Você está na página 1de 60

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


ACUTE LIMPHOBLASTIC LEUKIMIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak Yang Diampu oleh Yuliastati M.Kep

Disusun Oleh:
Kania Dwi Jatnika (P17320314047)
Tingkat 2A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG
2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Acute Limphoblactic Leukimia dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah ini terdapat sedikit hambatan, namun
berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman dan juga berbagai pihak, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,
dukungan, dan doanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya dan dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Acute Limphoblastic Leukimia lebih dalam. Makalah ini mungkin
kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.

Bogor, Maret 2015

Penulis
2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Leukimia....................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi Darah.................................................................. 4
C. Klasifikasi dari Acute Limphoblastic Leukimia......................................9
D. Epidemiologi dari Acute Limphoblastic Leukimia................................12
E. Etiologi dari Acute Limphoblastic Leukimia........................................12
F. Patofisiologis dari Acute Limphoblastic Leukimia...............................13
G. Pathway dari Acute Limphoblastic Leukimia........................................15
H. Manifestasi klinis akibat ALL...............................................................16
I. Komplikasi dari ALL.............................................................................16
J. Pemeriksaan penunjang ALL.................................................................17
K. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan ALL...........18
L. Discharge Planning................................................................................20
M. Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan ALL..................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.............................................................................................37
B. Diagnosa................................................................................................45
C. Intervensi...............................................................................................46
D. Implementasi.........................................................................................49
E. Evaluasi.................................................................................................49
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................59
Daftar Pustaka...................................................................................................60
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada
sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut
Robbins & Kummar (1995), leukemia adalah neoplasma ganas sel induk
3

hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara merata sumsum tulang


oleh sel neoplasi. Leukimia merupakan kanker anak yang paling sering,
mecapai kurang lebih 33% dari keganasan pediatrik.
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah bentuk akut dari leukemia
yang diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang
yaitu berupa lymphoblasts. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel
leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain
daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Ngastiyah, 1997).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) berjumlah kira-kira 75% dari semua
kasus, dengan insidensi tertingga pada umur 4 tahun. Di Amerika Serikat,
kira-kira 2400 anak dan remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden
ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak- anak kulit putih daripada kulit
hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL
lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per
100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun.
Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) menyebutkan, setiap tahun
ada 4.100 anak terkena kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai
golongan umur, mulai dari anak balita hingga menjelang dewasa muda,
bahkan orang dewasa. Pada anak, leukemia bahkan bisa terjadi sejak anak
dilahirkan.
Data kasus di RS Kanker Dharmais menunjukkan, sejak tahun 2006-
2012, rata-rata ada 75 kasus kanker pada anak. Dari jumlah itu, kasus yang
paling banyak ditemukan adalah leukemia.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukimia?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi darah normal?
3. Apa saja klasifikasi dari leukimia?
4. Bagaimana epidemiologi dari Acute Limphoblastic Leukimia?
5. Apa etiologi dari Acute Limphoblastic Leukimia?
6. Bagaimana patofisiologis dari Acute Limphoblastic Leukimia?
7. Bagaimana pathway dari Acute Limphoblastic Leukimia?
8. Bagaimana manifestasi klinis dari Acute Limphoblastic Leukimia?
9. Apa saja komplikasi dari Acute Limphoblastic Leukimia?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan oleh klien dengan
Acute Limphoblastic Leukimia?
11. Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan Acute
Limphoblastic Leukimia?
12. Bagaiamana discharge planning untuk Acute Limphoblastic Leukimia?
13. Bagaimana konsep asuhan keperawatan untuk anak dengan Acute
Limphoblastic Leukimia?
14. Bagaimana pengaplikasian konsep asuhan keperawatan anak untuk kasus
Acute Limphoblastic Leukimia?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberi pengetahuan mengenai Acute Limphoblastic Leukimia
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi leukimia
b. Menjelaskan anatomi dan fisiologi darah normal
c. Menjelaskan klasifikasi dari leukimia
d. Menjelaskan epidemiologi dari Acute Limphoblastic Leukimia
e. Menjelaskan etiologi dari Acute Limphoblastic Leukimia
f. Menjelaskan patofisiologis dari Acute Acute Limphoblastic
Leukimia
g. Menjelaskan pathway dari Acute Limphoblastic Leukimia
h. Menjelaskan manifestasi klinis akibat Acute Limphoblastic
Leukimia
i. Menjelaskan komplikasi dari Acute Limphoblastic Leukimia
j. Menyebutkan pemeriksaan penunjang pada klien dengan Acute
Limphoblastic Leukimia
k. Menjelaskan penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien
dengan Acute Limphoblastic Leukimia
l. Menjelaskan discharge planning untuk Acute Limphoblastic
Leukimia
3

m. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Acute


Limphoblastic Leukimia
n. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada anak dengan Acute
Limphoblastic Leukimia

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Konsep Leukimia
1. Definisi
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentukan darah. Menurut (Wong, 1995) leukemia
adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum
tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins &
Kummar (1995), leukemia adalah neoplasma ganas sel induk
hematopoesis yang ditandai oleh penggantian secara merata sumsum
4

tulang oleh sel neoplasi. Leukimia merupakan kanker anak yang paling
sering, mecapai kurang lebih 33% dari keganasan pediatrik.

Gambar 1. Perbedaan komponen darah normal dengan


komponen darah pasien dengan leukemia

2. Anatomi Fisiologi Darah

Gambar 2. Komponen darah normal di dalam tubuh

a. Plasma
Plasma adalah cairan bening kekukingan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma merupakan komponen terbesar dalam darah.
Fungsi plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta
membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan, dan
menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibody.
Plasma darah tersusun dari 91% air, protein plasma 7%, asam amino,
lemak, glukosa, urea, haram 0,9%, hormon dan antobodi 0,1%.
1) Protein plasma
Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur
pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapilar untuk
mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama :
a) Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60%, tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis dalam hati dan
5

bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.


mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg)
b) Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya.Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibody
c) Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma, disintesis di hati
dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan
darah.
b. Eritrosit (Sel darah merah
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-
4.8 juta sel/mm3, warnanya kuning kemerah-merahan karena
didalamnya mengandung hemoglobin (hemoglobin adalah protein
pigmen yang meberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas
protein yang di sebut globin dan pigmen non-protein yang disebut
heme.), setiap eritrosi mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai
dengan pembuluh darah yang dilalui. Sel darah merah biasanya
bersirkulasii selama 120 hari sebelum menjadi rapuh, dan mudah
pecah. Sel darah merah berfungsi untuk:
1) Sel-sel darah merah mentraspor darah ke seluruh jaringan melalui
pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.
2) Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbon dioksida
untuk ditraspor ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida
yang dibawa plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu
enzim (karbonat anhidrase) dalam eritrosit memungkinkan sel
darah merah bereaksi dengan karbon dioksida untuk membentuk
ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel darah merah
dan masuk ke dalam plasma.
6

3) Sel darah merah berperan paling penting dala pengaturan pH darah


karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan bufer asam-
basa.
c. Leukosit
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari sel
darah merah (eritrosit). Jumlah normal sel darah pada bayi sampai
balita rata-rata 5.700-18.000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-
13.500/mm3, infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan
peningkatan jumlah total leukosit. Hal ini disebabkan sel leukosit yang
biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam
darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut.
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang,
leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi sebelum
masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari,
beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.
sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel),
tempat pembikannya didalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai
pengangkut yaitu mengangkut membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa terus ke pembuluh darah. Macam-macam sel darah putih
meliputi :
1) Agranulosit (leukosit tanpa granula sitoplasma)
a) Limfosit
Mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah. Sebagian
besar limfosit dalam tubuh ditemukan di jaringan limfatik.
Rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun. Berfungsi
untuk membunuh dan memakan bakteri dan berfungsi juga
dalam reaksi imunologis. Limfosit mengandung nukleus bulat
berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma.
Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 m 8 m, ukuran
terbesar 15 m.
b) Monosit
7

Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,


mencapai 3%-8% jumlah total. Merupakan sel darah terbesar,
diameternya 12 m 18 m. Nukleusnya besar, berbentuk
seperti telur atau seperti ginjal, yang dikelilingi sitoplasma
berwarna biru keabuan pucat. Monosit sangat fagositik dan
sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah.
Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini
menjadi hitosit jaringan (makrofag tetap).
2) Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
a) Neutrofil
Mencapai 60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil memiliki
granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya dan
banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki 3-5
lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 m 12 m. Neutrofil sangat fagosisit
dan sangat aktif, berfungsi untuk pertahanan tubuh terhadap
infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta
biasanya juga juga yang memberikan tanggapan pertama
terhadap infeksi bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil dalam
jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
b) Eusinofil
Mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih. Memiliki granula
sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye
kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan
berdiameter 12 m 15 m. Merupakan fagosti lemah,
jumlahnya akan mengikat saat terjadi alergi atau penyakit
parasit, tetapi akan berkurang selama stres berkepanjangan. Sel
ini berfungsi dalam detoksifikasi hestamin yang di produksi sel
mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung.
c) Basofil
8

Mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Memiliki sejumlah


granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan
akan bewarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan
nukleus berbentuk S. Diameternya 12 m 15 m.
Bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.
d. Trombosit
Trombosit berjumlah 150.000-450.000 sel/mm3, bagian ini
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit
raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Unkuran trombosit
mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus
suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang
berhubungan dengan proses koagulasi darah. Berfungsi dalam
hemostasis (penghentian pendarahan) dan perbaikan pembuluh darah
yang robek.

Gambar 3. Sel Darah Manusia

B. Klasifikasi
Klasifikasi leukemia terdiri dari akut dan kronik, Klasifikasi kronik
didasarkan pada ditemukannya sel darah putih matang yang mencolok-
granulosit (leukemia granulositik/mielositik) atau limfosit (leukemia
limfositik).

Jika pada saat pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi


limfosit atau sel limfoid maka disebut leukemia limfosit.Sedangkan yang
9

mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil dan eosinofil disebut


leukemia mielositik/granulositik.

Leukemia dibagi menurut jenisnya kedalam limfoid dan


mieloid.Masing-masing ada yang akut dan kronik. Pada garis besarnya
pembagian leukemia adalah sebagai berikut:

1. Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)


Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah bentuk akut dari
leukemia yang diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam
sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts. Pada keadaan leukemia
terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan
dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan
kematian (Ngastiyah, 1997).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan tipe leukemia
paling sering terjadi pada anak-anak. Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus, dengan insidensi tertingga
pada umur 4 tahun.
Berdasarkan sistem French-American-British (FAB), ALL dibagi
menjadi 3 tipe:
a. L1, ditandai dengan sel blast yang berukuran kecil, homogen (relatif
sama besar), dengan sitoplasma sel yang sedikit dan nukleoli (anak
inti) yang samar/ tidak jelas. L1 ini adalah LLA yang paling banyak
terjadi dibanding jenis LLA lainnya, dan pada umumnya terjadi pada
anak-anak.

b. L2, ditandai dengan sel blast yang berukuran lebih besar, heterogen
(tidak seragam), nukleolinya terlihat jelas dan rasio inti-
sitoplasmanya rendah. Biasanya LLA tipe ini terjadi pada orang
dewasa.
10

c. L3, ditandai dengan sel blast yang besar, sitoplasmanya bervakuol,


dan terlihat pekat (basofilik). Prognosisnya buruk akan tetapi
insidennya sedikit.

2. Akut Mieloblastik Leukemia Akut (AML)


AML mengenai sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Tipe ini dahulunya disebut
leukemia nonlimfositik akut.Diagnosis LMA ditegakan dengan melalui
hitung jenis darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta
pemeriksaan kromosom.Hitung sel darah tepi dapat meninggi, normal
atau menurun disertai mieloblas dalam sirkulasi.Sumsum tulang
hiperseluler disertai adanya kelebihan (50%) mieloblas yang
mengandung badan Auer. Perubahan metabolik juga terlihat disertai
peningkatan asam urat yang disebabkan oleh tingginya pergantian sel
darah putih.
11

3. Leukemia Mieloblastik Kronis (LMK)


Adalah suatu penyakit mieloproliferatif karena sumsum tulang
penderita ini menujukkan gambaran hiperselular disertai adanya proliferasi
pada semua garis diferensiasi sel, yang ditandai dengan produksi
berlebihan seri granulosit yang relatif matang, jumlah garanulosit
umumnya lebih dari 30.000/mm3.LMK juga dimasukkan dalam sistem
keganasan sel mieloid.Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk
akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.LMK jarang menyerang individu
dibawah 20 tahun dan sering terjadi pada orang dewasa. Manifestasi mirip
dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih
ringan.Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.

C. Epidemiologi
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) berjumlah kira-kira 75% dari semua
kasus, dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Insiden ALL terjadi
jauh lebih tinggi pada anak-anak kulit putih daripada kulit hitam. Terjadi
sedikit lebih sering pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Laporan
mengenai kluster geografik leukimia anak memberi kesan peran faktor
lingkungan. Namun, telaah balik secara hati-hati tidak mendukung
kebanyakan dari hubungan yang diajukan. Leukimia linfoid terjadi lebih
sering daripada yang diharapkan pada penderita dengan immunodefisiensi
(hipogamaglobulinemia konginetal, ataksia-telangiekstasia) atau dengan
defek kromosom konstitusional (trisomi 21)

D. Etiologi
Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) sampai saat ini belum
jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain
yang mungkin berperan, yaitu:
12

1. Faktor Predisposisi
b. Penyakit defisiensi imun tertentu, misalnya agannaglobulinemia;
kelainan kromosom, misalnya sindrom Down (risikonya 20 kali lipat
populasi umumnya); sindrom Bloom.
c. Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel
leukemia mempunyai enzim trankriptase (suatu enzim yang
diperkirakan berasal dari virus). Limfoma Burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.
d. Radiasi ionisasi
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu
selama kehamilan dapat meningkatkan risiko pada janinnya. Baik
dilingkungan kerja, maupun pengobatan kanker sebelumnya. Terpapar
zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
agen anti neoplastik.
e. Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada
kembar monozigot.
f. Obat-obatan
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
2. Faktor Lain
a. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia
(benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
b. Faktor endogen seperti ras
c. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).

E. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
13

terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya
proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga
sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan
otak.
14

F. Pathway
15

G. Manifestasi Klinis
Kira-kira 66% anak dengan ALL mempunyai gejala dan tanda
penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu diagnosis. Gejala pertamanya
biasanya non-spesifik meliputi anoreksia, iritabel, dan letargi. Mungkin ada
riwayat infeksi virus yang eksantem dan penderita seperti tidak mengalami
kesembuhan sempurna. Kegagalan sumsum tulang yang progresif sehingga
timbul anemia, perdarahan (trombositopenia), dan demam (neutropenia,
keganasan) gambaran ini biasanya mendorong pemeriksaan ke arah
diagnosis.
Pada pemeriksaan inisial, umumnya penderita, dan lebih kurang 50%
menujukan petekie atau perdarahan mukosa. Sekitar 25% demam, yang
mungkin disebabkan oleh suatu sebab spesifik seperti infeksi saluran nafas
atau otitis media. Limfadenopati biasanya nyata dan splenomegali (biasanya
kurang dari 6 cm dibawah arkus kosta) dijumpai pada lebih kurang 66%.
Hapatomegali kurang lazim. Kira-kira 25% ada nyeri tulang yang nyata dan
artralgia yang disebabkan oleh infiltrasi leukimia pada tulang perikondrial
atau sendi atau oleh ekspansi rongga sumsum tulang akibat sel leukimia.
Jarang ada gejala kenaikan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala dan
muntah, yang menunjukkan keterlibatan selaput otak. Anak dengan ALL set-
T umumnya dari kelompok lebih tua dan lelaki lebih banyak.

