Você está na página 1de 20

SAMPLING AUDIT

2.1. Sampling Audit


Sampling adalah metode penelitian, yang kesimpulan terhadap populasi
yang diteliti didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi adalah
kumpulan yang lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian. Sampel
adalah bagian dari populasi, yang di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai
perwakilan dari seluruh anggota populasi.
Menurut PSA N0. 26 Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit
terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut. Ada alasan lain bagi auditor untuk memeriksa kurang
dari 100% unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi. Sebagai
contoh, auditor mungkin hanya memeriksa beberapa transaksi dari suatu saldo
akun atau kelompok untuk memperoleh pemahaman atas sifat operasi entitas atau
memperjelas pemahaman atas pengendalian intern entitas. Audit sampling ini dapat
dilakukan dengan dua pendekatan umum, yaitu :
1. Tidak menggunakan statistik (nonstatistik) dan
2. Menggunakan statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel
dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau
kelompok transaksi yang berkaitan.
Audit sampling yang menggunakan statistk adalah audit yang menggunakan
matematika sebagai sarana untuk menentukan perencanaan, pemilihan dan evaluasi
sampel. Dalam hal ini statistik sangat membantu kerana statistik menyediakan
beberapa metode yang dapat digunakan oleh auditor untuk memilih dan
mengunakan sampel-sampel tersebut untuk kemudian membuat kesimpulan yang
menyeluruh mengenai populasi yang diaudit.
Sampling Audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian, maupun pengujian subtantif. Sampling audit banyak diterapkan
auditor dalam prosedur pengujian yang berupa voucing, tracing, dan konfirmasi.
Sampling dipergunakan kalau waktu dan biaya tidak memungkinkan untuk
memeriksa seluruh transaksi/kejadian dalam suatu populasi. Populasi adalah
seluruh item yang harus diperiksa. Sub dari populasi disebut dengan istilah sampel.
Kedua pendekatan ini dapat di gunakan dalam audit, karena tidak ada satu
pihakpun yang dapat menjamin bahwa salah satu di antara keduanya lebih baik
dari yang lain. Sampling dipergunakan untuk menginferensi karakteristik dari
populasi. Keuntungan dari sampling itu sendiri adalah :
1. Menghemat sumber daya: biaya,waktu, tenaga
2. Kecepatan mendapatkan informasi (up date)
3. Ruang lingkup (cakupan) lebih luas
4. Data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam
5. Pekerjaan lapangan lebih mudah disbanding cara sensus.

Dalam tahapan audit sampling ada enam tahapan adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana audit
2. Menetapkan jumlah/unit sampel
3. Memilih sampel
4. Menguji sampel
5. Mengestimasi keadaan populasi
6. Membuat simpulan hasil audit

2.2. Sampling Audit Statistik Dan Non Statistik


Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang memadai yaitu Sampling Statistik
dan Sampling Non Statistik.
A. Sampling Statistik
Guy (1981) menyatakan bahwa sampling statistik adalah penggunaan rencana
sampling (sampling plan) dengan cara sedemikian rupa sehingga hukum
probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Ada dua
syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai
sampling statistik. Pertama, sampel harus dipilih secara random. Random
merupakan lawan arbritrari atau judgemental. Seleksi random menawarkan
kesempatan sampel tidak akan bias. Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi
secara matematis. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut
sebagai sampling statistik. Berikut digambarkan tipe sampling audit syarat
pengkategorian tipe-tipe tersebut.

Tabel Tipe Sampling Audit

No Types of Audit Sampling Sample Selection Sample Evaluation

1 100 percent Key items Conclusive


2 Judgement Sample Judgmental Judgmental
3 Representative Sample Random Judgmental
4 Statistical Sample Random Mathematical
Sumber: Guy, 1981

