuasaan dan pengaruh kepercayaan itu memang besar sekali
dalam hati orang. Sebagian besar orang tidak mau memperdebatkan apa
yang sudah diwarisinya dari nenek moyangnya untuk mengetahui mana
yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang tidak.
Dan yang sebagian kecil adalah mereka yang dengan hati nurani sudah

1
Harfiah, 'pembawa kayu bakar,' arti kiasan dalam Qur'an, yakni sering membawa kayu-
kayu berduri yang diikat lalu diletakkan di jalan yang biasa dilalui Nabi; atau tukang
memanas-manasi hati orang untuk memusuhi Nabi. Pnj.
14 USMAN BIN AFFAN

mendapat cahaya ilahi, mereka yang oleh Allah sudah diberi hidayah,
diberi petunjuk kepada kebenaran dengan bukti yang nyata. Mereka
tidak akan bersikap fanatik terhadap kebatilan bilamana kebenaran itu
sudah jelas dan sudah menerangi cita-citanya dengan cahaya-Nya.
Mereka ini tidak akan terpengaruh oleh fanatisme pada suatu kabilah,
ras atau kepercayaan untuk menerima kebenaran yang telah disampai-
kan kepada mereka. Kalau mereka yakin, mereka akan mempercayainya
dan akan menjadi orang-orang beriman dan akan menjadi penganjurnya
yang tangguh.
Itulah yang telah terjadi dengan Usman bin Affan, Abdur-Rahman
bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa'd bin Abi Waqqas dan Zubair bin
Awwam. Tak seorang pun dari sahabat-sahabat itu yang termasuk Banu
Hasyim. Usman dari Banu Umayyah, yakni Usman bin Affan bin Abi
al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams. Abu Bakr laki-laki pertama yang
masuk Islam ketika diajak oleh Rasulullah setelah diutus membawa
risalah Islam. Secara terbuka dakwah kebenaran itu disampaikan oleh
Abu Bakr kepada sahabat-sahabatnya, lalu diikuti oleh kelima orang
itu, dengan dipelopori oleh Usman. Mereka masuk ke dalam agama Allah
serta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kelima orang itulah yang
mula-mula masuk Islam dan berpegang teguh, dan demi agama itu pula
mereka berjuang mati-matian. Rasulullah wafat pun sudah merasa lega
terhadap mereka. Mereka itulah yang didudukkan dalam Majelis Syura
oleh Umar bin Khattab, termasuk Ali bin Abi Talib, sepupu dan me-
nantu Rasulullah dari pernikahannya dengan putrinya Fatimah. Soalnya
Ali adalah Muslim pertama dari Banu Hasyim dan dalam semua per-
tempuran ia bersama Rasulullah.

Ali bin Abi Talib


Karena kesertaan mereka yang mula-mula dalam Islam dan per-
sahabatan mereka dengan Rasulullah, mereka mendapat tempat di hati
kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang masih dalam hubungan
kerabat dengan Rasulullah. Ini juga yang menambah kedekatan mereka
di hati orang, dan sudah tentu Ali bin Abi Talib adalah kerabat dan
hubungan keluarga terdekat dengan Rasulullah. Dia anak pamannya
Abu Talib bin Abdul-Muttalib, dan Abu Talib inilah yang mengasuh
Muhammad sejak mudanya setelah kakeknya Abdul-Muttalib mening-
gal, dan dia pula yang melindunginya dari gangguan Kuraisy setelah
kerasulannya, ketika Kuraisy selalu mengganggunya sampai berlebihan.
Dalam pada itu Rasulullah juga mengasuh Ali di masa mudanya. Dengan
demikian ia telah membalas budi pamannya Abu Talib dengan sebaik-
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 15

Silsilah
16 USMAN BIN AFFAN

baiknya. Kedudukan Ali dengan sepupunya itu, itu pula yang membuat-
nya orang pertama masuk Islam dari kalangan anak muda, yang ketika
itu umurnya belum mencapai akil balig. Sesudah memasuki usia muda
remaja oleh Rasulullah ia dinikahkan dengan putrinya Fatimah, yang
terus bersamanya sampai ia meninggal enam bulan sesudah kematian
ayahnya. Fatimah ini ibunda Hasan dan Husain putra-putra Ali.

Zubair bin Awwam


Dalam kekerabatannya dengan Rasulullah sesudah Ali, adalah Zu-
bair bin Awwam. Ibundanya Safiyah adalah putri Abdul-Muttalib, bibi
Muhammad. Jadi dia anak Awwam bin Khuwailid, saudara Khadijah
Ummulmukminin. Kekerabatan ini juga yang mendorongnya masuk
Islam ketika umurnya baru enam belas tahun. Di samping itu, dia juga
tak pernah ketinggalan dalam setiap pertempuran yang dialami oleh
Rasulullah. Kejadian itu sesudah ia mengalami dua kali hijrah1 ke Abisi-
nia, berlindung kepada Allah dengan agamanya, dari gangguan Kuraisy.
Ketika dalam Perang Uhud, ia pun telah berikrar setia kepada Rasulul-
lah dalam menghadapi kabilah-kabilah Arab. Dalam Perang Khandaq
Rasulullah menugaskan orang yang dapat membawa berita tentang pa-
sukan Ahzab yang mengepung Medinah, maka tugas itu dipercayakan-
nya kepada Zubair. Seperti dikatakan oleh Rasulullah: "Setiap nabi
punya seorang pembantu dekat,2 maka pembantu dekatku adalah Zubair
bin Awwam." Ketika pembebasan Mekah, salah satu bendera dari tiga
bendera Muhajirin dipegang oleh Zubair.3 Zubair dengan kekuatan fisik
dan keberaniannya, juga sangat murah hati dan penuh rasa kasih sayang
kepada orang. Oleh karena itu Nabi sangat dekat kepadanya dan saling
mencintai. Tatkala di Medinah diadakan pembagian tanah ia mendapat
sebidang yang cukup luas dan sebuah kebun kurma. Seperti Rasulullah,

1
Hijrah pertama terdiri dari 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan ke Abisinia
ketika gangguan Kuraisy makin meningkat terhadap Muslimin. Setelah terbetik berita
bahwa Kuraisy Mekah sudah tidak lagi mengganggu, mereka kembali. Tetapi ternyata
sikap Kuraisy terhadap Muslimin tidak berubah. Terpaksa mereka kembali lagi ke
Abisinia dengan 80 orang bersama istri dan anak-anak mereka. Ini yang disebut hijrah
kedua. Mereka tinggal di sana sampai kemudian Nabi hijrah ke Medinah dan mereka
pun kembali langsung ke Medinah. Pnj.
2
Hawari (jamak hawariyun), 'yang murni, tersaring dari segalanya, banyak dipakai
untuk pengikut-pengikut para nabi' (MAQ). Pnj.
3
Ketiga orang Muhajirin itu ialah Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Zubair
bin Awwam. Pnj.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 17

Abu Bakr dan Umar juga sangat mencintainya. Abu Bakr memberinya
sebidang tanah di Jauf dan Umar memberinya di Aqiq.

Usman bin Affan


Kekerabatan Usman bin Affan dengan Rasulullah tidak sedekat
mereka itu. Kakeknya, Abu al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams bin
Abdu-Manaf bin Qusai kakek Rasulullah yang kelima. Tetapi dia juga
menantu Nabi yang menikah dengan putrinya Ruqayyah dan kemudian
dengan Um Kulsum. Sebelum kerasulannya Rasulullah sudah me-
nikahkan kedua putrinya dengan kedua anak pamannya, Abu Lahab.
Sesudah ia menjadi Rasul permusuhan Abu Lahab begitu sengit ke-
padanya dan menyuruh kedua anaknya itu menceraikan kedua putri
Nabi. Lalu Usman menikah dengan Ruqayyah dan ikut bersama-sama
dalam dua kali hijrah ke Abisinia, dan tetap bersamanya sampai se-
sudah hijrah ke Medinah. Sebelum terjadi Perang Badr Ruqayyah jatuh
sakit. Usman tidak ikut dalam perang itu dengan izin Rasulullah karena
akan merawat istrinya. Tetapi Ruqayyah menemui ajalnya juga. Oleh
Rasulullah ia dinikahkan kepada Um Kulsum, adik Ruqayyah, yang tetap
bersamanya sampai ia meninggal sebelum ayahnya. Rasulullah berkata
menghibur Usman: "Kalau kami punya tiga anak putri juga akan kami
nikahkan kepada Anda." Terjadi demikian ini karena Usman seorang
laki-laki yang saleh, lemah-lembut, mudah bergaul dan murah hati. Ra-
sulullah sangat mencintainya, mengenal jasanya, otaknya yang tajam
dengan imannya yang sungguh-sungguh.
Bukan karena semenda Usman kepada Nabi itu saja yang membuat
Muhammad dekat kepadanya dan menanamkah rasa cinta dalam hati-
nya, tetapi karena dia juga termasuk orang yang sudah lebih dulu dalam
Islam. Ia tidak terpengaruh oleh persaingan golongannya Banu Umayyah
terhadap Banu Hasyim. Bergabungnya ia ke dalam Islam telah me-
nimbulkan kemarahan kabilahnya. Oleh pamannya, Hakam bin Abi al-As
bin Umayyah ia diikat dan katanya: "Kau meninggalkan agama nenek
moyangmu dan menganut agama baru? Tidak, aku samasekali tidak
akan melepaskanmu sebelum kau meninggalkan apa yang kaulakukan
sekarang!" Tetapi Usman menjawab: "Tidak, sekali-kali saya tidak akan
melepaskan Islam dan tidak akan meninggalkannya." Melihat kegigih-
annya mempertahankan kebenaran dan tetap berpegang teguh, tak ada
jalan lain oleh pamannya ia dilepaskan.
Sesudah itu gangguan golongannya itu makin menjadi-jadi. Ia ikut
dua kali hijrah ke Abisinia. Sesudah kemudian hijrah ke Medinah, tidak
segan-segan ia mengeluarkan hartanya yang tidak sedikit untuk mem-
18 USMAN BIN AFFAN

bantu Muslimin. Bahkan ia telah memberikan saham terbesar dalam


menyiapkan pasukan Usrah ke Tabuk. Dia yang membeli Bi'ir Rumah
dari orang Yahudi untuk tempat minum pasukan Muslimin dan orang dapat
menimbanya seperti yang lain. Dalam peristiwa Hudaibiyah Rasulullah
menugaskannya sebagai utusan kepada Kuraisy. Sesudah lama belum
kembali juga pihak Muslimin mengira ia sudah dibunuh. Rasulullah dan
sahabat-sahabat mengadakan Ikrar Ridwan sebagai Ikrar setia, yang
berarti siap memerangi Kuraisy.1 Kemudian Nabi menepukkan sebelah
tangannya pada yang sebelah lagi sebagai tanda ikrar kepada Usman
seolah ia hadir dalam peristiwa itu.2
Usman adalah juga salah seorang penulis wahyu. Sudah tentu, dengan
begitu dekatnya kepada Rasulullah ia telah mendapat kehormatan dan
kedudukan yang sangat mulia dalam hati kaum Muslimin.

Sa 'd bin Abi Waqqas


Sa'd bin Abi Waqqas termasuk kabilah Banu Zuhrah masih
pernah paman Nabi dari pihak ibu Sa'd bin Malik bin Wuhaib bin
Abdu-Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Jadi dia orang Kuraisy dari Banu
Zuhrah. Ibunya putri Sufyan bin Umayyah, ada juga yang mengatakan
dia putri Abu Sufyan bin Umayyah.
Sa'd termasuk orang yang mula-mula dalam Islam, masuk Islam
ketika baru berumur 17 tahun, kaya dan hidup senang, berpakaian bahan
tenun sutera dan bercincin emas. Ia mengalami semua peristiwa ber-
sama Rasulullah, ia terus mendampinginya dan melindunginya dalam
Perang Uhud saat banyak orang yang melarikan diri. Ia memperlihatkan
kepahlawanannya dan begitu berani dalam berbagai pertempuran se-
hingga kaum Muslimin sepakat memilihnya sebagai pimpinan untuk meng-
hadapi Persia di Kadisiah setelah kehancuran Abu Ubaid bin Mas'ud
as-Saqafi di Qirqis.3 Karena termasuk orang yang mula-mula dalam Is-
lam, kecintaannya kepada Nabi serta kepahlawanan dan keberaniannya,
ia sangat dicintai oleh Rasulullah dan dekat sekali dalam hatinya.
Itu sebabnya ketika Umar bin Khattab menyerahkan kepadanya
pimpinan pasukan yang berangkat ke Kadisiah ia berkata: "Sa'd, Sa'd
Banu Wuhaib! Janganlah Anda tertipu dalam menaati perintah Allah

1
Sehubungan dengan ikrar ini Allah berfirman: "Allah telah meridai orang-orang beriman
ketika mereka memberikan ikrar setia kepadamu di bawah pohon..." (Qur'an 48:18).
2
Lihat Sejarah Hidup Muhammad, h. 398. Pnj.
3
Lihat Umar bin Khattab, h. 213-9. Pnj.
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 19

karena Anda dikatakan masih paman Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-


sallam dan sahabatnya. Allah Yang Mahakuasa tidak akan menghapus
kejahatan dengan kejahatan, tetapi Ia menghapus kejahatan dengan ke-
baikan! Antara Allah dengan siapa pun tak ada hubungan nasab selain
ketaatannya. Manusia yang tinggi dan yang rendah dalam pandangan
Allah sama. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka hamba-hamba-
Nya, saling menghargai untuk keselamatan dan menjalankan kewajiban
dengan ketaatan kepada-Nya. Perhatikanlah apa yang biasa dilakukan
oleh Nabi sallallahu 'alaihi wasallam sejak diutus sampai ia me-
ninggalkan kita. Teruslah kerjakan, sebab itu adalah perintah."1

Abdur-Rahman bin Auf


Seperti Sa'd bin Abi Waqqas, Abdur-Rahman bin Auf juga orang
Kuraisy dari Banu Zuhrah dan termasuk paman Rasulullah dari pihak
ibu: Abdur-Rahman bin Auf bin Abdul-Haris bin Zuhrah bin Kilab.
Ibunya Syifa' binti Auf bin Abdul-Haris bin Zuhrah bin Kilab. Jadi dia
masih kerabat dekat dari pihak ayah. Selain Abdur-Rahman masih
semenda Usman bin Affan juga ia sepupu Sa'd bin Abi Waqqas. Sejak
semula ia memang seorang pedagang yang jujur, dan karena kejujurannya
itu ia makin beruntung dalam perdagangan dan menjadi kepercayaan
semua orang. Ia mendapat kepercayaan Rasulullah sejak masuk agama
Allah ini bersama dengan mereka yang mula-mula dalam Islam, se-
hingga kata Rasulullah: "Dia jujur di bumi dan jujur di langit."2
Setelah hijrah ke Medinah ia tinggal di rumah Sa'd bin Rabi' al-
Khazraji. "Ini harta saya," kata Sa'd, "dan akan saya bagi dua; saya
punya dua orang istri, salah seorang untuk Anda." Tetapi Abdur-Rahman
menjawab: "Terima kasih, semoga harta Anda dan istri Anda memberi
berkah kepada Anda. Tetapi tolong besok pagi tunjukkan kepada saya
di mana letak pasar."
Setelah ditunjukkan letak pasar dan kemudian ia berdagang di tempat
itu ia memperoleh keuntungan yang makin lama makin besar sehingga
waktu meninggal dia terbilang orang terkaya. Rasulullah senang ber-
sahabat dengan dia seperti yang diperlihatkan kepada Abu Bakr dan Umar.
Karena kejujurannya dan mudah bergaul ia mendapat kepercayaan
kalangan pemikir terkemuka, sehingga banyak yang mengusulkan untuk
dicalonkan sebagai khalifah sesudah Umar.

