Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49) :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar
dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi
modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang
merefleksi transaksi pemilik.
1. Modal Yuridis
2. Modal Setoran Lain
Modal Bentukan atau Laba Ditahan
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang
saham tersebut minimal adalah :
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi administrasi
keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu
dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk
ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal
setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan
perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam
keadaan luar biasa lainnya. Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara
yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah
rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk
ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum
yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah
minimal yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Pemesanan saham
Dividen saham.
Opsi saham.
Waran.
Saham treasuri.
1. Penyesuaian periode-lalu.
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.
3. Pengaruh perubahan akuntansi.
4. Kuasi-reorganisasi.
Kuasi-organisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk
merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset
dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.
Konsep Ekuitas
1. Definisi Ekuitas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) atau PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual
atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisi
ekuitas yang tidak berbeda denagn definisi menurut IAI. Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual
untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan
sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga
bergantung pada bagaimana asset dan kewajiban diukur.
2. Komponen Ekuitas
terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yang dihitung berdasar nilai pari (par value) menunjukkan
aktiva netto yang tidak dapat distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio
saham (additional paid in capital)
terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian
informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan
informasi ekuitas pemegang saham adalah menyelidiki akan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan
informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi
tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga
merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.
4. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi
berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Teori ini membahas pihak yang
dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian
sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.
a. Teori Propietary
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini
memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah : Aktiva-
hutang = modal. Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan
perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara
manajemen dengan pemilik.
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Terdapat
pemisahaan antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Dengan
demikian, transaksi / kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi yang
melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri
terpisah dari pemilik. Persamaan akuntansinya : Aktiva = Hutang + Modal atau Aktiva =
Modal (Hutang + Modal Pemilik)
Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan terbatas, tetapi juga
relevan untuk perusahaan lain yang memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.
Versi Baru Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Melihat pemegang ekuitas sebagai pihak
di luar perusahaan.
Menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori
entitas. Pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnya, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Jadi teori ekuitas residual merupakan
pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan
akuntansinya menjadi : Aktiva Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Tujuan pendekatan teori ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
d. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas,
tetapi kurang terdefinisikan dengan baik dalam skope maupun aplikasinya. Dalam teori ini,
perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan
dipandang sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi
banyak pihak yang berkepentingan. Konsep ini cocok diterapkan skala besar dan modern dan
memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada beberapa
kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori
enterprise adalah laporan keuangan nilai tambah yaitu laporan keuangan yang menunjukkan
kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai
tambah perusahaan.
e. Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi
personifikasi perusahaan sebagai unit ekonomi legal secara artifisal dalam teori entitas. Teori dana
berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut : Aktiva = Restriksi Aktiva
Konsep teori dana banyak digunakan di sektor pemerintahan dan lembaga nir-laba. Di dalam
pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum , dana pendapatan khusus,
dana proyek, dan dana pelunasan hutang jangka panjang.
MANAJEMEN
KEUANGAN
( DEVIDEN )
2.1 Pengertian Deviden
1. Dividen Kas
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dividen kas. Yang perlu
diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman
adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang yang ada mencukupi untuk
pembagian dividen tersebut.
Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang
dimiliki oleh PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan
mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut
3. Dividen Utang ( Scrip Dividends )
Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk
pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan
PT akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar
jumlah tertentu di waktu yang akan datang.
4. Dividen Likuidasi
5. Dividen Saham
Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat
dipengaruhi oleh kebijakan deviden.
Selain itu ada teori tentang kebijakan deviden yang dikemukakan oleh
Brigham (1989), beliau menyatakan bahwa dalam kebijakan deviden terdapat 3
teori :
1. Deviden irrelevance theory,
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama
teori ketidakrelevanan dividen (dividends irrelevance theory) ini adalah Merton
Miller dan Franco Modigliani (2001). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan
laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya
pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Keon et. al
(2000) menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada
hubungan antara kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama
bagusnya dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan
pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah pengembalian
berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen.
a) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk
pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya
nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang
mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan
hari ini.
c) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali
tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari
pajak keuntungan modal.
2. Likuiditas perusahaan
5. Pengendalian Perusahaan
Divident pay out yang konstan merupakan penetapan pembagian rasio yang
tetap terhadap keuntungan yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan
yang diperoleh persentase keuntungan yang dibagikan selalu sama. Sebagai
akibat maka jumlah uang yang dibayarkan akan berbeda tergantung pada
keuntungan yang diperoleh.
Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila ada
keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan menambahkan
dividen extra. Tujuan manajemen melakukan hal ini adalah untuk menghindari
konotasi dividen permanen.
1. Arus Kas
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas yang
dimaksud terdiri dari saldo kas dan rekening giro. Dengan demikian laporan arus
kas merupakan catatan yang melaporkan sumber- sumber utama penerimaan
kas perusahaan serta penggunaan (pengeluaran) utama pembayaran kasnya
untuk satu periode. Laporan arus kas harus disusun perusahaan sesuai
persyaratan dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai
bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan setiap dalam
pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian
laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun
terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue
producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha,
melunasi kewajiban dan untuk membagikan deviden kepada para investor.
CP adalah cash position atau posisi kas yang merupakan rasio kas akhir tahun
dengan earning after tax. Bagi emiten yang memiliki posisi kas yang semakin
kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Faktor ini
merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga
pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden. Deviden
merupakan cash out flow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan
akan makin besar kemampuannya untuk membayar deviden.
Arus kas adalah pergerakan ataupun aliran kas atau yang setara dengan kas,
baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar dari suatu perusahaan dan
mencakup transaksi kas yang dimasukan dalam penentuan laba bersih
(Manurung, 1998). Laporan arus kas dinilai banyak memberikan informasi
tentang kemampuan emiten dalam mendapatkan laba dan likuiditas dimasa
yang akan datang. Laporan aruskas memberikan informasi yang relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu emiten pada suatu periode tertentu,
dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi
pembiayaan dan investasi.
PSAK No. 2 menyatakan bahwa tujuan arus kas adalah memberikan informasi
tentang arus kas suatu emiten berguna bagi para pemakai laporan keuangan
sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
dan setara kas dan menilai kebutuhan emiten untuk menggunakan arus kas
tersebut. Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa arus kas mempunyai pengaruh
positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Ha1 : Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden
Payout Ratio.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset
perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan
Total assets. profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan didalam menghasilkan profit untuk setiap assets yang ditanam.
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna
bagi mereka yang berkepentingan dengan.
laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai
pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka, laba historis untuk
membantu meramalkan keadaan sebagai pengukuran keberhasilan serta
pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.
Salah satu konsep perilaku adalah kemampuan ramal. Laba bersih selama
periode berguna untuk meramalkan laba operasi perusahaan yang akan datang,
jika faktor-faktor lainnya ikut dipertimbangkan para investor mungkin tertarik
dalam meramalkan laba atau dividen.