Untuk memilih sampel secara random ada beberapa metode yang bisa
digunakan :
a. Simple Random Sampling. Menggunakan pemilihan random untuk memastikan
bahwa tiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama dalam pemilihan.
Tabel bilangan acak dapat dipakai untuk mecapai kerandoman (randomness).
b. Stratified Random Sampling. Membagi populasi dalam kelompok-kelompok
(grup/stratum) dan kemudian melakukan pemilihan secara random untuk tiap
kelompok. Kelebihan metode ini, pertama, pemilihan sampel bisa dihubungkan
dengan item kunci, serta bisa menggunakan teknik audit berbeda untuk tiap
stratum. Kedua, stratifikasi meningkatkan reliabilitas sampel dan mengurangi
besarnya sampel (sample size) yang dibutuhkan. Jika sampel yang homogen
dikelompokkan maka keefektifan dan keefisienan sampel bisa ditingkatkan.
c. Systematic Sampling. Menggunakan random strart point kemudian memilih tiap
populasi ke n. Kelebihan utama metode ini adalah penggunaannya mudah. Namun
problem utama adalah kemungkinan masih timbul sampel yang bias (Guy, 1981).
d. Sampling Probability Proportional to Size (Dollar Unit Sampling). Memilih
sampel secara random sehingga probabilitas pilihan langsung terkait dengan nilai
(size). Dengan metode ini unit yang nilai tercatatnya besar secara proporsional
akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk terpilih daripada unit yang nilai
tercatatnya kecil.

Menurut Halim (2001) sampling statistik memerlukan lebih banyak biaya


daripada sampling nonstatistik. Alasannya karena harus ada biaya yang
dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya
pelaksanaan sampling secara statistik. Namun tingginya biaya sampling statistik
dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan
sampling statistik. Sedang menurut Guy (1981) ada empat kelebihan sampling
statistik, yaitu :
1. Memungkinkan auditor menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan
sampel.
2. Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderly
manner) dibandingkan dengan sampling non statistik
3. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidak overstated atau understated,
dengan risiko yang hendak diterima terukur secara matematis.
4. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai
populasi sampel.

B. Sampling Non Statistik


Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor. Guy (1981)
mendefinisikan sampling yang sampelnya dipilih secara subyektif, sehingga proses
pemilihan sampel tidak random dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara
matematis. Ada beberapa metode pemilihan sampel yang dikategorikan dalam
sampling non statistik, sebagai berikut :
a. Haphazard sampling. Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif
terhadap populasi lebih berdasar judgement individu tanpa menggunakan
perandom probabilistik (misalnya semacam tabel bilangan random). Untuk
menghindari bias, sampel dipilih tanpa memperhatikan ukuran, sumber, atau ciri-
ciri khas lainnya (Arrens dan Loebbecke, 2000). Tetapi kelemahan utama metode
ini adalah kesulitan untuk benar-benar menghilangkan bias pemilihan.
b. Block sampling. Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi
secara berurut. Bila satu item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item
berikutnya dalam blok akan terpilih dengan otomatis. Metode ini secara teoritis
merupakan metode pemilihan sampel yang representatif namun jarang digunakan
karena tidak efisien. Waktu dan biaya untuk memilih sampel yang memadai agar
representatif terhadap populasi sangat mahal (Guy dan Carmichael, 2001).
c. Systematic sampling. Menggunakan start point yang ditentukan secara
judgement kemudian memilih tiap elemen populasi ke n. Sampel dipilih
berdasarkan interval yang ditentukan dari pembagian jumlah unit dalam populasi
dengan jumlah sampel.
d. Directed sampling. Menggunakan seleksi berdasarkan judgement elemen
bernilai (high value) atau elemen yang diyakini mengandung error. Auditor tidak
mendasarkan pada pemilihan yang mempunyai kesempatan sama (probabilistik),
namun lebih menitik beratkan pemilihan berdasarkan kriteria. Kriteria yang biasa
digunakan adalah:
1. Item-item yang paling mungkin mengandung salah saji.
2. Item-item yang memiliki karakteristik populasi tertentu.
3. Item yang mempunyai nilai tinggi (large dollar coverage).

