Você está na página 1de 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Lahan atau Tanah

A. Pengertian Pengelolaan Lahan atau Tanah

Pengelolaan Lahan atau tanah adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik
yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi),
iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan,
tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan
pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur
tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan
akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat
perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode
pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga
berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama
antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan
proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode atau
cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua yaitu secara tradisional
(konvensional), dan secara modern.

a) Metode Pengolahan Lahan atau tanah

1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional

Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk


lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini
biasanya banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian
masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan
tanaman sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal
yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya
dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system ini
banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu yang
lama dalam pengerjaannya.
b) Pengolahan Lahan Secara Modern

Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk


tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan
lahan dengan cara ini biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan
dengan sistem ini memiliki kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses
pengerjaan, serta dapat menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari
system ini yaitu dibutuhkannya modal yang besar dalam pengupayaannya.

B. Macam-macam System Pegolahan Lahan

1. Pengolahan Lahan Sempurna

Pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi


seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan
hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan dan
rotary.

2. Olah Lahan Minimum.

Pegolahan lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi


pembajakan( tanah diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada
pengolahan tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan.

3. Tanpa Olah Tanah(TOT)

Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi penye,protan guna


membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditungg
hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini
biasanya digunakan sisti tajuk dalam proses penanamannya.

Pengolahan lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur


keadaan lahan. Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat
erosi yang terjadi. Jika tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara
dalam tanah akan semakain banyak hilang. Berikut adalah tingkat
kecuraman dan sifat tanah:

1. Hampir Datar

Pada topografi ini tanah memiliki sifat diantaranya pengairan baik, mudah
diolah ancaman erosi kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan menahan air
baik, subur, dan respon terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok
untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

2. Lereng Landai

Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya struktur tanah
kurang baik, ada ancaman erosi, pengolahan harus hati-hati,

3. Lereng Miring

Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya baik ditanami
untuk tanaman semusim mudah tererosi bergelombang tanahnya padas,
kemampuan menahan air rendah.

4. Lereng Miring dan Berbukit

Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis,
kemampuan menahan air rendah sangat mudah tererosi dan, sering banjir.
kandungan garam natrium tinggi

5. Datar

Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk
pertanian, selalu tergenang air dan tanahnya berbatu-batu

6.. Lereng Agak Curam

Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-
batu, erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.

7. Lereng Curam

Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu,
erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal, hanya untuk padang rumput

8. Lereng Sangat Curam


Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya berbatu dan
kemampuan menahan air sangat rendah tidak cocok untuk pertanian, lebih
sesuai dibiarkan (alami)

2.2 Kemampuan lahan atau Tanah

A. Pengertian dan kelas kemampuan lahan atau Tanah

Kemampuan lahan adalah penilaian lahan secara sistematis berdasarkan


atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam
penggunaannya secara lestari. Kemampuan Tanah adalah penilaian tanah
secara sistimatik dan pengelompokannya dalam beberapa kategori
berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan penghambat bagi
penggunaannya
Kelas kemampuan lahan terbagi atas VIII kelas. Dari kelas I s.d. IV dapat
digunakan untuk pertanian, sedangkan dari kelas V s.d. VII untuk padang
rumput, kelas VIII sebaiknya secara alami sebagai hutan lindung. Masing-
masing kelas dibagi lagi menjadi subkelas yaitu subkelas erosi, subkelas
genangan air, subkelas solum (penghambat perakaran) dan subkelas iklim.
Subkelas dapat diuraikan lagi menjadi beberapa unit.

a. Kelas I

Mempunyai sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Sifat-


sifatnya: topografi hampir datar, ancaman erosi kecil, mempunyai
kedalaman efektif, drainase baik, sudah diolah, kapasitas menahan air baik,
responsif terhadap pemupukan, tidak terancam banjir.

b. Kelas II

Memerlukan pengolahan yang hati-hati. Hambatan: lereng landai, lebih besar


kemungkinan ancaman erosi, struktur tanah kurang baik, mengandung
garam natrium, terancam banjir.

c. Kelas III

Mempunyai hambatan berat, walaupun dapat digunakan untuk tanaman


semusim. Hambatan: lereng miring dan bergelombang, peka terhadap erosi.
Lapisan padas keras, penuh air setelah drainase, kapasitas menahan air
rendah, kandungan natrium sedang.
d. Kelas IV

