Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
AGUS SURYONO
XII IPS 2
Dewan Banteng yang dibentuk di Padang pada tanggal 20 Desember 1956 adalah cikal bakal dari
PRRI, walaupun pada awalnya bertujuan membangun daerah yang dirasa tertinggal dibanding
pembangunan di pulau Jawa. Dewan yang diprakarsai oleh Kolonel Ismail Lengah itu diketuai
oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein.
Dewan Banteng terbentuk setelah melalui dua kali pertemuan para perwira aktif maupun
pensiunan yang berasal dari Divisi IX Banteng, suatu divisi dalam Angkatan Perang Republik
Indonesia (APRI) yang dibentuk pada masa Perang Kemerdekaan tahun 1945 - 1950 melawan
kolonialis Belanda. Sebelumnya divisi yang telah dibubarkan pemerintah itu membawahi
teritorial Sumatera Tengah (Sumbar, Riau, Kepulauan Riau dan Jambi sekarang). Salah satu
resimen Komando Divisi IX Banteng yaitu Resimen 6 dianggap sebagai pasukan terbaik di
Sumatera.
Selain kesejahteraan rakyat yang diabaikan dan kondisi prajurit yang memprihatinkan, faktor lain
yang juga menjadi pendorong terbentuknya dewan itu adalah ketidak puasan para perwira dan
prajurit yang berasal dari Divisi IX Banteng yang dibubarkan pemerintahan pusat. Penciutan
Komando Divisi IX Banteng menjadi Brigade Banteng lalu berlanjut menjadi Resimen Infanteri
4 yang kemudian dilebur kedalam Komando Tentara Teritorium I Bukit Barisan (TT I BB) yang
berkedudukan di Medan. Ahmad Husein-pun hanya menjadi Komandan Resimen Infanteri 4 TT I
BB.
Keberadaan Dewan Banteng tidak hanya didukung oleh para perwira militer mantan
anggota Divisi Banteng, tetapi juga oleh semua elemen masyarakat di Sumatera Tengah seperti
partai politik, kaum ulama, intelektual, pemuda dan kaum adat, kecuali Partai Komunis
Indonesia (PKI), sehingga melahirkan semboyan ketika itu yang berbunyi : "Timbul Tenggelam
Bersama Dewan Banteng". Namun dalam pendiriannya Dewan Banteng tetap mengakui
Pemerintahan Republik Indonesia dibawah Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Djuanda
serta Jenderal A.H. Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Setelah itu Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Banteng, mengambil alih jabatan
Gubernur Sumatera Tengah dari tangan Gubernur Ruslan Mulyoharjo. Tindakan Ahmad Husein
itu tidak mendapatkan hukuman, malah Pemerintah Pusat memenuhi tuntutan Dewan Banteng
dengan membentuk Komando Militer di Sumatera Tengah yaitu Komando Militer Daerah
Sumatera Tengah (KMDST) yang terlepas dari Komando Tentara Teritorium (TT) I Bukit
Barisan yang berkedudukan di Medan, sedangkan Ahmad Husein diangkat menjadi Panglima
KMDST dengan pangkat Kolonel. Dalam hal ini beberapa tuntutan Dewan Banteng dipenuhi
oleh pemerintah pusat.
Pada tanggal 22 Desember 1956, dua hari sesudah terbentuknya Dewan Banteng, Kolonel
Maluddin Simbolon, Panglima Komando Tentara Teritorium I Bukit Barisan mengumumkan
pembentukan Dewan Gajah di Medan dan menyatakan melepaskan diri dari Pemerintahan PM
Djuanda lalu menyatakan wilayah teritorialnya dalam keadaan Darurat Perang (SOB). Aksi
Kolonel Maludin Simbolon itu mendapat reaksi keras dari pemerintah pusat dengan
memerintahkan KSAD Jenderal A.H. Nasution untuk memecat Kolonel Simbolon dan
menggantinya dengan Letnan Kolonel Djamin Ginting. Selanjutnya langkah tersebut-pun diikuti
oleh pembentukan Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Barlian dan Dewan Manguni di Sulawesi dibawah pimpinan Letnan Kolonel Ventje Sumual.
Panglima PRRI
Setelah rapat di Sungai Dareh, Sumatera Tengah pada tanggal 9 Januari 1958, akhirnya Ahmad
Husein membentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tanggal 15
Februari 1958 dengan mengangkat Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri berikut
kabinetnya. Sementara itu di Sulawesi Utara, Letnan Kolonel D.J. Somba mengikutinya dengan
membentuk Gerakan Piagam Perjuangan Semesta (Permesta).
Setelah melalui beberapa perundingan yang tidak menghasilkan kesepakatan ditengah situasi
yang menegangkan akhirnya pemerintah mengirim pasukan dalam jumlah besar untuk
membungkam aspirasi daerah-daerah tersebut. Terjadilah perang saudara yang cukup banyak
memakan korban jiwa di Sumatera Barat.
1 www.wikipedia.com