Dibanding sampling statistik, judgement atau sampling non statistik sering


dikritik karena secara berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering secara
irasional dipengaruhi faktor-faktor subyektif. Kecukupan ukuran sampel tidak bisa
secara obyektif ditentukan. Misalnya reaksi personal auditor terhadap karyawan
klien, proses pengadilan, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penugasan
bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel (Guy, 1981). Namun demikian terlepas
dari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, sampling non statistik yang
direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik. Banyak situasi
yang membuat judgement sampling lebih sesuai dari pada sampling statistik. Harus
dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang berguna untuk sebagian,
tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus digunakan, tergantung dari
keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost diferensial (dibandingkan dengan
judgement sampling) serta trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat dalam
pengauditan.
2.3. Ketidakpastian Dalam Sampling Audit
Auditor mengakui adanya faktor-faktor seperti waktu dan biaya yang
diperlukan untuk melakukan pemeriksaan baik atasa sampel data maupun atas
seluruh data. Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan
biaya yang diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan
hasil audit terhadap data sampel semata.
Auditor dapat memutuskan untuk menerima beberapa ketidakpastian yang
timbul akibat pelaksanaan sampling. Ketidakpastian tersebut meliputi :
1. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko
sampling). Resiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang
diambil bukanlah sampel yang representatif. Risiko sampling timbul dari
kemungkinan bahwa kesimpulan auditor bila menggunakan sampling mungkin
menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapai bila cara pengujian yang sama
diterapkan tanpa sampling. Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang
terbaik dengan ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko
samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel, semakin rendah risiko
samplingnya. Auditor harus menerapkan pertimbangan professional dalam
menentukan besarnya risiko sampling. Risiko sampling dapat dibedakan atas :
a. Risiko sampling dalam pengujian subtantif atas detail atau rincian. Auditor
dalam memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling. Yang meliputi :
Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance) dan Risiko keliru menolak
(risk of incorrect rejection)
b. Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian. Auditor
memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too law).
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high).
2. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (risiko non
sampling). Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang
tidak berkaitan dengan sampling. Risiko ini tidak akan pernah dapat diukur
secara sistematis. Risiko non sampling timbul karena :
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam
dokumen.
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak
sesuai dengan tujuan audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel.

2.4. Pendekatan Sampling Audit


Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan lapangan ketiga
menyatakan bahwa:
Bukti Audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan

Ada dua pendekatan umum dalam pendekatan sampling audit yang dipilih
auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan
tersebut ialah :
1. Sampling statistik. Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada
sampling non statistik. Biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan :

a. Biaya pelaksanaan training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik.


b. Biaya pelaksanaan implementasi rencana sampling statistik.

Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu :


1. Atribut sampling. Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian.
Kegunaannya adalah untuk memeperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan
dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
2. Variable sampling. Dalam pendekatan Variabel sampling, distribusi normal
digunakan auditor untuk mengevaliasi karakteristik populasi yang didasarkan pada
hasil sampel yang diambil dari populasi. Variable sampling digunakan auditor,
apabila ditemukan kondisi sebagai berikut : (a). Klien tidak dapat menyajikan
suatu jumlah yang dapat dianggap benar. (b) Suatu saldo akun ditentukan dengan
sampling statistik. Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain
pada :
a. Observasi dan penilaian persediaan
b. Konfirmasi piutang dagang.
c. Cadangan piutang tak tertagih.
d. Cadangan piutang yang rusak.
e. Menilai persediaan dalam perusahaan.
f. Menilai aktiva tetap dalam utility campany.
g. Penilaian umur piutang.
Ada tiga teknik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
a. Mean per-unit (MPU)
b. Difference estimation
c. Sampling estimasi rasio
2. Sampling non statistik. Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel
yang sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup.

STATISTIK VS NONSTATISTIK SAMPLING


Mempunyai persamaan yaitu terdiri dari 4 langkah sebagai berikut :
1. Perencanaan sample, bertujuan menjamin bahwa pengujian audit dilaksanakan
dengan cara yang sesuai untuk memberikan risiko uji petik yang diinginkan dan
untuk meminimalkan kemungkinan risiko uji petik.
2. Seleksi sample, meliputi keputusan bagaimana memilih unsur sample dari
populasi.
3. Pelaksanaan pengujian, yaitu pemeriksaan dokumen dan melakukan pengujian
audit lainnya.
4. Evaluasi hasil, mencakup penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.