Fisher dan Bedford (Anis Chairiri dan Imam Ghozali, 2001) menyatakan bahwa
pada dasarnya ada 3 konsep laba yang umumdibicarakan dan digunakan dalam
ekonomi. Konsep laba tersebut ialah :
1. Pysical Income, yang menunjukkan konsumsi barang atau jasa yang dapat
memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
Laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : harga jual produk, biaya dan
volume penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba
yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan
volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume
produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama
lain (Mulyadi, 1993:223).
3. Growth
Growth menunjukan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang
digunakan untuk aktifitas operasional perusahaan.theory free cash flow
hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa
perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi memiliki free cash
flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi
pada proyek yang memiliki nilai NVP positif. Manajer dalam bisnis perusahaan
dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan
pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang labih baik dalam
pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas ,1998 )
menurut teori residual devidend, perusahaan akan membayar devidennya jika
hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan
dan pembayaran deviden.
4. Size
Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu
perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan
perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal
merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang
atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut
memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal
yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan
meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Definisi stock
split menurut Abdul Halim (2005:97) adalah pemecahan jumlah lembar saham
menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal
yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Tujuan dilakukan
pemecahan saham adalah untuk menjaga harga agar saham tidak terlalu tinggi
sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan.
Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya
dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika batas
waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal
lama tidak bisa diperdagangkan di bursa. Sedangkan menurut Irham & Yovi
(2009: 106) stock splitadalah peningkatan jumlah saham beredar dengan
mengurangi nilai nominal saham; misalkan nilai nominal satu saham dibagi
menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masing-masing memiliki nilai
nominal setengah dari nilai nominal awal.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang
ditetapkan menjadi berubah tetap dilain pihak jumlah lembar saham yang
beredar bertambah pula. Oleh karena itu jumlah nilai pari atau nilai yang
ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalamiperubahan.Salah satu alasan
perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga pasar saham-
sahamnya. Hal ini terjadi apabila perseroan tidak menghendaki harga pasar yang
terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap
saham yang dikeluarkan perseroan yang bersangkutan. Stock split yang
dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi
dua (two for one stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua
lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai
nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya.
Begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga (three for one
stock), pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu
lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah
sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan, yaitu
Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwo Adi Wibowo
(2004;4) menyatakan bahwa stock split merupakan kebijakan perusahaan
yang go publik (emiten) yang melakukan perubahan terhadap jumlah saham
yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan faktor
pemecah (split factor).
Stock Repurches ini merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan
untuk mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan kepada para
pemegang sahamnya selain dalam bentuk deviden. Pada saat membeli kembali
sahamnya, biasanya perusahaan akan membalinya dengan harga di atas harga
pasar. Kelebihan atas harga pasar inilah yang menjadi keuntungan bagi para
pemegang saham yang dikenal dengan istilah capital gain
2. Laverage Hypothesis
Kegiatan stock repurchase dapat meningkatkan financial laverage. Pada saat
perusahaan membagi kelebihan jumlah kapitalnya, dalam hal ini
melakukan stock repurchase, maka nilai ekuitas perusahaan akan menurun,
sehingga dept ratio perusahaan akan meningkat. Peningkatan ini berate pula
meningkatkan leverage perusahhan. Perusahaan akan lebih suka untuk
melakukan stock repurchase jika rasio leverage-nya di bawah angka yang
ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang optimal.
3. Reissue hypothesis
Stock repurchase dilakukan perusahaan untuk menyediakan sejumlah saham
sebagai keperluan program pensiun, bonus, stock option, atau bentuk stock
reissueyang lainya.
4. Investment hyphotesis
Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan berinvestasi akan menggunakan
kelebihan kas yang dimilikinya untuk membeli kembali saham perusahaanya.
Smith (1990) menyebutkan bahwa stock repurchase adalah suatau cara bagi
perusahhan untuk memberikan sinyal pada para pemegang saham bahwa
perusahaan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih
besar pada masa yang akan dating. Asqulin dan Mullin (1986) juga menyebutkan
bahwa stock repurchase merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan
bahwa sahamnya memiliki intrinsic yang lebih besar daripada harga pasarnya,
sehingga perusahaan mau untuk membeli kembali sahamnya dengan harga
premium atau di atas harga pasar.
1) Tender Offer
2) Open-market Repuurchase
3) Dutch Auction
5) Private Repurchase
Pajak yang dikenalkan kepada investor terhadap deviden yang diterima adalah
sebesar personal income tax rate, sedangkan pajak yang dikenakan atas
keuntungan dari stock repurchase adalah pajak capital gain. Hal ini
menguntungkan bagi para investor karena pajak personal income tax biasanya
memiliki tingkat yang lebih besar bila dibandingkan dengan pajak capital gain
b) Dengan stock repurchase para pemegang saham dapat memilih untuk menjual
sahamnya atau tidak. Dibandingkan dengan deviden, pemegang saham harus
menerima deviden tersebut dan membayar pajaknya
b) Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai saham untuk
programstock option. Para manajer keuangan berpendapat bahwa akan lebih
tepat dan murah jika menggunakan saham yang dibelinya kembali dibandingkan
bila menerbitkansaham baru untuk program stock option tersebut
c) Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki oleh para manajer
dalam perusahaan , maka mereka akan memilih stock repurchase dibandingkan
deviden karena keuntungan pajak diperoleh
Kebijakan Dividen
Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang.
Sementara itu jika diperhatikan model harga saham untuk satu perusahaan yang
mengalami pertumbuhan konstan menunjukkan bahwa pembayaran dividen
yang lebih besar cenderung akan meningkatkan nilai saham. Kemudian
meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Namun
pembayaran dividen yang semakin besar juga akan mengurangi kemampuan
perusahaan untuk investasi sehingga justru akan menurunkan tingkat
pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan nilai saham.
Dengan demikian penundaan pembayaran dividen kepada pemegang saham
untuk keperluan investasi yang menguntungkan (apabila return lebih besar dari
biaya modal) akan menaikkan harga saham (pada pasar modal yang sempurna).
Pada pasar modal yang tidak sempurna, pembayaran dividen untuk menaikkan
nilai saham akan sangat merugikan karena harus membayar biaya fluktuasi.
Pembatasan Masalah.
Ada berbagai pendapat ahli atau teori tentang kebijakan dividen sebagai
berikut :
b. Teori Dividen yang Relevan (The Bird in the Hand) dari Gordon
dan Lintner.
Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik
jika presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk
uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio) rendah, karena investor lebih
suka menerima dividen dari pada Perolehan modal (Capital Gains).
Investor memandang keuntungan dividen (dividend yield) lebih pasti dari
pada keuntungan capital gains (capital gains yield). Perlu diingat bahwa
dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan adalah
tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Laba ditahan
adalah keuntungan dari dividen ( dividend yield )
ditambah keuntungan dari capital gains ( capital gains yield ).