1 At-Tabari, 2/4.
2 Op. cit 2/29.
20 USMAN BIN AFFAN

Talhah bin Ubaidillah


Orang ini dari Banu Taim bin Murrah, satu kabilah dengan Abu Bakr
as-Siddiq. Dia anak Usman bin Umar bin Ka'b bin Taim bin Murrah.
Ibunya Sa'abah binti Ubaidillah al-Hadrami, dan ibunda Sa'abah ini
Aisyah binti Wahab bin Abdud-Dar bin Qusai bin Kilab. Talhah se-
orang pedagang yang pada musim dingin dan musim panas pergi ke
Yaman dan ke Syam. Selain sebagai salah seorang pemikir Kuraisy, dia
juga pemberani dan di Mekah dikenal sangat pemurah. Sesudah Nabi
diutus dan Abu Bakr masuk Islam, Talhah orang yang pertama pula
datang kepada Abu Bakr dan ia diantarkan kepada Nabi menyatakan
keislamannya.
Suatu hari sekembalinya dari perjalanan ke Syam ia mengatakan
kepada Nabi bahwa penduduk Medinah sedang menanti-nantikan hijrah-
nya ke kota mereka. Sesudah keadaan kaum Muslimin stabil di Me-
dinah, dan ekspedisi kemudian dimulai, Talhah berada di barisan depan
bersama-sama yang lain. Sebelum pecah Perang Badr Rasulullah pernah
mengutusnya untuk mengumpulkan berita-berita tentang Abu Sufyan.
Ketika Nabi mendapat musibah dalam Perang Uhud Talhah berada di
sampingnya dan termasuk orang yang mati-matian membelanya sehingga
dia sendiri mengalami luka-luka yang hampir saja merenggut nyawanya.
Selepas Perang Tabuk dengan perintah Rasulullah ia membakar rumah
Suwailim, orang Yahudi yang oleh orang-orang munafik dipakai markas
untuk menjerumuskan Muslimin. Setelah Rasulullah wafat ia bersama-
sama dengan Ali bin Abi Talib dan Zubair bin Awwam tinggal me-
nyendiri di rumah Fatimah dan tidak menghadiri pertemuan Abu Bakr,
Umar, Abu Ubaidah di Saqifah Banu Sa'idah. Setelah Abu Bakr dibaiat
sebagai Khalifah dan sedang menghadapi kaum murtad dan mereka
yang enggan membayar zakat, Talhah bersama Ali dan Zubair yang
menjaga Medinah. Di samping itu, oleh Khalifah ia dipertahankan untuk
mendampinginya bersama-sama dengan para penasihatnya yang lain,
seperti Umar, Usman, Ali, Abdur-Rahman bin Auf dan sahabat-sahabat
besar lainnya yang sudah mula-mula dalam Islam.
Talhah termasuk orang yang menentang Abu Bakr ketika dalam
sakitnya yang terakhir ia menunjuk Umar untuk menggantikannya.
Bersama sekelompok Muslimin yang lain ia datang menemuinya dan
berkata: "Anda menunjuk Umar sebagai pengganti yang akan memim-
pin kami. Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal
Anda masih ada di sampingnya, bagaimana pula kalau dia hanya
dengan mereka dan Anda sudah bertemu Tuhan!?" Abu Bakr marah
dan berteriak kepada Talhah: "Untuk urusan Allah Anda mengancam
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 21

saya!? Kalau saya bertemu Tuhan dan saya ditanya akan saya katakan,
bahwa untuk memimpin hamba-hamba-Mu aku telah menunjuk seorang
hamba-Mu yang terbaik."1
Pandangan Talhah tentang Umar tidak berubah dalam kedudukan-
nya mendampingi Umar sesudah ia menjadi Khalifah. la tetap tinggal
di Medinah dan sebagai penasihat Umar seperti terhadap Abu Bakr
sebelum itu. Sesudah Umar terkena tikam ia menunjuk Talhah menjadi
salah seorang anggota Majelis Syura kendati ia sedang tak ada di Medi-
nah. Kepada anggota-anggota Majelis ia berpesan: "Tunggulah Sau-
daramu Talhah selama tiga hari sampai dia datang. Kalau belum datang
juga ambillah keputusan oleh kalian."

Pertimbangan Umar memilih anggota-anggota Majelis Syura


Orang-orang yang oleh Umar dipilih menjadi anggota Majelis Syura
mengingat hubungan mereka dan kedudukan mereka bersama Rasulullah.
Bagaimana sengitnya perselisihan mereka itu ketika mengadakan per-
temuan untuk memilih khalifah di antara mereka, sampai-sampai Abu
Talhah al-Ansari berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling men-
dorong daripada saling bersaing."
Saya kemukakan pandangan ini untuk menunjukkan bahwa setelah
Kedaulatan Islam makin luas kekhalifahan itu telah menjadi ajang per-
saingan yang mau diperebutkan. Masih ada satu pandangan lagi yang
menjurus pada perselisihan yang begitu tajam, dan wajar saja kalau hal
ini sampai begitu keras. Ketika itu orang mau mencegah pencalonan
khalifah dari pihak Banu Hasyim karena dikhawatirkan kenabian dan
kekhalifahan hanya berada dalam keluarga mereka, yang dengan demi-
kian berarti juga kekuasaan rohani dan kekuasaan duniawi. Sesudah itu,
tak boleh lagi ada kabilah yang berharap menempati kedudukan khalifah,
selain mereka. Kabilah-kabilah Arab itu juga khawatir kekhalifahan akan
berada di tangan Banu Umayyah, sebab mereka adalah suku Kuraisy
yang terbanyak.jumlahnya dan yang terkuat. Kalau kekhalifahan sudah
di tangan mereka tak akan mudah dilepaskan.
Banu Hasyim dan Banu Umayyah berpendapat, dari pihak mereka
posisi kabilah-kabilah Arab telah dirugikan tidak pada tempatnya. Kedua
Keluarga itu masing-masing berupaya menyingkirkan bahaya yang tidak
adil itu dengan cara menempati kekhalifahan dan mencari jalan supaya
khalifah berada di antara para keturunannya. Keberadaan Usman dan
Ali di Majelis Syura merupakan suatu kesempatan untuk itu dan adalah
suatu keteledoran jika kesempatan ini sampai hilang.

1 Op.cit. 2/621. Ibn al-Asir, al-Kamil fit-Tarikh, 2/162.


22 USMAN BIN AFFAN

Tetapi persaingan lama Banu Hasyim dengan Banu Umayyah itu


sangat menghambat pengumuman secara terbuka apa yang tersimpan
dalam pikiran pemimpin-pemimpin mereka. Ikhtiar Umar membentuk
Majelis Syura ini membantu juga segala yang masih tersimpan dalam
hati mereka itu, kendati telah banyak juga perbedaan pendapat dalam
Majelis Syura yang terungkap dan apa yang akhirnya terjadi.

Abbas bersemangat, Ali tenang dan berpandangan jauh


Abbas bin Abdul-Muttalib, paman Nabi, memang tidak berhasrat
menduduki kekhalifahan untuk dirinya, sebab dia bukanlah dari kalangan
Islam yang mula-mula. Malah cenderung ia sebagai orang yang masuk
Islam karena Mekah sudah dikalahkan. Ia masuk Islam saat angkatan
bersenjata Rasulullah sudah siap membebaskan Mekah. Tetapi di ka-
langan Banu Hasyim dia yang paling bijak dan menginginkan sekali
kekhalifahan berada di kalangan keluarga Nabi. Ada disebutkan bahwa
dia berkata kepada Ali bin Abi Talib ketika Umar membentuk Majelis
Syura: "Jangan ikut mereka!" Tetapi Ali menjawab: "Saya tidak meng-
hendaki ada perselisihan." Dijawab lagi oleh Abbas: "Jadi Anda berpen-
dapat apa yang tidak Anda sukai."
Ketika itu Umar sudah berkata kepada Majelis Syura: "Jika yang
setuju tiga orang dan (yang tidak setuju) tiga orang, pilihlah Abdullah
bin Umar menjadi penengah. Dari pihak mana pun dari kedua pihak itu
yang diputuskan pilihlah seorang dari mereka. Kalau mereka tidak
menyetujui keputusan Abdullah bin Umar, maka ikutlah kalian bersama
mereka yang di dalamnya ada Abdur-Rahman bin Auf."
Sesudah mendengar suara' kedua pihak itu Ali keluar dan menemui
pamannya Abbas dan kata Ali: "Sudah meninggalkan kita." Ditanya oleh
Abbas: "Dari mana Anda tahu?" Kata Ali: "Usman mengajak saya de-
ngan mengatakan, ikutlah suara terbanyak. Kalau dua orang menyetujui
satu orang dan dua orang lagi menyetujui satu orang, ikutlah mereka
yang di dalamnya ada Abdur-Rahman bin Auf. Sa'd tidak akan me-
nentang sepupunya, dan Abdur-Rahman adalah semenda Usman, mereka
tidak akan berbeda pendapat. Maka Abdur-Rahman akan mengangkat
Usman, atau Usman akan mengangkat Abdur-Rahman. Kalau yang dua
lainnya di pihak saya tak ada gunanya, lepas bahwa yang saya harap-
kan itu salah seorang dari mereka."
Mendengar kata-kata Ali itu Abbas menjawab dengan nada agak
keras: "Setiap saya mendorong Anda, Anda kembalikan kepada saya
sudah terlambat dengan membawa hal yang tidak saya kehendaki. Ketika
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat saya katakan kepada
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 23

Anda supaya menanyakan siapa yang akan memegang pimpinan ini,


Anda menolak. Saya katakan kepada Anda setelah ia wafat agar cepat-
cepat bertindak, Anda menolak. Saya katakan kepada Anda ketika
Umar menunjuk Anda untuk Majelis Syura agar jangan ikut mereka,
Anda menolak. Berpeganglah pada yang satu ini: Setiap mereka me-
nawarkan apa pun kepada Anda jawablah: Tidak, kecuali kalau Anda
yang akan diangkat. Berhati-hatilah terhadap jemaah itu, mereka akah
selalu menjauhkan kita dari persoalan ini sebelum ada yang lain tampil
di luar kita. Ya, memang, kita tidak akan mendapat apa pun selain
bencana!"

Ambisi untuk kedudukan khalifah


Pihak Banu Umayyah tidak kurang ambisinya ingin agar ke-
khalifahan berada di tangan mereka. Setelah tiba saatnya Umar akan
dikebumikan dan jenazahnya dibawa ke Masjid1 Nabi untuk disalatkan,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib tampil masing-masing ingin ke
depan memimpin salat itu. Melihat yang demikian Abdur-Rahman bin
Auf berkata: "Inilah ambisi orang yang ingin memegang pimpinan.
Kalian tentu tahu bahwa dia sudah meminta yang lain di luar kalian.
Suhaib, majulah dan salatkan!"2
Mendengar suara anggota-anggota Majelis Syura yang saling ber-
selisih pendapat dengan suara lantang itu Abu Talhah al-Ansari masuk
dan berkata: "Saya lebih ngeri melihat kalian saling dorong daripada
saling bersaing. Saya tidak akan memperpanjang lebih dari tiga hari
yang sudah diperintahkan kepada kalian. Setelah itu saya akan tinggal
di rumah dan akan melihat apa yang kalian lakukan!"
Sungguhpun begitu, perselisihan pendapat itu terus berlanjut sehari
penuh menurut satu sumber, sumber yang lain mengatakan dua hari.
Abdur-Rahman bin Auf khawatir perselisihan itu akan makin me-
muncak dengan segala akibatnya yang tidak diharapkan, maka katanya
kepada kedua kelompok itu: "Siapa di antara kalian yang paling utama
akan ditampilkan untuk dikukuhkan memegang pimpinan?" Mereka
yang hadir terkejut keheranan sambil melihat kepadanya. Kata-kata apa
itu?! Mereka bertengkar begitu sengit mau memperebutkan kekhalifahan.

1
Semua kata 'Masjid' berarti Masjid Nabawi di Medinah. Pnj.
2
Ini menurut sumber Ibn Sa'd dalam at-Tabaqat. Menurut sumber at-Tabari, Abdur-
Rahman bin Auf berkata: Besar sekali ambisi kalian untuk memegang pimpinan. Tidak-
kah kalian tahu bahwa Amirulmukminin berkata: Suruh Suhaib memimpin salat. Maka
Suhaib maju dan memimpin salat dengan empat kali takbir (at-Tabari 3/295).
24 USMAN BIN AFFAN

Bagaimana Abdur-Rahman mengharapkan ada dari mereka yang mau


mundur dari ambisinya supaya dapat diambil keputusan dalam satu atau
dua hari ini, dan dia sendiri tidak akan ikut mengambil bagian dalam
pencalonan itu?!
Tetapi keheranan mereka tidak berlangsung lama. Cepat-cepat Abdur-
Rahman menyambungnya: "Saya menarik diri dari pencalonan." Cepat-
cepat pula Usman mengatakan: "Saya yang pertama setuju." Sa'd dan
Zubair juga berkata: "Kami setuju." Karena Talhah tak ada di tempat,
tinggal lagi Ali bin Abi Talib yang harus memberikan pendapatnya.
Tetapi Ali tetap diam, tidak menyatakan setuju atau menolak. Barang-
kali ia masih mengira tindakan Abdur-Rahman ini suatu muslihat ingin
memberikan jalan untuk pengangkatan semendanya, Usman. Ia diam
sambil berpikir-pikir muslihat apa yang akan digunakan. Tetapi Abdur-
Rahman tidak memberi waktu lama-lama untuk memberikan pendapat-
nya, malah ia bertanya: "Abu al-Hasan, bagaimana pendapat Anda?"
Ali menyatakan kesangsiannya atas tindakan Ibn Auf itu. "Berjanjilah
Anda," kata Ali, "bahwa Anda akan mendahulukan kebenaran, tidak
memperturutkan hawa nafsu, tidak mengutamakan kerabat dan tidak
mengabaikan bimbingan bagi umat." Cepat-cepat Abdur-Rahman tanpa
ragu: "Berjanjilah kalian bahwa kalian akan mendukung saya dalam
mengadakan perubahan dan menyetujui orang yang saya pilihkan. Saya
berjanji kepada Allah tidak akan mengutamakan kerabat dan tidak akan
mengabaikan bimbingan kepada umat Muslimin."