Perbedaan :
1. Sampling Statistik : menggunakan teknis-teknis pengukuran matematis untuk
menghitung hasil statistik formal. Bermanfaat untuk mengkuantifikasi risiko uji
petik pada perencanaan sample dan evaluasi hasil. Hanya cocok untuk sample
probabilistis (tiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
terpilih).
2. Sampling Non Statistik : memilih unsur-unsur sample yang diyakini dapat
memberikan informasi yang berguna pada populasi tersebut dan keputusan yang
diambil lebih berdasarkan pertimbangan. Sering disebut judgemental sampling.
2.5. Proses Pengambilan Sampel dan faktor-faktor penggunaan metode
sampling
Proses pengambilan sampel merupakan cara-cara dalam memilih sampel
untuk studi tertentu. Proses terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap 1 memilih populasi
b. Tahap 2 memilih unit-unit sampling
c. Tahap 3 memilih kerangka sampling
d. Tahap 4 memilih desain sampel
e. Tahap 5 memilih ukuran sampel. Ukuran sampel tergantung beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya: homogenitas unit-unit sampel, kepercayaan, persepsi,
kekuaatan statistik, prosedur analisa, dan biaya
f. Memilih rancangan sampling
g. Memilih sample

Dalam penelitian terdapat tujuh faktor yang mempunyai pengaruh dalam


pemilihan sampling audit. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Persepsi mengenai sampling statistik
2. Persepsi mengenai risiko audit
3. Tekanan waktu
4. Pengalaman
5. Pemeriksaan perusahaan yang go public
6. Tenaga ahli
7. Skala kantor akuntan publik
2.6. Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel atau sampling adalah suatu proses memperoleh informasi
mengenai populasi secara keseluruhan dengan cara menguji hanya sebagian dari
populasi tersebut. Konsep-konsep pemilihan sampel mencakup hal-hal seperti unit
sampling, atribut, pemilihan secara cak (random), stratifiksi, risiko pemilihan
sampel (sampling risk), tingkat ketepatan (precision), dan tingkat keyakinan
(confidence level atau reliability).
Suatu satuan atau unit sampling adalah unsur (elemen) di dalam populasi
yang memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang akan diukur oleh auditor guna
membuat estimasi mengenai karakteristik seluruh populasi, daftar dari seluruh unit
sampling di dalam populasi disebut frame. Perlu diingat bahwa unsur atau elemen
di dalam populasi itu sendiri mungkin memiliki atau tidak memiliki karakteristik
tertentu yang biasa disebut dengan istilah atribut.
Pemilihan sampel dilakukan setelah auditor mengetahui besarnya sampel
yang akan dipilih dan diperiksa. Biasanya auditor membuat klasifikasi apakah
sampel yang telah dipilihnya tersebut dikembalikan lagi ke populasinya sehingga
dapat dipilih kembali (disebut dengan istilah sampling with replacement) ataukah
setiap kali sampel telah dipilih tidak dikembalikan lagi ke populasinya sehinga
tidak dapat lagi dipilih kembali sebagai sampel (disebut dengan istilah sampling
without replacement). Apabila sampel tersebut telah dipilih, maka langkah
berikutnya adalah memeriksa sampel-sampel yang telah dipilih tersebut untuk
selanjutnya dibuat kesimpulan terhadap seluruh populasi yang diwakili oleh
sampel-sampel tersebut. Dalam pekerjaan audit pada dasarnya terdapat dua metode
pemilihan atau penarikan sampel, yaitu metode pemilihan secara statistik atau
statistical (random) sampling method dan metode pemilihan tidak secara statistik
atau nonstatistical sampling (jusgment) method.
A. Metode pemilihan secara statistik
Metode ini disebut pula dengan istilah metode pemilihan secara acak
(random sampel), yitu suatu cara pemilihan sampel yang sedemikian rupa sehingga
setiap unsur di dalam populasi mempunyai probabilitas yang tidak sama untuk
dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat dilakuka dengan menggunakan tabel
angka acak (random numbers table), secara sistematik atau dengan menggunakan
program komputer.
1. Tabel angka acak
Tabel angka acak adalah suatu daftar angka acak yang disusun dalam bentuk tabel
untuk membantu pemilihan angka-angka secara acak karena angka-angka dalam
tabel ini tidak berurutan.
2. Pemilihan sampel secara sistematik
Dalam cara pemilihan sampel yang sistematik auditor menghitung suatu rentang
(interval) tertentu dari populasi dalam masing masing strata dengan jalan membagi
besarnya populas dengan jumlah sampel yang dikehendaki.
Cara pemilihan sampel yang sistematik ini sangat mudah digunakan karena
begitu suatu titik awal ditetapkan maka langkah berikutnya bersifat otomatis.
Keadaan ini tidak akan menimbulkan masalah apabila kesalahan-kesalahan yang
terjadi di dalam populasi tersebar secara acak di seluruh populasi. Akan tetapi
keadaan ini sangat jarang terjadi sehingga kemungkinan kesalahan-kesalahan yang
material yang terjadi di dalam populasi tidak akan tercakup di dalam sampel. Oleh
sebab itu biasanya cara yang kedua ini hanya digunakan apabila cara yang pertama
atau paket program komputer mengenai pemilihan sampel tidak dapat dilakukan.