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti
dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan diveden pada
umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap
sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada
capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang
diatas biasanya merupakan suatu tanda kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen
masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan
dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya ) diyakini investor
sebagai suatu tanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen
waktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain, teori ini juga sulit dibuktikan secara
empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa
informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga
setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan
oleh efek tanda atau disebabkan karena efek tanda dan preferensi
terhadap dividen.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanjut usia
dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak
tinggi lebih menyukai perolehan modal (capital gains) karena dapat
menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan
membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang
dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi
menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil, demikian sebaliknya. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi
di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi
total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan
memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan
dana intern akan semakin besar. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus
dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan
struktur modal secara keseluruhan.
1) Aturan-aturan Hukum.
b. Aturan Insolvensi.
3) Likuiditas.
6) Pengendalian.
Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar,
maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui
penjualan saham agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang
menguntungkan. Berdasarkan situasi semacam ini, pihak yang memiliki kendali
atas perusahaan dapat terdilusi jika pemegang saham mayoritas tidak dapat
memesan saham tambahan. Para pemegang saham ini mungkin lebih
menginginkan pembayaran dividen dalam jumlah rendah melakukan pendanaan
investasi melalui laba ditahan. Kebijakan semacam ini mungkin tidak akan
memaksimalkan kesejahteraan seluruh pemegang saham, tetapi tetap paling
menguntungkan bagi kepentingan para pemegang saham mayoritas.
Bagi investor, dengan adanya stock dividen ini maka ia tidak memperoleh
apa apa kecuali tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan juga
tidak mengalami perubahan. Apabila faktor lain tetap, maka penambahan jumlah
lembar saham yang beredar akan mengakibatkan harga pasar saham akan
turun, sehingga nilai keseluruhan bagi investor tidak mengalami perubahan.
Stock splits adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan
perubahan jumlah saham yang beredar, sesuai faktor pemecahnya. Dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal
yang lebih kecil (split up) dan peningkatan nilai nominal saham (split down).
Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat
proporsional dengan penurunan nilai nominal saham (split up), atau sebaliknya
(split down). Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham
dalam trading range tertentu.
Misalkan PT. X menentukan stock splits dari 1( satu) lembar saham menjadi
2 (dua) lembar saham.
Setelah stock split, maka nilai nominal saham berkurang dari Rp 5.000,- per
lembar menjadi Rp 2.500,-. Tetapi saham biasa capital surplus dan laba ditahan
tidak mengalami perubahan. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham
setelah stock split jumlah lembar saham yang dimiliki akan menjadi 200 lembar,
meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan.
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nominal yang
lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan
meningkat melalui penurunan secara proporsional atas nilai nominal saham.
Tujuannya adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam kisaran
perdagangan tertentu yang lebih diminati) , sehingga (diharapkan) akan menarik
lebih banyak pembeli.
Misalkan PT. X memiliki laba dan harga pasar saham sebagai berikut :
Apabila price earning ratio perusahaan tidak berubah sebesar 12 kali, maka
harga pasar saham secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yakni
sebesar Rp 83,33 x 12 = Rp 1.000,- Dengan demikian yang diterima investor
baik lewat pembagian dividen maupun pembelian kembali adalah sama sebesar
Rp 40,-.
Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Yang pertama perusahaan memberikan penawaran atau membeli langsung
dipasar. Dengan tender penawaran perusahaan membuat penawaran formal
kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya pada tingkat
harga tertentu. Harga itu biasanya sedikit di atas harga pasar saat ini, kemudian
pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli
perusahaan. Cara lain adalah dengan membeli langsung di pasar modal dalam
hal ini peran pialang, broker akan membantu. Sebagai imbalannya perusahaan
memberikan fee sebesar presentase tertentu. Sebelum perusahaan melakukan
pembelian saham sebaiknya perusahaan memberikan informasi terlebih dahulu
kepada pemegang saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian
kembali saham perusahaan.
PEMBAHASAN
Secara teoritis, dividen saham atau pemecahan saham bukanlah hal yang
memiliki nilai bagi para investor. Mereka menerima kepemilikan tambahan
saham biasa, tetapi porsi kepemilikan mereka atas perusahaan tidak berubah.
Harga pasar saham akan menurun secara proporsional, hingga nilai total saham
yang dimiliki tiap pemegang saham akan tetap sama.
Sesudah adanya dividen saham sebesar 5%, harga saham akan turun
menjadi Rp.4.760, tetapi nilai total kepemilikan saham masih tetap
Rp.3.000.000.000 seperti berikut :
Berdasarkan kondisi ini, dividen saham tidak mewakili hal yang bernilai
bagi investor. Mereka hanya memiliki lebih banyak lembar saham yang
membuktikan tingkat kepemilikan yang sama. Secara teoritis, dividen saham
atau pemecahan saham murni merupakan perubahan yang bersifat pelengkap
saja.
Jika perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak cukup banyak peluang
investasi yang menguntungkan untuk mendukung penggunaan dana ini,
mungkin pemegang saham memang ingin agar dana ini didistribusikan.
Distribusi ini dapat diwujudkan baik dengan pembelian kembali saham atau
dengan membayarkan dana dalam bentuk kenaikan deviden. Jika tidak terdapat
pajak penghasilan perorangan dan biaya transaksi, kedua alternatif tersebut
seharusnya secara teoritis tidak menimbulkan perbedaan bagi pemegang
saham.
Dengan pembelian kembali, akan lebih sedikit saham yang beredar, dan
laba per lembar saham, serta pada akhirnya, dividen per saham akan naik.
Akibatnya, harga per lembar saham akan naik juga. Secara teoritis, keuntungan
modal dari pembelian kembali haruslah sama dengan dengan dividen yang
seharusnya dibayar.
1). Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi
sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali
sahamnya.
2). Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian
investor menyukai dividen.
1). Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan
di masa mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil
( pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat
memberi petanda negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik
untuk mendistribusikan penghasilan yang diatas normal ( extraordinary
earnings ) kepada pemegang saham.
4). Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika
perusahaan membutuhkan tambahan dana.
The dividend should be distributed to the shareholders in order to maximize their wealth as
they have invested their money in the expectation of being made better off financially (Prasanna
Chandra;1997 dalam Azhagaiah dan Sabari:181).
Kebijakan dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:253) merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakn dividen (dividend policy)
merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Kebijakan dividen menurut Gitman (2000) dalam Lani Siaputra (2005:72) adalah rencana
tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.
Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002:305), perusahaan akan tumbuh dan berkembang,
kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang
ditahan dan laba yang dibagikan.Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu
sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar
pembiayaan perusahaan yang berasal dari: laba yang ditahan di tambah penyusutan aktiva
tetap, maka makin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh
perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan
besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan
perusahaan.