Hambatan dan ancaman disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-
faktor sebagai berikut: lereng miring atau berbukit, kepekaan erosi sangat
besar, lapisan tanahnya dangkal, kapasitas menahan air rendah, sering
mengalami banjir, kandungan natrium tinggi.

e. Kelas V

Terletak pada topografi yang datar dan tergenang air. Biasanya tanah
berbatu-batu. Hambatan dan ancaman tidak sesuai untuk pertanian.

f. Kelas VI

Tidak sesuai untuk pertanian, terletak pada lereng yang agak curam,
ancaman erosi berat, berbatu-batu.

g. Kelas VII

Hanya cocok untuk padang rumput, hutan produksi terbatas tanpa adanya
perlindungan. Sebaiknya dibiarkan secara alami.

h. Kelas VIII

Hanya cocok untuk hutan lindung, tempat rekreasi, cagar alam. Hambatan
terletak pada lereng yang sangat curam, berbatu, kapasitas menahan air
sangat rendah.

Tingkat subkelas merupakan bagian yang rinci dari tingkat kelas. Dasarnya
adalah faktor penghambat yang sama. Faktor penghambat itu
dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu: bahaya erosi (e), genangan air
(w), penghambat perakaran tanaman (s), dan iklim (c). Sub kelas ditulis di
belakang kelas, misalnya IIIe, artinya kelas III dengan faktor penghambat
adalah erosi.

Tingkat unit memberikan keterangan lebih spesifik dan detail dari suatu
subkelas. Dalam tingkat unit, kemampuan lahan diberi simbol dengan
menambah angka arab di belakang subkelas. Misalnya IIIe-1, mengandung
arti kelas III faktor penghambat erosi tingkatnya 1.

2.3 Kesesuaian Tanah atau Tanah


Klasifikasi kesesuaian lahan

Klasifikasi kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) dapat dipakai untuk
klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari
data yang tersedia.

Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan


berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif
(dengan angka-angka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan
ekonomi (biaya dan pendapatan). dengan memperhatikan aspek pengolahan
dan produktivitas lahan.

Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan


berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kualitatif (tidak
dengan angka-angka) dan tidak ada per hitungan-perhitungan ekonomi.
Biasanya dilakukan dengan cara memadankan (membandingkan) kriteria
masing-masing kelas kesesuaian lahan dengan karakteristik (kualitas) lahan
yang dimilikinya. Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor fisik
(karakteristik kualitas lahan) yang merupakan faktor penghambat terberat.

Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat)


kategori, yaitu:

Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu;

Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan; Sub-kelas :


menunjukkan jenis pembatas (penghambat) atau macam perbaikan yang
harus dijalankan dalam masing-masing kelas;

Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat


yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu subkelas.

Ordo dan kelas biasanya digunakan dalam pemetaan tanah tinjau, subkelas
untuk pemetaan tanah semi detil, dan unit untuk pemetaan tanah detil. Ordo
juga digunakan dalam pemetaan tanah pada skala yang lebih kasar
(eksplorasi).

1. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Ordo (Order)


Pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai
untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada 2 (dua) ordo yaitu.

Ordo S (sesuai); Lahan yang ternasuk ordo ini adalah lahan yang dapat
digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang
telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan
memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.

Ordo N (tidak sesuai): Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang
mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya
untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat digolongkan
sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi suatu usaha pertanian karena
berbagai penghambat, balk secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu,
dan sebagainya) maupun secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih
kecil dari biaya yang dikeluarkan).

2. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan
menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut
yang ditulis dibelakang simbol ordo, di mana nomor ini menunjukkan tingkat
kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya. Banyaknya kelas dalam
setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, tetapi dianjurkan hanya memakai tiga
sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas
terse but harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai
tujuan-tujuan penafsiran.

Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam
ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai
berikut:

1. Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai


pembatas (penghambat) yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap
produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.

2. Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai


pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau
keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3: sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan
keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan

4. Kelas N 1: tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas yang lebih besar, tetapi masih mungkin diperbaiki
dengan tingkat pengelolaan tinggi. Faktor pembatas sedemikian besarnya
sehingga tanpa pengelolaan tinggi, mencegah penggunaan lahan yang
lestari dalam jangka panjang.