B. Metode pemilihan sampel nonstatistik


Metode pemilihan sampel tidak secara statistik adalah suatu cara pemilihan
sampel yang didasarkan pada pertimbangan pribadi auditor, misalanya akan
memeriksa seluruh pos persediaan yang mempunyai saldo Rp 1.000.000 atau lebih.
Metode ini paling banyak digunakan di dalam audit meskipun oleh auditor yang
mengetahui cara-cara statistik. Hal ini disebabkan karena mudah ataupun karena
metode pemilihan sampel secara statistik tidak dapat diterapkan, tidak
memungkinkan atau terlalu mahal apabila digunakan.
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari tiga cara
sebagai berikut:
1. Blok sampling: Blok sampling adalah pemilihan beberapa pos (item) secara
berurutan. Begitu pos pertama di dalam blok tersebut telah dipilih maka pos-pos
lainnya di dalam blok tersebut akan terpilih secara otomatis. Sebagai contoh
misalnya pemilihan seratus transaksi pembelian dalam buku harian pembelian pada
tengah pertama bulan februari.
Kelemahan cara ini adalah apabila blok yang digunakan hanya sedikit maka dapat
memungkinkan tidak terpilihnya populasi yang mengandung kesalahan. Untuk
menghindari hal itu Arens dan Loebbecke (1981) menyarankan setidak-tidaknya
menggunakan sembilan blok untuk sembilan bulan yang berbeda.
2. Metode pemilihan sampel menurut pertimbangan auditor (metode judgemental),
3. Metode tanpa tendensi
Metode ini digunakan apabila auditor dalam memilih sampel tidak memperdulikan
besarnya nilai, sumbernya atau sifat-sifat lainnya yang spesifik. Kelemahan utama
cara ini adalah sulitnya menentukan pos-pos sampel yang bebas dari pretensi atau
tendensi auditornya. Sebagai gambaran misalnya ada beberapa auditor yang lebih
senang untuk memilih sampel dari transaksi kepada pihak-pihak tertentu atau
transaksi yang tertulis pada setiap awal halaman dan mengabaikan transaksi yang
tertulis pada tengah halaman, sementara auditor lainnya lebih menyukai transaksi
yang tertulis pada tengah halaman atau yang mempunyai saldo besar.
Beberapa pertimbangan penting yang berkaitan dengan pemilihan ukuran
sampel, yaitu :
1. Seleksi Acak dengan Pengukuran Statistik. Perlu dipahami oleh auditor
mengenai perbedaan antara seleksi acak dengan pengukuran statistik dalam
penentuan pemilihan ukuran sampel.
2. Dokumentasi yang cukup. Penting bagi auditor untuk memelihara catatan
mengenai prosedur yang dilaksanakan, metode yang digunakan untuk menyeleksi
sampel dan melaksanakan pengujian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang
ditarik.
3. Kebutuhan akan pertimbangan profesional. Penerapan uji statistik memerlukan
pertimbangan profesional dalam langkah-langkahnya.