Usaha Abdur-Rahman bin Auf


Gerangan apa yang mendorong Abdur-Rahman menempuh cara
ini!? Dia sudah tahu, banyak kalangan Muslimin yang mencalonkannya
untuk kekhalifahan, dan orang-orang Arab merasa puas dan senang
sekali karena dia juga termasuk yang mula-mula dalam Islam, dan
kekhalifahan tidak lagi pada Banu Hasyim dan Banu Umayyah. Benar-
kah ia tidak ingin menduduki kekhalifahan sejak Umar menyatakan
keinginannya untuk memberikan kepercayaan kepadanya? Kalau begitu,
mengapa sebelum ia duduk dalam Majelis Syura, dan mengapa tidak
dari semula ia menghindari ikut serta dalam Majelis itu? Para sejarawan
Muslimin berpendapat bahwa dia tidak akan menolak ikut bersama-
sama dengan mereka, yang ketika Rasulullah wafat ia senang hati ke-
pada mereka, dan bahwa dia menampik kekhalifahan itu tidak sulit
untuk diidentifikasi sementara ia berada di antara mereka yang dipilih
oleh Umar. Ini memang benar. Beberapa orientalis berpendapat bahwa
ia melepaskan diri dari pencalonan dan pengangkatan sebagai khalifah
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 25

untuk kemudian akan diberikan kepada semendanya, Usman. Untuk itu


mereka berargumen kepada kata-kata Ali kepada pamannya, Abbas:
"Abdur-Rahman adalah semenda Usman, mereka tidak akan berbeda
pendapat. Mereka akan saling mengangkat satu sama lain."
Malah ada sekelompok orang yang berlebihan dalam menduga-duga.
Mereka beranggapan bahwa Abdur-Rahman memperkirakan Usman
tidak akan hidup lebih lama lagi, yang ketika itu umurnya sudah 70
tahun, dan bebannya sebagai khalifah pasti akan sangat memberatkan.
Maka sudah dapat dipastikan Abdur-Rahman-lah saat itu yang akan
menggantikannya. Dugaan yang berlebihan ini samasekali sudah tak
masuk akal. Abdur-Rahman bin Auf orang yang teguh imannya, dia
tahu bahwa setiap ajal sudah ditentukan. Kalau ajal sudah sampai tak
akan dapat dimajukan atau diundurkan sesaat pun. Tentang semendanya,
Usman, mungkin saja ia cenderung lebih menyukai Usman daripada
Ali. Kesimpulan ini mungkin saja dapat dipercaya, karena dalam ke-
nyataannya memang sudah terjadi, Usman diangkat oleh Abdur-Rahman.
Tetapi ini tidak lebih dari suatu kesimpulan, yang adakalanya juga
salah. Hanya saja kesimpulan ini bukan mustahil, melihat cara yang
ditempuh oleh Abdur-Rahman dalam memilih khalifah.
Agaknya Abdur-Rahman sudah tahu bahwa Usman dan Ali adalah
calon utama yang harus bersaing. Karenanya ia berusaha untuk mem-
batasi pencalonan itu. Langkah pertama yang dilakukannya dalam hal
ini ia mengajak Ali berbicara empat mata. "Anda akan berkata," kata
Abdur-Rahman, "bahwa dalam hal ini Anda lebih berhak dimasukkan
dalam pencalonan daripada mereka karena kekerabatan Anda, karena
Anda sudah lebih dulu dalam Islam serta jasa Anda dalam agama.
Memang. Tetapi bagaimana seandainya Anda terlewatkan dan dalam
hal ini Anda tidak terpilih, siapa di antara mereka menurut hemat Anda
yang lebih berhak?" Dijawab oleh Ali: "Usman!" Kemudian ia meng-
ajak Usman berbicara empat mata, dan katanya: "Anda akan me-
ngatakan 'Saya tetua Banu Abdu-Manaf, menantu Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam, bersepupu pula, yang mula-mula dalam Islam dan
sudah berjasa, mengapa akan dijauhkan, mengapa dalam hal ini saya
akan dilewatkan?' Tetapi bagaimana seandainya Anda terlewatkan juga
dan Anda tidak terpilih, siapa di antara mereka menurut hemat Anda
yang lebih berhak?" Dijawab oleh Usman: "Ali!"
Sebelum itu ia sudah berbicara dengan semua anggota Majelis Syura
dan dimintanya mereka memberi kuasa kepada tiga orang di antara
mereka yang berhak memegang pimpinan. Maka Zubair memberikan
haknya kepada Ali, Sa'd memberi kuasa kepada Abdur-Rahman dan
26 USMAN BIN AFFAN

hak Talhah diberikan kepada Usman. Tetapi karena Abdur-Rahman


sudah mengundurkan diri, maka pencalonan itu dibatasinya hanya pada
Ali dan Usman. Hak memilih salah seorang dari keduanya itu kini ber-
ada di tangan Abdur-Rahman.
Adakah dia melakukan istikharah dan mengambil keputusan siapa
di antara dua calon itu yang lebih layak diangkat? Dia bebas bertindak
untuk menentukan ikrarnya sendiri dan meminta ikrar mereka. Tetapi
dia khawatir tidak disetujui oleh mayoritas Muslimin yang sedang ber-
kumpul di Medinah dari berbagai kawasan Kedaulatan Islam seusai
mereka menunaikan ibadah haji dan tertahan oleh terbunuhnya Umar
dalam menunggu apa yang akan disampaikan oleh Majelis Syura. Oleh
karena itu ia berusaha menemui sahabat-sahabat Rasulullah dan para
perwira militer serta pemuka-pemuka masyarakat yang baru kembali ke
Medinah setelah menunaikan ibadah haji. Mereka semua ditanyai, baik
bersama-sama atau satu per satu, yang berkelompok atau yang terpencar,
dengan diam-diam dan dengan terbuka sampai dapat menghasilkan
dua orang terbaik yang kemudian akan dilantik.
Kalangan sejarawan sependapat bahwa konsultasi-konsultasi Abdur-
Rahman telah memperlihatkan banyaknya semacam kesepakatan di
barisan Usman, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai alasan-alasan
yang menyebabkan banyaknya kesepakatan itu. Sebagian mereka me-
ngatakan bahwa orang cenderung kepada tokoh yang tidak sekeras
Umar, yang dalam hidupnya telah menjauhi kehidupan duniawi dan men-
jauhkan orang dari yang demikian. Dalam hal ini Usmanlah orangnya,
bukan Ali. Karenanya mereka tidak menghendaki Ali, karena khawatir
Ali' akan membuat beban kepada mereka seperti yang dilakukan Umar.
Sebagian lagi mereka berpendapat bahwa sudah dua hari dua malam
Abdur-Rahman berkonsultasi.
Sementara itu Banu Hasyim dan Banu Umayyah berkampanye untuk
pihaknya masing-masing. Karena Banu Umayyah lebih banyak jumlah
orangnya, lebih kaya dan lebih dermawan, propaganda mereka dapat
menekan propaganda Banu Hasyim, dan sebagian besar mereka con-
dong kepada Usman. Kalau ini benar, barangkali propaganda Banu
Umayyah itu dasarnya adalah bahwa jika kekuasaan di tangan mereka,
orang akan lebih terbuka dan lebih bebas menikmati segala harta dan
kekayaan hasil rampasan perang, tidak akan merasakan tekanan seperti
pada masa Umar. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa orang melihat
usia Usman sudah mendekati tujuh puluh enam tahun atau lebih sementara
Ali belum mencapai usia enam puluh tahun. Juga mereka mengatakan
tentang persahabatan Usman dengan Rasulullah serta posisinya. Selain
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 27

itu mereka berpendapat kekhalifahannya tidak tertutup buat Ali untuk


menggantikannya sebagai khalifah sesudahnya. Rasa kasihan mereka
melihat umurnya yang sudah lanjut, penghargaan mereka pada masa
lalunya, membuat mereka lebih cenderung kepada Usman dan mau me-
milihnya.
Mana pun yang benar dari semua alasan itu suara mayoritas yang
menyerupai konsensus itu jelas ada di pihak Usman. Kendatipun begitu,
Abdur-Rahman bin Auf masih khawatir pembela-pembela Ali akan men-
curigainya jika hasil ini sudah diumumkan. la pergi ke rumah keme-
nakannya, Miswar bin Makhramah dan dibangunkannya ia dari tidurnya
yang ketika itu sudah larut malam pada malam terakhir batas
waktu yang sudah ditentukan oleh Umar untuk memilih seorang amirul-
mukminin. Dimintanya ia memanggil Ali dan Usman. Setelah kemudian
keduanya datang ia berkata kepada mereka: "Saya sudah menanyakan
orang banyak, tetapi saya tidak melihat ada orang yang membeda-
bedakan kalian berdua." Kemudian ia meminta janji mereka masing-
masing: Yang terpilih agar berlaku adil, dan yang tidak terpilih supaya
tetap taat dan patuh.
Subuh itu ia mengajak kedua mereka setelah terdengar suara azan
untuk salat. Ketika Masjid sudah penuh sesak, ia naik ke mimbar dan
berdoa panjang sekali. Setelah itu katanya: "Saudara-saudara, orang-
orang dari daerah-daerah perbatasan menginginkan, begitu mereka pulang
ke daerah masing-masing sudah tahu siapa pemimpin mereka." Sa'id
bin Zaid menyela: "Kami lihat Andalah yang pantas untuk itu." Tetapi
dijawab oleh Abdur-Rahman: "Kalian sebutkan nama yang lain!" Ammar
bin Yasir dan Miqdad bin Amr menyebut nama Ali sementara Abdullah
bin Abi Sarh dan Abdullah bin Abi Rabi'ah menyebut nama Usman.
Perbedaan pendapat antara kedua golongan ini berlanjut dengan saling
mencerca antara Ammar dengan Ibn Abi Sarh.
Khawatir perselisihan itu akan berlarut-larut Sa'd bin Abi Waqqas
berteriak marah: Abdur-Rahman! Coba atasi ini sebelum orang banyak
terpancing dalam keributan!" Abdur-Rahman menjawab: "Sudah saya
pertimbangkan dan saya musyawarahkan. Janganlah kalian menjerumus-
kan diri!"
Abdur-Rahman masih di tempat duduknya di mimbar dengan tanda-
tanda kesungguhan tampak di wajahnya, dan Muslimin yang menge-
lilinginya sudah memenuhi Masjid. Ia sudah bertekad agar Usman yang
menjadi khalifah dan akan mengajak orang membaiatnya. Tetapi adakah
hadirin mau segera memenuhi seruannya itu? Ataukah mereka masih
terpecah dan masih beradu argumen seperti yang terjadi tadi antara
28 USMAN BIN AFFAN
Ammar bin Yasir dengan Abdullah bin Abi Sarh? Kalau ini juga yang
terjadi dan mereka terpancing, maka akibatnya adalah bencana besar.
Kota Medinah akan menjadi ajang kerusuhan dengan bahaya yang lebih
meluas. Kebanyakan orang hanya menjadi budak nafsu dan mengejar
kepentingannya sendiri. Demi memperjuangkan semua itu mereka mau
mengorbankan keamanan dan keselamatan negara. Tetapi sikap ragu
dalam pengangkatan khalifah itu tidak akan dapat mencegah bahaya
dan tidak akan menghindarkan kaum Muslimin dari kekacauan, malah
akan makin memperkuat timbulnya fitnah itu. Oleh karena itu Abdur-
Rahman memanggil Ali dan memegang tangannya seraya berkata:
"Bersediakah Anda saya baiat untuk tetap berpegang pada Kitabullah
dan sunah Rasulullah serta teladan kedua orang penggantinya?" Ali
menjawab: "Saya berharap dapat berbuat dan bekerja apa yang saya
ketahui dan menurut kemampuan saya." Tangan Ali dilepaskan lalu ia
memanggil Usman dan memegang tangannya seraya berkata:
"Bersediakah Anda saya baiat untuk tetap berpegang pada Kitabullah
dan sunah Rasulullah serta teladan kedua orang penggantinya?" Usman
menjawab: Ya, demi Allah! Abdur-Rahman mengangkat mukanya ke
langit-langit Masjid dan sambil memegang tangan Usman ia berkata
tiga kali: "Dengarkanlah dan saksikanlah!" dilanjutkan dengan katanya:
"Saya sudah melepaskan beban yang dipikulkan di bahu saya dan saya
letakkan di bahu Usman!" Setelah itu ia membaiat Usman, orang-orang
di dalam Masjid pun beramai-ramai membaiat Usman.
Sumber-sumber itu tidak sama mengenai sikap Ali dan pelantikan
Usman ini. Tetapi semua sepakat bahwa orang beramai-ramai membaiat
khalifah tua itu, tak ada yang ketinggalan dan tak ada' yang menentang.
Adakah itu berarti karena kecintaan mereka kepada Usman, ataukah
karena gembira sudah lepas dari suatu bahaya yang mengancam ke-
hidupan negara yang harus segera diselesaikan? Keenam tokoh tersebut
adalah orang-orang yang sangat mereka hormati. Malah sesudah pe-
lantikan Usman, ada sumber yang dikaitkan kepada Ali bahwa dia ber-
kata: "Orang melihat Kuraisy dan Kuraisy melihat Keluarganya dengan
mengatakan: Kalau Banu Hasyim sudah diangkat untuk kalian, kalian
tidak akan pernah lepas dari mereka, juga Kuraisy yang lain tidak akan
dapat saling bergantian di antara kalian." Itu sebabnya, ketika Abdur-
Rahman bin Auf meninggalkan Ali bin Abi Talib, tak ada orang yang
marah, malah orang menerima Usman sebagai Khalifah dengan senang
hati dan rasa puas.
Sumber-sumber mengenai sikap Ali bin Abi Talib terhadap Usman
ini masih saling berbeda, yang sukar sekali untuk dapat mengukuhkan
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 29

salah satunya. Ibn Sa'd dengan sanadnya menyebutkan, bahwa orang


pertama yang membaiat Usman adalah Abdur-Rahman bin Auf, kemu-
dian Ali bin Abi Talib. Dengan sanad lain ia menuturkan, bahwa Ali
adalah orang yang pertama membaiat Usman, kemudian berturut-turut
yang lain juga membaiatnya. Ibn Kasir menuturkan bahwa Abdur-Rahman
bin Auf di mimbar duduk di tempat duduk Nabi, dan sesudah dibaiat
Usman didudukkan di tingkat kedua. "Orang datang beramai-ramai
membaiatnya. Yang pertama kali membaiat adalah Ali bin Abi Talib,
malah ada yang mengatakan justru dia yang terakhir."
Tetapi at-Tabari membawa dua sumber, salah satunya hampir sama
dengan sumber-sumber tersebut dan yang kedua sangat berbeda. Kedua-
nya menunjukkan bahwa pemilihan Usman ini meninggalkan dampak
yang dalam sekali dalam hati Ali.
Sumber pertama berpendapat bahwa sesudah orang berdatangan
membaiat Usman sesudah dibaiat oleh Abdur-Rahman Ali masih
maju-mundur. Maka kata Abdur-Rahman:

"Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar


janjinya sendiri, dan barang siapa menepati janji yang dijanjikannya
kepada Allah, maka Ia akan memberinya pahala yang besar." (Qur'an,
48:10).
Kemudian Ali kembali dan setelah menyeruak di tengah orang
banyak ia membaiat seraya berkata: "Suatu tipu muslihat yang luar
biasa." Sumber kedua mengatakan bahwa setelah Abdur-Rahman mem-
baiat Usman, Ali berkata kepadanya: "Anda merangkak untuk selama-
nya. Ini bukan yang pertama kali Anda memperlihatkan kekuatan Anda
kepada kami. Tabahkan dan sabarlah, itulah yang terbaik, dan memohon-
kan pertolongan hanya kepada Allah atas segala yang kalian lukiskan
itu! Sungguh, Anda mengangkat Usman itu hanya supaya kekuasaan
kembali kepada Anda! Dan setiap hari Allah memperlihatkan kekuasaan
baru."
Dalam hal ini Abdur-Rahman berkata: "Ali, janganlah menjerumus-
kan diri! Sudah saya pertimbangkan dan sudah saya musyawarahkan
dengan khalayak ramai, tetapi ternyata mereka tidak keberatan dengan
Usman." Ali keluar sambil berkata: "Akan tiba waktunya."
30 USMAN BIN AFFAN

Dengan mengacu pada kedua sumber at-Tabari ini Ibn Kasir me-
ngatakan: "Orang-orang yang sering disebutkan oleh para sejarawan
seperti Ibn Jarir (Tabari) dan yang lain tidak tahu bahwa Ali berkata
kepada Abdur-Rahman: 'Anda telah menipu saya, dan Anda meng-
angkatnya hanya karena dia semenda Anda, agar dapat berunding de-
ngan Anda setiap hari.' Tetapi karena dia masih maju mundur Abdur-
Rahman berkata kepadanya: Barang siapa melanggar janji, sebenarnya
ia telah melanggar janjinya sendiri.... sampai akhir ayat, dan berita-
berita lain yang bertentangan dengan yang terdapat dalam kitab-kitab
yang sahih, tertolak kembali kepada yang mengatakannya dan yang
melakukannya. Wallahualam."
Untuk memastikan mana salah satu sumber ini yang lebih kuat
memang tidak mudah. Besar sekali dugaan kita bahwa semua ini di-
rekayasa sesudah adanya propaganda untuk tujuan-tujuan politik, di
antaranya apa yang ditafsirkan oleh Tabari kata-kata Ali bin Abi Talib:
Suatu tipu muslihat yang luar biasa, yakni ketika ia dipanggil oleh
Abdur-Rahman bin Auf untuk membaiat Usman supaya ia tidak me-
langgar janjinya sendiri. Ibn Jarir juga menyebutkan bahwa Amr bin As
bertemu dengan Ali pada malam-malam selama berlangsung Majelis
Syura dan mengatakan kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang mau
berusaha dan suka bekerja keras dan bila dihadapkan pada tanggung
jawab, ia akan sangat berhati-hati. Tapi dia mampu dan lebih berhasrat
daripada Anda." Setelah itu ia menemui Usman dan berkata kepadanya:
"Abdur-Rahman orang yang mau berusaha dan suka bekerja keras, dan
akan membaiat Anda dengan penuh kepastian dan tanggung jawab,
maka terimalah." Saya yakin ini adalah cerita yang dikarang-karang se-
telah terjadi perselisihan antara Ali dengan Amr mengenai Mu'awiyah.
Sebenarnya Amr bin As tidak menyimpan dendam kepada Usman
ketika Umar terbunuh. Beberapa sumber melangsir bahwa Usman me-
mecat Amr dari Mesir tak lama setelah pengangkatannya itu. Suara
mayoritas menyebutkan bahwa Usman meminta bantuan Amr saat Ru-
mawi menyerang Iskandariah. Sesudah Amr memperoleh kemenangan
Usman bermaksud akan mengangkat Amr sebagai komandan angkatan
bersenjata Mesir dengan membiarkan Abdullah bin Abi Sarh tetap se-
bagai wakilnya di Mesir dan kepala urusan pajak. Tetapi Amr menolak
dengan mengatakan: "Jadi saya seperti orang yang memegang kedua
tanduk sapi betina, orang lain yang memerah susunya!"
Setelah itu ia kembali ke Mekah dan bergabung dengan Mu'awiyah
dalam perselisihannya dengan Ali. Semua ini membuktikan bahwa ketika
dalam Majelis Syura itu Amr dan Usman sudah sepakat mendorong
1. MAJELIS SYURA DAN PELANTIKAN USMAN 31

Amr untuk menipu Ali. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa sumber
yang dikutip oleh Tabari sebagai pembenaran atas kata-kata Ali: "Suatu
tipu muslihat yang luar biasa" itu samasekali tak punya dasar.
Juga saya yakin bahwa kata-kata yang dikutip dari Ali atau dari
Abdur-Rahman bin Auf ataupun dari yang lain lebih menyerupai pe-
malsuan yang dibuat untuk memuaskan sebagian orang bahwa seolah-
olah hal itu memang terjadi, dan yang sebagian lagi tujuannya propa-
ganda politik semata. Saya tidak ingin menjelaskan secara panjang
lebar mengenai alasan saya berkeyakinan demikian. Cukup kalau saya
menunjuk saja pada para penghimpun hadis Rasulullah sallallahu 'alaihi
wasallam, bahwa menurut mereka, sepersepuluh dari yang diriwayatkan
itu tidak sahih. Penyampaian beberapa ungkapan dengan kata-katanya
dari Ali bin Abi Talib atau dari Abdur-Rahman bin Auf, ataupun dari
yang lain masih perlu disaring. Para sejarawan itu mencatatnya sesudah
berlalu puluhan tahun dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan itu dan
sesudah berbagai propaganda politik memegang peranan amat penting
dalam sejarah Kedaulatan Islam. Dalam keadaan semacam itu tidak
heran jika mereka mencatat kata-kata yang mengungkapkan perasaan
pihak-pihak yang bersangkutan, kendati kata-kata itu tidak bersumber
dari mereka sendiri.
Tetapi masih ada dua masalah yang menurut hemat saya tidak
diragukan kebenarannya. Pertama, Ali dan Banu Hasyim tidak puas
atas pembaiatan Usman dengan alasan karena mereka masih keluarga
Nabi. Kalau sekali pimpinan kekhalifahan diserahkan kepada Banu
Umayyah, maka tidak akan pernah keluar lagi dari mereka.
Kedua, mayoritas Muslimin sudah merasa lega dengan pembaiatan
Usman dan mereka menerima dengan senang hati dan puas. Ketika
dibaiat, tak ada dari mereka yang menyebutkan bahwa Usman dari Banu
Umayyah, atau menyebut-nyebut adanya permusuhan Banu Umayyah
kepada Rasulullah atau adanya persaingan lama terhadap Banu Hasyim
dan mereka masuk Islam sudah ketinggalan, baru sesudah Mekah mem-
buka pintu karena sudah tidak mampu lagi mengadakan perlawanan
terhadap Muslimin. Tetapi semua mereka mengatakan, bahwa Khalifah
tua itu sudah lebih dulu masuk Islam, serta pembelaannya di samping
Rasulullah dan hubungannya yang baik dengan kedua istrinya, Ruqay-
yah dan Um Kulsum. Kemudian hijrahnya ke Abisinia dan ke Medinah
dengan mengorbankan harta kekayaannya demi membela agama Allah
dan kaum Muslimin.
Sejarah menyebutkan bahwa Talhah bin Ubaidillah sampai di Me-
dinah pagi hari saat pelantikan Usman itu. Ketika dia diundang untuk
32 USMAN BIN AFFAN

juga membaiatnya ia bertanya: Sudah semua Kuraisy menerima dengan


senang hati? Dijawab: Ya. Ia pergi menemui Usman dan menanyanya:
Semua orang sudah membaiat Anda? Dijawab oleh Usman: Ya. Kata
Talhah selanjutnya: Saya sudah puas. Saya juga bersama mereka. Lalu
ia pun membaiat. Usman selesai dibaiat dalam suasana optimistis dan
penuh harapan untuk masa depan. Sesudah semua acara itu usai, mereka
yang datang ke Medinah selesai menunaikan ibadah haji mulai bubar,
pulang kembali ke daerah mereka masing-masing ke Irak, Persia,
Syam dan Mesir. Dan semua mereka mengharapkan, semoga Allah
dengan karunia-Nya melimpahkan segala kemudahan kepadanya.
Dengan demikian segalanya kembali seperti semula, dan orang pun
sudah dalam suasana kehidupan seperti biasa. Tiba saatnya sekarang
Usman untuk mulai memikul tanggung jawab pemerintahan, mengemudi-
kannya sesuai dengan bawaannya yang lemah-lembut, budi bahasanya
yang halus dengan keimanan yang sungguh-sungguh dan pengabdian
yang semata-mata untuk kebaikan. Ia akan menghadapi situasi yang
berbeda dengan situasi di masa Umar dan di masa Abu Bakr, saat
mereka masing-masing memikul tanggung jawab kekhalifahan. Dalam
menghadapi semua ini ia memerlukan warna kebijakan baru. Pada
mulanya Usman memang jelas sekali berhasil baik. Kemudian ia ter-
hambat oleh usianya yang sudah lanjut serta peristiwa-peristiwa yang
sudah tak mampu lagi ia kendalikan.
a
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com

MR. Collection's

Usman, Dulu dan Sekarang

Perawakannya

K etika dibaiat umur Usman hampir mencapai 70 tahun, berperawakan


sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, wajahnya tampan, berkulit
cerah dengan warna sawo matang dan terdapat sedikit bekas cacar.
Janggutnya lebat dengan tulang-tulang persendian yang besar dan kedua
bahunya yang bidang, kepala botak setelah sebelumnya berambut lebat.
Giginya dilapisi emas dan cincin di jari kirinya. la selalu mengenakan
pakaian yang bagus-bagus dan baju bermutu tinggi, karena dia memang
orang kaya, hidupnya serba nyaman.

Sifat dan perangainya


Dia sangat pemalu. Dalam sebuah hadis disebutkan, bahwa Ra-
sulullah sallallahu 'alaihi wasallam berkata:

"Umatku yang benar-benar pemalu adalah Usman."


Rasa malunya bertambah pada waktu ia dilihat orang. Salah seorang
pembantu istrinya bernama Bananah, kalau ia datang membawakan
bajunya, ketika ia sedang mandi, ia berkata: "Jangan melihat kepada
saya, tidak boleh." Sifat pemalunya itu membuat orang lain juga jadi
malu kepadanya. Bersumber dari Aisyah Ummulmukminin disebutkan,
bahwa ketika Rasulullah sedang duduk-duduk dan pahanya terbuka, Abu
Bakr meminta izin akan masuk diizinkan tanpa mengubah posisinya,
ketika Umar datang meminta izin ia juga diizinkan tanpa mengubah po-
sisinya. Tetapi ketika Usman meminta izin ia menurunkan pakaiannya.
Sesudah mereka pergi Aisyah berkata: "Rasulullah, Anda mengizinkan

33
34 USMAN BIN AFFAN

Abu Bakr dan Umar masuk dengan keadaan Anda tetap begitu, tetapi
sesudah Usman yang meminta izin Anda menurunkan pakaian Anda."
Kata Rasulullah kepada Aisyah:

"Aisyah, kita malu bukan kepada seseorang, yang malaikat sendiri


pun malu kepadanya," atau ia berkata: "Tidakkah saya malu kepada orang,
yang juga malaikat pun malu kepadanya." Dalam sebuah sumber disebut-
kan bahwa Aisyah berkata: "Rasulullah, mengapa saya tidak melihat
kepedulian Anda kepada Abu Bakr dan Umar seperti kepada Usman?"
Dijawab oleh Rasulullah: "Usman orang yang sangat pemalu. Saya kha-
watir kalau saya mengizinkannya dalam keadaan begitu ia tidak dapat
mengutarakan maksudnya."
Karena perasaan malu itu Usman takut berbicara. Ibn Sa'd dalam at-
Tabaqat mengutip kata-kata salah seorang dari mereka: Dari antara
sahabat Rasulullah tak seorang pun yang pernah saya lihat bicaranya
lebih sempurna dan lebih baik daripada Usman. Hanya saja ia takut
berbicara, dan karena takutnya berbicara ia segan berdialog dan berdebat
berpanjang-panjang. Kalau dia sudah mengambil keputusan ia gigih dan
tidak mudah menyerah. Karena kemurahan rezeki yang melimpah yang
dikaruniakan Allah kepadanya itulah maka ia makin gigih dengan pen-
dapatnya. Dia dari keluarga Banu Umayyah, kalangan suku Kuraisy yang
terbanyak jumlah orangnya dan yang terkuat. Tetapi keengganannya
berbicara yang terbawa oleh perasaan malu itu membuatnya jadi sangat
lemah-lembut. Juga kekayaan dan kedudukannya yang tinggi membuat-
nya jadi sangat dermawan dan murah hati. Kedermawanan dan kelembut-
annya membuat dia disenangi orang. Di samping itu karena percaya diri
dan rasa bangga kepada kerabat, oleh mereka ia sangat dihormati dan
dihargai.
Di zaman jahiliah dan di masa Islam ia adalah saudagar pakaian.
Karena kejujuran dan sifat-sifatnya yang sudah disebutkan tadi menye-
babkan perdagangannya maju dan banyak mendatangkan keuntungan. Di
samping itu, sifat-sifat pemalu yang sudah dibawanya sejak kecil dan di
masa remajanya ia selamat tak sampai tergelincir bersama gejolak anak-
anak muda. Tak pernah terdengar bahwa dia suka berbangga-bangga atau
suka mencumbu perempuan. Secara keseluruhan sumber-sumber menunjuk-
kan bahwa dia berhati lembut, sangat dipengaruhi oleh perasaannya yang
halus. Karena sifat lemah-lembut dan perasaannya yang halus itu ia
selalu berusaha tidak menyakiti hati orang atau melakukan kekerasan.
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 35

Tahun lahir dan sebabnya ia masuk Islam


Usman dilahirkan pada tahun keenam tahun Gajah. Ia lebih muda
dari Nabi enam tahun. Di masa anak-anak dan masa remajanya, ia hidup
boros, seperti orang-orang Kuraisy umumnya, terutama Banu Umayyah.
Sesudah Rasulullah diutus Allah ia termasuk yang mula-mula dalam
Islam. Sebab-sebabnya ia masuk Islam para sejarawan menyebutkan
beberapa sumber, yang sebagian dapat kita catat di sini.
Dalam Sirat Sayyidina Muhammad Rasulillah Ibn Hisyam menyebut-
kan: "Sesudah Abu Bakr masuk Islam orang-orang dari masyarakatnya
sendiri yang dipercayainya dan yang suka mengunjunginya dan duduk-
duduk dengan dia, diajaknya beriman kepada Allah dan kepada Islam.
Maka yang sudah masuk Islam karena ajakannya itu adalah Usman bin
Affan dan tujuh orang lagi yang lain, yang sudah kami sebutkan. Oleh
Abu Bakr mereka yang sudah memenuhi seruannya itu diajaknya me-
nemui Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam lalu mereka menyatakan
masuk Islam dan melakukan salat." Ibn Sa'd mengatakan dalam at-
Tabaqat: "Usman bin Affan dan Talhah bin Ubaidillah pergi mengikuti
Zubair bin Awwam, dan masuk menemui Rasulullah sallallahu 'alaihi
wasallam. Ia menawarkan Islam kepada kedua mereka dan membacakan
beberapa ayat Qur'an serta memberitahukan kepada mereka tentang
ketentuan-ketentuan Islam dengan menjanjikan kemuliaan Allah bagi me-
reka. Keduanya kemudian beriman dan percaya. Kata Usman: "Rasulullah,
saya baru kembali dari Syam. Sesudah kami sampai di Mu'an dan Zarqa'
kami seperti orang yang sedang tidur, terdengar ada suara memanggil-
manggil kami: Hai orang-orang yang sedang tidur, bergegaslah bangun,
Ahmad sudah di Mekah. Maka kami datang dan kami mendengar tentang
dia. Usman masuk Islam sudah sejak lama, sebelum Rasulullah (saw) da-
tang ke Darul Arqam." Dalam al-Bidayah wan Nihayah Ibn Kasir me-
ngatakan: "Usman radiallahu 'anhu. sudah sejak lama masuk Islam
melalui Abu Bakr as-Siddiq."