Menurut James C. Van Horne (2002), evaluasi pengaruh rasio pembayaran dividen terhadap
kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan melihat kebijakan dividen perusahaan sebagai
keputusan pendanaan yang melibatkan laba di tahan. Setiap periode, perusahaan harus memutuskan
apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada
pemegang saham sebagai dividen. Sepanjang perusahaan memiliki proyek investasi dengan
pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk mendanai proyek
tersebut. Jika terdapat kelebihan laba setelah digunakan untuk mendanai seluruh kesempatan
investasi yang diterima, kelebihan itu akan di distribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen kas. Jika tidak ada kelebihan, maka dividen tidak akan di bagikan.
Kebijakan dividen dalam Werner R.Murhadi (2008:4) merupakan suatu kebijakan yang
dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan
dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan
pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya
perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang
mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa
perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan
untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen,
memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah
dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode
sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang
semakin tinggi.
Dividend is the share of a company's net profits distributed by the company to a class of its
stockholders. The dividend is paid in a fixed amount for each share of stock held. Although most
companies make quarterly payments in cash (checks), dividends also may be in the form of property,
scrip, or stock (Farlex Financial Dictionary,2009).
Dividend Policy is the amount of a dividend that a publicly-traded company decides to pay out
to shareholders. The dividend policy may change from time to time. Factors affecting a dividend
policy include the company's earnings for the relevant period and its expected performance in the
near future. Many companies, especially startups, have a rather stingy dividend policy because
they plow back much of their earnings into further development. Established companies, such as blue
chips, tend to have relatively liberal dividend policies. However, some research, notably Miller and
Modigliani's irrelevance proposition, suggests that a company's dividend policy does not impact its
performance in any way. See also: Dividend clientele, Signaling approach (Farlex Financial
Dictionary,2009).
Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar.
Menurut Arifin (1993) dalam Nurhidayati (2006:24), pengumuman dividen dan pengumuman laba
pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para
manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan.
Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:255-256) sejauh ini pembahasan dividen hanya
menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan
suatu kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan
kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Beberapa pertimbangan manajer
dalam pembayaran dividen antara lain:
1. Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar
dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru
sisanya untuk pembayaran dividen.
2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena
dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas
perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila
manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar
mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam
jumlah yang besar.
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan
terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan
untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang,
manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap
pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan
perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase
maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn perusahaan dapat
menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian
manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham.
Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.
5. Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin
menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan investasi yang menguntungkan.
Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur. Biasanya tiap setengah tahun atau
tiap satu tahun. Pembayaran dividen menjadi sulit karena komposisi pemegang saham berubah-
ubah. Pengukuran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah. Karena cepatnya perpindahan
pemegang saham maka sulit untuk dipantau daftar pemegang saham. Dividen mengkin dapat
diberikan kepada pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham (Sunariyah, 2004).
Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan
kebijakan dividen menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002) antara lain:
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk
membayar dividen makin kecil
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk
dividen.
Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain: laba.
Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol
dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam kebijakan dividen adalah:
1. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan
maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos laba ditahan dalam neraca.
2. Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba
ditahan dari yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva
lainnya; laba tersebut tidak di simpan dalam bentuk kas.
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis
pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar
hutang itu pada soal jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.
4. Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk
membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham atau menggunakannya di
perusahaan tersebut.
Hal yang paling penting dari kebijakan dividen adalah apakah memungkinkan untuk
mempengaruhi kekayaan pemegang saham dengan mengubah rasio pembayaran dividen, yaitu
kebijakan dividen (J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998:105).
Beberapa teori kebijakan dividen yang di kemukakan oleh Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002)
antara lain:
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyataannya sulit ditemui pasar
modal yang sempurna.
b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation cost) itu masih
ada.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi perusahaan pasti
berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan
menunjukkan bahwa adanya: biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada
kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru.
Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham
baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen
(Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.,2002: 312-313).
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri (K s) perusahaan akan naik jika Dividend
Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain.
Karena dividend yield lebih pasti.
Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena
akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama
atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak terhadap dividen dan
capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.
Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikan harga saham.
Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan
suatu signal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu
penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna dividen atau kenaikan
dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa perusahaan
menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.
Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Dividend signaling
theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash dividend mempunyai kandungan
informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa
informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek
perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymetric
information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen
sebagai sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap
sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan
reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai
sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga
menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Suluh Pramastuti,2007:8).
5. Teori clientele effect
Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda
Jika ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih
senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan demikian, maka kelompok pemegang
saham yang dikenakan pajak lebih tinggi menyukai capital gain.
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Berikut ini beberapa bentuk kebijakan dividen menurut
Sutrisno (2003) adalah:
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap perlembarnya
untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini
dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan
peningkatannya baik dan stabil, maka deviden juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya
dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan
oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni (1) bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen
yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, (2) bisa memberikan kesan
kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang,
(3) akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen
selalu dibayarkan.
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan
jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh
perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian
pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut dividend payout ratio (DPR).
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen
per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividend bila keuntungannya
mencapai jumlah tertentu.
Kebijakan dividen stabil menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.(2002: 317) adalah jumlah
dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif lengkap selama jangka waktu tertentu
meskipun laba per lembar saham per tahunnya berfluktuatif.
Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M., (2002) alasan-alasan dilaksanakannya kebijakan
pembayaran dividen stabil adalah:
1. Memberikan penjelasan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di
masa-masa mendatang.
2. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen.
3. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya diijinkan menanamkan dananya
dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran
dividen yang stabil.
Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang
bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan yang harus mampu menentukan
kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa
yang akan datang agar memaksimumkan harga saham.
Dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan kebutuhan investasi suatu
perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga sulit untuk menentukan jumlah dividen
tetap yang tinggi. Di pihak lain, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi
untuk menyalurkan dana yang tidak di butuhkan untuk investasi (J. Fred Weston dan Thomas E.
Copeland (1998)
Hubungan positif antara kebijakan pembayaran dividen dan pergerakan harga saham telah
didokumentasikan oleh beberapa peneliti. Studi klasik yang dilakukan oleh Linter (1956) dalam
Werner R. Murhadi (2008) memperoleh hasil :
1. Seberapa banyak laba yang harus dibagikan secara rata rata selama jangka waktu
tertentu?