H. Komplikasi

Berikut ini komplikasi pada anak dengan penyakit Leukimia :


1 Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia).
16

1 Memar (ekimosis)
1. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit)
Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan
infeksi dapat memperberat perdarahan
2. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal.Meningkat sesuai derajat
netropenia dan disfungsi imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan
kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
4. Anemia
5. Masalah gastrointestinal.(mual, muntah, anoreksia, diare, lesi mukosa
mulut) Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal, selain
akibat kemoterapi

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut
limphosityc leukemia adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a. Pansitopenia (anemia, leukopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 200.000 / l) tetapi dalam
bentuk sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut.
17

4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum

5. Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis
bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar
sampai yang sangat kecil (Betz, Sowden. (2002).

J. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%.
Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin,
arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini
sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia,
infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila
jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam
kamar yang suci hama).
e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi
18

mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan


pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan
dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya
tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel
leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan
terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua
sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia
dapat sembuh sempurna.
f. Cara pengobatan.
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalaman-
nya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh
dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai
keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan
sebagai berikut:
1) Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian
berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun
intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2) Konsolidasi, yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak
diri lagi
3) Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian
sitostatika separuh dosis biasa.
4) Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya
dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti
pada induksi selama 10-14 hari.
5) Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk
mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400-
2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia
serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
6) Pengobatan imunologik
19

Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama


sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh
sempurna. (Sutarni Nani.(2003)
2. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan
pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien
pada umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker
lainnya) maka pendekatan pisikososial harus diutamakan. Yang perlu
dipersiapkan ruangan aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap
perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja
tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika
mengetahui penyakit anaknya.

K. Discharge Planning
1. Kenali gejala yang ditimbulkan penyakit
2. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk
3. Inspeksi kulit, nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Bersihkan kulit
dengan larutan antibakterial
4. Tingkatkan kebersihan perianal
5. Istirahat cukup dan makan makanan tinggi protein dan cairan

L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak dengan ALL


1. Pengkajian
Pada pengkajian anak dengan leukimia didapati tanda dan gejala
sebagai berikut : adanya anemia, demam, keletihan, pucat, anoreksia,
pendarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas,
penurunan berat badan, pembesaran organ seperti hati, limfa, dan lain-lain.
Adanya tanda-tanda peningkatan intrakranial seperti nyeri, kaku kuduk,
sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema pupil dan terjadia koma,
kelemahan pada ekstremitas bawah, dan adanya kesulitan berkemih.
a. Identitas
1) Klien : Nama, alamat, TTL, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medis,
ruang perawatan.
20

Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia


di bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 4
tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan.
2) Penanggung Jawab : Nama, alamat, umur, pekerjaan, hubungan
dengan klien
b. Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba
adalah demam, lesu dan malas makan atau nafsu makan berkurang,
nyeri sendi, pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan
riwayat keluarga yang terpapar oleh chemical toxins (benzene dan
arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan
penggunaan obat-obatan seperti phenylbutazone dan khloramphenicol,
terapi radiasi maupun kemoterapi.
d. Riwayat tumbuh kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa
pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan. Penderita
ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami keterlambatan
akibat nutrisi yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan,
pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada berat badan anak
tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak sesuai dengan usia anak.
e. Riwayat Keluarga
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik)
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Latihan dan Aktivitas : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri
pada sendi atau tulang. Anak sering dalam keadaan umum lemah,
rewel, dan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas rutin seperti
berpakaian, mandi, makan, toileting secara mandiri. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan penurunan tonus otot, kesadaran
somnolence, keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya
murmur, kulit pucat, membran mukosa pucat, penurunan fungsi
21

saraf kranial dengan atau disertai tanda-tanda perdarahan


serebral.Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat
beraktifitas ringan, dapat ditemukan adanya dyspnea, tachipnea,
batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara nafas. Penderita ALL
mudah mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol dengan
trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, ,
demam, lebam, purpura, perdarahan gusi, epistaksis.
2) Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan,
anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan
dan gangguan menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik
ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds,
pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah
putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis,
ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi
terhadap acute monolytic leukemia)
3) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada
perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces
berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan urin output. Pada
inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.
4) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas
dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena
mudah mengalami kelelahan.
g. Data Psikososio Spiritual
1) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan
seizure activity, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena
sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
2) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi
yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam
pengkajian dapat ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas,
takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan perubahan suasana
hati, dan bingung.
22

3) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa


kehilangan kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-
teman serta belajar.
4) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum tampak lemah
2) Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
3) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : Pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi
disebabkan oleh hiperviskositas darah
Nadi : Nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)
Suhu : Meningkat bila terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu (pernafasan >70x/menit)
4) Pemeriksaan Kepala Leher
a) Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur
atau bakteri), perdarahan gusi
b) Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP.
c) Telinga : ketulian, serumen, dan kesimetrisan
d) Leher: distensi vena jugularis
e) Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala
tekanan tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental,
kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan
neurologic fokal.
i. Pemeriksaan Integumen
1) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam)
2) Nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah,
diaforesis (gejala hipermetabolisme).
3) Peningkatan suhu tubuh
4) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
j. Pemeriksaan Dada dan Thorax
1) Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
2) Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
3) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
4) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
k. Pemeriksaan Abdomen
23

1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat


bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila
ada pembesaran hepar dan limpa.
2) Perkusi tanda asites bila ada.
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah cyanosis kekuatan otot.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan
leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan seperti muntah, dan penurunan intake
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
samping kemoterapi dan atau stomatitis
e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
f. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi
g. Resiko tinggi cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan
anak.
l. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

3. Intervensi
Diagnosa 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien mengalami risiko infeksi yang minimal
Kriteria Hasil :
24

a. Anak t idak berhubungan dengan individu yang terinfeksi atau alat yang
terkontaminasi
b. Anak mengonsumsi diet sesuai usia
c. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Intervensi Rasional
Tempatkan anak pada ruangan tersendiri Melindungi anak dari sumber potensial
patogen / infeksi

Untuk meminimalkan pajanan pada organisme


Anjurkan semua pengunjung dan staf untuk
infektif
menggunkan teknik mencuci tangan yang
baik

Mendeteksi kemungkinan infeksi


Pantau suhu

Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Mendukung pertahanan alami tubuh

Melatih untuk terbiasa dalam memahami apa


Mendengarkan anak dengan baik
yang diungkapkan oleh anak

Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk Untuk mencegah kontaminasi


semua prosedur invasive silang/menurunkan resiko infeks
Beri antibiotik sesuai ketentuan Diberikan sebagai profilaktik atau mengobati
infeksi khusus

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


akibat anemia
Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria Hasil :
a. Kelemahan teratasi
b. Klien dapat istirahat dengan nyaman
c. Klien dapat beraktifitas
Intervensi Rasional
Evaluasi laporan kelemahan, Menentukan derajat dan efek
perhatikan ketidakmampuan untuk ketidakmampuan
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-
25

hari
Menghemat energi untuk aktifitas
Berikan lingkungan tenang dan
dan regenerasi seluler atau
perlu istirahat tanpa gangguan
penyambungan
Jaringan
mengidentifikasi kebutuhan
Kaji kemampuan untuk
individual dan membantu pemilihan
berpartisipasi pada aktifitas yang
intervensi
diinginkan atau dibutuhkan

Berikan bantuan dalam aktifitas Memaksimalkan sediaan energi untuk


sehari-hari dan ambulasi tugas perawatan diri

Diagnosa 3 : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan


dengan pengeluaran berlebihan seperti muntah, dan
penurunan intake
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah
Kriteria Hasil :
a. Anak menyerap makanan dan cairan
b. Anak tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda dehidrasi Untuk mengetahui tindakan ang akan
dilakukan

Mencegah mual dan muntah,


Berikan dosis awal sebelum
sehingga mencegah respons
dimulainya kemoterapi
antisipasi
Kaji respons anak terhadap Tidak ada obat yang antiemetik
antiemetic yang secara umum berhasil
Hindari makanan dengan bau Karena dapt menimbulkan mual dan
menyengat muntah

Dorong masukan cairan dengan Jumlah yang kecil biasanya ditoleransi


jumlah sedikit tapi sering dengan baik
26

Berikan cairan intravena Untuk mempertahankan hidrasi

Diagnosa 4 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan
muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil :
Masukan nutrisi adekuat
Melaporkan tingkat energi yang adekuat

Intervensi Rasional
Izinkan anak untuk terlibat dalam Mendorong anak agar mau makan

perisapan dan pemilihan makanan


Jelaskan nafsu makan yang Menyiapkan anak dan orang tua

diharapkan karena steroid terhadap perubahan ini

Observasi dan catat masukan Mengawasi masukan kalori atau

makanan klien kualitas kekurangan

konsumsimakanan.
Timbang berat badan setiap hari. Mengawasi penurunan berat badan.
Dapatkan keuntungan dari periode Porsi kecil biasanya di toleransi

lapar: berikan sedikit kudapan dengan lebih baik


Berikan penyuluhan pada orang tua Menambah pengetahuan klien dan

klien pentingnya nutrisi yang orang tua tentang pentingnya

adekuat. makanan bagi

tubuh dalam membantu proses

penyembuhan.