5. Kelas N2: tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable).


Lahan mempunyai pembatas permanen yang sangat berat sehingga
mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka
panjang.

3. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Subkelas

Subkelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam


perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari
satu atau lebih subkelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis
pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan
setelah simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas
kedalaman efektif (s) dapat menjadi subkelas S2s. Dalam satu subkelas
dapat mempunyai satu, dua, atau paling banyak tiga simbol pembatas, di
mana pembatas yang paling dominan ditulis paling depan. Misalnya, dalam
sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan topografi (t) adalah pembatas yang
paling dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua
atau tambahan. Jika terdapat lebih dari tiga pembatas yang memenuh:
syarat, maka harus dipilih tiga pembatas terberat untuk dituliskan. di
belakang simbol kelas, sedang pembatas lainnya cukup dijelaskan dalam
uraian.

4. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Unit

Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari
subkelas berdasar atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada
dalam satu subkelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas
dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat subkelas.
Unit yang satu berbeda dengan unit lainnya karena kemampuan produksi
atau dalam aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering
merupakan pembedaan detil dari pembatas pembatasnya. Diketahuinya
pembatas secara detil memudahkan penafsiran dalam mengelola rencana
suatu usaha tani.

2.4 Erosi Tanah


Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es,
karakteristik hujan,creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh
gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,
dalam hal ini disebutbio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat
cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi adalah proses
pengikisan lapisan tanah oleh tenaga air. Erosi mengakibatkan hilangnya
lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur hara.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat
kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusiadalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk
menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah
dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena
struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman
pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi
erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman
pohon.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada
akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi
akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi
hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi
kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi,
begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau
batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam
tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga
mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah
bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga
sebaiknya diperhatikan.

Penyebab erosi tanah antara lain:

Tanah gundul atau tidak ada tanamannya;

Tanah miring tidak dibuat terasteras dan guludan sebagai penyangga air
dan tanah yang lurus;

Tanah tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi;

Pada tanah di kawasan hutan rusak karena pohonpohon ditebang secara liar
sehingga hutan menjadi gundul;

Pada permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembalaan liar


sehingga tanah atas semakin rusak

Sebagai usaha untuk mengurangi erosi tanah dapat dilakukan upayaupaya


konservasi. Tujuan konservasi tanah adalah untuk menjaga agar tanah tidak
tererosi. Usahausaha konservasi tanah ditujukan untuk menjegah
kerusakan, memperbaiki dan meningkatkan produktifitas tanah agar dapat
dipergunakan secara lestari. Ada empat jenis erosi tanah, yaitu:

1. Erosi percik (Splash Erosion)

Erosi percik adalah proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya
percikan air hujan. Percikan tersebut menyebabkan partikel-pertikel tanah
menjadi hancur dan kemudian diendapkan di tempat lain.

2. Erosi lembar (SheetErosion)

Erosi lembar adalah proses pengikisan lapsan tanah paling atas dan tipis
sehingga ketebalan tanahya berkurang. Ciri erosi lembar:

1. Air yang mengalir di permukaan tanah berwarna keruh (kuning


kecokelatan).

2. Warna tanah di sekitar wilayah tersebut menjadi lebih pucat.

3. Terdapat bercak-bercak di permukaan tanah.

4. Kesuburan tanah berkurang karena banyak unsur hara yang hilang.


3. Erosi Alur (Riil Erosion)

Erosi alur terjadi jika erosi lembar berlangsung terus, pengikisan tanah pada
saat air mengalir mengakibatkan terjadinya alur-alur yang searah dengan
kemiringan lereng daerah tersebut. Ciri-cirinya: alur-alur yang terbentuk oleh
pengikisan amat jelas dan bentuknya relatif lurus di daerah yang berlereng
dan berkelok.

4.Erosi Parit (Gully Erosion)

Terbentuknya erosi parit prosesnya sama dengan erosi alur, namun saluran
yang terbentuk pada erosi parit lebih dalam. Erosi ini umumnya terjadi pada
daerah dengan lereng yang terjal. Ciri-ciri: lereng-lereng yang tererosi
membentuk parit-parit yang dalam dengan penampang seperti huruf V atau
U.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi antara lain:

1. Iklim

Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan.
Butir-butir air hujan dapat mengikis permukaan tanah dan dihanyutkan oleh
aliran permukaan.