Cerita Ibn Asakir


Masuk Islamnya itu aneh, seperti disebutkan oleh al-Hafiz bin Asakir.
Ringkasnya, bahwa sesudah dia mendapat berita bahwa Rasulullah (saw)
menikahkan putrinya Ruqayyah yang cantik dengan sepupunya, Utbah
bin Abi Lahab, ia menyesal mengapa bukan dia yang mengawininya.
Dengan perasaan sedih ia menemui keluarganya, dan di tempat itu ia ber-
temu dengan bibinya Sa'diyah binti Kuraiz, seorang dukun. Ia memberi-
kan berita gembira bahwa dia akan menikah dengan Ruqayyah. "Saya
heran dia membawa berita gembira mengenai perempuan yang sudah
36 USMAN BIN AFFAN

bersuamikan laki-laki lain," kata Usman. "Lalu kata saya, 'Apa kata
Bibi?" Dia menjawab: "Usman, Anda akan mendapat kehormatan, akan
menjadi orang penting. Dia seorang nabi yang membawa bukti, diutus
dengan sebenarnya sebagai orang yang saleh, ia akan mendapat wahyu,
yang dapat membedakan yang hak dengan yang batil. Ikutlah dia, Anda
tak akan tertipu oleh berhala." Kata Usman: "Anda mengatakan suatu
masalah yang tak pernah terjadi di negeri kita." Perempuan itu berkata
lagi: "Muhammad bin Abdullah, utusan Allah, dengan membawa wahyu
dari Allah, mengajak orang beribadah hanya kepada Allah." Seterusnya
kata perempuan itu lagi: "Pelitanya adalah pelita, agama kemenangan,
perkaranya berjaya, sasarannya jitu, seluruh negeri ini tunduk kepada-
nya, tak ada gunanya berteriak, jika terjadi pembantaian dan panah
sudah direntang."1 Kata Usman: "Aku pergi sambil berpikir-pikir dan
ketika bertemu dengan Abu Bakr kuberitahukan. "Celaka Anda ini, Usman.
Anda adalah orang yang tegas. Anda sudah tahu benar mana yang hak
dan mana yang batil. Apa gunanya berhala-berhala yang disembah
kaummu itu. Bukankah itu hanya batu, tidak mendengar, tidak melihat,
tidak mengganggu, juga tidak bermanfaat." "Memang, memang begitu,"
kata Usman. Kemudian kata Abu Bakr: "Bibimu sudah meyakinkan
Anda. Rasulullah itu Muhammad bin Abdullah, diutus oleh Allah kepada
hamba-Nya dengan membawa sebuah ajaran. Bersediakah Anda men-
datanginya?" Kemudian kami bertemu dengan Rasulullah, dan dia ber-
kata: "Usman, penuhilah seruan Allah, saya utusan Allah kepada Anda
dan kepada segenap hamba-Nya." Ia berkata: "Setelah saya mendengar
kata-kata Rasulullah (saw), itu, saya tak dapat menguasai diri. Saya
menerima Islam dan saya membaca kalimat syahadat bahwa tiada tuhan
selain Allah Yang Mahatunggal, tiada bersekutu. Tak lama sesudah itu
saya menikah dengan Ruqayyah putri Rasulullah (saw). Sementara itu ia
berkata:
Pasangan terbaik
yang pernah dilihat orang
Ruqayyah dan suaminya, Usman

Menikah dengan Ruqayyah


Beginilah cerita-cerita tentang Usman masuk Islam. Terserah kepada
kita percaya atau tidak. Boleh saja kita mengatakan sumber Ibn Kasir itu
kebanyakan dibuat-buat. Waktu itu berita tentang Muhammad belum ter-

1
Kata-kata perempuan itu bersajak dan nadanya seperti membacakan mantra. Pnj.
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 37

sebar luas di kalangan Kuraisy, dan ajakannya itu dibicarakan orang


masih dengan malu-malu. Saya tidak tahu, adakah tertariknya Usman
kepada Ruqayyah itu ada pengaruhnya dalam keislamannya. Ketika itu
umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun kendati ia bukan putri Ra-
sulullah yang tertua, sementara umur Usman ketika itu sudah hampir 40
tahun, dan di zaman jahiliah ia sudah pernah menikah dan mendapat
julukan Abu Umar.
Dari Ruqayyah ia mendapat seorang anak laki-laki dan diberi nama
Abdullah dan dia pun mendapat julukan demikian. Julukan ini terus melekat
kendati anak itu sudah meninggal dalam usia enam tahun. Barangkali Ibn
Kasir mendasarkan sumber itu dari al-Hafiz bin Asakir yang dikutip oleh
Ibn Asakir dari orang lain, sebab sesuai dengan yang sudah diketahuinya
tentang sifat Usman yang sangat perasa itu. Atas pengertian inilah di sini
kita memperkuatnya kendati masih kita ragukan sebelum kita memasti-
kan bahwa karena sebab-sebab tertentu cerita itu dibuat orang kemudian.

Mengapa Usman cepat-cepat hijrah ke Abisinia?


Usman masuk Islam dan menikah dengan Ruqayyah putri Rasulullah. Ia
tinggal di Mekah bersama istrinya itu sambil meneruskan usaha per-
dagangannya dan mengikuti turunnya wahyu serta ajaran-ajaran yang di-
berikan Muhammad bersama-sama saudara-saudaranya kaum Muslimin
yang sudah lebih dulu dalam Islam. Islam mulai tersebar dan pihak Ku-
raisy pun tetap menentang dan mengganggu Muslimin. Yang demikian
ini berlangsung selama bertahun-tahun terus-menerus. Sesudah mereka
tak mampu melawannya, Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabat
supaya perg'i terpencar-pencar, berlindung kepada Allah dengan agama
mereka itu. Ia menyarankan agar mereka pergi ke Abisinia. Mereka yang
berangkat mula-mula terdiri atas sebelas orang laki-laki dan perempuan.
Usman dan istrinya Ruqayyah yang paling lebih dulu hijrah.
Apa sebab Usman cepat-cepat hijrah dan membawa istrinya? Meng-
apa ia tidak tetap tinggal di Mekah seperti Muslimin yang mula-mula
dalam Islam dan memilih tinggal di dekat Rasulullah, melindunginya dan
sanggup menghadapi gangguan demi perjuangan di jalan Allah? Adakah
karena ia mencari selamat dan merasa lebih aman? Atau, karena ia
memang tidak menyukai kekerasan, tidak tahan melihat Muslimin yang
lain mengalami berbagai macam penganiayaan? Ataukah karena melihat
Banu Umayyah adalah yang paling keras memusuhi orang-orang seka-
bilahnya yang masuk Islam, dan Usman sendiri dari Banu Umayyah dan
menantu Rasulullah pula, yang terutama sekali akan menjadi sasaran
penganiayaan? Mungkin saja ini salah satunya atau semua itu yang
38 USMAN BIN AFFAN

menjadi penyebab maka cepat-cepat ia berangkat hijrah. Mungkin dia


khawatir Ruqayyah istrinya akan mendapat musibah sedang dia tak mampu
melindunginya dari gangguan kaumnya sendiri dan yang demikian ini akan
menjadi suatu aib seumur hidupnya. Yang terakhir inilah yang sangat
mempengaruhi jiwa Usman.
Sebuah sumber menyebutkan bahwa ada seorang Muslimah yang
baru pulang dari Abisinia ditanya oleh Rasulullah tentang Ruqayyah dan
bagaimana ia melihat keadaannya, dijawab: "Saya melihatnya ketika ia
sedang dinaikkan ke atas seekor keledai." Mendengar itu Rasulullah sangat
terharu. "Semoga Allah menyertainya, sebab Usman orang yang pertama
hijrah mencari perlindungan Allah sesudah turun wahyu," katanya.
Apa pun yang mendorong Usman cepat-cepat hijrah, yang jelas ia
berangkat dengan putri Rasulullah itu ke Abisinia, dan selama dua kali
hijrah ia tetap tinggal di sana. Sesudah itu kemudian hijrah lagi dari
Mekah ke Medinah. Setelah Rasulullah merencanakan perumahan kaum
Muhajirin Kuraisy ke Yasrib, letak rumah Usman berhadapan dengan
rumah Rasulullah, dan pintu rumahnya berhadapan dengan pintu rumah
Rasulullah.

Ruqayyah wafat
Usman tinggal di Medinah dengan merasakan kasih sayang Nabi dan
menikmati kemudahan hidup dari kekayaannya. Oleh Rasulullah ia dijadi-
kan sekretarisnya dan kadang sebagai penulis wahyu. Tetapi Rasulullah
tidak melibatkannya dalam ekspedisinya yang terjadi sebelum Perang Badr.
Tatkala Rasulullah berangkat memimpin Muslimin menghadapi Kuraisy
dalam Perang Badr, Ruqayyah sedang dalam sakit berat. Rasulullah meng-
izinkan Usman tinggal di rumah untuk merawat istrinya. Tetapi ia tak
dapat juga menolongnya; Ruqayyah meninggal dan dimakamkan ketika
datang berita tentang kemenangan Muslimin. Rasulullah membagikan
hasil rampasan Perang Badr itu dan Usman mendapat bagian seperti
bagian mereka yang ikut berperang. Oleh karena itu Usman dipandang
sebagai salah seorang veteran Badr.

Mendapat julukan
Usman merasa sedih sekali dengan kematian Ruqayyah itu. Menge-
tahui hubungan baik Usman dengan keluarganya, Rasulullah mengawin-
kannya dengan Um Kulsum, adik Ruqayyah. Tetapi Um Kulsum juga
meninggal ketika ayahnya masih hidup dan alangkah beratnya kesedihan
yang harus diderita oleh Usman. Rasulullah menghiburnya dengan me-
ngatakan, antaranya: "Andaikata ada putri kami yang ketiga, niscaya
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 39

kami kawinkan kepada Anda." Karena pernikahan Usman dengan Ru-


qayyah dan kemudian dengan Um Kulsum itulah, maka kaum Muslimin
kemudian memberinya gelar dengan Zun-Nurain.1
Adakah Usman beristri lain selain Ruqayyah dan kemudian selain
Um Kulsum? Ataukah ia tak beristrikan yang lain di luar mereka? Dalam
hal ini tidak mudah kita dapat memastikan, walaupun dapat dikatakan,
bahwa sebelum dengan Ruqayyah ia sudah pernah beristri satu atau
lebih, dan beristri lagi sesudah Um Kulsum. Di masa jahiliah dan di
masa Islam selain dengan Ruqayyah dan Um Kulsum ia pernah menikah
dengan Fakhitah binti Gazwan bin Jabir, dengan Um Amr binti Jundub
bin Amr dari Banu Azd, dengan Fatimah binti al-Walid bin Abdu-Syams
bin al-Mugirah, dengan Um al-Banin binti Uyainah bin Hisn al-Fuzari,
dengan Ramlah binti Syaibah bin Rabi'ah bin Abdu-Syams bin Abdu-
Manaf dan dengan Na'ilah binti al-Farafisah bin al-Ahwas dan dia inilah
yang sempat menghadiri kematiannya. Dari istri-istrinya itu semua ia
mendapat anak lebih dari 15 orang laki-laki dan perempuan.
Usman tidak ikut dalam Perang Badr karena sedang merawat Ruqay-
yah. Tetapi sesudah tahun berikutnya dan terjadi Perang Uhud ia juga
terjun bersama-sama dengan Muslimin yang lain. Kemudian peranannya
dan peranan yang Iain-lain waktu itu, tetapi Allah telah memaafkan
mereka. Sebenarnya pihak Muslimin pagi itu sudah mendapat keme-
nangan, tetapi kejadiannya kemudian berbalik menimpa mereka. Pihak
Kuraisy lalu mengumumkan bahwa Muhammad sudah terbunuh. Berita
ini membuat pihak Muslimin jadi porak-poranda dan sebagian mereka
ada yang lari Usman salah seorang di antara mereka. Tetapi tak lama
kerriudian pihak Muslimin tahu bahwa Nabi masih hidup. Mereka segera
kembali ke tempat Nabi dan berusaha melindunginya dari serangan
Kuraisy. Karena Usman tidak termasuk di antara mereka, ada beberapa
orang yang telah mengecamnya dalam kekhalifahannya. Tetapi ia men-
jawab: Bagaimana orang mengecam saya padahal Allah sudah memaaf-
kan saya. Lalu katanya:

1
Harfiah, 'orang yang memiliki dua cahaya.' Pnj.
40 USMAN BIN AFFAN

"Mereka yang telah berpaling di antara kamu ketika dua pasukan


bertemu, setanlah yang membuat mereka tergelincir karena beberapa
(kejahatan) yang mereka lakukan. Tetapi Allah telah memaafkan mereka.
Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun." [Qur'an 3:155].
Sesudah Perang Uhud Usman juga ikut dalam perang Khandaq, perang
Khaibar dan dalam pembebasan Mekah. Kemudian dalam ekspedisi
Hunain, Ta'if dan Tabuk. Dalam semua tugasnya itu ia tidak berbeda
dengan Muslimin yang lain, tidak harus di depan atau di belakang, sebab
dia memang bukan pahlawan perang seperti Hamzah bin Abdul-Muttalib,
Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awwam, Sa'd bin Abi Waqqas dan Khalid
bin Walid yang telah dapat menggerakkan semangat perang dalam hati
mereka dan mendorong mereka terjun ke dalam barisan di medan laga
menghadapi maut tanpa ada rasa gentar. Malah orang yang berhati cabar
pun akan berangkat di waktu perang, yang dalam barisan demikian ia
bukan berada di depan, juga bukan di belakang.
Dapat saja kita mengatakan bahwa Usman orang yang memang suka
damai sedapat mungkin. Tetapi imannya itu yang mendorongnya berang-
kat bersama Rasulullah dalam berbagai peperangan. Hal ini dibuktikan
oleh sikapnya terhadap Kuraisy dalam kejadian di Hudaibiyah. Dalam
tahun ke-6 Rasulullah berangkat memimpin 300 orang Muslimin dengan
tujuan melakukan Umrah di Mekah dengan cara damai tanpa bermaksud
menyerang.
Mengetahui perjalanan mereka ini Kuraisy bersumpah, bahwa Mu-
hammad dan sahabat-sahabatnya tidak boleh memasuki Mekah dengan
paksa. Muhammad melihat pasukan berkuda Mekah sudah tampak di luar
kota itu. Ia dan sahabat-sahabatnya turun dari kudanya di Hudaibiyah
hendak secara damai berziarah ke Baitullah dan mengagungkan ke-
suciannya. Rasulullah hendak mengutus Umar bin Khattab sebagai dele-
gasi kepada Kuraisy. Tetapi Umar keberatan mengingat Kuraisy sudah
tahu betapa kerasnya permusuhan dan ketegasannya kepada mereka. Dia
khawatir mereka akan melakukan sesuatu terhadap dirinya. Maka ia
mengusulkan supaya Usman bin Affan yang bertindak sebagai utusan. Di
Mekah Usman lebih disukai daripada Umar.
Usman berangkat dan ia mendapat perlindungan (jaminan) dari
Usman bin Sa'id. Ia berusaha hendak meyakinkan Kuraisy agar mem-
bolehkan Muhammad memasuki Baitulharam. Tetapi pihak Kuraisy tidak
setuju kaum Muslimin memasuki Mekah tahun ini dengan cara paksa.
Lama juga Usman di Mekah mencari jalan agar antara Kuraisy dengan
pihak Muslimin dapat menempuh jalan damai. Tetapi pihak Muslimin
mengira bahwa Kuraisy telah melakukan pengkhianatan dan pelanggaran
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 41