Diagnosa 5: Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima anak
27

Kriteria Hasil :
a. Anak beristirahat dengan tenang
b. Tidak melaporkan dan atau menujukkan bukti-bukti ketidaknyamanan
c. Tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman

Intervensi Rasional
Kaji skala nyeri Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi

Lakukan teknik pengurangan nyeri Sebagai analgesik tambahan


nonfarmakologis
Berikan obat-obatan dengan jadwal Mencegah kambuhnya nyeri
preventif
Evaluasi efektivitas penghilang nyeri Menentukan kebutuhan perubahan
dengan derajat kewaspadaan vs dosis, waktu pemberian, atau obat.
sedasi
Jika mungkin, gunakan prosedur- Untuk meminimalkan rasa tidak
prosedur (misal pemantauan suhu aman
non invasif, alat akses vena.

Diagnosa 6 : Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang


berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : Pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria Hasil :
a. Membran mukosa tetap utuh
b. Anak melaporkan/menujukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

Intervensi Rasional
Inspeksi mulut setiap hari untuk Untuk mendapatkan tindakan yang
adanya ulkus oral segera

Gunakan sikat gigi berbulu lembut, Untuk menghindari trauma


aplikator berujung kapas, atau jari
yang dibalut kasa
Inspeksi mulut setiap hari Untuk mendeteksi kemungkinan
28

infeksi
Hindari penggunaa swab gliserin, Dapat mengiritasi jaringan yang luka
hidrogen peroksida dan susu dan dapat membusukkan gigi,
magnesia memperlambat penyembuhan
dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
Berikan obat-obat anti infeksi sesuai Untuk mencegah atau mengatasi
ketentuan mukositis
Berikan pencucian mulut yang sering Untuk menuingkatkan penyembuhan
dengan cairan salin normal atau
tanpa larutan bikarbonat

Diagnosa 7 : Resiko tinggi cedera : perdarahan yang berhubungan


dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : Pasien tidak menujukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria Hasil : Anak tidak menujukkan bukti bukti perdarahan

Intervensi Rasional
Gunakan semua tindakan untuk Karena infeksi menyebabkan
mencegah infeksi, khususnya pada kecenderungan perdaraahan
area ekimosis
Batasi aktivitas keras Menghindari cedera yang tidak disengaja

Balikkan dengan sering dan gunakan Mencegah luka tekan


matras pengurang-tekanan atau
penghilang tekanan
Cegah ulserasi oral dan rektal Karena kulit yang luka cenderung
untuk berdarah
Hindari obat-obatan yang Karena aspirin memengaruhi fungsi
mengandung aspirin trombosit
Berikan trombosit sesuai ketentuan Meningkatkan jumlah trombosit

Diagnosa 8 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian


agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan : Pasien mempertahankan integritas kulit
29

Pasien mengalami efek negatif dari terapi


Kriteria Hasil :
a. Kerusakan integitas kulit (-)
b. Kekurangan kalori dan protein teratasi

Intervensi Rasional
Berikan perawatan kulit yang Karena area perianal cenderung
cermat, terutama dalam mulut dan mengalami ulserasi
bagian perianal
Ubah posisi dengan sering Untuk merangsang sirkulasi dan
menghilangkan tekanan

Balikkan dengan sering dan gunakan Mencegah luka tekan


matras pengurang-tekanan atau
penghilang tekanan
Dorong masukan kalori-protein yang Mencegah keseimbangan nitrogen
adekuat yang negatif
Pilih pakaian yang longgar di atas Meminimalkan iritasi tambahan
area teriradias

Diagnosa 9 : Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan


rambut
Tujuan : Pasien (keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria Hasil :
a. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut
b. Anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan
rambut dan menerapkan metode ini
c. Anak tampak bersih, rapi dan berpakaian menarik

Intervensi Rasional
Kenalkan ide menggunakan wig Membantu mengembangkan
sebelum rambut rontok: dorong penyesuaian lanjut terhadap
anak untuk memilih wig yang serupa kerontokan rambut
dengan gaya dan warna rambut anak
sebelum rambut mulai rontok
30

Berikan penutupan yang adekuat Karena pada anak dengan leukimia


selama pemajanan pada saat sinar perlindungan alami hilang
matahari, angin, atau dingin, karena.
Anjurkan untuk menjaga agar Menyamarkan kebotakan parsial
rambut yang tipis itu tetap bersih,
pendek dan halus
Jelaskan bahwa rambut mulai Menyiapkan anak dan keluarga
tumbuh dalam 3-6 bulan dan terhadap perubahan tampilan rambut
mungkin warna atau teksturnya agak baru
berbeda
Dorong higien, berdandan, dan alat Meningkatkan penampilan
yang sesuai dengan jenis kelamin

Diagnosa 10 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai


anak yang menderita leukemia.
Tujuan :Pasien (keluarga) menunjukkan pengetahuan tentang
prosedur diagnostik
Pasien dan keluarga mendapatkan dukungan yang adekuat
Kriteria Hasil :
a. Anak menunjukkan pemahaman tentang prosedur (uraikan cara
pembelajaran dan demonstrasi)
b. Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat

Intervensi Rasional
Jelaskan setiap tes dan prosedur Untuk meminimalkan kekhawatiran
yang tidak perlu

Hindari untuk menjelaskan hal-hal Untuk mencegah bertambahnya rasa


yang tidak sesuai dengan kenyataan khawatiran keluarga
yang ada
Diskusikan bersama keluarga Untuk mempertahankan komunikasi
bagaimana mereka memberitahu yang terbuka dan jujur
anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi tambahan.
Jadwalkan waktu agar keluarga Untuk mendorong komunikasi dan
31

dapat berkumpul tanpa gangguan ekspresi perasaan


dari staff
Bantu keluarga merencanakan masa Meningkatkan perkembangan anak
depan, khususnya dalam membantu yang optimal
anak menjalani kehidupan yang
normal

Diagnosa 11 : Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan


potensial kehilangan anak.
Tujuan : Pasein (keluarga) menerima dan mengatasi kemungkinan
kematian anak
Kriteria Hasil :
a. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan
b. Keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan
dan keinginan mereka pada tahap terminal
c. Menghubungi perwakilan agama yang sesuai

Intervensi Rasional
Kaji tahapan berduka terhadap anak Pengetahuan tentang proses berduka
dan keluarga memperkuat normalitas perasaan
atau reaksi terhadap apa yang
dialami dan dapat membantu
pasien dan keluarga lebih efektif
menghadapi kondisinya.

