Você está na página 1de 16

LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 54 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Parkir
Status Pernikahan : Belum Menikah

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 20 Februari 2017


pukul 10.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta.

a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik RSUP Persahabatan Jakarta untuk kontrol
dikarenakan obat habis.

b. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.00 WIB di Poliklinik
Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta. Pasien datang karena mengeluh sering berpikir
tentang hal-hal yang tidak pernah dipikirkan pasien. Pasien juga mengatakan sering
mendengar suara-suara seperti bisikan dari telinganya. Kadang pasien merasa suara
bisikan tersebut seperti jauh, dan pasien merasa kesal dengan suara-suara yang dia
dengar. Pasien mengatakan bahwa suara bisikan tersebut hanya mampu didengar
olehnya dan tidak bisa di dengar oleh orang lain. Pasien juga mengatakan bahwa
suara tersebut tidak ada wujudnya. Suara-suara yang dia dengar seperti suara laki-
laki namun terkadang terdengar seperti suara perempuan. Bisikan-bisikan tersebut
didengar pasien seperti menggoda dan meledek pasien. Kadang disaat pasien ingin
melakukan kegiatan seperti membuat kopi, suara yang pasien dengar mengatakan
bahwa pasien harus segera membuat kopi. Sehingga pasien harus segera menuruti