dengan membunuh utusan mereka di bulan suci itu. Mereka gelisah, ter-
utama Rasulullah lebih gelisah dari sahabat-sahabatnya yang lain. "Kita
tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kita menghadapi mereka,"
katanya. la memanggil sahabat-sahabatnya dan mereka segera menyata-
kan ikrar kepadanya dengan Ikrar Ridwan (Bai'atur-Ridwan) bahwa
mereka akan menghadapi Kuraisy dan tidak akan lari biar sampai mereka
mati. Sesudah ikrar selesai, Rasulullah menepukkan sebelah tangannya
ke tangan yang sebelah lagi untuk ikrar Usman seolah ia ikut hadir ber-
sama-sama mereka.
Sementara mereka sedang bersiap-siap menghadapi perang itu ter-
betik berita bahwa Usman tidak dibunuh. Usman pun kemudian muncul
dan melaporkan kepada Rasulullah hasil pembicaraannya dengan pihak
Kuraisy. Sudah jelas buat Rasulullah, Kuraisy sekarang yakin bahwa ke-
datangannya itu untuk melakukan umrah, dan tak ada maksud hendak
berperang. Tetapi mereka khawatir akan kehilangan wibawa di kalangan
orang-orang Arab kalau pihak Muslimin memasuki Mekah tahun ini juga
dengan cara paksa. Lalu perdamaian diadakan atas hasil perundingan Usman
dengan utusan Kuraisy yang berakhir dengan Perjanjian Hudaibiyah.
Dengan demikian tercapai persetujuan antara kedua pihak. Tahun ini
Muhammad dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah dan akan
kembali pada tahun berikutnya, dapat tinggal di sana selama tiga hari
berziarah ke Baitullah dan memuliakan kesuciannya.
Usman orang yang begitu cinta damai, juga sangat pemurah, me-
ngeluarkan hartanya demi kebaikan kaum Muslimin. Sesudah Rasulullah
mengambil keputusan akan menghadapi Rumawi di Tabuk dan sudah
menyiapkan 'Pasukan 'Usrah,' Usman menyediakan 300 ekor unta leng-
kap dengan isinya dan 1000 dinar1 di tangan Rasulullah untuk diperguna-
kan dalam persiapan perang itu. Melihat segala yang dilakukan Usman
itu Rasulullah berkata:

"Usman tidak akan dirugikan apa yang dilakukannya sesudah hari


ini," dan diulanginya dua kali.
Di Medinah ada sebuah sumur milik orang Yahudi, airnya dijual ke-
pada Muslimin dengan harga yang cukup memberatkan mereka. Suatu

1
Mata uang Rumawi-Yunani, denarius, yang juga berlaku di beberapa kawasan Arab
sejak sebelum Islam. Satu dinar = 4,25 gram emas (Da'iratul Ma 'arif al-Islamiyyah).
Pnj.
42 USMAN BIN AFFAN

hari Rasulullah berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Barang siapa mem-


beli sumur Rumah ini dan diserahkan untuk Muslimin, menurunkan timba-
nya di timba-timba mereka, ia akan mendapat minuman sebanyak itu di
surga."
Usman mendatangi orang Yahudi itu dan tawar-menawar harga.
Tetapi karena orang Yahudi itu tidak mau menjualnya semua, maka yang
dibeli oleh Usman separuhnya dengan seharga 12.000 dirham1 dengan
ketentuan yang sama-sama disepakati: Sehari untuk Yahudi itu dan sehari
untuk Usman. Jadi kaum Muslimin menimba air pada hari bagian Usman
untuk dua hari. Yahudi itu mendatangi Usman berkata: "Anda telah me-
rusak sumur saya, maka beli sajalah yang separuh lagi." Dan untuk ke-
perluan Muslimin itu Usman pun membelinya dengan harga 8.000 dirham.
Tali timbanya yang digunakan seperti tali timba yang dimiliki salah orang
dari Muslimin.
Usman sangat bersimpati kepada kerabatnya. Simpatinya itu sudah
amat berlebihan sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan
negara di kemudian hari. Simpati ini bukanlah karena kelemahan pada
hari tuanya sesudah ia memegang kedudukan sebagai amirulmukminin
seperti diduga sebagian orang tetapi memang sudah menjadi pe-
rangainya.
Sesudah Mekah dibebaskan, Kuraisy secara keseluruhan dimaafkan
oleh Rasulullah, kecuali ada sekelompok orang yang nama-namanya
sudah disebutkan, karena mereka telah melakukan kejahatan besar.
Mereka sudah termasuk yang akan dijatuhi hukuman mati, sekalipun
mereka berada di bawah tabir Ka'bah. Di antara mereka itu terdapat
Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh, saudara susuan Usman sendiri. Dia
sudah masuk Islam dan yang pernah menuliskan wahyu untuk Ra-
sulullah, tetapi kemudian ia murtad, kembali kepada Kuraisy menjadi
musyrik dan konon ia memalsukan wahyu yang ditulisnya. Setelah
Abdullah bin Abi Sarh tahu dirinya akan dijatuhi hukuman mati atas
perintah Rasulullah ia lari kepada Usman. Ia disingkirkan, sambil me-
nunggu sampai orang di Mekah menjadi tenang kembali. Sesudah itu ia
dibawa kepada Rasulullah dan dimintai perlindungan. Kata Ibn Hisyam
dalam Sirat Sayyidina Muhammad Rasulillah: "Kata mereka bahwa
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam lama sekali diam kemudian ber-
kata: Ya. Sesudah Usman pergi ia berkata kepada sahabat-sahabatnya di
sekitarnya: Saya diam supaya ada dari kalian yang tampil memenggal

1
Mata uang yang lebih kecil nilainya dari dinar. Pnj.
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 43

lehernya. Salah seorang dari Ansar berkata: Rasulullah, mengapa tidak


memberi isyarat kepada saya? Kata Rasulullah: "Nabi itu tidak mem-
bunuh dengan isyarat."
Tindakan Usman menengahi dengan memintakan ampunan bagi
Abdullah bin Abi Sarh itu membuktikan betapa besar simpatinya kepada
para kerabatnya. Juga hal itu membuktikan tentang posisi Usman dalam
pandangan Nabi. Ia mengharapkan sekiranya ada dari sahabatnya yang
mau bertindak membunuh Ibn Abi Sarh. Namun itu disudahi dengan
pengampunan untuk memenuhi keinginan Usman. Atau barangkali ia
berpendapat dia yang sudah mengenal betul Usman yang sangat
pemalu itu bahwa Usman tidaklah semestinya akan membicarakan hal
itu kepada Rasulullah di depan orang-orang yang hadir di sekelilingnya
dengan meninggalkan rasa malunya, kalau tidak karena cintanya ingin
mempertahankan Ibn Abi Sarh. Karenanya, ia tak sampai hati menolak
harapan Usman, yang berarti akan melukai hatinya, atau memberi jalan
kepada Banu Umayyah untuk terus mengecamnya.
Posisinya itulah pula yang telah mendorong Rasulullah meminta Usman
menggantikannya di Medinah ketika ia pergi dalam suatu ekspedisi ke
Zat ar-Riqa'. Juga kemudian ketika ia mengadakan ekspedisi ke Gatafan,
Usman diminta menggantikannya di Medinah.
Kendati posisinya memang sedemikian rupa itu dalam hati Rasulul-
lah, namun ia tak punya konsep seperti Abu Bakr dan Umar dalam hal
politik organisasi yang baru tumbuh itu. Abu Bakr dan Umar adalah wazir,
pendamping Rasulullah dan teman bermusyawarah. Bila ada masalah yang
sudah disepakati oleh kedua mereka, Rasulullah tak pernah melanggar
kesepakatan itu. Juga Usman tak punya konsep dalam soal perang seperti
yang ada pada Sa'd bin Abi Waqqas atau pada Zubair bin Awwam.
Tetapi Usman orang yang sangat saleh dan kuat imannya. Ia menekuni
ibadahnya dan banyak membaca Qur'an, di samping sangat murah tangan.
Dengan semua itu ia mendapat tempat tersendiri dalam hati Rasulullah,
ditambah lagi begitu baiknya dalam pergaulannya dengan Ruqayyah dan
Um Kulsum.
Di masa Abu Bakr pun perangai Usman sama seperti di masa Ra-
sulullah. Ia meneruskan perdagangannya seperti biasa, dan membiarkan
pengganti Rasulullah itu bebas menjalankan roda pemerintahan sesuai
dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya di hadapan Allah
dan di hadapan kaum Muslimin. Tatkala Abu Bakr bermaksud penyerang
Syam sesudah menyerang Irak, ia mengundang dan meminta pendapat
pemuka-pemuka Muhajirin dan Ansar. Umar memberi semangat ke-
padanya agar meneruskan niatnya itu dengan mengatakan antara lain:
44 USMAN BIN AFFAN

"Kirimkanlah pasukan demi pasukan berturut-turut, pasukan berkuda dan


para perwira."
Abdur-Rahman bin Auf menyarankan agar berhati-hati, dengan
antara lain mengatakan: "Saya berpendapat jangan sekaligus menyerang
mereka dengan pasukan berkuda, tetapi kerahkanlah pasukan berkuda
untuk melakukan serang dan kembali. Menyerang daerah-daerah yang
jauh, kemudian serang lalu kembali kepada kita, serang lagi dan kembali
lagi kepada kita. Jika yang demikian diulang-ulang, buat musuh akan lebih
berbahaya, hingga dapat mencapai daerah-daerah yang jauh. Dengan
demikian kita akan mendapat rampasan perang untuk memperkuat diri
dalam memerangi mereka."
Setelah mendengar saran yang disampaikan Abdur-Rahman bin Auf
semua yang hadir diam. Abu Bakr menanyakan kepada yang hadir:
"Bagaimana pendapat kalian. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kalian."
Tak lama kemudian Usman berkata: "Saya berpendapat Anda adalah
pembela dan penasihat umat agama ini serta sangat prihatin terhadap
mereka. Kalau Anda berpendapat ada jalan yang lebih baik dan ber-
manfaat buat mereka, teruskanlah apa yang sudah Anda tentukan. Bagi
mereka Anda bukan orang kikir atau yang diragukan."
Mendengar kata-kata Usman itu mereka yang hadir cepat-cepat
menyetujui pendapatnya, dan meletakkan tanggung jawab itu semua
kepada Khalifah.
Usman juga termasuk orang yang memberikan kesaksian yang baik
terhadap Umar ketika Abu Bakr mencalonkannya sebagai pengganti dan
untuk menyatukan suara kaum Muslimin kepadanya. Banyak mereka yang
dimintai pendapat oleh Abu Bakr merasa prihatin mengingat watak Umar
yang begitu tegar dan keras. Tetapi ketika Usman yang ditanya oleh Abu
Bakr tentang Umar ia menjawab: "Semoga Allah telah memberi penge-
tahuan kepada saya tentang dia. Dia adalah orang yang batinnya lebih
baik daripada lahirnya. Tak ada orang yang seperti dia di antara kita."
Sesudah Umar dilantik Usman tetap tinggal di Medinah meneruskan
perdagangannya di samping sebagai penasihat Amirulmukminin bersama-
sama dengan penasihat-penasihatnya yang lain. Tetapi ia sering bert-
entangan pendapat dengan Umar. Ketika pihak Baitulmukadas me-
nawarkan perdamaian asal Umar sendiri yang datang ke kota itu, yang
pertama sekali menentang adalah Usman. Dan katanya ditujukan kepada
Amirulmukminin: "Kalau Anda tinggal di sini dan tidak harus pergi ke
sana, mereka akan berpendapat Anda menganggap mereka enteng dan
Anda siap memerangi mereka. Tak lama lagi mereka akan tunduk dan
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 45

akan membayar jizyah." Tetapi Ali bin Abi Talib tidak sependapat dengan
Usman. la menyarankan lebih baik Umar berangkat ke Baitulmukadas.
Pasukan Muslimin sudah bersusah payah menghadapi udara dingin dan
perang serta sudah lama meninggalkan kampung halaman... Umar lebih
cenderung pada pendapat Ali, dan itu yang diterimanya, dan ia menye-
rahkan urusan Medinah kepada Ali. Ia berangkat bersama rombongannya
dan mengadakan perjanjian damai di Baitulmukadas.
Dalam soal pembebasan Mesir Usman juga menjadi pemimpin kaum
oposisi dan berbeda pendapat dengan Amr bin As dan menentang pikiran
itu bersama-sama yang lain. Begitu keras oposisi Usman itu sehingga ia
berkata kepada Umar: "Dengan semangat tinggi didorong oleh keberani-
an dan ingin memegang pimpinan, saya khawatir Amr yang berangkat
tanpa didukung staf ahli dan dukungan bersama, akan menjerumuskan
pasukan Muslimin ke dalam bencana, dengan mengharapkan kesempatan
yang tidak diketahuinya ada atau tidak!"
Untuk menentang Amr bin As membebaskan Mesir itu Usman sudah
mengumpulkan suatu kekuatan untuk mempengaruhi pendapat umum di
Medinah. Kendati Umar sudah yakin dan puas dengan pendapat Amr bin
As dan ikut mendukungnya, tetapi segala yang dikemukakan Usman dan
mereka yang sama-sama menentangnya, juga diperhitungkannya matang-
matang. Malah dalam menghadapi oposisi mereka itu ia masih berdalih
supaya diberikan kesempatan Amr memasuki Mesir dan memerangi
Rumawi di sana untuk menolong Mesir lepas dari tangan mereka demi
kepentingan Muslimin semata. Inilah dua masalah besar yang dihadapi
sejarah Islam, dan yang berlawanan dengan pendapat Usman.
Tetapi dalam banyak hal, Umar dan Usman sering sependapat. Juga
tidak kurang dari sahabat-sahabat besar lainnya ia sering menentang atau
sejalan dengan pendapat Umar. Kita sudah melihat banyak orang yang
menentang pembebasan Mesir, seperti yang dilakukan oleh Usman itu.
Mereka yang mendukung Usman dalam oposisinya itu, dalam hal-hal
lain mereka menentangnya, sebab mereka yang pernah mendampingi
Rasulullah semua sama-sama menginginkan kejayaan Islam dan umat-
nya. Tujuan mereka ikhlas demi Allah, mereka hanya mengharapkan rida
Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya.
Keimanan mereka sudah meyakinkan, bahwa mereka berpegang pada
kebenaran yang sudah diyakininya itu adalah kewajiban pertama sebagai
Muslim yang baik. Kembali kepada kebenaran yang memang sudah di-
ketahuinya, tidak seharusnya dirintangi oleh fanatisme atau rasa sombong.
Kalau orang bersikeras dengan kebatilannya sesudah diyakinkan bahwa
itu batil, dia sudah melakukan perbuatan mungkar yang akan mendapat
46 USMAN BIN AFFAN