Berikan kontak yang konsisten pada Menetapkan hubungan saling percaya


keluarga dan mendorong berkomunikasi

Bantu keluarga merencanakan Meyakinkan bahwa harapan mereka


perawatan anak, terutama pada tahap diimplementasikan
terminal (mis, tindakan
penyelamatan hidup yang luar biasa)

Atur untuk dukungan spiritual sesuai Memberi ketenangan, semangat


keyakinan keluarga
Fasilitasi anak untuk Memperkuat normalitas perasaan
32

mengespresikan perasaannya melalui atau reaksi terhadap apa yang


bermain dialami

Diagnosa 12 : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


penyakit
Tujuan : Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi Rasional
Observasi tanda vital Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien
Anjurkan keluarga untuk memberi Peningkatan suhu tubuh
pasien minum mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Berikan kompres air hangat Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
Kolaborasi dalam pemberian obat Mempercepat penurunan suhu
tubuh

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
33

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut
Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan
leukemia adalah :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa
tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak
bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan
dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUTE
LIMPHOBLASTIC LEUKIMIA
34

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama anak : An.F
Tanggal masuk : 17-04-2013
No. RM : 15. 27. 92
Tempat/tgl lahir : Bekasi /03-10-2011
BB/TB : 10,5 Kg/76 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : 2 (dua) dalam keluarga
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Tn. R
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny. G
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Grama Puri Persada 12/46 RT RW 005/10,
Sukajaya, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat
Diagnosa Medis : Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL).
2. Keluhan saat masuk
Alasan masuk ke RS : An.F kelihatan lesu, lemas dan pucat disertai
flu, batuk dan perut bengkak.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, An.F tidak pernah menderita penyakit yang serius
hanya flu dan batuk

b. Pernah dirawat di RS :
Ibu mengatakan An.F belum pernah di rawat di RS
d. Alergi :
An. F tidak memiliki riwayat alergi.
e. Kecelakaan :
35

An.F tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.


Kalaupun jatuh, An.F tidak sampai mengalami luka berat.
4. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Kemandirian dan bergaul :
Sebelum sakit, An. F mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
bermain-main. Tapi semenjak sakit, An. F sudah tidak mampu
melakukan aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam
bermain.
b. Motorik :
Umur 3 bulan, An. F sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah
bisa duduk, umur 9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa
berjalan.
c. Kognitif dan bahasa :
Umur 1 tahun 6 bulan ini, An. F sudah bisa memahami perintah dari
orang lain, An.F mengerti apa yang ditanyakan orang padanya.
Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan
d. Psikososial :
Saat pengkajian, An.F mau tidak bisa berinteraksi dengan orang lain
selain orangtua bila di dekati anak F langsung menangis.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu An.F mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit
turunan yang seperti dialami oleh An. F
6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal:
Ibu mengatakan selama hamil An. F, ia tidak mengalami kelainan dan
gizinya cukup.
b. Intranatal:
Ibu mengatakan, An.F lahir dengan normal. Lahir dengan cukup umur
yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 2800 gram dan panjang badan 48 cm.
Saat lahir, An. F menangis spontan.
c. Postnatal:
36

Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah


melahirkan. Kondisinya normal.
7. Riwayat imunisasi :
I II III
BCG 1BLN 2BLN 3BLN
DPT 2BLN 3BLN 4BLN
POLIO 1BLN
CAMPAK 9BLN
HEPATITIS B 0BLN 2BLN 6BLN

8. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Tanggal 23 April 2013 kemarin, An.F telah mendapatkan kemo terapi. Saat
pengkajian tanggal 30 April 2013, An. F sedang demam, akral panas, suhu
39,9oC, diare 2x, An.F tidak mau makan, perutnya kembung. Setelah
diberi makan, An.F muntah. Anak berada dalam ruangan tertutup dengan
tirai, keluarga harus menggunakan masker apabila mendekati pasien, An.F
malas makan dan minum.
9. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan Ank F dengan anggota keluarganya sangat dekat.
c. Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, An.F berteman dan bermain dengan teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang
lemah(anak tidak sinroma down)
e. Lingkungan rumah :
1) Luas rumah 8 x 10 m
2) Ventilasi cukup, penerangan cukup
3) Pakai sumur gali- Sampah dibakar
4) Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10m
5) Lingkungan rumah dekat dengan pembuangan limbah berjarak
20kg
37

9. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD :100/70 mmhg
N : 120x/menit
S : 39.90C
RR : 24x/menit
b. Keadaan umum : Sadar/compos mentis
c. Rambut :
1) Kebersihan : (bersih)
2) Warna : (hitam)
3) Tekstur : (kasar)
4) Distribusi rambut : (merata)
5) Kuat/mudah tercabut : ( kuat )
d. Mata :
1) Sklera : Normal/non ikterik
2) Konjungtiva : anemis
e. Telinga :
1) Simetris : Ya
2) Serumen : Tidak ada
3) Pendengaran : Baik
f. Hidung :
1) Simetris : Ya
2) Sekret : Tidak

g. Mulut:
1) Kebersihan (bersih).
2) Warna (merah)
3) Kelembaban (lembab)
h. Lidah :baik
i. Gigi : baik
l. Perut : kembung
m. Punggung :bentuk normal
n. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik
o. Genitalia : baik
p. Kulit : baik
38

1) Tampak pucat
2) Warna :sawo matang
3) Turgor :kering
q. Pemeriksaan Neurologis : an.F dalam kondisi sadar/compos mentis
Aye : 4
Verbal : 5
Motorik : 6
Data Penunjang
Jenis Hasil
Hari / Tanggal Pemeriksaa
n
Kamis / Laboratorium Hematologi
28 April 2013 Hemoglobin : 7,2 gr/dl
Hematokrit : 20,7 %
Eritrosit : 2,64 103/ul
Leukosit : 0,63 103 /ul
Trombosit : 1 103/ul

Kamis / Laboratorium Elektrolit


2 Mei 2013 Natrium : 130 mmol/L
Kalium : 3,9 mmol/L
Klorida : 98 mmol/L
Kalsium : 9,1 mg/dl
Magnesium : 2.0 mg/dL

Jumat / Laboratorium Hematologi


3 Mei 2013 Hemoglobin : 7,4 gr/dl
Hematokrit : 20,4 %
Eritrosit : 2,56 103/ul
Leukosit : 0,08 103 /ul
Trombosit : 18 103/ul
39

Therapy

Jenis Therapy
Oral
- Metylprednison 3x8 mg
- Zinkid syrop 1x20 mg s/d 10 hari
- Pediatlit
- Salbutamol 0,5 mg
Parenteral
- Leukokin 1x50 unit (utk 3 hari)
- Leukokin 1x100 unit (IV)
- Cefotaxim 3x500

Infus
- Farmadol 150 mg / 4 jam K/P Demam
- 2A

Analisa Data

Data Etiologi
DS : Leukosit Hipertermi berhubungan
Keluarga klien dengan penurunan
mengatakan badan klien Daya tahan/imunitas jumlah leukosit
teraba panas
DO : Resiko infeksi
Suhu 39,9 C
Akral panas Demam/hipertermi

DS : Gangguan pembentukan Resiko kekurangan


Keluarga klien leucocyt volume cairan
mengatakan klien diare berhubungan dengan
40

2X Leukopeni kehilangan berlebihan


Keluarga klien melalui feses dan
mengatakan klien BAB Daya tahan turun muntah serta intake
cair terbatas (mual)
Keluarga mengatakan Mual, muntah, diare,
pasien malas untuk perdarahan
minum air putih
Keluarga mengatakan Resiko kekurangan
pasien malas makan volume cairan
Keluarga klien
mengatakan apabila klien
dibrikan makan, klien
akan muntah

DO :
Mukosa kering
Kulit kering (+)
DS : Proliferasi sel kanker Resiko gangguan nutrisi
Keluarga mengatakan kurang dari kebutuhan
pasien malas untuk
Sel kanker bersaing tubuh b/d anoreksia
minum air putih
Keluarga mengatakan dengan sel normal dalam
pasien malas makan mendapatkan
Keluarga klien
mengatakan apabila klien
dibrikan makan, klien Infiltrasi
akan muntah
Sel normal digantikan sel
DO :
Makanan tersisa kanker

Sel kekurangan makanan

Perubahan metabolisme
41

Anoreksia, mual, muntah

Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
anoreksia
DS : Leukosit Resiko infeksi
- berhubungan dengan
DO : Daya tahan/imunitas menurunnya sistem
Tempat tidur anak pertahanan tubuh
ditutup dengan tirai Resiko infeksi
Keluarga menggunakan
masker
Hasil lab
Leokosit : 0,63 103/l