2.7. Tehnik Sampling Statistik


Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa terdapat dua tehnik sampling
statistik, yaitu: sampling atribut dan sampling variabel serta tehnik gabungan
antara keduannya.
A. Sampling Atribut
Yang dimaksud dengan sampling atribut adalah suatu metode untuk
melakukan perkiraan atau estimasi terhadap sebagian dari populasi yang
mengandung karakter atau atribut tertentu yang menjadi perhatian atau menjadi
tujuan audit seorang auditor. Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian-
pengujian pengendalian intern. Sampling atribut digunakan untuk membuat
kesimpulan mengenai tingkat kejadian di dalam populasi, dan biasanya digunakan
untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam populasi, dan biasanya
digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam sistem
pengendalian intern sebagai sarana untuk mengetahui apakah ketentuan-ketentuan
yang dibuat manajemen telah ditaati.
Sebagai contoh misalnya auditor ingin menentukan prosentase banyaknya
bukti pembayaran yang tidak didukung dengan bukti-bukti tertentu atau tidak
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Untuk menguji pengendalian intern
tersebut auditor dapat menggunakan salah satu dari tiga metode sampling, yaitu
estimasi atribut (sampling fixed-sample-size), sampling sekuensial (sampling
atribut keputusan atau stop or go sampling) dan sampling temuan (discovery
sampling). Langkah-langkah dalam sampling atribut:
1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2. Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya
3. Definisikan atribut yang menjadi objek pengukuran dan apa yang dimaksudkan
dengan penyimpangan
4. Tentukan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
5. Buat estimasi atau perkiraan mengenai tingkt penyimpangan di dalam populasi,
yaitu jumlah penyimpangan di dalam sampel dibagi dengan besarnya sampel
6. Tentukan tingkat keyakinan, biasanya dalam presentase.
7. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Risiko data yang dapat diterima


b. Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir
c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpanga dalam populasi
d. Pengaruh besarnya populasi
e. Metode sampling yang digunakan, apakah sampling fixed-sample-size, sampling
sekuensial, atau sampling temuan
8. Pilih sampel secara acak
9. Lakukan prosedur audit
10. Lakukan evaluasi hasil audit sampel pada langkah 9 dengan cara sebagai berikut:
a. Hitung tingkat penyimpangan
b. Pertimbangkan risiko sampling
c. Pertimbangkan aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut
d. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern.

B. Sampling Variabel
Yang dimaksud dengan sampling variabel adalah suatu metode yang
digunakan untuk melakukan perkiraan atau estimasi terhadap nilai yang
sebenarnya dari saldo suatu akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu
kesalahan. Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian substantif guna
menentukan tingkat dapat diandalkanya suatu jumlah dalam suatu akun, dan dapat
dilakukan dengan salah satu dari beberapa metode sebagai beriut: (1) estimasi
satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4) estimasi
regresi.
Keempat metode ini dapat dilakukan dengan stratifikasi atau tanpa
stratifikasi. Sampling stratifikasi adalah suatu metode sampling yang membagi-
bagi populasi menjadi dua atau lebih sub populasi yang disebut dengan istilah
strata, dan sampel kemudian dipilih dari masing-masing strata tersebut, dan
masing-masing strata ini selanjutnya diaudit secara terpisah.
Pada umumnya sampling variabel dapat digunakan untuk hal-hal sebagai
berikut:
a. Dalam pengujian substantif, yang dimaksudkan untuk menentukan kewajaran
nilai buku suatu akun.
b. Untuk membuat estimasi mengenai nilai saldo suatu akun atau suatu kelas
tertentu dari transaksi-transaksi yang berkaitan seperti taksiran saldo piutang atau
taksiran total penjualan untuk suatu periode tertentu.
Secara lebih spesifik Vasarhelyi dan Lin (1990) menyatakan bahwa sampling
variable ini dapat diterapkan oleh auditor untuk melakukan pekerjaan audit
berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengujian akun piutang
2. Pengujian jumlah kuantitas, harga dan nilai persediaan.
3. Penggantian metode penilaian persediaan dari metode FIFO ke LIFO.
4. Pengujian jumlah penambahan aktifa tetap
5. Pengujian terhadap transaksi-transaksi untuk menentukn besarnya nilai transaksi
yang tidak didukung oleh bukti yang memadai.
Meskipun banyak hal yang bersifat kuantitatif yang dapat dicakup dengan
sampling variabel, metode ini hanya dapat digunakan apabila estimasi
penyimpangan baku dari populasi dapat diketahui. Di samping itu, sampling ini
juga bergantung pada karakteristik atau sifat-sifat statistik distribusi normal. Selain
pengklasifikasian berupa sampling variabel tanpa stratifikasi dan sampling variabel
dengan stratifikasi, sampling variabel dan biasanya dikategorikan menjadi empat
metode sebagai berikut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3)
estimasi perbandingan, dan (4) estimasi regresi.
Langkah-langkah dalam sampling variabel:
1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2. Definisikan populasi dan satuan unit samplingnya
3. Definisikan atau tentukan tingkat keyakinan
4. Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
5. Tentukan besarnya risiko alfa dan risiko beta
6. Pilih dan periksasampel pendhuluan secara acak.
7. Perhatikan variasi di dalam populasi
8. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Risiko alfa dan risiko beta yang dapat diterima
b. Kesalahan maksimum yang dapat ditolelir
c. Perkiraan mengenai simpangan baku populasi
d. Pengaruh besarnya populasi
9. Pilih dan periksa sampel tambahan
10. Lakukan prosedur audit
11. Buat estimasi mengenai nilai akun atau nilai total populasi
12. Hitung rengtang keyakinan berdasarkan hasil pemeriksaan sampel
13. Buat kesimpulan secara menyeluru mengenai hasil pemeriksaan sampel.