2. Apakah pembagian itu sebaiknya dalam dividen tunai atau pembelian kembali?
Dalam menentukan jumlah kas yang akan dibagikan pada pemegang saham, manajer keuangan
harus ingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan pemegang saham sehingga Rasio
Pembayaran yang Ditargetkan (target payout ratio) yang didefinisikan sebagai presentase dari laba
bersih yang harus dibayarkan sebagai dividen tunai dan sebagian besar harus didasarkan pada
prefensi investor atas dividen lawan keuntungan modal. Prefensi ini dapat dipertimbangkan dalam
pengertian model penilaian saham dengan pertumbuhann konstan :
D1
P0
Ks - g
Jika perusahaan menaikkan rasio pembagian D1 akan naik. Kenaikan dalam pembilang ini saja akan
mengakibatkan harga saham naik. Namun jika dividen tunai meningkat, makin sedikit dana yang setia
untuk reinvestasi, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah untuk masa
mendatang dan akan menekan harga saham.
Dengan demikian Kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang
memaksimumkan harga saham.
Ku(t+1)=
pi(t)
dimana,
Diperkirakan ada tiga jenis tarif pajak: (1)tarif pajak proposional (T c), (2) tarif pajak penghasilan
pribadi dari obligasi, dividen, dan upah (T p), dan (3) pajak keuntungan modal (Tg)
Sepanjang ( Tp>Tg ), maka pemegang saham akan lebih menyukai perusahaan yang tidak
membayarkan dividen. Mereka akan lebih untung jika dana tetap pada perusahaan atau dibayarkan
melalui pembelian kembali saham yang beredar. Dengan demikian mereka membayar pajak atas
keuntungan modal, yang lebih rendah daripada pajak pemghasilan biasa.
Kasus 1. jika perusahaan membayar semua arus kasnya sebagai dividen, pemegang saham ke-i
akan menerima sesudah pajak, Ydi:
Dc = hutang perusahaan
Kasus 2. jika perusahaan tidak membayar ividen, diasumsikan semua keuntungan modal dinikmati
oleh penanam modal dan terkena tarif pajak keuntungan modal, maka:
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh
Pendukung utama teori ini adalah Merton Milller dan Franco Mondigliani (MM). Mereka
berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba dan resiko bisnisnya.
Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak membayar dividen , seorang pemegang saham yang
menginginkan deviden sebesar 5% akan dapat menciptakannya sendiri dengan cara menjual 5%
sahamnya, sebaliknya jika perusahaan membayar deviden lebih besar dari yang diinginkan investor,
ia akan menggunakannya untuk membeli lebih banyak saham perusahaan.
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih
menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi.
1. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan
modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai
waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang
lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
3. Jika selembar saham dimiliki seseorang sampai meninggal sama sekali tidak ada pajak
keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan
nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka
terhindar dari pajak keuntungan modal.
Karena adanya keuntungan keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan
menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian maka para investor akan mau membayar
lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada perusahaan sejenis yang
pembagian dividennya tinggi.
Ketiga teori ini memberikan saran yang saling bertentangan bagi para manajer perusahaan banyak
pengujian empiris yang telah dilakukan tetapi hasil hasilnya belum jelas. Ada dua alasan untuk ini :
untuk pengujian statistik yang sah, hal hal selain dari kebijakan dividen harus konsisten
yaitu perusahaan yang dijadikan sampel haru berbeda hanya dalam kebijakan dividennya.
harus mampu mengukur biaya ekuitas untuk perusahaan yang dijadikan sampel
Perbedaan individu lebih menjelaskan mana keputusan akhir yang akan diambil investor dalam
menentukan investasinya.
Adalah teori yang menyatakan bahwa invetor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari
prakiraan manajemen atas laba. Ketika MM mengemukakan teori ketidakrelevannan dividen, mereka
mengasumsikan bahwa setiap investor dan juga manager mempunyai informasi yang sama
mengenai pendapatan dan dividen perusahaan di masa datang. Namun pada kenyataannya, investor
yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda tentang tingkat pembayaran dividen di masa
datang dan ketidakpastian yang melekat dalam pembagian tersebut, dan manajer mempunyai
informasi yang lebih baik mengenai prospek masa depan daripada pemegnag saham. Kenaikan
dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga saham, sementara pemotongan dividen umumnya
menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan para investor lebih menyukai dividen
daripada keuntungan modal. Sedang MM menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan
dalam kebijakan dividen tidak harus menunjukkan investor lebih menyukai dividen daripada laba
ditahan, sebaliknya perubahan harga saham sesudah pembagian dividen hanya menunjukan
ada kandungan informasi atau pengisyaratan uang penting dalam pengumuman dividen tersebut.
1. Pengaruh Klientele
Yaitu kecenderungan perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan
dividennya. Kelompok yang berbeda atau clientele dari pemegang saham menyukai kebijakan dividen
yang berbeda. Sebagai contoh, penerima pension dan dana bantuan universitas, lebih menyukai
pendapatan tunai, sehingga mereka mungkin menghendaki agar perusahaan membagikan
persentase yang besar dari labanya. Di lain pihak, pemegang saham yang berada dalam tahun-tahun
puncak keuntungan mungkin lebih memilih reinvestasi, karena mereka tidak begitu membutuhkan
pendapatan dari investasi dalam periode berjala. Mengingat pemegang saham dapat berpindah-
pindah perusahaan, sebuah perusahaan dapat mengubah satu kebijakan pembayaran dividen ke
yang lainnya dan membiarkan pemegang saham yang tidak menyukai kebijakan tersebut menjual
sahamnya kepada investor lain yang menyukainya. Namun peralihan tidak efisien karena (1) adanya
biaya pialang, (2) kemungkinan bahwa pemegang saham yang menjual saham tharus membayar
pajak keuntungan modal, dan (3)adanya kemungkinan kekurangan investor yang menyukai kebijakan
dividen yang baru.
STABILITAS DIVIDEN
Stabilitas dividen penting. Laba dan arus kas yang berubah-ubah sepanjang waktu, demikian juga
peluang investasi. Jadi, memaksimalkan harga saham mengharuskan perusahaan menyeimbangkan
kebutuhan dana untuk internal dan keinginan para pemegang sahamnya.
Kebijakan dividen saat ini dikatakan stabil apabila meningkatkan dividen pada laju yang
mantap.
Kebijakan paling stabil pertama, dari sudut pandang investor, yaitu kebijakan perusahaan yang
tingkat pertumbuhan dividennya dapat diramalkan, seperti total pengembalian perusahaan itu akan
relative stabil dalam jangka panjang dan sahamnya merupakan penangkal baik terhadap kenaikan
inflasi.
Kebijakan paling stabil kedua, adalah bila pemegang saham mendapat cukup kepastian bahwa
dividen saat ini tidak akan dikurangi, jumlahnya mungkin tidak bertumbuh pada tingkat yang mantap,
tetapi manajemen mungkin akan mampu menghindari pemotongan dividen.
Situai paling tidak stabil, yaitu bila laba dan arus kas begitu mudah berubah sehingga investor tidak
dapat mengandalkan perusahaan untuk mempertahankan dividen saat ini.
Biaya ekuitas diminimumkan dan harga saham dimaksimumkan, jika suatu perusahaan ingim
berusaha sedapat mungkin menjaga kestabilan jumlah dividennya.