kutukan dan kemurkaan Tuhan. Bagaimana orang yang beriman dan per-
caya kepada kebenaran akan menyimpang dan menyembunyikan kebenaran.
Orang yang menyembunyikan atau menutup mata dari kebenaran adalah
setan bisu.
Umar sepanjang kekhalifahannya sangat menghargai dan mencintai
Usman. Sesudah Umar terkena tikam, Majelis Syura telah memilih Usman,
kemudian orang banyak membaiatnya. Selesai dibaiat konon ia naik ke
mimbar menyampaikan khutbahnya dan dia mencak-mencak marah sekali.
"Saudara-saudara," katanya, "perjalanan pertama ini sulit, dan sesudah
hari ini masih akan ada hari-hari panjang. Kalau saya masih akan hidup
khutbah ini akan kalian terima seperti apa adanya. Kita memang bukan
ahli khutbah, tetapi Allah akan memberikan pelajaran kepada kita."
Bahkan, selesai dilantik konon ia berkhutbah di depan orang banyak de-
ngan mengatakan: "Saudara-saudara, kalian di suatu negeri yang gelisah
dan berada dalam sisa-sisa umur. Maka pergunakanlah segera dalam
waktu yang masih ada pada kalian ini dengan perbuatan yang baik.
Kalian sudah datang, waktu pagi atau sore. Ya, dunia ini penuh tipu mus-
lihat, maka tentang Allah, janganlah kalian tertipu oleh kekuatan setan.
Bercerminlah kepada mereka yang sudah lalu. Kemudian bersungguh-
sungguhlah dan jangan lalai. Di manakah penduduk dunia ini dan sau-
dara-saudaranya yang telah mengolahnya, lalu memakmurkannya dan
yang telah lama menikmatinya? Tidakkah kalian lemparkan mereka?
Jauhilah dunia yang sudah dijauhkan oleh Allah, dan tuntutlah akhirat
yang lebih baik, sebab Allah sudah memberikan perumpamaan mengenai
itu. Allah Yang Mahaagung berfirman:

"Harta kekayaan dan anak-anak keturunan adalah daya tarik kehidup-


an dunia. Tetapi amal kebaikan yang kekal, dalam pandangan Tuhanmu
itulah yang terbaik sebagai pahala, dan yang terbaik sebagai harapan."
[Qur'an, 18:46].
Ibn Kasir mengutip khutbah ini dan menyanggah pendapat orang-orang
yang mengatakan bahwa Usman marah-marah. Dia mengatakan bahwa
yang mereka sebutkan itu tak ada dasarnya. Ibn Kasir sudah berlebihan
dengan pendapatnya itu. Dalam at-Tabaqat Ibn Sa'd mencatat isi khut-
bah Usman ketika dia marah-marah itu dan menyebutkan pula sanadnya.
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 47

Saya cenderung untuk memperkuat sumber Ibn Sa'd ini dan meragukan
khutbah mimbar yang dikutip Ibn Kasir, at-Tabari dan yang lain.
Wajar sekali tentunya selama hari-hari Majelis Syura itu Usman
menjadi sibuk sekali untuk menyiapkan pidato yang akan disampaikan
menyusul hari pelantikannya. Juga wajar sekali jika dia mengatakan ke-
pada mereka bahwa setelah itu hari-hari masih panjang, dan bahwa
khutbahnya itu akan mereka terima seperti apa adanya. At-Tabari dan Ibn
Kasir mencatat bahwa langkah pertama yang diambil Usman sesudah
pelantikannya itu menambah dana bantuan yang diberikan kepada umat
melebihi pemberian di masa Umar. Menambah pemberian dana bantuan
demikian tentu tidak sesuai dengan khutbahnya yang kesemuanya berisi
zuhud, mengingkari kesenangan hidup di dunia!
Apa pun yang terjadi, kedua khutbah itu tidak menggambarkan politik
yang terpikir akan dijalankan oleh Usman di kemudian hari. Besar sekali
dugaan bahwa ia belum lagi merencanakan suatu kebijakan yang batas-
batasnya sudah jelas, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr ketika hen-
dak memerangi kaum murtad, dan seperti yang dilakukan Umar ketika
memerintahkan pengembalian para tawanan perang orang-orang Arab
kepada keluarga masing-masing, dan ketika memerintahkan pengosongan
orang-orang Nasrani Najran dari perkampungan mereka, atau ketika
mengadakan mobilisasi untuk diberangkatkan ke Irak sebagai bala bantu-
an kepada Musanna. Mungkin juga perbedaan watak antara Umar dengan
Usman, antara yang keras dengan yang lemah-lembut, yang telah memaksa
Usman tidak segera membuat rencana kebijakannya itu.
Hanya saja, begitu ia dilantik, ada satu hal yang dihadapi oleh Usman
yang perlu diuraikah lebih terinci, yaitu soal Ubaidillah bin Umar bin
Khattab. Ubaidillah yakin bahwa pembunuhan terhadap ayahnya bukanlah
suatu kejahatan perorangan yang dilakukan oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz,
budak Mugirah bin Syu'bah atas kemauannya sendiri, melainkan sudah
merupakan hasil sebuah komplotan yang melibatkan juga Hormuzan, orang
Persia dan Jufainah, orang Nasrani dari Hirah. Keyakinannya itu setelah
didukung oleh adanya bukti.
Abdur-Rahman bin Auf dapat menjadi saksi, bahwa ketika terjadi
peristiwa yang telah menggemparkan kaum Muslimin itu, sorenya ia
melihat pisau yang dipakai menikam Umar itu di tangan Hormuzan dan
Jufainah. Abdur-Rahman bin Abu Bakr juga bersaksi dengan mengata-
kan: "Waktu saya lewat saya melihat Abu Lu'lu'ah pembunuh Umar itu
bersama-sama dengan Jufainah dan Hormuzan; rupanya mereka sedang
mengadakan pertemuan rahasia. Setelah merasakan kedatangan saya,
tiba-tiba mereka berdiri, dan sebilah pisau berkepala dua dengan gagang
48 USMAN BIN AFFAN

di tengah jatuh. Periksalah itukah khanjar yang digunakan membunuh


Umar?"
Mereka melihat pisau itu memang seperti yang dilukiskan Abdur-
Rahman bin Abu Bakr. Ketika itu Ubaidillah memberontak dan bangkit
membawa pedang dengan tujuan mula-mula Hormuzan dan Jufainah
yang dibunuhnya. Kemudian ia pergi ke rumah Fairuz dan membunuh
anak perempuannya yang masih kecil dan mengaku Islam.
Peristiwa ini terjadi sebelum Usman dilantik. Orang ramai marah
dan mengancam. Mereka memasukkan Ubaidillah ke dalam penjara.
Sesudah kemudian ia dibaiat mau tak mau ia harus mengadili Ubai-
dillah. At-Tabari mengutip sebuah sumber dari Syua'ib dan dari Saif dan
Abu Mansur yang mengatakan: "Saya mendengar Kumazian bercerita
tentang ayahnya Hormuzan yang terbunuh, dengan mengatakan:
Orang-orang Persia di Medinah saat itu sedang rihat. Ketika itulah Fairuz
singgah kepada ayah dengan membawa sebilah khanjar berkepala dua,
dan diterima oleh ayah yang lalu menanyakan: Akan Anda gunakan un-
tuk di kota ini? Untuk koleksi, jawabnya, dan ada orang yang melihatnya.
Sesudah musibah menimpa Umar ia berkata, saya melihat khanjar itu di
tangan Hormuzan yang kemudian diberikan kepada Fairuz. Lalu Ubaidillah
datang dan ia dibunuhnya.
Sesudah Usman berkuasa ia memanggil saya dan ia memberi hak
kepada saya terhadap dia yakni Ubaidillah bin Umar dengan me-
ngatakan: Anakku, orang itu pembunuh ayahmu dan Anda lebih berhak
daripada kami, maka bunuhlah dia. Setelah itu saya ajak dia keluar.
Ketika itu tak ada siapa pun selain kami berdua. Mereka meminta saya
yang bertindak. Sayakah yang akan membunuhnya? Mereka menjawab:
Ya. Lalu mereka memaki Ubaidillah. Kata saya: Adakah kalian akan
mencegahnya? Mereka menjawab: Tidak, dan mereka memakinya. Saya
serahkan kepada Allah dan kepada mereka. Mereka membawa saya,
begitu saya sampai di rumah saya berhadapan dengan orang-orang ter-
kemuka."1
Demikian sumber at-Tabari. Pengampunan atas Ubaidillah itu atas
usaha Kumazian, anak Hormuzan. Pendapat ini bertentangan dengan
pendapat lain yang sudah umum. Kebanyakan para narasumber menyebut-
kan bahwa sesudah pelantikan Usman di samping Masjid, Ubaidillah
dibawa dari penjara untuk diadili. Sesudah tampil di depannya Usman
berkata kepada orang-orang yang hadir itu: "Berikanlah pendapat kalian

1
Paragraf yang dikutip tanpa komentar dari Tabari ini terasa rancu. Pnj.
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 49

mengenai orang yang telah melakukan pembunuhan dalam Islam ini!


Dalam hal ini Ali berkata: Tidak adil membiarkan dia, dan saya ber-
pendapat dia juga harus dibunuh. Tetapi salah seorang dari yang hadir
menentang pendapat Ali dengan mengatakan: Umar baru kemarin ter-
bunuh, sekarang anaknya akan dibunuh pula! Mendengar penolakan ini
semua yang hadir terdiam, Ali juga tidak meneraskan kata-katanya. Dia
diam barangkali khawatir akan dituduh mau menolak Usman pada waktu
pembaiatannya.
Usman melihat ke sekeliling, kepada mereka yang hadir, meng-
harapkan pendapat mereka. la ingin sekiranya ada di antara mereka yang
mau membunuh Ubaidillah sebagai jalan keluarnya. Amr bin As yang
ketika itu ikut hadir berkata: "Allah telah membebaskan Anda dari
kejadian ini. Waktu itu Anda tidak punya kekuasaan atas kaum Mus-
limin. Peristiwa semacam itu belum ada pada zaman Anda. Tinggalkan
sajalah!" Pendapat ini tidak memuaskan Usman maka ia berkata: "Saya-
lah yang akan menjadi wali mereka maksudnya wali mereka yang
terbunuh sudah saya jadikan diat dan saya yang akan menanggungnya
dari harta saya sendiri."
Pendapat Usman ini sungguh sangat bijaksana. Ia tidak memaafkan
Ubaidillah karena tindakan kejahatannya. Dia pun tidak memeriwah-
kan diadakan penyelidikan, sebab kalau persekongkolan Hormuzan,
Jufainah dan Fairuz terbukti, akan membangkitkan kemarahan pihak
Persia dan orang-orang Nasrani, sementara Ubaidillah juga tidak akan
bebas dari tindakannya yang sengaja membunuh anak perempuan
Fairuz yang tidak berdosa dan tanpa alasan itu. Semua orang merasa
lega dengari kebijakan Usman itu. Hanya ada sekelompok orang yang
karena didorong oleh rasa fanatik menentang dan mengecamnya. Di
antara mereka itu terdapat Ziyad bin Ubaid al-Bayad yang lalu mem-
baca sajak menjelek-jelekkan Ubaidillah dan mengecam keputusan
Usman. Tetapi Usman kemudian memanggilnya dan memintanya untuk
menghentikan kecamannya itu, dan dia pun memang berhenti tidak me-
ngecam lagi.
Dengan demikian fitnah yang sudah dapat diredam itu tak perlu di-
ungkit-ungkit lagi, dan kaum Muslimin di segenap Kedaulatan itu pun
kembali ke dalam kehidupan sehari-hari yang biasa seperti sebelum ter-
bunuhnya Umar.
Selesai menangani persoalan Ubaidillah bin Umar, Usman kembali
memikirkan kebijakannya yang akan ditempuh. Dia tahu bahwa Banu
Hasyim tidak puas dengan pelantikannya itu, dan rakyat umumnya meng-
harapkan adanya suatu garis kebijakan yang tidak sama dengan kebijak-
50 USMAN BIN AFFAN

an Umar yang begitu tegas dan keras. Mereka menginginkan terciptanya


kehidupan yang lebih lunak dari yang biasa selama itu. Dia tahu bahwa
milker adalah tonggak ketertiban dan pelindung Islam dan yang membela
Kedaulatan itu. Kalau ia mampu merangkul rakyat dan angkatan ber-
senjata, orang akan merasa puas dan menyambut baik pemerintahannya.
Hal ini akan dilakukan sampai mereka merasa yakin bahwa dia tidak
kurang dari Umar keinginannya hendak mempertahankan Kedaulatan itu
dan semua kawasan yang sudah dibebaskan, dan untuk menegakkan
keadilan di kalangan rakyat sedemikian rupa sehingga mereka dan harta
terasa lebih aman, di samping juga akan keyakinan masa depan mereka.
Dia tahu bahwa pejabat-pejabat di daerah-daerah yang sudah dibebaskan
itu adalah pembantu-pembantunya yang pertama. Kalau mereka sudah
menyambut baik, mereka akan menjaga ketertiban dan akan menanam-
kan rasa aman dalam hati penduduk di seluruh kawasan itu.
Tetapi bagaimana semua itu bisa dicapai dengan cara lemah-lembut
sesuai dengan wataknya, tanpa membawa dampak kelemahan yang akan
merusak watak lemah-lembutnya yang begitu indah itu, atau akan mem-
buat mereka yang membaiatnya tidak puas lalu memberontak atau mem-
bangkang?
Sumber-sumber itu semua memang sepakat bahwa langkah pertama
yang dilakukan oleh Usman ialah lebih memperbesar bantuan kepada
rakyat daripada masa Umar dulu. Tambahan bantuan yang diberikan
kepada prajurit untuk setiap orang 100 dirham dari yang sudah ditetapkan
oleh Umar. Selama dalam bulan Ramadan setiap malam untuk keperluan
iftar (berbuka puasa) Umar mengeluarkan satu dirham dari Baitulmal
untuk setiap orang dan untuk para Ummulmukminin dua dirham. Hal ini
diperkuat oleh Usman dan ia memberi tambahan pula. Di samping itu ia
memberi jamuan untuk mereka yang mengkhususkan ibadahnya dan ber-
iktikaf (di masjid), untuk orang-orang yang dalam perjalanan serta untuk
fakir miskin. Dengan demikian prajurit-prajurit dan rakyat merasa puas.
Mereka melihat Usman memberi harapan hidup yang lebih baik untuk
masa depan mereka. Tak ada orang yang akan mempersalahkan Usman
sementara kekayaan terus mengalir dari segenap penjuru Kedaulatan itu.
Kemudahan yang sudah dibukakan lebar-lebar oleh Amirulmukminin ke-
pada kaum Muslimin jangan pula dipersempit.