DS : Sel neoplasma Resiko tinggi perdarahan


- berproliferasi di dalam berhubungan dengan
DO : sumsum tulang penurunan jumlah
Hasil Lab: Trombosit trombosit
1000 l Kerusakan sumsum
tulang

Hematopoesis terhambat
Trombosit, leukosit,
eritrosit normal turun

Trombosit <100.000
42

Faktor pembekuan darah

Resiko perdarahan

B. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan penurunan jumlah leukosit
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
4. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
5. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit

C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


O kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah Mandiri
berhubungan dengan melakukan 1. Observasi tanda 1.Tanda vital
penurunan jumlah tindakan vital merupakan acuan
leukosit ditandai keperawatan untuk mengetahui
dengan : selama 3 hari keadaan umum
DS : di harapkan pasien
- Keluarga klien peningkatan 2. Anjurkan 2. Peningkatan suhu
mengatakan badan suhu tubuh keluarga untuk tubuh
dapat diatasi memberi pasien mengakibatkan
pasien teraba panas
Kriteria Hasil: minum penguapan tubuh
DO : - Akral meningkat
- SB : 39,90C hangat sehingga perlu
- Akral panas - SB : diimbangi dengan
36,5 37,50C asupan cairan
yang banyak.
3. Berikan kompres 3. Dengan vasodilatasi
air hangat dapat
meningkatkan
penguapan yang
mempercepat
Kolaborasi penurunan suhu
4. Kolaborasi dalam tubuh.
pemberian obat 4. Mempercepat
43

penurunan suhu
tubuh
2. Resiko kekurangan Setelah Mandiri
volume cairan melakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan dehidrasi tindakan yang
kehilangan
keperawatan akan dilakukan
berlebihan melalui
feses dan muntah selama 3 hari 2. Berikan cairan 2. Sebagai upaya
serta intake terbatas Kebutuhan oral dan untuk mengatasi
(mual) yang ditandai cairan akan parinteral cairan yang keluar
dengan : terpenuhi 3. Dapat mengetahui
DS : dengan criteria 3. Pantau intake keseimbangan
- Keluarga klien sebagai dan output cairan
mengatakan klien
berikut : Kolaborasi
diare 2X
- Keluarga klien - tidak ada 4. Kolaborasi 4. Menghentikan diare
mengatakan klien tanda-tanda Pemberian obat anti
BAB cair dehidrasi diare
- Keluarga
mengatakan pasien
malas untuk minum
air putih
- Keluarga
mengatakan pasien
malas makan
- Keluarga klien
mengatakan apabila
klien dibrikan
makan, klien akan
muntah
DO :
- Mukosa kering
- Kulit kering (+)
3. Resiko Setelah Mandiri
ketidakseimbangan melakukan 1. Anjurkan orang 1. Mempertahankan
nutrisi kurang dari tindakan tua untuk tetap asupan nutrisi
keperawatan memberikan asi
kebutuhan tubuh b/d
selama 3 hari 2. Dorong 2. Karena jumlah
anoreksia ditandai perubahan masukan nutrisi yang kecil
dengan : nutrisi kurang dengan jumlah biasanya
DS : dari kebutuhan sedikit tapi ditoleransi dengan
- Keluarga tubuh dapat sering baik
mengatakan pasien teratasi 3. Membantu dalam
malas untuk minum dengan criteria 3. Timbang berat mengidentifikasi
sebagai badan pasien malnutrisi protein
air putih
berikut kalori.
44

- Keluarga - Tidak Kolaborasi 4. Membantu proses


mengatakan pasien terjadi 4. Kolaborasi penyembuhan
malas makan gangguan dengan tim dalam kebutuhan
nutrisi kesehatan dalam nutrisi
- Keluarga klien
- Klien tidak pemberian
mengatakan apabila malas makan nutrisi
klien dibrikan - Klien tidak
makan, klien akan muntah/mual
muntah
DO :
- Makanan tersisa
4. Resiko infeksi Setelah Mandiri
berhubungan dengan melakukan 1. Pantau suhu 1. Untuk mendeteksi
menurunnya sistem tindakan kemungkinan
pertahanan tubuh keperawatan 2. Tempatkan anak infeksi
yang ditandai selama 3 hari dalam ruangan
dengan: resiko infeksi khusus 2.Untuk
DS : dapat teratasi meminimalkan
dengan criteria 3. Anjurkan terpaparnya anak
-
sebagai keluarga untuk dari sumber
DO : berikut mencuci tangan infeksi
- Kadar sebelum
- Tempat tidur
leukosit menyentuh 3. Untuk
anak ditutup dengan 5.0-10.0 pasien meminimalkan
103/l 4. Menggunakan pajanan pada
tirai
masker setiap organism infektif
- Keluarga kali kontak 4. Untuk mencegah
dengan pasien kontaminasi
menggunakan
5. Berikan periode silang/menurunka
masker istirahat tanpa
n resiko infeksi
gangguan
- Hasil lab 5. Menambah energy
Leokosit : 0,63 Kolaborasi untuk
103/l 6. Kolaborasi dalam penyembuhan dan
pemberian obat regenerasi seluler
6. Untuk menaikan
leukosit
5. Resiko tinggi Setelah Mandiri
perdarahan melakukan 1. Pantau tanda- 1. Mengetahui tanda-
berhubungan dengan tindakan tanda perdarahan tanda perdarahan
penurunan jumlah keperawatan 2. Membantu pasien
trombosit selama 3 hari 2. Anjurkan mendapatkan
Ditandai dengan : resiko tinggi keluarga untuk penanganan sedini
DS : - perdarahan memberitahukan mungkin.
dapat diatasi apabila ada tanda 3. Keterlibatan
DO :
perdarahan keluarga dapat
45

- Hasil Lab: Kriteria Hasil : 3. Anjurkan membantu untuk


Trombosit 1000 l Anak tidak keluarga untuk mencegah
membuktikan memantau terjadinya
fungsi-fungsi pergerakan perdarahan lebih
perdarahan pasien lanjut
150-400 l 4. Penurunan
trombosit
Kolaborasi mengganggu
4. Kolaborasi proses
dalam monitor penyembuhan
trombosit

D. Implementasi

Hari/tanggal : Rabu/ 01-Mei-2013

NO waktu Dx / I Implementasi Evaluasi


1. 10.00 Tindakan Keperawatan S:
I/1 1. Mengobservasi - Keluarga
tanda vital terutama mengatakan pasien
suhu tubuh masih teraba panas
Hasil : O:
TD :100/70 mmhg - Observasi TTV :
N : 120x/menit TD :100/70 mmhg
Sb : 39.90C N : 120x/menit
R : 24x/menit Sb : 39.90C
I/2 R : 24x/menit
2. Menganjurkan - Akral panas
keluarga untuk - pasien di kompres
memberi pasien minum dengan air hangat
I/3 Hasil : pasien hanya pada bagian
minum asi dahinya
A:
3. Memberikan - Masalah
I/4 kompres air hangat peningkatan suhu
Hasil : pasien di tubuh belum
kompres dengan air teratasi
hangat pada bagian P : Intervensi
dahinya dilanjutkan
Kolaborasi
46