Muatan Informasi. Jika laba perusahaan menurun namun perusahaan tidak mengurangi
dividennya, pasar akan memiliki kepercayaan yang lebih tinggi terhadap saham. Dividen
stabil berpandangan bahwa masa depan perusahaaan lebih baik daripada yang direfleksikan
oleh penurunan laba. Maka manajemen dapat mempengaruhi harapan investor melalui
informasi yang terkandung pada dividen.
Keinginan Memperoleh Penghasilan saat ini. Walaupun investor dapat menjual sebagian
saham biasa mereka untuk memperoleh penghasilan pada saat dividen tidak mencukupi saat
ini, banyak investor enggan memakai uang pokok. Mereka sadar penghasilan menempatkan
nilai yang lebih tinggi bagi dividen stabil.
Yaitu suatu model di mana dividen yang dibayarkan ditetapakan sama dengan laba actual dikurangi
dengan jumlah laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran modal perusahaan yang optimal.
Bagi perusahaan tertentu, rasio pembayaran yang optimal merupakan fungsi dari empat factor:
Ketiga elemen terakhir merupakan model dividen residual. Dalam model ini, ketika mengambil
keputusan atas rasio pembagian yang ditargetkan, suatu perusahaan mengikuti empat langkah:
ii. Menentukan jumlah sekuritas yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut, sesuai dengan
struktur modal yang ditargetkan,
iii. Sedapat mungkin menggunakan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan ekuitas,
iv. Membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia daripada yang dibutuhkan untuk
mendukung anggaran modal yang optimal.
Dividen jelas lebih tergantung apda arus kas, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen, dibanding pada laba, yang sangat dipengaruhi oleh praktek akuntansi serta hal-
hal lain yang tidak mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen.
2. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham, yaitu jika perusahaan mencatat seorang pemegang
saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak menerima
dividen.
3. Tanggal Pemisahan Dividen, yaitgu tanggal saat dividen dipisahkan dari saham.
4. Tanggal Pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek
dividen.
2. Rasio pembayaran dividen. Kebijakan ini tidak akan memaksimumkan nilai saham, karena
pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberi informasi mengenai prospek
perusahaan pada masa mendatang dan karena kebijakan ini mempengaruhi investasi.
Kebijkan dividen dapat diubah, namun dapat menimbulkan masalah karena dapat mengganggu
pemegang saham perusahaan, mengirimkan isyarat yang tidak diinginkan, dan menyampaikan pesan
ketidakstabilan dividen, yang semuanya dapat mempunyai implikasi negative pada harga saham.
Yaitu suatu rencana yang memungkinkan pemegang saham untuk secara otomatis menginvestasikan
kembali dividennya dalam bentuk saham perusahaan yang membayarkan.
1. DRP yang melibatkan saham lama, apabila pemegang saham memilih reinvestasi, suatu
bank, yang bertindak selaku perwalian, mengambil seluruh dana yang tersedia untuk
diinvestasikan kembali, membeli saham perusahaan di pasar terbuka, dan mengalokasikan
saham yang dibeli ke rekening pemegang saham yang ikut serta atas dasar pro rata.
2. DRP yang melibatkan saham baru, menyediakan dividen untuk diinvestasikan di dalam
penerbitan saham baru, karenanya rencana ini menambah modal baru bagi perusahaan.
Undang-undang
Undang-undang menetapkan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun
laba tahun lalu yang ada di pos laba ditahan di neraca.Peraturan pemerintah menekankan tiga hal :
1. Peraturan laba bersih. Menyatakan bahwa dividen dapat dibayar dari laba saat ini atau tahun
lalu.
2. Larangan pengurangan modal, melindungi pemberi kredit karena adanya larangan untuk
membayar dividen dengan mengurangi modal (membayar dividen dengan modal akan berarti
membagi modal suatu perusahaan bukan membagikan laba).
3. Peraturan kepailitan, menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat membayar dividen pada
saat pailit.( kepailitan terjadi karena kewajiban lebih besar daripada aktiva, membayar dividen
pada saat ini akan berarti memberi dana kepada pemegang saham yang sebenarnya milik
pemberi kedit).
Posisi Likuidita
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan dalam menjalankan
usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan dalam bentuk aktiva dan tidak disimpan
dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan
mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya.
Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan dibuat untuk melindungi
kedudukan pemberi pinjaman, biasa menyatakan bahwa:
Dividen di masa datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan
perjanjian hutang, jadi dividen tidak dapat dibayarkan dari laba ditahan tahun-tahun lalu.
Dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal bersih berada di bawah suatu jumlah yang telah
ditentukan.
Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhan untuk membiayai
ekspansinya aktivanya. Bila kebutuhan dana di masa depan semakin besar perusahaan akan
cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya. Apabila perusahaan mencari dana luar,
maka sumbernya adalah pemegang saham saat itu yang mengetahui keadaan perusahaan. Tetapi
jika laba dibayarkan sebagai dividen dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya
sebagian saja yang tersisa untuk reinvestasi.
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas
akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain dari
pendanaan. Perusahaan yang sudah mapan akan memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih
tinggi.
Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan perusahaan sebagai suatu perusahaan
penyimpan uang yang dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi,
peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadpa penghasilan
yang diakumulasikan secara tidak benar.
a. Kontrak utang. Biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan setelah pinjaman
diberikan. Kontrak utang juga seringkali mengisyaratkan bahwa tidak ada dividen yang dapat
dibagikan kecuali kalau rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga, dan rasio-rasio pengaman
lain melebihi batas minimum yang ditetapakan.
b. Pembatasan saham preferen. Biasanya, dividen saham biasa tidak dapat dibayarkan jika
perusahaan belum mambayarkan dividen untuk saham peferennya. Dividen saham preferen yang
tertunggak harus dilunasi sebelum dividen saham biasa dibayarkan.
c. Ketidakcukupan laba. Pembayaran dividen tidak boleh melebihi laba yang ditahan pada pos neraca.
d. Ketersediaan kas. Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas. Jadi, kekurangan kas di
bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal itu bias diatasi apabila perusahaan
memperoleh pinjaman.
e. Denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar. Untuk mencegah agar orang kaya tiak
menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat ketentuan
khusus mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar. Jadi, apabila direktorat pajak dapat
menunjukan bahwa rasio pembayaran dividen perusahaan sengaja dibuat rendah untuk menolong
para pemegang saham menghindari pajak pribadi, perusahaan tersebut akan dikenakan denda yang
berat.