Surat-surat Usman kepada para pejabat


Semua orang sudah merasa puas bahwa keadilan yang sudah mereka
rasakan di masa Umar tidak akan disia-siakan. Usman menulis kepada para
pejabatnya:
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 51

"Amma ba'du. Allah telah memerintahkan para pemimpin supaya


menjadi gembala, bukan datang untuk menjadi pemungut pajak. Pemimpin
umat ini diciptakan sebagai gembala, bukan sebagai pemungut pajak.
Tetapi pemimpin-pemimpin kalian sudah hampir menjadi pemungut-pe-
mungut pajak, bukan menjadi gembala-gembala. Jika mereka kembali
lagi demikian, maka habislah segala rasa malu, amanat dan kesetiaan itu.
Cara yang paling adil ialah kalian harus melihat keadaan kaum Muslimin
dan apa yang menjadi kewajiban mereka. Berikanlah segala hak mereka
dan ambillah apa yang menjadi kewajiban mereka. Di samping itu ikuti-
lah para pendahulu mengenai kaum zimmi, memberikan hak mereka dan
memungut segala yang menjadi kewajiban mereka. Kemudian terhadap
musuh yang selalu mengancam kalian, hendaklah kalian memohonkan
kemenangan dengan tetap menaati segala perjanjian dengan mereka."
Dengan surat itu Usman telah menggambarkan kebijakannya ter-
hadap rakyatnya dan apa yang harus dilakukan oleh para pejabatnya.
Semua itu merupakan kebijakan yang sungguh tepat dan bijaksana sekali.
la memerintahkan pejabat-pejabat supaya melayani rakyat dengan ramah
dan sopan santun dan jangan membebankan pajak kepada mereka dengan
cara memeras, menuntut kewajiban dan memberikan hak kepada si Muslim
dan si zimmi dengan cara yang adil tanpa ada yang dirugikan; menepati
janji yang sudah diadakan dengan pihak musuh untuk menghilangkan
keangkuhannya supaya tidak membangkitkan kemarahan orang kepada
pihak Muslimin. Itulah tindakan yang paling adil dalam pandangan Usman.
Dengan itu semua pihak merasa puas, keamanan dan ketertiban jadi
merata, segalanya berjalan sebagaimana mestinya dan tidak membiarkan
ada keluhan orang karena kezaliman atau kesewenang-wenangan.
Petugas-petugas pajak dipisahkan dari para penguasa karena Usman
khawatir perbuatan mereka akan merugikan rakyat dengan menekan
mereka tidak pada tempatnya, atau memanfaatkan kedudukan mereka
guna mencari keuntungan pribadi atau untuk keluarga-keluarga dekatnya.
Semua ini akan menimbulkan kegelisahan rakyat dan mereka akan
berprasangka yang tidak baik terhadap pemerintah. Kepada para petugas
pajak itu ia menulis:
"Amma ba'du. Allah telah menciptakan manusia atas dasar kebenaran
dan yang akan diterima hanyalah yang benar. Maka ambillah kebenaran
itu dan dengan itu berikanlah juga kebenaran. Amanat adalah tetap ama-
nat. Berpegang teguhlah pada amanat itu, dan janganlah kalian menjadi
orang yang pertama melanggarnya, karena apa yang kalian lakukan itu
akan dicontoh oleh orang-orang yang sesudah kalian. Tepatilah perjanji-
an, sekali lagi tepatilah. Janganlah merugikan anak yatim dan pihak yang
52 USMAN BIN AFFAN

sudah dalam perjanjian. Allah menjadi musuh mereka yang melakukan


kezaliman."
Dengan surat-suratnya kepada para pejabat dan para petugas pajak
itu Usman tidak ingin orang mengartikannya bahwa dia sudah mem-
bebaskan rakyat jelata dari segala kewajiban yang dibebankan kepada
mereka, atau ketika ia memberi tambahan dana bantuan kepada mereka
itu akan menyuruh mereka bergelimang dalam kesenangan dan keme-
wahan hidup duniawi. Karena itu ia mengumumkan sebuah surat yang
isinya:
"Amma ba'du. Kalian sudah bersungguh-sungguh dalam mengambil
contoh dan teladan, maka janganlah pesona dunia ini membuat kalian
lupa dari keadaanmu ini. Keadaan umat sekarang cenderung mengarah
untuk mengada-ada sesudah tiga hal ini: Kenikmatan hidup yang sem-
purna, anak-anak kalian yang sudah memiliki tawanan-tawanan perang,
dan pembacaan Qur'an oleh orang-orang Arab pedalaman serta orang-
orang asing. Rasulullah sudah berkata:

"Kekufuran adalah ketidakfasihan mengucapkan, dan jika sudah me-


nemui kesulitan dalam mengucapkan (bacaan) lalu memaksakan diri dan
mengada-ada."
Ketiga surat kepada para pejabat, para petugas pajak dan kepada
masyarakat umum itu melukiskan secara ringkas kebijakan Usman dalam
menjalankan politik dalam negeri di seluruh Kedaulatan. Tetapi Usman
tidak pula lupa bahwa Kedaulatan yang baru tumbuh itu belum lagi stabil
dalam arti yang sudah dapat meyakinkan Khalifah. Pihak Persia dan
Rumawi pasti tidak akan tinggal diam sesudah segala pengalaman me-
reka di masa Umar. Mereka pasti masih menunggu kesempatan pertama
untuk mengadakan perlawanan terhadap pihak Muslimin begitu terlihat
ada kelemahan dalam pemerintahan Arab itu untuk menghadapi mereka.
Orang yang kecerdasan dan kepekaannya menghadapi masalah ini masih
di bawah Usman pun tidak akan lalai. Mereka akan cukup waspada ter-
hadap adanya kemungkinan itu.
Kepada para komandan pasukan di berbagai tempat dalam Kedaulat-
an itu, dari barat Mesir sampai ke sebelah timur Persia, Usman menulis:
"Amma ba'du. Kamu adalah pengawal dan perisai Muslimin. Umar
sudah membuat ketentuan bagi kalian yang sudah sama-sama kita ketahui,
bahkan oleh semua orang. Kami tidak mendengar ada yang mengatakan
kalian pernah mengubah-ubah dan mengganti-ganti sesuatu, sebelum
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 53

Allah mengubah dan mengganti dengan yang lain. Perhatikanlah bagai-


raana keadaan kalian. Saya akan memperhatikan apa yang sudah diwajib-
kan Allah kepada saya untuk diperhatikan dan dikerjakan."

Meneruskan kebijakan pendahulunya


Inilah kebijakan yang telah direncanakan oleh Usman dan diumum-
kan ke semua daerah pertama kali ia dilantik. Kita dapat menambahkan
bahwa dia tetap mengukuhkan semua pejabat di kawasan mereka itu, tak
seorang pun ada yang dipecat atau dipindahkan ke tempat lain dari
daerah mereka saat Umar mati syahid. Dibiarkannya Nafi' bin Abdul-
Haris al-Khuza'i untuk Mekah, Sufyan bin Abdullah as-Saqafi untuk
Ta'if, Ya'la bin Mun-yah untuk San'a, Usman bin Abi al-As as-Saqafi
untuk Bahrain dan sekitarnya, Mugirah bin Syu'bah untuk Kufah, Abu
Musa al-Asy'ari untuk Basrah, Mu'awiyah bin Abi Sufyan untuk Damsyik,
Umair bin Sa'd untuk Hims, Amr bin al-As untuk Mesir dan Abdullah
bin Abi Rabi'ah untuk Janad.1
Seperti yang sudah kita lihat, dalam kebijakan ini tak ada yang baru
yang perlu kita perhatikan atau perlu kita pikirkan. Begitu juga halnya
dengan Umar ketika menghapuskan larangan terhadap kaum Riddah dan
ketika memerintahkan orang-orang Arab tawanan perang supaya dikem-
balikan kepada kelurganya masing-masing atau ketika orang-orang Nasrani
Najran dikeluarkan dari perkampungan mereka. Barangkali alasan Usman
menempuh kebijakan ini karena ia sudah berjanji kepada Abdur-Rahman
bin Auf menjelang pelantikannya, bahwa dia akan bekerja atas dasar
Kitabullah dan Sunah Rasulullah serta meneladani kedua Khalifah se-
belumnya. Ia tidak akan berkata seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi
Talib bahwa dia akan bekerja menurut pengetahuan dan kemampuannya.
Karenanya tak ada yang baru perlu ditambahkan pada kebijakan kedua
Khalifah Abu Bakr dan Umar itu, khawatir dituduh dia telah mengada-
ada dan bekerja atas pengetahuannya sendiri, yang bertentangan dengan
janji yang dibuatnya dan dengan baiat yang diberikan umat kepadanya.
Atau karena Usman terlalu pemalu maka ia banyak memberi untuk meng-

1
Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa Usman memecat Mugirah bin Syu'bah begitu
ia dibaiat, dan menggantikannya dengan Sa'd bin Abi Waqqas. Sumber lain menyebut-
kan bahwa Umar bin Khattab berpesan kepada khalifah yang sesudahnya supaya
pejabat-pejabat itu dibiarkan selama setahun. Oleh karena itu Usman membiarkan
Mugirah itu selama setahun, kemudian menggantikannya dengan Sa'd bin Abi Waqqas.
Sumber ini lebih cermat daripada yang pertama dan lebih cocok dengan bawaan dan
politik Usman pada permulaan pemerintahannya.
54 USMAN BIN AFFAN

ambil hati orang. Di samping itu dalam surat-suratnya yang mula-mula ia


tidak menyinggung soal rencana kebijakan baru yang mungkin akan ter-
paksa ditinggalkannya. Ini akan menjadi alasan yang mungkin digunakan
oleh lawan-lawannya dan dijadikan dasar propaganda yang cukup mem-
bantu.
Apa pun yang terjadi, tidak mudah bagi Usman dan bagi siapa pun
dalam situasi yang begitu gawat ketika Umar terbunuh, untuk mengambil
langkah lain daripada harus menunggu dan mengikuti situasi serta apa
yang mungkin terjadi terhadap dirinya. Perselisihan orang-orang Arab
yang tinggal di Basrah dan Kufah masih berkepanjangan. Dari kedua
kota itu masing-masing mau cepat-cepat mendukung pejabat Khalifah di
kota itu, sehingga dalam mengangkat pejabat-pejabatnya Umar sering
mengatakan: "Cobalah kemukakan suatu cara yang dapat saya gunakan
untuk memperbaiki masyarakat dalam menggantikan seorang pejabat."
Ketika itu Yazdigird raja Persia masih tinggal di Fergana, ibu kota
Turki di Samarkand1 sedang menunggu-nunggu kesempatan untuk kembali
ke negerinya dan memerangi Muslimin. Rumawi pun yang keadaannya
sudah agak tenang di ibu kota Konstantinopel, juga sedang menunggu
kesempatan untuk mengadakan balas dendam dan serangan baru ke
Syam dan Mesir.
Pihak Arab baik di Semenanjung ataupun di luar Semenanjung sudah
merasa puas dengan berbagai macam kesenangan. Tidak heran bila
mereka sudah tergiur oleh yang demikian dengan meminta tambahan
lagi, dan akan menggerutu jika keinginannya tak terpenuhi. Sudah tentu
orang yang mengemudikan pemerintahan akan lama berpikir-pikir se-
belum membuat garis kebijakannya. Kalau yang memegang pemerintah-
an itu orang yang pemalu dan lemah-lembut seperti Usman, lebih-lebih
lagi memerlukan kesabaran dan akan lama berpikir. Keadaan ini menjadi
demikian terutama karena sampai pada waktu Umar terbunuh, orang masih
yakin bahwa dia masih akan berumur panjang. Tak terbayangkan oleh
siapa pun akan terjadi suatu kebijakan yang berbeda dengan kebijakan-
nya itu.

Rumawi dan Persia selalu mengancam


Di samping semua itu belum hilang dari ingatan bahwa pasukan
Muslimin di berbagai daerah di kawasan Persia, di Barqah (Cyrenaica)
dan di selatan Mesir selalu siap siaga untuk menghadapi musuh dalam

1
Daerah Rusia sekarang. Pnj.
2. USMAN, DULU DAN SEKARANG 55

perang reguler atau yang semacam perang urat saraf. Usman sendiri tidak
akan lalai mengenai hal ini. Sebagian besar perhatiannya harus ditujukan
ke sana. Soalnya, peristiwa-peristiwa itu tidak mengharuskan Umar de-
ngan politik pembebasannya di perbatasan-perbatasan yang sudah berada
dalam perjanjian perdamaian dengan musuh-musuhnya itu Persia dan
Rumawi untuk menghormatinya. Maka terpaksa ia meneruskan politik
itu, yang sampai pada waktu ia terbunuh, pasukannya masih bertahan di
ujung perbatasan-perbatasan Persia dan Mesir. Dan Khalifah tidak se-
harusnya akan merombak itu, kalau tidak, seluruh Kedaulatan akan ter-
ancam runtuh. Berjaga-jaga terhadap keadaan demikian merupakan beban
yang luar biasa beratnya yang harus dihadapi oleh Khalifah ketiga, begitu
ia dibaiat.
Pihak Persia dan Rumawi tahu keadaan pihak Arab yang akan
membuat beban itu terasa makin berat. Begitu terdengar berita-berita
tentang terbunuhnya Umar dan dilantiknya Usman, sudah terpikir oleh
mereka hendak mengadakan pemberontakan. Beberapa daerah yang
sudah di bawah kekuasaan Arab dan sudah terikat perjanjian, perjanjian
itu mereka langgar dan mereka menolak membayar jizyah yang sudah
sama-sama disetujui. Maka tak ada jalan lain buat Khalifah, daerah-
daerah itu harus tunduk kembali. Mereka harus mendapat sanksi, se-
kurang-kurangnya apa yang sudah disetujui di masa Umar, sebab dikha-
watirkan daerah-daerah yang lain juga akan ikut membatalkan perjanjian
demikian dan akan menyatakan pembangkangannya. Jika terjadi demi-
kian, maka keadaan sudah akan sangat berbahaya dan tidak mudah akan
dapat diperbaiki lagi.

***

Pemberontakan demikian ini memang terjadi. Pertama di Azerbaijan


dan Armenia, kemudian Rumawi menyerang Syam, disusul oleh Iskan-
dariah membatalkan perjanjian dan meminta bantuan Rumawi yang juga
segera membantunya. Karena yang demikian ini dan yang semacamnya
sudah terjadi berturut-turut, maka harus segera diambil tindakan untuk
menumpas dan mengikisnya dari sarangnya.
Inilah yang dilakukan oleh Usman. Sebagai akibatnya, tindakan ini
sekarang menjurus pada perluasan pembebasan, dan ia harus menganut
taktik perang untuk melindungi Kedaulatan dan segera membentuk
angkatan laut di samping angkatan darat. Dalam bab-bab berikut, semua
kejadian ini akan diuraikan secara ringkas, dan bagaimana ia menjalan-
kan politik luar negerinya, untuk kemudian kembali menguraikan politik
56 USMAN BIN AFFAN

pemerintahan dalam negeri pada masa Usman itu, serta berakhirnya


kebijakan ini dengan timbulnya pemberontakan terhadap Khalifah. Se-
lanjutnya kekhalifahan sesudah Ali berubah menjadi kerajaan yang se-
wenang-wenang di masa Banu Umayyah.

Você também pode gostar