4. Melakukan - Observasi tanda


kolaborasi dalam vital terutama suhu
pemberian obat tubuh
Hasil : pemberian - Anjurkan
farmadol 6x150 mg keluarga untuk
memberi pasien
minum
- Berikan kompres
air hangat
- Kolaborasi dalam
pemberian obat
2. 10.00 II/1 Tindakan keperawatan S:
1. Mengakaji tanda- - Keluarga
tanda dehidrasi mengatakan pasien
Hasil : diare 2x
- Mukosa kering O:
- Kulit kering - Mukosa kering
II/2 2. Memberikan cairan - Kulit kering
oral dan parinteral - BAB encer,
Hasil : warna kuning,
- Cairan 2A jumlah banyak
- Diberikan asi - Balance cairan :
II2/3 3. Memantau intake -180
dan output - Infuse 2A
- Balance cairan : A : masalah
Intake : 1460 kekurangan
Output : 1640 volume cairan
Balance : - 180 belum teratasi
P : Intervensi
Kolaborasi dilanjutkan
II/4 4. Memberikan obat - kaji tanda-tanda
anti diare dehidrasi
Hasil : Dialac 2x1 - berikan cairan
oral dan parinteral
- pantau intake dan
output
- berikan obat anti
diare
3. 10.00 Tindakan keperawatan S:
III/1 1. Menganjurkan - keluarga
orang tua untuk tetap mengatakan pasien
memberikan asi masih sering di
Hasil : ibu pasien selalu beri asi
III/2 memberikan asi - keluarga pasien
2. Mendorong mengatakan pasien
masukan nutrisi dengan malas makan dan
47

jumlah sedikit tapi minum air putih


III/3 sering O:
Hasil : pasien tetap - BB : 10,5 kg
malas untuk makan dan A : Masalah resiko
minum air putih perubahan nutrisi
III/4 3. Melakukan kurang dari
timbang berat badan kebutuhan tubuh
pasien belum teratasi.
Hasil : 10,5 kg P : Intervensi
Kolaborasi dilanjutkan
4. Melakukan - Anjurkan orang
kolaborasi dengan tim tua untuk tetap
kesehatan dalam memberikan asi
pemberian nutrisi - Dorong masukan
Hasil : pasien nutrisi dengan
mendapatkan terapi jumlah sedikit tapi
aminofusin reel 290 sering
ml/hr - Kolaborasi
dengan tim
kesehatan dalam
pemberian nutrisi
4. 10.00 Tindakan keperawatan S:
IV/1 1. Memantau suhu - Ibu pasien
Hasil : Sb 39.9oC mengatakan badan
IV/2 2. Menempatkan anak pasien masih
dalam ruangan khusus teraba panas
Hasil : tempat tidur O:
pasien ditutup rapat - Ku Lemah
IV/3 dengan tirai - TTV
3. Menganjurkan Sb : 39.9oC
keluarga untuk mencuci - tempat tidur
tangan sebelum pasien ditutup
menyentuh pasien dan rapat dengan tirai
IV/4 menggunakan masker - Hasil Lab
Hasil : keluarga Leukosit : 0,63 103/l
memahami dan - Keluarga tampak
mempraktekannya memakai masker
4. Menggunakan A:
masker setiap kali Masalah resiko
kontak dengan pasien infeksi belum teratasi
IV/5 Hasil : setiap kali P:
perawat kontak dengan Intervensi dilanjutkan
pasien sering - Pantau suhu
menggunakan sarung - Berikan periode
tangan dan masker istirahat tanpa
IV/6 5. Memberikan gangguan
48

periode istirahat tanpa - Kolaborasi dalam


gangguan pemberian obat
Hasil : pasien dapat
istirahat dengan tenang
Kolaborasi
6. Melakukan
kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai
ketentuan
Hasil : pemberian
leukokin 1x 100 unit

5. 10.00 Tindakan keperawatan S:


V/1 1. Memantau tanda- - keluarga pasien
tanda perdarahan mengatakan pasien
Hasil : tanda tidak terlihat
V/2 perdarahan tidak ada tanda-tanda
perdarahan.
2. Menganjurkan
keluarga untuk O:
memberitaukan - Hasil Lab
apabila ada tanda Trombosit : 1000dl/gr
V/3 perdarahan
- tanda perdarahan
Hasil : keluarga mau tidak ada
berpartisipasi A : masalah Resiko
memberikan informasi perdarahan belum
V/4 3. Menganjurkan teratasi
keluarga untuk P : Intervensi
membatasi pergerakan dilanjutkan
pasien 1. Pantau tanda-
tanda perdarahan
Hasil : keluarga selalu 2. Anjurkan
memantau pergerakan keluarga untuk
klien memberitahukan
Kolaborasi apabila ada tanda
4. Melakukan perdarahan
kolaborasi dalam 3. Anjurkan
monitor trombosit keluarga untuk
Trombosit : 1000 ul membatasi
Hasil : PRC 1X 100 u pergerakan pasien
Rencana pemberian 4. Kolaborasi dalam
PRC + TC tunggu SB pemberian PRC
normal (36,5)
49

Catatan Perkembangan

Hari/tanggal : Kamis/ 02-Mei-2013

NO waktu Dx / I Implementasi Evaluasi


1. 10.00 Tindakan S:
I/1 Keperawatan - Keluarga
1. Mengobservasi mengatakan pasien
tanda vital masih teraba panas
terutama suhu O:
tubuh - Observasi TTV :
Hasil : TD :100/70 mmhg
TD :100/70 mmhg N : 112x/menit
N : 112x/menit Sb : 40.20C
Sb : 40.20C R : 22x/menit
R : 22x/menit - Akral panas
- pasien di kompres
dengan air hangat
I/2 2. Menganjurkan pada bagian
keluarga untuk dahinya
memberi pasien A:
minum - Masalah
I/3 Hasil : pasien hanya peningkatan suhu
minum asi tubuh belum teratasi
P : Intervensi
3. memberikan dilanjutkan
I/4 kompres air hangat - Observasi tanda
Hasil : pasien di vital terutama suhu
kompres dengan tubuh
air hangat pada - Anjurkan
bagian dahinya keluarga untuk
Kolaborasi memberi pasien
4. Melakukan minum
kolaborasi dalam - Berikan kompres
pemberian obat air hangat
Hasil : pemberian - Kolaborasi dalam
novalgin 500 mg pemberian obat

2. 10.00 Tindakan S:
II/1 keperawatan - Keluarga mengatakan
1. Mengakaji tanda- pasien diare 3x
tanda dehidrasi - Keluarga
Hasil : mengatakan pasien
- Mukosa kering 4x muntah
II/2 - Kulit kering O:
2. Memberikan - Mukosa kering
50

cairan oral dan - Kulit kering


parinteral - BAB encer, warna
Hasil : kuning, jumlah
- Cairan 2A banyak
II/3 - Diberikan asi - Balance cairan :+
3. Memantau intake 95
dan output - Infuse 2A
- Balance cairan : A : masalah
Intake : 1565 kekurangan volume
Output : 1470 cairan belum
Balance : + 95 teratasi
II/4 P : Intervensi
Kolaborasi dilanjutkan
4. Memberikan obat - kaji tanda-tanda
anti diare dehidrasi
Hasil : Dialac 2x1 - berikan cairan oral
dan parinteral
- pantau intake dan
output
- berikan obat anti
diare
3. 10.00 Tindakan S:
III/1 Keperawatan - keluarga
1. Menganjurkan mengatakan pasien
orang tua untuk masih sering di beri
tetap memberikan asi
asi - keluarga
III/2 Hasil : ibu pasien mengatakan pasien
selalu memberikan malas untuk makan
asi dan minum air putih
2. Mendorong O:
III/4 masukan nutrisi -
dengan jumlah A:
sedikit tapi sering Masalah resiko
Hasil : pasien tetap perubahan nutrisi
malas untuk makan kurang dari kebutuhan
dan minum air tubuh belum teratasi.
putih
Kolaborasi P : Intervensi
4. Melakukan dilanjutkan
kolaborasi dengan - Anjurkan orang
tim kesehatan tua untuk tetap
dalam pemberian memberikan asi
nutrisi
Hasil : pasien - Dorong masukan
mendapatkan nutrisi dengan
51

terapi aminofusin jumlah sedikit tapi


reel 290 ml/hr sering

- Kolaborasi
dengan tim
kesehatan dalam
pemberian nutrisi
4. 10.00 Tindakan S:
IV/I Keperawatan - Ibu pasien
1. Memantau suhu mengatakan
IV/2 Hasil : Sb 40.2oC badan pasien
2. Memberikan masih teraba
periode istirahat panas
tanpa gangguan O:
IV/3 Hasil : pasien dapat - Ku Lemah
istirahat dengan - TTV
tenang Sb : 40.2oC
Kolaborasi - tempat tidur
3. Melakukan pasien ditutup
kolaborasi dalam rapat dengan tirai
pemberian obat - Hasil Lab
sesuai ketentuan Leukosit : 0,63
Hasil : pemberian A:
leukokin 1x 1000 Masalah resiko
unit infeksi belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
- Pantau suhu
- Berikan periode
istirahat tanpa
gangguan
- Kolaborasi
dalam pemberian
obat
5. 10.00 Tindakan S:
V/1 keperawatan - keluarga pasien
1. Memantau tanda- mengatakan
tanda perdarahan pasien tidak
V/2 Hasil : tanda terlihat tanda-
perdarahan tidak tanda perdarahan.
ada O:
- Hasil Lab
2. Menganjurkan Trombosit :
keluarga untuk 1000dl/gr
52

