Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Negara tujuan yang semakin banyak dengan daya Tarik yang sangat
beragam pula membuat para calon TKI punya banyak pertimbangan dalam
rasionalitas keputusan memilih negara tujuan untuk bekerja. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Susilo (2016) menyebutkan beberapa faktor yang
menentukan TKI dalam memlih negara tujuan bekerja: studi kasus di desa
Aryojeding kecamatan Rejotangan. Hasil dari penelitian ini bahwa subyek
memilih atau menentukan negara tujuan memiliki alasan terentu. Subyek memilih
Negara Malaysia karena faktor dekat, bahasa komunikasi, dan bisa illegal. Subyek
memutuskan bekerja di Negara Taiwan dan Hongkong lebih tertarik faktor ada
perlindungan terhadap Tenaga kerja asing, Jaminan libur setiap hari sabtu. Subyek
yang memilih negara Korea Selatan dikarenakan faktor upah yang sangat tinggi
dan disiplin dalam bekerja.
Pada bagian remittansi, peran TKI tidak bisa dianggap rendah. Data series 5
tahun yang dilansir oleh BNP2TKI berikut menjadi bukti kontribusi TKI pada
devisa negara. Berikut tabel jumlah total remitansi TKI yang dikirim ke Indonesia
dari tahun 2011-2016:
Dari tabel berikut dapat diketahui bahwa tingkat remitansi mulai tahun 2012
selalu meningkat. Walaupun di tahun 2016 jumlah remitansi turun drastis di angka
US$ 6,76 Milyar atau setara dengan Rp. 87.872.294.794.411. Namun penurunan
jumlah remitansi tetap tidak bisa mempengaruhi daya Tarik masyarakat untuk
menjadi TKI (BNP2TKI, 2016).
Namun, perkembangan minat masyarakat serta remitansi yang semakin
minat pada fenomena masyarakat Buruh migran berikut tidak pula tanpa celah
permasalahan. Penulis melihat beberapa celah kecil permasalahan dalam dunia
Buruh migran Indonesia khususnya di kecamatan Besuki kabupaten Tulungagung
yaitu tentang fenomena adanya pengagguran friksional di kalangan eks-TKI.
Pengaguran tersebut karena para eks-TKI menganggap bahwa seKtor pekerjaan
yang ditawarkan di negaranya kurang sesuai dengan apa yang telah mereka
peroleh di luar negeri. Menurut William F. Ogburn dalam Soekanto (2010)
fenomena tersebut disebut sebagai Cultural Lag, keadaan dimana seorang atau
kelompok sulit untuk menyesuaikan perkembangan dan budaya yang dipunyai
atau masyarakat lain sebagai penerima belum siap untuk menghadapai
perkembangan nya.
Pendekatan teori dasar dalam menjelaskan dan menganalisa fenomena eks
Buruh migran berikut dapat menggunakan konsep pengangguran friksional
Gregory Mankiw (2000). Dalam konsepnya mankiw menjelasakan bahwa
pengangguran friksional adalah kondisi dimana tidak ada kesesuaian antara
pencari kerja (eks-buruh migran) dan lapangan kerja (daerah asal). Faktor-fakt:or
yang mempengaruhi pengaguran friksional bila ditemukan beberepa sebab seperti
preferensi kemampuan tiap individu yang berbeda, perbedaan kultural dengan
pekerjaan sebelumnya, kondisi geografis dan kemauan individu dalam mencari
kerja.
Konsep mengenai pengangguran berikut didukukng dengan yang
diungkapkan oleh Kaufman dan Houthkiss (1999) pengangguran merupakan
ukuran yang dilakukan jika seorang tidak memiliki pekerjaan secara aktif selama
empat minggu berturut-turut. Kemudian pendapat diatas didukung dengan
pernyataan Sadono Sukirno (1994) yang mengatakan bahwa pengangguran dapat
terjadi apabila ada ketidakseimbangan kemampuan dan pasar keja. Dalam hal ini
Sadono Sukirno membagi pengangguran ke empat hal, yaitu pengangguran
Struktural, sikklikal, teknologi dan yang terakhir pengangguran Friksional.