1
suara itu karena jika dia tidak segera membuat kopi maka suara-suara itu terus
muncul dan terus memerintahnya. Pasien juga mengaku bahwa kadang pasien
merasa seperti di kontrol oleh seseorang. Pasien juga mengatakan bahwa dia sering
berbicara sendiri padahal tidak ada orang disekitarnya. Pasien juga mengatakan
bahwa sejak pasien memiliki hutang, teman-teman pasien menjadi mengucilkannya.
Dari pernyataan diatas maka pasien memiliki halusinasi auditorik dan delusion of
control.
Keluhan pasien diawali ketika 7 tahun yang lalu pasien memiliki hutang
sebanyak 5 juta kepada tukang nasi goreng. Uang yang pasien pinjam dari tukang
nasi goreng digunakan pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sejak saat
itulah, pasien merasa malu dan merasa takut jika pasien tidak dapat membayar
hutang kepada tukang nasi goreng tersebut. Pasien merasa jika dia bertemu dengan
tukang nasi goreng, tukang nasi goreng seperti ingin mengajak berkelahi dengan
pasien. Pasien juga merasa bahwa tukang nasi goreng sering membuat pasien merasa
kesal. Pasien mengatakan bahwa pasien akan membayar hutang nya pada bulan Juli
karena saat bulan itulah pasien menerima uang hasil sewa kontrakan yang
dimilikinya sebanyak 12 juta. Namun pasien tetap merasa khawatir jika pasien tidak
dapat membayar hutangnya.
Pasien datang seorang diri ke dalam Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan
dengan menggunakan pakaian yang rapi, sopan dan juga bersih. Pasien juga tidak
menggunakan aksesoris-aksesoris tambahan yang aneh-aneh. Pasien menggunakan
transportasi umum yaitu angkutan umum untuk datang ke RSUP Persahabatan.
Pasien merupakan tukang parkir di masjid Jatinegara Kaum.
Pasien merupakan pasien baru yang berobat di RSUP Persahabatan. Pasien
mengatakan bahwa pada tahun 1981-1982 pasien pernah berobat ke RS Cipto
Mangunkusumo ke Poliklinik Jiwa karena keluhan yang sama yaitu sering
mendengar suara-suara. Namun karena pasien tidak memiliki biaya, maka pasien
tidak melanjutkan pengobatannya. Pasien juga mengatakan bahwa di RS Cipto
Mangunkusumo, pasien sempat dirawat disana selama 10 hari. Namun saat itu pasien
kabur dari rumah sakit karena pasien mengaku bahwa pasien tidak memiliki biaya.
2
Pasien juga mengaku bahwa pasien mengalami gangguan pendengaran. Hal ini
terbukti saat dilakukan tanya jawab pasien selalu meminta dokter untuk mengulang
pertanyaan dan meminta untuk berbicara lebih keras karena pasien tidak dapat
mendengar pertanyaan dokter. Pasien mengatakan bahwa pada usia 7 tahun, telinga
pasien pernah sakit dan mengeluarkan cairan. Dan saat itu dokter mengatakan bahwa
telinga pasien bolong. Sejak saat itulah pasien mengalami gangguan pendengaran.
Dokter lalu mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien. Pertanyaan
tersebut adalah apakah pernah pasien melihat sesuatu yang aneh seperti melihat
bayangan atau sosok orang atau sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dan
hanya dapat dlihat oleh dirinya sendiri atau tidak, namun pasien menyangkal nya.
Pasien tidak pernah melihat sesuatu yang aneh yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain. Dari pertanyaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki
halusinasi visual.
Pasien juga ditanya apakah pasien pernah mencium bau-bauan yang tidak ada
sumber baunya dan tidak dapat dicium oleh orang lain atau tidak dan jawaban pasien
adalah pasien tidak pernah mengalaminya. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak
mengalami halusinasi olfaktori.
Kemudian dokter bertanya kepada pasien apakah pasien sering merasa
dimulutnya terasa rasa manis atau asin padahal tidak sedang makan sesuatu, dan
pasien menjawab bahwa pasien tidak pernah mengalami hal tersebut. Dari
pernyataan pasien didapatkan bahwa pasien tidak mengalami halusinasi gustatori.
Pasien juga diberi pertanyaan mengenai apakah pasien sering merasa ada yang
berjalan di tangan pasien atau tidak lalu pasien menjawab bahwa pasien dahulu
pernah merasakan ada sesuatu yang berjalan di tangannya. Dari pertanyaan tersebut
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami riwayat halusinasi taktil.
Ketika pasien diberi pertanyaan apakah pasien pernah merasa saat menonton
televisi, pasien merasa penyiar berita di televisi mengetahui isi pikiran pasien atau
tidak, pasien menjawab bahwa pasien tidak pernah mengalami hal tersebut. Dari
pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa pasien tidak mengalami gangguan
waham siar.
3
Namun saat ditanya apakah pernah pasien merasa bahwa tetangga pasien sering
memperhatikan pasien atau tidak, pasien mengatakan bahwa tetangga-tetangga
pasien sering memperhatikan pasien Dari pertanyaan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pasien memiliki gangguan berupa waham rujuk.
Kemudian pasien diberi pertanyaan apakah pasien saat berkaca pernah melihat
bahwa yang di kaca bukan dirinya, namun pasien menyangkalnya. Dari pertanyaan
diatas maka pasien tidak pernah merasakan depersonalisasi. Pasien juga mengatakan
bahwa dirinya pernah merasa pikirannya seperti tersedot dan merasa asing terhadap
dirinya dan pasien merasa kosong. Hal ini menyatakan bahwa pasien mengalami
thought withdrawal.
Selain itu pasien juga diajukan beberapa pertanyaan yaitu apakah pernah pasien
mengalami rasa asing pada dirinya terhadap lingkungan di rumahnya, seperti
kamarnya yang bertambah besar atau rumah yang bertambah besar yang bukan
merupakan lingkungan yang biasanya pasien tinggal. Pasien kembali menolak hal
tersebut. Pasien tidak pernah merasa asing di sekitar rumah atau disekitar
lingkungannya. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien
tidak pernah mengalami derealisasi.
Saat ini pasien diberikan pertanyaan apakah pasien pernah merasakan
kekhawatiran selama ini atau tidak, pasien mengatakan bahwa pasien khawatir jika
pasien tidak bisa membayar hutang. Pasien mengatakan bahwa terkadang pasien
merasa ada orang yang akan menjahati dirinya. Hal ini menjelaskan bahwa pasien
mengalami gangguan berupa waham kejar.
Pasien mengaku tidak pernah diceritakan mengenai masa saat dia dalam
kandungan, apakah ibu pasien pernah mengalami kesulitan saat mengandung atauoun
mengalami kesulitan saat melahirkan atau tidak sehingga pasien tidak mengetahui
riwayat terdahulunya. Tumbuh kembang pasien baik, pendidikan pasien baik, pasien
sekolah dari SD, SMP, dan SMA di Jakarta dengan prestasi yang cukup dan tidak
pernah tinggal kelas.
Pasien lalu diberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui fungsi kognitif
pasien apakah masih baik atau tidak. Pasien ditanya berapakah 100 dikurang 7 ? Lalu
4
pasien menjawab jawabannya adalah 93. Kemudian pasien diberi pertanyaan lagi,
berapakah 93 dikurang 7 ? pasien menjawab bahwa jawabannya adalah 86. Dari
pertanyaan tersebut dapat diketahui bahwa fungsi kognitif pasien masih baik.
Kemudian pasien diberi pertanyaan saat ini pasien berada dimana ? Pasien
menjawab bahwa pasien berada di rumah sakit Persahabatan. Lalu pertanyaan
selanjutnya adalah dengan siapa pasien berada saat ini, pasien menjawab bahwa
pasien berada bersama dokter jiwa. Kemudian saat ditanya kapan waktu saat itu,
pasien menjawab pagi hari. Dan ketika diberi pertanyaan kegiatan apa yang sedang
dilakukan pasien saat itu, pasien menjawab pasien sedang melakukan konsultasi
dengan dokter jiwa di rumah sakit. Hal tersebut diatas membuktikan bahwa orientasi
waktu, tempat, orang dan situasi pasien masih baik.
Pasien diberi pertanyaan mengenai ingatan jangka panjang, jangka pendek dan
ingatan segera. Pasien mampu menjawab dengan baik. Pasien mengatakan bahwa
saat SD,SMP dan SMA pasien bersekolah di Jakarta. Lalu pasien diminta untuk
mengingat 3 hal yaitu pulpen, meja, dan kertas. Kemudian pemeriksa mengalihkan
dengan memberi pertanyaan lain, lalu ketika pemeriksa kembali bertanya tentang apa
3 benda yang disebutkan tadi, awalnya pasien lupa apa benda yang disebutkan tadi
namun setelah diulang kembali dan ditanya pasien dapat menjawab dengan benar.
Hal ini dapat membuktikan bahwa ingatan jangka panjang, jangka pendek dan
ingatan segera pasien masih baik.
Pertanyaan selanjutnya adalah siapakah presiden RI saat ini, lalu pasien
menjawab bahwa presiden RI saat ini adalah Jokowi. Lalu pasien juga diberi
pertanyaan siapakah presiden pertama RI dan pasien menjawab bahwa presiden
pertama RI adalah Ir, Soekarno. Ini membuktikan bahwa pengetahuan umum pasien
baik dan tingkat intelejensia pasien juga baik.
Dokter lalu melakukan uji daya nilai dengan memberikan pertanyaan pada
pasien. Pertanyaan nya adalah jika sedang berada di mall lalu ada anak yang terpisah
dari orangtuanya, apakah yang akan dilakukan pasien? Pasien menjawab bahwa
pasien tidak akan menolong anak tersebut karena menurut pasien itu bukan anak

