Você está na página 1de 19

TUGAS KELOMPOK

Artikel Metodologi pembelajaran


Psikologi Pendidikan

Kelompok :
Asnawati
Fitri Nurhayati
Linda Yulianti
Rima Melati
Widiawati

UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and error learning atau selecting and
connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena
itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori
belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike
yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia
dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.

B. Ciri-ciri Belajar Menurut Thorndike


Adapun beberapa ciri-ciri belajar menurut Thorndike (Kartika, 2013: 6),
antara lain:
a. Ada motif pendorong aktivitas.
b. Ada berbagai respon terhadap sesuatu.
c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
d. Ada kemajuan reksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

C. Hukum-hukum yang Digunakan Edward Lee Thorndike


Thorndike menyatakan bahwa belajar pada hewan maupun manusia berlangsung
berdasarkan tiga macam hukum pokok belajar, yaitu :
a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang
yang belajar harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak
belajar agar dalam belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk
memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis. Siap fisik seperti seseorang tidak dalam
keadaan sakit, yang mana bisa mengganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh
dari siap psikis adalah seperti seseorang yang jiwanya tidak lagi terganggu, seperti
sakit jiwa dan lain-lain. Disamping seseorang harus siap fisik dan psikis seseorang
juga harus siap dalam kematangan dalam penguasaan pengetahuan serta kecalapan-
kecakapan yang mendasarinya.
Menurut Thorndike (Ayuni, 2011: 9) ada tiga keadaan yang menunjukkan
berlakunya hukum ini, yaitu :
a. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila
organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan
mengalami kepuasan.
b. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku,
dan organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka
organisme akan mengalami kekecewaan.
c. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu
dipaksa untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan
yang tidak memuaskan.
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di
atas, konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang
dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah
dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang
akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training
merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada,
maka apa yang akan dipelajari tidak akan bermakna.

b. Hukum Latihan (Law of Exercise)


Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon
suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang
berulang-ulang, adapun latihan atau pengulangan perilaku yang cocok yang telah
ditemukan dalam belajar, maka ini merupakan bentuk peningkatan existensi dari
perilaku yang cocok tersebut semakin kuat (Law of Use). Dalam suatu teknik agar
seseorang dapat mentransfer pesan yang telah ia dapat dari sort time memory ke long
time memory ini dibutuhkan pengulangan sebanyak-banyaknya dengan harapan
pesan yang telah didapat tidak mudah hilang dari benaknya.
c. Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum akibat Thorndike mengemukakan (Dahar, 2011: 18) jika suatu
tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan,
kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan
tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam
lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi
perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan
perilaku orang itu selanjutnya.
Thorndike mengungkapkan bahwa organisme itu sebagai mekanismus yang
hanya bertindak jika ada perangsang dan situasi yang mempengaruhinya. Dalam
dunia pendidikan Law of Effect ini terjadi pada tindakan seseorang dalam
memberikan punishment atau reward. Akan tetapi dalam dunia pendidikan menurut
Thorndike yang lebih memegang peranan adalah pemberian reward dan inilah yang
lebih dianjurkan. Teori Thorndike ini biasanya juga disebut teori koneksionisme
karena dalam hukum belajarnya ada Law of Effect yang mana di sini terjadi
hubungan antara tingkah laku atau respon yang dipengaruhi oleh stimulus dan situasi
dan tingkah laku tersebut mendatangkan hasilnya (effect).

D. Prinsip-prinsip Belajar yang Dikemukakan oleh Thorndike


a. Pada saat berhadapan dengan situasi yang baru, berbagai respon ia lakukan. Adapun
respon-respon tiap-tiap individu berbeda-beda tidak sama walaupun menghadapi
situasi yang sama hingga akhirnya tiap individu mendapatlan respon atau tindakan
yang cocok dan memuaskan. Seperti contoh seseorang yang sedang dihadapkan
dengan problema keluarga maka seseorang pasti akan menghadapi dengan respon
yang berbeda-beda walaupun jenis situasinya sama, misalnya orang tua dihadapkan
dengan perilaku anak yang kurang wajar.
b. Dalam diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam potensi untuk mengadakan
seleksi terhadap unsur-unsur yang penting dan kurang penting, hingga akhirnya
menemukan respon yang tepat. Seperti orang yang dalam masa perkembangan dan
menyongsong masa depan maka sebenarnya dalam diri orang tersebut sudah
mengetahui unsur yang penting yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil yang
sesuai dengan yang diinginkan.
c. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan, sikap
dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut menentukan tercapainya tujuan
yang ingin dicapai.
d. Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama. Seperti
apabila seseorang dalam keadaan stress karena diputus oleh pacarnya dan ia
mengalami ini bukan hanya kali ini melainkan ia pernah mengalami kejadian yang
sama karena hal yang sama maka tentu ia akan merespon situasi tersebut seperti yang
ia lakuan seperti dahulu ia lakukan.
e. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu
tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai
hubungan.
f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya maka relatif lebih mudah untuk
dipelajari.