V/3 memberitaukan
apabila ada tanda - tanda
perdarahan perdarahan tidak
Hasil : keluarga mau ada
berpartisipasi A : masalah Resiko
V/4 memberikan perdarahan
informasi belum teratasi

P : Intervensi
3. Menganjurkan dilanjutkan
keluarga untuk - Pantau tanda-
membatasi tanda perdarahan
pergerakan pasien - Anjurkan
Hasil : keluarga selalu keluarga untuk
memantau memberitaukan
pergerakan klien apabila ada tanda
Kolaborasi perdarahan
4. Melakukan - Anjurkan
kolaborasi dalam keluarga untuk
monitor trombosit membatasi
Trombosit : 1000 ul pergerakan
Dan penanganannya pasien
dengan pemberian - Kolaborasi
PRC pemberian PRC
Hasil : PRC belum
sempat diberikan
karena suhu tubuh
pasien masih
40.2oC

Hari/tanggal : Jumat/ 03-Mei-2013

NO waktu Dx / I Implementasi Evaluasi


1. 10.00 Tindakan S:
I/1 Keperawatan - Keluarga
1. Mengobservasi mengatakan
tanda vital terutama pasien panasnya
suhu tubuh sudah turun
Hasil : O:
TD :100/70 mmhg - Observasi
N : 112x/menit TTV :
Sb : 36.5 oC TD :100/70 mmhg
R : 22x/menit N : 112x/menit
Sb : 36.5 oC
53

I/2 2. Menganjurkan R : 22x/menit


keluarga untuk - Akral hangat
memberi pasien A:
minum - Masalah
Hasil : pasien hanya peningkatan suhu
minum asi tubuh belum
teratasi
I/3 3. Memberikan P : Intervensi
kompres air hangat dilanjutkan
Hasil : pasien tidak
dikompres - Observasi tanda
I/4 karena SB : vital terutama
36,50C suhu tubuh
Kolaborasi - Anjurkan
4. Melakukan keluarga untuk
kolaborasi dalam memberi pasien
pemberian obat minum
Hasil : pemberian - Kolaborasi
novalgin 500 mg dalam pemberian
tidak diberikan obat
karena SB :
36,50C

2. 10.00 Tindakan S:
keperawatan - Keluarga
II/I 1. Mengakaji mengatakan
tanda-tanda pasien diare 4x
dehidrasi - Keluarga
Hasil : mengatakan
- Mukosa kering pasien 2x muntah
- Kulit kering O:
II/2 2. Memberikan - Mukosa kering
cairan oral dan - Kulit kering
parinteral - BAB encer, warna
Hasil : kuning, jumlah
- Cairan 2A banyak
- Diberikan asi - Balance cairan :
+ 560
II/3 3. Memantau A : masalah
intake dan output kekurangan
- Balance cairan : volume cairan
Intake : 1500 belum teratasi
Output : 940 P : Intervensi
Balance : + 560 dilanjutkan
- kaji tanda-tanda
Kolaborasi dehidrasi
54

II/4 4. Memberikan - berikan cairan


obat anti diare oral dan parinteral
Hasil : Dialac 2x1 - pantau intake dan
output
- berikan obat anti
diare
3. 10.00 Tindakan S:
keperawatan - keluarga
III/1 1. Menganjurkan mengatakan
orang tua untuk pasien masih
tetap memberikan sering di beri asi
asi - keluarga
Hasil : ibu pasien mengatakan
selalu memberikan pasien malas
asi untuk makan dan
III/2 2. Mendorong minum air putih
masukan nutrisi O:
dengan jumlah -
sedikit tapi sering A: Masalah
Hasil : pasien tetap resiko perubahan
malas untuk makan nutrisi kurang dari
Kolaborasi kebutuhan tubuh
III/4 3. Melakukan belum teratasi.
kolaborasi dengan P : Intervensi
tim kesehatan dalam dilanjutkan
pemberian nutrisi - Anjurkan orang
Hasil : pasien tua untuk tetap
mendapatkan terapi memberikan asi
aminofusin reel 290 - Dorong
ml/hr masukan nutrisi
dengan jumlah
sedikit tapi sering
- Kolaborasi
dengan tim
kesehatan dalam
pemberian nutrisi

4. 10.00 Tindakan S:
Keperawatan - Ibu pasien
IV/1 1. Memantau suhu mengatakan badan
Hasil : Sb 36.5 oC pasien panasnya
IV/2 2. Memberikan sudah turun
periode istirahat O:
tanpa gangguan - Ku Lemah
Hasil : pasien dapat - TTV
istirahat dengan Sb : 36.5 oC
55

tenang - tempat tidur


Kolaborasi pasien ditutup
IV/3 3. Melakukan rapat dengan tirai
kolaborasi dalam - Hasil Lab
pemberian obat Leukosit : 0,63
sesuai ketentuan A:
Hasil : pemberian Masalah resiko
leukokin 1x 1000 infeksi belum
unit teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
- Pantau suhu
- Berikan periode
istirahat tanpa
gangguan
- Kolaborasi
dalam pemberian
obat
5. 10.00 Tindakan S:
Keperawatan - keluarga pasien
V/1 1. Memantau mengatakan
tanda-tanda pasien tidak
perdarahan terlihat tanda-
Hasil : tanda tanda perdarahan.
perdarahan tidak O:
ada - Hasil Lab
Trombosit :
V/2 2. Menganjurkan 1000dl/gr
keluarga untuk
memberitaukan - Tidak ada
apabila ada tanda tanda-tanda
perdarahan perdarahan
Hasil : keluarga mau
berpartisipasi A : masalah Resiko
memberikan perdarahan belum
informasi teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
V/3 3. Menganjurkan - Pantau tanda-
keluarga untuk tanda perdarahan
membatasi - Anjurkan
pergerakan pasien keluarga untuk
Hasil : keluarga memberitaukan
selalu memantau apabila ada tanda
posisi klien perdarahan
56

Kolaborasi - Anjurkan
V/4 4. Melakukan keluarga untuk
kolaborasi dalam membatasi
pemberian PRC pergerakan pasien
Hasil : PRC 1x 100
u

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi
penambahan sel-sel abnormal dalam darah tepi.Penyakit ini perlu mendapatkan
perhatian karena leukemia merupakan keganasan yang terbanyak pada anak.

Setiap ditegakkan diagnosis leukemia baru pada seorang penderita


akan membawa banyak dampak permasalahan, diantaranya kesiapan
mental/psikologi, dana, perawatan yang lama, kekhawatiran tidak bisa sembuh
dan komplikasi penyakit atau pengobatan. Dampak tersebut bukan hanya
harus dihadapi orang tua/keluarga penderita, tetapi juga oleh pihak petugas
medis/para medis, rumah sakit serta pihak-pihak lain yang terkait, sehingga
perlu dilakukan berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut.
57

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak NELSON Edisi 15 Vol. 3.
Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action
Publishing
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
http://adiskep-ns.blogspot.co.id/2011/08/lp-akut-limfoblastik-leukimia.html
(diakses pada 12 Maret 2016, pukul 20:21)
http://gedeagha.blogspot.co.id/2013/06/askep-leukimia-limfoblastik-akut.html
(diakses pada 12 Maret 2016, pukul 19:44)

Você também pode gostar