5
pasien sehingga tidak perlu ditolong. Dari pertanyaan diatas, uji daya nilai pasien
adalah terganggu.
Saat pasien ditanya oleh dokter mengenai peribahasa panjang tangan lalu
pasien menjawab bahwa panjang tangan artinya adalah orang yang suka mengambil.
Hal ini membuktikan bahwa daya abstraksi pasien baik.
Dahulu pasien merupakan orang yang mudah bergaul, tidak pernah ada
masalah dalam hubungan sosialisasi pasien dengan lingkungannya. Pasien
merupakan seorang tukang parkir di masjid Jatinegara Kaum. Pasien mengaku bahwa
pasien belum menikah dan belum memiliki anak. Pasien merupakan anak ke 6 dari
11 bersaudara. Hubungan antara pasien dengan keluarganya juga kurang baik. Pasien
mengaku bahwa tidak ada kakak-kakak pasien atau adik-adik pasien yang datang
menjenguknya. Saat ditanya apakah pasien sering mengunjungi kakak atau adik-adik
pasien, pasien menjawab bahwa pasien tidak pernah mengunjunginya karena
menurut pasien, pasien tidak ada kepentingan pada keluarga nya sehingga pasien
tidak pernah menemui keluarganya.
Pasien selama ini tinggal di rumah miliknya sendiri seorang diri. Pasien
mempunyai rumah yang dikontrakkan yang dia kontrakkan dengan uang sewa 12 juta
pertahun. Selama ini pasien hidup dari uang kontrakkan dan hasil dari kerjanya
sebagai tukang parkir di masjid. Gajinya selama ini cukup untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari. Pasien berobat dengan menggunakan biaya pribadi.
Pasien mengatakan bahwa pasien merokok dan pernah meminum minuman
beralkohol saat bersama dengan teman-temannya. Namun pasien sudah lama tidak
minum alkohol. Sehingga hal ini membuktikan bahwa pasien tidak terdapat
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif .
Pasien juga menyangkal adanya keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa
seperti pasien.
Pasien ditanya apakah pasien pernah mengalami rasa gembira yang berlebihan
atau tidak, namun pasien menyangkalnya. Pasien mengatakan bahwa rasa
gembiranya selama ini adalah hal yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Pasien juga
diberi pertanyaan apakah pasien pernah merasakan kesedihan yang mendalam atau
6
tidak. Lalu pasien menjawab bahwa dia tidak pernah merasakan kesedihan yang
mendalam. Pertanyaan yang diajukan diatas membuktikan bahwa pasien tidak
mengalami depresi atapun manik.
Saat ditanya apa perasaan pasien saat ini, pasien menjawab bahwa dirinya
merasa biasa saja. Kemudian saat ditanya apakah saat ini pasien merasa bahwa
pasien sakit jiwa, pasien mengatakan bahwa pasien sakit jiwa dan membutuhkan obat
untuk sembuh. Pasien mengetahui bahwa dirinya sakit dan tahu penyebab sakitnya.
Dari pernyataan pasien diatas, disimpulkan bahwa tilikan pasien adalah 5, yaitu
pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa penyebabnya adalah perasaan
irasional atau gangguan-gangguan yang dialami, tetapi tidak memakai pengetahuan
tersebut untuk pengalaman di masa datang.
Dokter lalu menanyakan tiga hal keinginan pasien, pasien menjawab bahwa
pasien ingin menikah, ingin menyiapkan untuk mempunyai rumah tangga dan anak,
serta ingin bisa segera membayar hutangnya.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri : tidak ada keluhan yang serupa sebelumnya
2. Riwayat gangguan medis : penurunan pendengaran
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif : tidak ada
4. Riwayat Gangguan Neurologi : pasien tidak ada riwayat trauma kepala

d. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal : tidak diketahui
2. Riwayat masa kanak-kanak awal : pasien tumbuh kembang sesuai dengan usianya,
tidak ada gangguan pada tumbuh kembangnya.
3. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan : pasien dapat bersosialisasi dengan baik
di sekolah, dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik.
4. Riwayat masa kanak-kanak akhir : pasien tumbuh baik dan tidak ada masalah
dalam bersosialisasi
5. Riwayat Pendidikan : pendidikan terakhir pasien adalah SMA
7
6. Riwayat Pekerjaan : tukang parkir di mesjid
7. Riwayat Pernikahan : belum menikah
8. Riwayat Agama : Islam
9. Aktivitas sosial : pasien mudah bergaul, hubungan dengan tetangga maupun
temannya baik.

e. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien

f. Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal di rumah miliknya sendiri. Pasien tinggal seorang diri.
Pasien belum menikah dan belum memiliki anak. Pasien merupakan anak ke 6 dari
11 bersaudara. Hubungan antara pasien dengan keluarganya juga kurang baik. Pasien
mengaku bahwa tidak ada kakak-kakak pasien atau adik-adik pasien yang datang
menjenguknya. Pasien merupakan seorang tukang parkir di Mesjid Jatinegara Kaum.
Pasien memiliki masalah perekonomian karena memiliki hutang sebesar 5 juta
kepada tukang nasi goreng. Akses pelayanan kesehatan menggunakan biaya pribadi.

g. Persepsi Pasien Tentang Dirinya Dan Kehidupannya


Harapan yang diinginkan pasien ialah pasien ingin menikah, ingin menyiapkan untuk
mempunyai rumah tangga dan anak, serta ingin bisa segera membayar hutangnya

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang pria berusia 54 tahun, penampilan sesuai dengan usianya, warna
kulit sawo matang, berpakaian rapi, bersih dan sopan serta tidak
menggunakan aksesoris yang aneh
8
a. Keadaan Umum : compos mentis
b. Kontak Psikis : tidak wajar, terdapat keanehan
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Cara berpakaian : baik
b. Aktivitas Psikomotor : pasien kooperatif, tenang, kontak mata baik,
serta dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan tidak ada gerakan
involunter.
3. Pembicaraan
a. Kuantitas : pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan
oleh dokter dan dapat mengungkapkan isi hati pasien
b. Kualitas : kurang baik, bicara spontan, artikulasi kurang jelas, volume
pas, dan isi pembicaraan kadang sulit dimengerti.
4. Sikap terhadap pemeriksa : pasien kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : biasa
2. Afek : luas
3. Keserasian : mood dan afek serasi
4. Empati : pemeriksa tidak dapat meraba rasakan apa yang dirasakan
pasien.

C. Intelektualitas
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : pasien dapat
menyelesaikan pendidikan hingga SMA. Pengetahuan dan kecerdasan
baik.

2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien baik. Pasien dapat mengikuti proses tanya jawab
dari awal hingga selesai. Pasien dapat menjawab pertanyaan hitung-
hitungan serta dapat menyebutkan 3 benda yang disebutkan oleh dokter.

3. Orientasi
Oreintasi waktu : baik, mengetahui waktu saat dilakukan tanya
jawab yaitu pada pagi hari
Orientasi tempat : baik, mengetahui tempat saat dilakukan tanya
jawab yaitu di RSUP Persahabatan
9
Orientasi orang : baik, dapat mengetahui sedang berbicara dengan
siapa yaitu dengan dokter jiwa
Orientasi situasi : baik, pasien mengetahui sedang melakukan
konsultasi

4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat mengingat jenjang
pendidikan dari SD-SMA
Daya ingat jangka pendek : baik, dapat mengingat pergi ke RSUP
Persahabatan dengan mobil angkutan umum
Daya ingat segera : baik, pasien dapat mengulang 3 benda yang
disebutkan dokter

5. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa tangan panjang

6. Kemampuan menolong diri sendiri


Baik, pasien dapat mengurus diri sendiri dengan baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
Halusinasi auditorik : ada
Halusinasi visual : tidak ada
Halusinasi olfaktori : tidak ada
Halusinasi gustatori : tidak ada
Halusinasi taktil : tidak ada

2. Depersonalisasi dan Derealisasi


Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : halusinasi auditorik, riwayat halusinasi taktil, waham
kejar, delusion of control, thought withdrawal.