E. Keunggulan-keunggulan Teori Belajar Koneksionisme Thorndike


1. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang bisa
menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya sehingga orang akan
terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.
2. Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan,
anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan
adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki
kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

6. Kelemahan-kelemahan Teori Belajar Koneksionisme Thorndike


1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka
disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis,
tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial
and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.
2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon.
Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut
dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus-menerus.
3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya
sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai
unsur yang pokok dalam belajar.
A. Jenis Belajar Ausubel
Berdasarkan pada pandangannya mengenai teori belajar bermakna, maka
David Ausable mencetuskan empat tipe belajar, yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau
sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang
telah ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan
pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran
yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk
akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
1. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa
memilki strategi belajar bermakna.
2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
3. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap
perkembangan intelektual siswa.

B. Prinsip Belajar Ausubel


Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausable mengemukakan teori belajar
bermakna (meaningful learning). Pembelajaran dapat menimbulkan belajar
bermakna jika memenuhi persyarat, yaitu:
1. Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna secara
potensial.
2. Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
Bedasarkan Pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausable
mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:
1. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu
mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman
berbagai macam materi, terutama materi pelajaran yang telah mempunyai
struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan persentasi
suatu pokok bahasan sebaiknya pengatur awal itu digunakan, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi
konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusifdipekenalkan
dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari
umum ke khusus.
3. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
petumbuhan kearah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar
tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal
baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang lebih luas
dan inklusif.
4. Penyesuaian integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua
atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau
bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi
pertentangan kognitif itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran
penyesuaian integratif. Dengan cara materi pelajaran disusun sedemikian
rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas
dan ke bawah selama informasi disajikan. Penangkapan (reception learning).
Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David Ausable
sebagai jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner. Menurut Ausubel, siswa tidak selalu
mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga
mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif
dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah. Ausuble
menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan.
Para pakar teori belajar penangkapan menyatakan bahwa tugas guru adalah:
a. Menstrukturkan situasi belajar.
b. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
c. Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai
dari gagasan.
Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni pembelajaran
sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna
(meaningful information). Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap,
yaitu:
1. Penyajian advance organizer
Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan
bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran. Advance
organizer berfungsi untuk menghubungkan gagasan yang disajikan di dalam
pelajaran dengan informasi yang telah berada didalam pikiran siswa, dan
memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik
yang disajikan.
2. Penyajian materi atau tugas belajar.
Dalam tahap ini, guru menyajikan materi pembelajaran yang baru dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas-tugas
belajar kepada siswa . Ausable menekankan tentang pentingnya
mempertahankan perhatian siswa, dan juga pentingnya pengorganisasian
materi pelajaran yang dikaitkan dengan struktur yang terdapat didalam
advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan
diferensiasi progresif, dimana pembelajaran berlangsung setahap demi
setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik,
contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan
konsep baru.
3. Memperkuat organisasi kognitif.
Ausuble menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke
dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, dengan
cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan
dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran
ini siswa diminta mengajukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat
pemahamannya terhadap pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya
dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorgnaisasian materi
pembelajaran sebagaimana yang dideskripsikan didalam advance organizer
samping itu juga memberikan pertanyanan kepada siswa dalam rangka
menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran.

C. Metode Pembelajaran dalam Teori Belajar bermakna ausubel


Metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar bermakna
Ausubel, antara lain:
1. Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi,baik dua orang atau lebih yang masing-
masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
Tujuan pengguna metode diskusi adalah untuk memotivasi dengan memberi
stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. Manfaat
diskusi ialah:
a. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir.
b. Pesrta didik mendapat pelatuhan mengeluarkan pendapat,sikap dan
aspirasinya secara bebas.
c. Peserta didik belajar nersikap toleran terhadap teman-temannya.

d. Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan peserta didik.

e. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokrtif,dapat menghargai


pendapat orang lain.
f. Dengan diskusi pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan
masyarakat.

Kelemahan diskusi :
a.Diskusi terlampau menyerap waktu.
b. Terkadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi,maka
kecenderungannya diskusi menjadi tanya jawab.
Menurut kami metode diskusi sesuai dengan teori belajar menurut
Piaget, karena metode diskusi dapat merangsang kognitif para siswa
sehingga siswa menjadi aktif dan dapat mengeskplore semua kemampuan
dan wawasan yang dimiliki siswa tersebut.