Peluang Investasi
a. Letak dari daftar IOS. Semakin ke kanan, cenderung menghasilkan target rasio pembayaran dividen
yang rendah, dan sebaliknya.
b. Kemungkinan untuk mempercepat atau menunda proyek. Kemampuan ini akan memungkinkan
perusahaan untuk lebih konsisten dengan kebijakan dividen yang stabil.
a. Biaya penjualan saham baru. Bila ingin membiayai sejumlah investasi tertentu, perusahaan dapat
memperoleh ekuitas dengan menahan laba atau dengan menjual saham biasa yang baru. Jika biaya
pengambangan tinggi, ke pun akan menjadi lebih tinggi daripada k s, sehingga perusahaan itu lebih baik
menetapkan rasio pembagian dividen yang rendah serta melakukan pembiayaan melalui penahanan
laba, bukan melalui penjualan tambahan saham biasa.
b. Kemampuan untuk mensubtitusi ekuitas dengan utang. Suatu perusahaan dapat membiayai
sejumlah investasi tertentu baik dengan utang ataupun ekuitas. Biaya pengambangan saham yang
rendah memungkinkan kebijakan dividen yang lebih fleksibel karena ekuitas dapat ditingkatkan baik
dengan menahan laba ataupaun dengan menjual saham baru. Begitu pun pada kebijakan utang: jika
perusahaan dapat menyesuaikan rasio utangnya tanpa menaikkan biaya mencolok, perusahaan itu
dapat mempertahankan dividen tunai yang konstan, sekalipun labanya berfluktuasi, dengan
menggunakan rasio utang variabel.
c. Pengendalian. Apabila manajemen peduli akan usaha pengendalian, menejemen mungkin enggan
untuk menjual saham baru, sehingga perusahaan mungkin akan menahan lebih banyak laba. Tetapi,
jika pemegang saham menginginkan dividen yang lebih tinggi dan terdapat tekanan sejumlah
pemegang saham untuk mengambil alih kekuasaan perusahaan, dividen akan dinaikkan.
Alasan mendasar untuk keputusan dividen yang diambil bersama adalah ketidaksamaan informasi,
yang mempengaruhi tindakan-tindakan menejemen dengan dua cara :
1. Secara umum, manajer tidak ingin menerbitkan saham biasa yang baru.Pertama, saham
baru melibatkan biaya penerbitan, yaitu komisi, fee, dan biaya-biaya tersebut dapat dihindari
dengan menggunakan laba ditahan untuk membiayai kebutuhan likuiditas perusahaan.
Ketidaksamaan informasi mengakibatkan investor memandang emisi baru saham biasa
sebagai isyarat negative sehingga menurunkan pengharapan investor mengenai prospek
perusahaan di masa depan. Manajer lebih menyukai menggunakan laba ditahan sebagai
sumber utama ekuitas baru.
2. Perubahan dividen memberikan isyarat tentang keyakinan manajer dan juga prospek
perusahaan di masa depan. Jadi, pengurangan dividen umumnya mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Sehingga manajer menetapkan
dividen tunai lebih rendah agar memperkecil kemungkinan dividen harus dikurangi di masa
depan.
Secara umun, perusahaan dengan peluang investasi yang unggul sebaiknya menetapkan rasio
pembayaran yang lebih rendah, yang berarti menahan lebih banyak laba, daripada perusahaan
dengan peluang investasi yang lemah. Tingkat ketidakpastian juga mempengaruhi keputusan. Jika
ada ketidakpastian yang besar dalam ramalan arus kas bebas (free cash flow), yang didefinisikan
disini sebagai arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi ekuitas yang diwajibkan, maka yang
terbaik adalah bersikap konservatif dan menetapkan dividen tunai di masa berjalan yang rendah.
Yaitu tindakan suatu perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar, seperti
menggandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan kepada setiap pemegang saham
dua lembar saham baru untuk satu saham yang sebelumnya dipegang.
yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Jika
perusahaan ingin menurunkan harga saham, sebaiknya melakukan pemecahan saham atau dividen
saham? Pemecahan saham biasanya digunakan untuk menurunkan harga secara besar-besaran
setelah saham mengalami kenaikan tajam. Sedang dividen saham biasa diberikan secara teratur
setiap tahun untuk menjaga kestabilan harga saham.
Pengaruh Harga
Apabila sebuah perusahaan memecah sahamnya atau mengumumkan dividen saham, apakah ini
akan meningkatkan nilai pasar dari sahamnya?
Secara rata-rata, harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan
pemecahan saham atau dividen.
Kenaikan harga yang berkaitan dengan pemecahan saham/ dividen mungkin merupakan
akibat dari isyarat prospek yang menguntungkan untuk laba dan dividen, bukan keinginan
untuk pemecahan saham/ dividen semata.
Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu pemecahan atau dividen saham, harga
sahamnya akan cenderung naik. Namun jika dalam waktu beberapa bulan mendatang
perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau dividen, harga sahamnya akan turun ke
tingkat semula.
Komisi pialang dalam satuan persentase umumnya lebih tinggi pada saham yang berharga
rendah. Ini berarti memperdagangkan saham yang berharga lebih rendah akan lebih mahal
daripada yang berharga tinggi, dan artinya pemecahan saham dapat mengurangi likuiditas
suatu perusahaan.
Yaitu suatu transaksi di mana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri,
sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, menaikkan laba per saham (EPS), dan
menaikkan harga saham tersebut.
1. situasi di mana perusahaan mempunyai persediaan uang kas untuk dibagikan kepada para
pemegang sahamnya, dan perusahaan itu mendistribusikan uang kas tersebut dengan
membeli kembali saham, bukan dengan membayar dividen tunai;
2. situasi di mana perusahaan menyimpulkan bahwa struktur modalnya terlalu banyak dibebani
dengan ekuitas, sehingga perusahaan melakukan pinjaman untuk membeli kembali
sahamnya.
Perusahaan dapat membeli kembali saham melalui dua cara: yaitu melalui pasar
terbuka dan penawaran tender. Pembelian melalui pasar terbuka biasanya merupakan program yang
secara bertahap membeli kembali saham dalam periode tertentu. Dalam penawaran tender,
perusahaan biasanya menentukan jumlah saham yang hendak dibelinya kembali, harga tender, dan
jangka waktu penawaran ini berlangsung.
Dalam penawaran tender terdapat lima hipotesis :
1. Hipotesis Informasi atau Isyarat. Pembayaran tunai kepada pemegang saham dalam
penawaran tender dapat diartikan sebagai suatu tanda bahwa perusahaan mengharapkan
akan memperoleh peningkatan arus kas pada masa mendatang, tetapi juga dapat berarti
bahwa perusahaan tidak memperoleh kesempatan investasi yang menguntungkan lagi.
2. Hipotesis Leverage. Jika pembelian kembali saham itu dibiayai dengan mengeluarkan surat
hutang daripada pembayaran tunai, maka leverage perusahaan akan naik. Dan jika ada
keuntungan dari leverage maka pemegang saham akan untung.
3. Hipotesis Penghindaran Pajak Dividen. Tender untuk pembelian kembali saham akan terkena
pajak keuntungan modal dan bukan pajak dividen jika distribusinya tidak sama sengan
pembayaran dividen.