2. Tanah

Faktor tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur tanah, struktur tanah,
infiltrasi dan kandungan bahan organik.

3. Topogiafi

Pada lahan yang datar, percikan air dapat melebarkan partikel tanah ke
segala arah, sedangkan pada lahan yang miring partikel tanah banyak yang
terlempar ke arah bawah sesuai dengan kimiringan lereng.

4. Vegetasi

Vegetasi penutup tanah berfungsi menahan jatuhnya air hujan langsung ke


tanah dan menahan kecepatan aliran permukaan.
5. Campur tangan manusia

Kegiatan manusia yang kurang bijaksana dalam mengelola hutan dan


mengolah lahan berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan, terutama
terjadinya erosi. Contoh: penebangan hutan secara liar menyebabkan
terjadinya banjir bandang di beberapa wilayah di Indonesia.

Erosi tanah dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah. Ciri-


ciri tanah yang tingkat kesuburan tanahnya menurun antara lain:

1) Partikel-partikel tanahnya hanyut.

2) Terjadi perubahan struktur tanah.

3) Kapasitas infiltrasi menurun.

4) Terjadi perubahan profil tanah.

5) Unsur hara lenyap.

2.5 Konservasi Tanah dan Air


Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah
kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.

Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke
tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar
tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau.Konservasi tanah adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap
tanah secara teratur guna mengurangi dan mencegah tanah dengan cara
pelestarian atau adalah serangkaian strategi pengaturan untuk
mencegaherosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan
secara kimiawi ataubiologi akibat penggunaan yang berlebihan.

Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi


air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan
mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh
karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang
berhuibungan erat sekali; berbagai tindakankonservasi tanah adalah juga
tindakan konservasi air.

Dalam konservasi tanah yang dilakukan adalah menggunakan tanah


berdasarkan kemampuannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga supaya tanah
tidak rusak dan tetap produktif. Oleh karena itu, strategi dalam konservasi
tanah harus mengarah pada ketentuan sebagai berikut:

Melindungi tanah dari air hujan dengan penutup permukaan tanah.

Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi.

Meningkatkan stabilitas agregat tanah.

Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran


permukaan lahan.

Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai
berikut:

Metode Vegetatif

Metode vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau


bagian bagian tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir
hujan yang jatuh, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang
pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Dalam knservasi tanah dan air
metode vegeatif mempunyai fungsi melindungi tanah terhadap daya perusak
butir butir hujan yang jatuh dan melindungi tanah terhadap daya perusak air
yang mengalir di permukaan tanah serta memperbaiaki kapasitas infiltrasi
tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran
permuakaan.

Metode Mekanik

Adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam
konservasi tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan,
menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah
dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Meode
mekanik dalam konservasi tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan
tanah menurut kontur, guludan dan guludan bersaluran menurut kontur.

3. Metode Kimia

Adalah dengan menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini
disebut Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan
namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah
yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi
stabil.Misalnya salah satu usaha dalam penggunaan senyawa organic
sintetik.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Pengelolaan Lahan atau tanah adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik
yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi),
iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan,
tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan
pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur
tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan
akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah.

Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,


menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman
dan memberantas gulma (Arsyad, 1989). Pengendalian erosi secara teknis-
mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi
banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara
mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara
mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan
dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan
daya pengikisan tanah yang tidak merusak.

Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah


(pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga
terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan
memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di
permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di
daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah
terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan
penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada
daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif
untuk konservasi ini. Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan
tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang
meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut
Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang
lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian
erosi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

http://riskyridhaagriculture.blogspot.com/2011/12/klasifikasi-kemampuan-
tanah.html

http://endrymesuji.blogspot.com/2012/12/makalah-macam-macam-
pengolahan-lahan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi

http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?
display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi
%20Pokok/SMA/view&id=77&uniq=2499

Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

http://www.slideshare.net/cietera/konservasi-tanah-dan-air-15123685

http://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi_tanah

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/metode-konservasi-tanah-dan-
air.html

Você também pode gostar