D. Implikasi Teori Belajar Bermakna Menurut Ausabel


Konsep lain dari Ausubel adalah Integrative Reconciliation dimana kita
mencoba melihat persamaan dan perbedaan dari dua materi berbeda. Misalnya saja
dalam mata kuliah Konstruksi Alat Ukur ketika mempelajari konstruksi tes
prestasi dan skala sikap. Melihat kedua materi tersebut, saya melihat langkah-
langkah dalam mengkonstruksi alat ukur keduanya memiliki beberapa persamaan
seperti alat ukur harus memiliki tujuan ukur, aitem dalam tes harus relevan dengan
tujuan ukur, dan sebagainya. Selain itu, saya juga dapat menemukan perbedaan
diantara keduanya.
Setiap manusia memiliki struktur kognitif dimana struktur tersebut tersusun
secara hirarki. Struktur kognitif yang kita miliki atau dengan kata lain
pengetahuan yang kita miliki menentukan proses belajar selanjutnya. Jika kita
memiliki anchoring ideas maka akan lebih mudah bagi kita dalam
menyesuaikan/mencocokan informasi yang kita miliki dan yang kita baru
dapatkan. Misalnya, di semester sebelumnya banyak dibahas mengenai tokoh
Bandura. Karena sering dipelajari maka materi tersebut akan lebih mudah
dipahami. Tetapi ketika mendapat materi mengenai tokoh Bruner sedangkan
sebelumnya tidak pernah dibahas, saya menjadi merasa agak susah memahami
materi tersebut.
Ada juga konsep lain yang dicetuskan Ausubel yakni Progressive
Differentiation.dimana kita belajar secara inklusif atau dengan kata lain kita
belajar dari hal-hal umum sampai ke hal yang lebih mendetail/spesifik. Hal ini
dapat dilihat dalam program mata kuliah yang diberikan. Mata kuliah yang
diberikan biasanya yang lebih mendasar dulu baru ke tingkat yang lebih tinggi.
Contohnya, kami biasanya diajarkan pengenalan Psikologi kemudian ke cabang-
cabangnya yaitu Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri Organisasi. Nantinya
materi yang dipelajari akan semakin spesifik atau mendetail.
Selain diterapkan dalam program mata kuliah yang ada di kampus, konsep
ini juga dapat diterapkan dalam satu mata kuliah. Misalnya saja ketika
mempelajari dasar organisasi. Pertama akan dipelajari apa itu organisasi, apa yang
menjadi tujuan organisasi, bagaimana sistem dalam organisasi sampai belajar
bentuk-bentuk organisasi yang ada.
Untuk memahami suatu materi, kesiapan materi juga harus dipertimbangkan
melalui pemahaman seseorang mengenai materi sebelumnya. Prinsip ini disebut
reconciliation. Prinsip ini dapat berjalan dengan adanya konfirmasi, koreksi, dan
klarifikasi. Misalnya saja, ketika kelompok menyudahi suatu presentasi, Bu Ika
akan bertanya apa saja yang telah kami tangkap dari suatu materi. Maksud dari
pertanyaan tersebut adalah untuk mengetahui apakah konsep yang telah kami
dapat sudah benar atau belum. Selain itu, Bu Ika akan melakukan koreksi apabila
pemahaman kami salah. Hal itu dilakukan sebagai umpan balik agar kami dapat
menguasai suatu materi dengan benar.
Implikasi teori belajar menurut Ausabel adalah:
1. Guru menjelaskan tujuan pengajaran.
2. Guru menunjukan organizer,yang meliputi identifikasi, atribut-atribut
tertentu dan lain sebagainya.
3. Guru memberikan contoh materi.
4. Guru menunjukan hubungan, dan mengulang
5. Guru membangkitkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa
yang relevan.
6. menyajikan bahan.
7. mempertahankan perhatian
8. membuat organisasi secara eksplisit; dan
9. menyusun urutan bahan ajar belajar secara logis.pennyajian bahan
belajar bisa dilakukan dengan cara ceramah, diskusi, film, percobaan,
atau membaca. Selama presentasi bahan belajar kepada siswa perlu
dibuat secara eksplisit sehingga mereka memiliki suatu pengertian
secara keseluruhan tentang tujuan dan dapat melihat urutan logis
tentang bahan dan bagaimana organisasi bahan itu berkaitan dengan
advanced organizers.
10. meminta siswa untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara bahan
baru itu dengan organizers
11. meminta siswa membuat contoh-contoh lain tentang konsep atau
proposisi dalam bahan belajar
12. meminta siswa mengemukakan secara verbal esensi bahan, dengan
menggunakan kalimat dan kerangka pikirannya sendiri; dan
meminta siswa membahas bahan menurut sudut pandangnya sendiri.