4. Hipotesis Pengambilalihan Pemegang Obligasi. Jika pembelian kembali ini secara tak
terduga mengurangi aktiva pokok perusahaan, maka pemegang obligasi akan berada dalam
posisi buruk karena jaminan yang dimilikinya mengecil.
5. Pemindahan Kekayaan antar Pemegang Saham. Memungkinkan akan timbul bila ada
macam-macam pembatas atau biaya di antara kelompok pemilik.
Pengumuman pembelian kembali dipandang sebagai hal positif oleh investor karena
pembelian kembali itu seringkali didorong oleh keyakinan menejemen bahwa harga saham
perusahaan terlalu rendah.
Para pemegang saham yang membutuhkan uang tunai dapat menjual kembali beberapa
sahamnya, sedang yang tidak, dapat menahan semuanya.
Dapat menghilangkan sejumlah blok saham yang besar yang merintangi pasar dan menekan
harga per saham.
Dividen tidak dapat dinaikkan dalam jangka pendek karena menejemen tidak suka memotong
dividen tunai karena dapat memberikan sinyal negative dari pemotongan itu.
Rasio pembagian dividen akan relative rendah, tetapi dividen itu sendiri akan relative aman
dan tumbuh sebagai hasil dari penurunan jumlah saham yang beredar. Perusahaan
mempunyai fleksibilitas lebih banyak dalam menyesuaikan total distrbusi karena pembelian
kembali saham dapat diubah dari tahun ke tahun tanpa memberikan isyarat yang buruk.
a. Kenaikan harga saham lebih banyak bersumber dari dividen tunai daripada pembelian kembali.
b. Pemegang saham yang menjual saham mungkin tidak menyadari semua implikasi dari pembelian
kembali saham, atau mereka mungkin tidak mendapatkan semua informasi mengenai kegiatan
perusahaan sekarang dan di masa datang.
Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu mahal atas saham yang dibeli kembali
sehingga merugikan pemegang saham yang tersisa.
0 komentar:
Poskan Komen
KEBIJAKAN DEVIDEN
Kebijakan deviden menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai deviden
atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan deviden merupakan
kebijakan yang kontroversial, karena:
Bila deviden ditingkatkan, arus kas akan meningkat bagi investor, akan
menguntungkan investor.
Bila deviden ditingkatkan, laba ditahan yang direivestasi menurun, pertumbuhan
masa depan menurun, akan merugikan investor.
Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan
memaksimalkan harga saham.
1. BENTUK DEVIDEN
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per
saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai
jumlah lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga
proporsi keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan
menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan
biaya modalnya.
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba
dan resiko perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut
tidak bisa dimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa
menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk
membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan
stock dividend, karena mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin
mengecewakan
pemegang saham.
Beberapa ahli menentang pendapat MM, karena dalam prakteknya pasar modal yang
sempurna sulit ditemui, biaya emisi saham baru pasti ada, pajak pasti ada dan kebijakan
investasi perusahaan tidak mungkin berubah.
Sumber : http://dihin.blog.esaunggul.ac.id/2012/05/02/kebijakan-dividen/
Diposkan oleh dwi yulianing tyas di 09.56
1 komentar:
1.
FBS Indonesia Broker Terbaik Dapatkan Banyak Kelebihan Trading Bersama FBS,bergabung
sekarang juga dengan kami
trading forex fbsindonesia.co.id
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. SPREAD DIMULAI DARI 0 Dan
3. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANK LOKAL Indonesia dan banyak lagi yang
lainya
Kebijakan Deviden
1. Pengertian deviden
Deviden merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan
laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan perusahaan. Menurut
Hanafi (2004), deviden merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham,
disamping capital gain. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
keuntungan dari laba perusahaan. Deviden ditentukan berdasarkan dalam rapat umum
anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan
pimpinan.
2. Macam-macam deviden
Dalam Wasis (1983), deviden dilihat dari alat pembayarannya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Deviden tunai (Cash Devidend)
Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari
pemberian deviden dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham dibursa efek,
yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Deviden tunai merupakan
bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan
deviden dalam bentuk tunai di perlukan likuiditas.
2. Deviden saham (Stock Devidend)
Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan
dibagikannya deviden dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas
perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya
dan dengan cara memperluas pemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak
memungkinkan membagikan deviden dalam bentuk tunai.
3. Sertifikat deviden (Script Devidend)
Sertifikat deviden merupakan deviden yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat promes
yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat
ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin membagikan deviden dalam
bentuk tunai akan tetapi sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas,
maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat. Dalam Ang (1997),
berdasarkan atas hubungan dengan tahun buku, deviden dapat dibagi atas dua jenis yaitu :
a. Deviden Interim
Merupakan deviden yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun
buku berikutnya. Deviden interim ini dapat dibayarkan beberapa kali dalam setahun dengan
tujuan salah satunya yaitu untuk memacu kinerja kerja saham perseroan di bursa.
b. Deviden Final
Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan
sebelumnya dan dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Deviden final ini juga
memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan deviden interim yang telah
dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
Stabilitas Deviden adalah pembayaran deviden yang satbil dalam jangka waktu yang lama,
sedang kebalikannya adalah pembayaran deviden yang sesuai dengan persentase tetap
dari penghasilan perusahaan. Apabila semua factor antara dua perusahaan sama tetapi
pembayaran devidennya berbeda maka harga saham perusahaan yang membayar deviden
secara stabil akan lebih tinggi daripada harga saham perusahaan yang membayar deviden
tidak stabil.
Deviden Saham (Stock Deviden) dan Pemecahan Saham (Stock Split) seringkali digunakan
untuk tujuan berbeda. Dalam pengertian ekonomi hanya terdapat perbedaan kecil diantara
keduanya. Namun dalam pengertian akuntansi, kedua istilah di atas memiliki perbedaan
besar. Prinsip-prinsip akuntansi memperlakukan distribusi saham yang lebih dari 25%
saham yang beredar sebagai pemecahan saham, sedangkan distribusi yang lebih kecil dari
jumlah itu dapat digolongkan sebagai stock deviden.
Pembelian Kembali Saham (Repurchase of Stock). Jika perusahaan memiliki kelebihan
dana tetapi mempunyai sedikit kesempatan investasi, maka kelebihan dana tersebut dapat
didistribusikan dengan membeli kembali saham perusahaan atau meningkatkan
pembayaran deviden. Dengan pembelian kembali saham, maka saham yang beredar
menjadi lebih sedikit sehingga EPS (earning per share) dan dividen per lembar saham
segera meningkat. Sebagai hasilnya harga pasar perlembar saham akan naik juga. Ada dua
metode pembelian kembali saham yang sering digunakan yaitu penawaran tender sendiri
(self tender offer) dan pembelian saham di pasar terbuka (open market purchase).