E. Proses Pikir
1. Arus pikir
Produktivitas : baik, menjawab spontan tentang dirinya
Kontinuitas : inkoheren
10
2. Isi pikiran :
Preokupasi : ada
Gangguan pikir : halusinasi auditorik, riwayat halusinasi taktil,
waham kejar, delusion of control, thought withdrawal.

F. Pengendalian Impuls
Baik, pasien tampak tenang, pasien dapat melawan perasaannya, tidak
tampak cemas pada saat proses tanya jawab yang dilakukan dan tidak terdapat
gerakan-gerakan involunter.

G. Daya Nilai
1. Nilai sosial : pasien merasa dimusuhi oleh teman-temannya
2. Uji daya nilai : terganggu, jika sedang berada di mall lalu ada anak yang
terpisah dari orangtuanya, apakah yang akan dilakukan pasien? Pasien
menjawab bahwa pasien akan membiarkan saja karena merasa anak
tersebut bukan anaknya sehingga tidak perlu ditolong
3. Penilaian realitas : terganggu dalam menilai realitas.

H. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupan Pasien


Pasien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa, pasien
mengetahui bahwa dirinya sakit dan tahu penyebab sakitnya, dan pasien
memiliki keinginan untuk sembuh sehingga dia berobat ke RSUP
Persahabatan.

I. Tilikan
Tilikan 5 yaitu pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa
penyebabnya adalah perasaan irasional atau gangguan-gangguan yang
dialami, tetapi tidak memakai pengetahuan tersebut untuk pengalaman di
masa datang.

J. Taraf Dapat Dipercaya


Pemeriksa mendapat kesan bahwa jawaban yang diberikan pasien dapat
dipercaya karena konsistensi jawaban pasien dari pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dari awal proses tanya jawab hingga akhir tanya jawab.
11
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum : baik, compos mentis
Tanda vital : 120/80 mmHg, Nadi 86x/menit, RR 16x/menit
Sistem Kardiovaskular : dalam batas normal
Sistem Pulmonal : dalam batas normal
Sistem Endokrin : dalam batas normal
Sistem Gastrointestinal : dalam batas normal
Sistem Urogenital : dalam batas normal
Gangguan Khusus : gangguan pendengaran

b. Status Neurologis
Saraf Kranial : dalam batas normal
Saraf Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Susunan Saraf Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Gangguan Khusus : tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERHARGA


1. Pasien seorang pria berusia 54 tahun yang datang berobat karena sering
mendengar suara-suara
2. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif dan
orientasi pada pasien ini
3. Pasien tidak menggunakan alkohol maupun zat psikotropika
4. Pasien memiliki halusinasi auditorik, riwayat halusinasi taktil, waham kejar,
thought withdrawal, delusion of control
5. Pasien juga tidak pernah mengalami depresi maupun manik
6. Mood pasien biasa dengan afek luas
7. Tumbung kembang pasien baik, pasien dapat bersosialisasi dengan baik sehingga
tidak terdapat gangguan kepribadian
8. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan hingga SMA dan bekerja sehingga tidak
terdapat retardasi mental.
9. Pasien memiliki gangguan pendengaran
10. Ketika diberi pertanyaan bagaimana jika sedang berada di mall lalu ada anak
yang terpisah dari orangtuanya, apakah yang akan dilakukan pasien? Pasien
menjawab bahwa pasien akan membiarkan anak tersebut karena merasa anak
tersebut bukan anaknya

12
11. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa, pasien lahir normal.
Masa kanak-kanak dan remaja memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik
12. Sumber perekonomian berasal dari uang sewa kontrakan dan uang hasil pasien
menjadi tukang parkir
13. Pada pasien ini ditemukan gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VI. FORMULA DIAGNOSIS