Teori Belajar Skinner

Menurut Skinner, hampir semua perilaku manusia diidentifikasi jatuh


ke dalam dua kategori yaitu perilaku responden dan perilaku
operan. Perilaku responden adalah perilaku tanpa sengaja (refleks).
Agar perilaku responden terjadi, diperlukan stimulus yang terjadi
pada organisme. Contohnya stimulus dari binatang kecil yang
mengganggu terhadap mata Anda akan menyebabkan anda berkedip,
suatu peristiwa memalukan dapat menyebabkan anda bermuka
merah, dan flash cahaya terang akan mengakibatkan anda berkedip
mata.

Sedangkan Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara


spontan yang berbeda dengan perilaku responden dalam
pengkondisian yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Dilihat
dari pengertian "operan" sendiri, menjelaskan bahwa seluruh perilaku
yang beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan peristiwa atau
tanggapan dalam lingkungan. Jika kejadian atau tanggapan yang
memuaskan maka kemungkinan perilaku operant akan diulang
secara terus menerus bahkan akan ditingkatkan.Contoh perilaku
operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang
tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas
melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi
perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud
tertentu. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah
penguat positifnya.

Secara umum reinforcement (penguatan) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:


a. Dari Segi Jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia
seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan
reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak
kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue
kesukaannya.
b. Dari Segi Bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:
Penguatan Positifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan,
dll) dan berupa perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau penghargaan).
Penguatan Negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan
(tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa, dll).
c. Waktu pemberian reinforcemen, ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen,
yaitu:
Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika
reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru
mengatakan kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan
cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu.
Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai
macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang
diinginkan pada waktu tertentu.
Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu
dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.
Dan rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan serta menghindari suatu
tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah mudah mengacaukan penguatan
negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan
probabilitas terjadinya perilaku. Skiner menekankan bahwa hukuman dapat
menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan, yaitu hukuman hanya bersifat
sementara dalam menghilangkan respons yang tak diinginkan, hukuman dapat
mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah,
dll, dan hukuman dapat meningkatkan pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi
hadirnya stimulus yang tidak menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak
menghasilkan perilaku yang positif. Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan
penggunaan penguatan daripada hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.
Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman.
Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman( John W. Satrock, 2007).

Penguatan positif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid mengajukan Guru menguji Murid mengajukan lebih
pertanyaan yang bagus murid banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyerahkan PR Guru berhenti Murid makin sering
tepat waktu menegur murid menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyela guru Guru mengajar Murid berhenti menyela guru
murid langsung

Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu,
konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Implementasi Teori Belajar B.F. Skinner dalam Pembelajaran
Penggunaan teori Skinner ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas
sebagai berikut :
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut
waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik
atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi
kompleks.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar B.F. Skinner


a. Kelebihan Teori Skinner
Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik
diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.

b. Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner


Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan analisa
teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1. Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang
berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
2. Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai
ukuran peluang kejadian.

Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik
menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan
lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas
guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner
adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari
perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat
dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar,
ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam
reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan
rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.
Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan
sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika,
menyanyi, menari atau olahraga.
KESIMPULAN
Menurut Skinner, hampir semua perilaku manusia diidentifikasi jatuh
ke dalam dua kategori yaitu perilaku responden dan perilaku
operan. Perilaku responden adalah perilaku tanpa sengaja (refleks).
Agar perilaku responden terjadi, diperlukan stimulus yang terjadi
pada organisme.
Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat disimpulkan bahwa :
a. Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan
tingkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
b. Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol
dengan hati-hati.
c. Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar
dimunculkan.
d. Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh
perampatan stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.
Implementasi teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran antara lain bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis, hasil berlajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat, proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar, materi pelajaran digunakan sistem
modul, tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic, dalam proses pembelajaran
lebih dipentingkan aktivitas sendiri, dalam proses pembelajaran tidak dikenakan
hukuman, dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum, tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi
hadiah, hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu), tingkah laku yang diinginkan,
dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan, dalam pembelajaran
sebaiknya digunakan shaping, mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan
tingkah laku operan, dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine dan
melaksanakan mastery learning.
Kelebihan Teori Skinner
Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan untuk
menghargai setiap anak didiknya
Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner
Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan analisa
teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa teknologi untuk situasi yang
kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan
teknologis, keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai
ukuran peluang kejadian dan tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan
dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan.

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori
pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada,
stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.
Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena,
dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian
yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu
siswa aktif.

Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang
baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam
struktur kognisi siswa.
DAFTAR PUSTAKA

B.F. Skinner - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm

Hinduism Generation Teori Skinner.htm

Você também pode gostar