Você está na página 1de 2

Panuti Sudjiman mendefinisikan sastra sebagai "karya lisan atau tulisan yang

memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan


dalam isi, dan ungkapanya". Sejalan dengan pendapat tersebut Engleton, menyebut
sastra sebagai "karya tulisan yang halus" (belle letters) adalah karya yang
mencatatkan bentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang
dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan
ganjil.

Luxemberg mengungkapkan ciri-ciri sastra sebagai berikut:

1. Sastra merupakan sebuah ciptaan dan kreasi, bukan semata-mata


sebuah imitasi. Seniman menciptakan dunia baru, meneruskan proses
penciptaan di dalam semesta alam bahkan menyempurnakannya. Sastra
terutama merupakan luapan emosi spontan.

2. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain; sastra
tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keselarasan di dalam
karyanya sendiri. Karya sastra yang otonom bercirikan suatu koherensi
yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara
bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk dan ungkapan
tertentu. Dalam pandangan ini puisi dan bentuk sastra lainnya
menggambarkan isi. Bahasanya bersifat plastis.

3. Sastra menghadirkan sebuah sintesis antara hal-hal yang saling


bertentangan. Pertentangan-pertentangan tersebut aneka rupa bentuknya,
ada pertentangan antara yang disadari dan yang tidak disadari, antara pria
dengan wanita, antara roh dan benda, dan seterusnya.

4. Sastra mengungkapkan yang tak terlupakan. Dalam puisi dan bentuk-


bentuk sastra lainnya ditumbuhkan aneka macam asosiasi dan konotasi.
Dalam sebuah teks sastra kita jumpai sederetan arti, yang dalam bahasa
sehari-hari tak dapat diungkapkan.

Ciri karya sastra dari pembaca

Sebelumnya Saudara telah mempelajari tentang ciri sastra, selanjutnya masih


menurut Luxemburg ada beberapa faktor yang mendorong pembaca untuk
mengategorikan teks disebut sastra atau bukan sastra.

1. Yang dikaitkan dengan pengertian sastra ialah teks-teks yang tidak disusun
atau dipakai untuk tujuan komunikatif yang praktis dan hanya
berlangsung sementara waktu saja. Ini berlaku bagi karya-karya pentas,
novel-novel, dan kumpulan sajak. Masuk juga ke dalam kategori ini karya
sastra picisan yang ditawarkan sebagai hiburan.

2. Puisi lirik tidak begitu saja dinamakan rekaan, dalam kategori ini ada jarak
atau konvensi distansi bahwa tidak setiap sajak yang menampilkan seorang
Aku dengan begitu kita anggap sebagai sebuah pengakuan pribadi penyair.

3. Dalam sastra bahannya diolah secara istimewa. Ini berlaku bagi puisi
maupun prosa, tetapi cara pengolahannya berbeda-beda. Ada yang
menekankan ekuivalensi ada yang menekankan penyimpangan dari tradisi
atau tata bahasa, sebagai contoh yang diperlihatkan oleh Angkatan 45. Yang
disebut sebagai ciri bahasa sastra ialah unsur ambiguitas. Pengolahan
bahan ini juga diterapkan dalam teknik-teknik tertentu yang dipakai dalam
penulisan teks-teks naratif dan drama.

4. Sebuah karya sastra dapat dibaca menurut tahap-tahap yang berbeda.


Dalam sebuah novel misalnya, kita tidak hanya menjadi maklum akan
pengalaman dan hidup batin tokoh-tokoh yang fiktif. Melalui peristiwa-
peristiwa dalam novel kita dapat memperoleh pengertian mengenai tema-
tema yang lebih umum sifatnya, misalnya: tema sosial, penindasan dalam
masyarakat, praktik korupsi, cinta kasih, pengorbanan seorang ibu, dan
seterusnya. Dalam puisi dan novel-novel kita jumpai ucapan-ucapan
mengenai dunia.

5. Karya yang bersifat naratif, seperti biografi atau karya lain yang menonjol
karena bentuk dan gayanya.

6. Ada beberapa karya yang awalnya tidak dikategorikan dalam karya sastra,
tetapi kemudian dimasukkan ke dalam jenis sastra, yaitu teks-teks sejarah
yang pada awalnya dinilai sebagai sebuah penulisan sejarah, tetapi karena
sifatnya dan gaya bahasa dekat dengan sastra maka dimasukkan ke dalam
karya sastra, sebagai contoh Epos Ramayana.

Você também pode gostar