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien, terdapat gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna sehingga
menimbukan penderitaan (distress) dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi
(disfungsi). Berdasarkan hasil tersebut, maka pasien dikatakan memiliki gangguan
jiwa.
a. Diagnosis aksis I
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak terdapat
gangguan fisik yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini
dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya
konsentrasi, orientasi yang masih baik sehingga pasien ini
bukan penderita Gangguan Mental Organik (F.0)
2. Berdasarkan anamnesis tidak ada riwayat penggunaan zat
psikoaktif (NAPZA) sehingga pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif
atau Alkohol (F.1)
3. Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realita yang ditandai dengan waham dan halusinasi maka
pasien ini penderita Gangguan Psikotik (F.2) sehingga
pasien termasuk kedalam Skizofrenia (F.20). Pada pasien ini
terdapat halusinasi auditorik, riwayat halusinasi taktil,
waham kejar, thought withdrawal, delusion of control serta
gejala yang masih nyata sehingga pasein ini termasuk ke
dalam Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.x0).

b. Diagnosis Aksis II
Pasien tumbuh dan berkembang pada masa kanak-kanak sampai
dewasa secara normal. Pasien dapat berinteraksi dan bersosialisasi
13
dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya bukan
penderita Gangguan Kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan
pendidikan sampai SMA dan fungsi kognitif baik sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat retardasi mental. Karena tidak terdapat
gangguan kepribadian dan tidak terdapat retardasi mental maka
diagnosis pasien pada aksis II adalah tidak ada diagnosis.

c. Diagnosis Aksis III


Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan
pendengaran maka pada pasien ini aksis III adalah gangguan
pendengaran.

d. Diagnosis Aksis IV
Pasien pria tinggal seorang diri. Pasien belum menikah dan belum
mempunyai anak. Keluarga pasien tidak pernah menjenguk pasien.
Pasien merupakan tukang parikir masjid Jatinegara Kaum. Pasien
memiliki masalah perekonomian. Maka aksis IV ada masalah
perekonomian dan tidak ada daya dukung keluarga.

e. Diagnosis Aksis V
Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan
menggunakan Global Asessment of Functioning (GAF) yang dinilai
berdasarkan ada atau tidak disfungsi dalam pekerjaan, bersosialisasi
maupun psikologis pasien. Pada pasien saat ini didapatkan gejala
sedang (moderate) dengan disabilitas sedang. Maka pada aksis V
didapatkan GAF Scale 60-51.

VII.EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan
Aksis II: Tidak ada diagnosis
Aksis III : Gangguan pendengaran
Aksis IV : ada masalah perekonomian dan kurangnya daya dukung keluarga
Aksis V : GAF Scale 60-51
14
VIII. DAFTAR PROBLEMA
Organobiologik : Gangguan Pendengaran
Psikologis : Halusinasi auditorik, riwayat halusinasi taktil, waham kejar,
delusion of control, though withdrawal
Sosial Ekonomi : mempunyai hutang 5 juta rupiah
Keluarga : pasien tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya

IX. PROGNOSIS
a. Prognosis kearah baik
Pasien menyadari situasi tentang dirinya
Pasien berobat ke dokter dan meminta obat
Pasien memiliki keinginan untuk sembuh
Tidak terdapat riwayat keluarga yang memiliki keluhan seperti
pasien (tidak genetik)

b. Prognosis kearah buruk


Pasien sudah lama mengalami keluhan serupa
Pasien berobat seorang diri dan tidak ada keluarga yang
merawat pasien

Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien ini adalah :


Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

X. TERAPI
Psikofarmaka
Haloperidol 1,5 mg 3 x 1
Trihexylphenidil 2 mg 3 x 1

15
Psikoterapi
Berusaha untuk melakukan kegiatan positif
Minum obat yang teratur dan rutin kontrol jika obat habis.
Perbanyak beribadah (solat dan berdoa)
Banyak bercerita kepada keluarga jika ada masalah

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Pertama. PT. Nuh Jaya, Jakarta. 2001
2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi
Ketiga. PT.Nuh Jaya. Jakarta. 2007.
3. Elvira. Sylvia. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.

16

Você também pode gostar