C. Monetary Unit Sampling


Metode ini merupakan gabungan dari sampling atribut dan sampling variabel
atau modifikasi dari sampling atribut, yaitu sampling atribut yang digunakan untuk
menyatakan suatu kesimpulan tentang nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun
atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan.
Langkah-langkah audit dalam sampling monetary unit sampling, sebagai
berikut :
1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2. Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya
3. Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
4. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Risiko data yang dapat diterima
b. Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir
c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi, apakah
kesalahannya 100% atau kurang
5. Pilih sampel secara acak, secara sistematis atau dengan bantuan komputer
6. Lakukan prosedur audit
7. Evaluasi hasil audit sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Aapakah tidak ada kesalahan yang dijumpai
b. Apakah kesalahan yang dijumpai 100%
c. Apakah kesalahan yang dijumpai kurang dari 100%
d. Aspek-aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut
e. Aspek-aspek kuantitatif dari penyimpangan tersebut.
8. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern atau
pengujian yang dilakukan.
Contoh :
Seorang bendaharawan yang anda audit memiliki bukti pengeluaran kas (kuitansi =
X) sebanyak sepuluh sample (N=10) lembar sebagai berikut:
Total (t)
100, 90, 110, 80, 120, 115, 85, 105, 95, 100 (total pengeluaran 1000)
Sampel yang diambil sebanyak enam (n=6) kuitansi
Pertanyaan :
a. Tentukan rata-rata nilai sample ?
b. Tentukan perkiraan (estimasi) total populasi ?
Pemecahan:
Sampel (n=6): 90, 80, 120, 85, 105, 95
Nilai total dari enam sample (t)= 575
a. Rata-rata nilai sample ( )= t/n = 575/6 = 95,83
b. Perkiraan total (estimasi) total populasi (T)
T = 10 x 95,83 = 958,30
Ada beberapa unsurunsur dapat mempengaruhi hasil sampling, yang
mempengaruhi unit sampel, yaitu:
a) Unit populasi
Unit populasi adalah banyaknya satuan anggota populasi. Misalnya kita melakukan
audit atas mutasi pengeluara kas tahun 2001 yang terdiri atas 3.500 kuitansi dengan
nilai Rp 800 juta.
b) Standar deviasi
Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata
populasi dengan para anggota secara umum sekaligus menunjukkan tingkat
heterogenitas/homogenitas data dalam populasi.
Standar Deviasi = = (Xi - )2 / N
c) Tingkat keyakinan atau keandalan
Tingkat keyakinan adalah derajat keandalan sampel terhadap populasi yang di
wakilinya, di tunjukkan oleh perkiraan persentase banyaknya populasi yang
terwakili oleh sampel.

Você também pode gostar