Sebenarnya teori berikut juga dapat pula menjelaskan mengapa banyak
masyarakat di negara-negara berkembang rela dan matia-matian ingin menjadi
buruh migran. Menurut tinjauan peneliti pada beberapa riset terdahulu yang
dijelaskan diatas mengungkapkan bahwa faktor ketidaksesuaian kemampuan dan
keinginan masyarakat untuk bekerja secara mudah cepat dan menghasilkan
banyak uang menjadi faktor rasionalitas keputusan memilih menjadi buruh
migran.
Penelitian ini memfokuskan pada fenomena munculnya pengangguran
friksional (frictional unemployment) pada masyarakat kecamatan Besuki
kabupaten Tulungagung. Hal ini sangat penting dan perlu pembahasan yang
berlanjut melihat kontribusi eks-buruh migran saat mereka bekerja dalam bentuk
remitansi yang berguna bagi pembangunan ekonomi masyarakat kelas bawah dan
devisa dalam jumlah yang sangat besar bagi negara.
METODE
Penelitian ini berupa deskriptif kualitatif, yakni berusaha untuk menggali
informasi sebanyak-banyaknya tentang persoalan yang dijadikan topik dengan
mengutamakan data verbal (Moeloeng: 2010). Dalam penelitian ini data deskriptif
yang dihasilkan berupa hasil pengamatan tingkah laku saat wawancara dari
informan yang bertatus mantan Buruh Migran. Hal ini dilakukan agar peneliti
dapat memahami secara spesifik dan menyeluruh terkait dengan fenomena yang
dihadapi oleh eks-Buruh Migran tersebut.
Penelitian mengenai fenomena pengangguran friksional yang dialami oleh
eks-buruh migran mengambil setting lokasi di kecamatan Besuki kabupaten
Tulungagung. Lokasi ini dipilih dengan asumsi merupakan desa kantong buruh
migran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hampir
seluruh perempuan di desa tersebut pernah dan sedang menjadi buruh migran
dengan tujuan Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Korea. Selain hal tersebut yang
menguatkan peneliti untuk memilih lokasi penelitian di desa Tangggulkundung
karena di daerah tersebut terdapat beberapa tempat yang dibangun oleh eks-buruh
migran yang bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan. Namun kenyataan
nya hanya berjalan beberapa saat. Sehingga cukup menjadi alasan yang kuat untuk
dilakukan penelitian ini.
Sumber data dalam penelitian ada dua jenis yakni data primer dan data
sekunder sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan maka data primer berupa
hasil wawancara yang telah dilaksanakan sebelumnya. Informan dalam penelitian
ini ialah eks-buruh migran yang membangun lapangan kerja seperti minimart,
cuci mobil dan jenis-jenis usaha lain yang masuk kategori bangkrut. Serta
beberapa informan lain yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.
Sementara data sekunder dalam penelitian ini berguna sebagai data dukung dalam
menganalisis fenomena pengaguran friksional yang terjadi pada eks-buruh migran
yang berupa data sebaran buruh migran, remmitance dari BNP2TKI, monografi
dari daerah yang dijadikan setting penelitian serta data pendukung lain.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode indeph
interview dan Focus Group Discussion. Kedua model wawancara tersebut dipilih
dengan alasan untuk mengungkap opini-opini yang dilontarkan informan saat
proses wawancara. Data sekunder dikumpulkan dengan melihat data-data statistik
yang telah diambil peneliti dalam penelitian sebelumnya. Pengambilan sampling
dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hal ini berkaitan dengan
pengetahuan dan penguasaan informan terhadap masalah atau topik yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Penelitian
Gambar Peta Kecamatan Basuki, Tulungagung