Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi
dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan
sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode.
Dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan
dimana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan
ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi,
jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal
penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan
perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aset lancar, aset tetap,
kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aset tetap berwujud
serta deplesi. Dengan demikian kita dapat mengaplikasikan apa saja yang terdapat
di dalam aset tetap dalam suatu perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud aset tetap?
2. Bagaimana penggolongan dan klasifikasi dari aset tetap?
3. Apa yang dimaksud deplesi?
4. Bagaimana cara menghitung deplesi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian aset tetap sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
2. Mengetahui pengertian deplesi.

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. ASET TETAP
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi/penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif,
2. Diharapkan dapat digunakan lebih dari satu periode.
Berdasarkan definisi diatas, hal penting terkait aset tetap yaitu:
1. Aset tetap adalah aset berwujud dalam bentuk fisik seperti tanah, bangunan,
yang berbeda dengan paten atau merk dagang yang tidak mempunyai bentuk
fisik yang disebut aset tak berwujud.
2. Mempunyai tujuan penggunaan khusus yaitu digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan pada pihak lain atau untuk
administratif. Aset seperti tanah yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual, bukan merupakan aset tetap.
3. Merupakan aset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan untuk lebih dari
satu periode akuntansi.

B. CONTOH ASET TETAP BERWUJUD


Umumnya aset tetap berwujud dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung
perusahaan.
2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun
perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan,
dan meubel.
Contoh tersebut akan digunakan entitas dalam kegiatan operasionalnya dan
bukan ditujukan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal persahaan. Jika entitas
membeli tanah untuk tujuan dijual kembali karena yakin harga tanah tersebut akan
terjadi peningkatan nilai, maka tanah tersebut bukan merupakan aset tetap tetapi
sebagai properti investasi (PSAK 13 Properti Investasi). Jika entitas bergerak di

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 2


bidang jual beli mobil maka mobil yang diperoleh untuk tujuan dijual kembali
merupakan persediaan (PSAK 14 Persediaan), bukan sebagai aset tetap.

C. PENGAKUAN
Aset dapat diakui sebagai aset tetap jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa datang berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas,
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

D. HARGA PEROLEHAN ASET TETAP BERWUJUD


Aset tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah
harga beli ditambah dengan semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan aset tersebut sampai aset siap untuk digunakan.
Yang termasuk aset tetap berwujud:
1. Tanah
2. Bangunan/Gedung
3. Mesin dan Alat-alat
4. Alat-alat Kerja
5. Pattern dan Dies/Cetakan
6. Perabot/Mebelair dan Alat-alat Kantor
7. Kendaraan
8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan/Returnable Container
Tanah
Tanah, harga perolehannya meliputi:
a. harga beli tunai tanah
b. biaya balik nama
c. komisi pembelian
d. biaya penelitian tanah
e. pajak, iuran, atau pungutan lain yang harus dibayar pembeli
f. biaya merobohkan bangunan lama
g. biaya perataan tanah, pembersihan,dan pembagian

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 3


Bangunan
Jika gedung dibuat sendiri, maka harga perolehan gedung terdiri dari:
a. biaya-biaya pembuatan gedung
b. biaya perencanaan dan desain gambar
c. biaya izin bangunan
d. pajak-pajak selama masa pembangunan gedung
e. bunga selama masa pembuatan gedung
f. asuransi selama masa pembangunan
Perlengkapan gedung (seperti eskalator dan lift) dicatat sendiri dalam rekening alat-
alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat-alat tersebut.
Mesin & Alat-alat
Mesin dan alat-alat, harga perolehannya meliputi:
a. harga beli
b. pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. biaya angkut
d. asuransi selama dalam perjalanan
e. biaya pemasangan
f. biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Bila mesin dibuat sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua biaya yang
dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin yang disewa dari pihak lain, biaya
sewanya tidak dikapitalisasi, tetapi dibebankan sebagai biaya pada periode
terjadinya pemakaian.
Alat-alat kerja
Alat-alat kerja berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan (seperti drei, catut,
& palu) memiliki harga perolehan yang relatif kecil, sehingga tidak didepresiasi
tetapi diperlakukan sebagai berikut:
1. Pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian pada setiap akhir periode
dihitung nilai fisiknya. Selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode yang
bersangkutan dan rekening alat-alat kerja dikredit; atau
2. Dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai
persediaan normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai
biaya.

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 4


Pattern dan Dies/Cetakan
Pattern dan Dies/Cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode
dicatat dalam rekening aset tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.
Tetapi jika cetakan hanya dipakai memproduksi pesanan khusus, maka harga
perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.
Perabot dan alat-alat kantor
Perabot dan alat-alat kantor, pembelian atau pembuatannya harus dipisah-pisahkan
untuk fungsi produksi, penjualan, dan administrasi karena depresiasinya
dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut. Harga perolehannya terdiri atas
harga beli, biaya angkut, dan pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
Kendaraan
Kendaraan, juga dipisahkan berdasarkan fungsi. Harga perolehannya meliputi harga
faktur, bea balik nama, & biaya angkut. Pajak yang dibayar setiap periode (seperti
pajak kendaraan bermotor dan jasa raharja) dibebankan sebagai biaya pada periode
yang bersangkutan.
Returnable Container
Returnable Container adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari
produk yang dijual, misalnya drum, tangki, dan botol. Barang tersebut merupakan
aset perusahaan dan disusut selama umur kegunaannya. Bila tempat barang tersebut
dikembalikan, maka harga jual tidak termasuk harga tempat barang tersebut

E. PENGUKURAN AWAL
Suatu aset dapat dikatakan sebagai aset tetap bila memenuhi kualifikasi yang
diukur sebesar biaya perolehan sebagai berikut:
1. Harga perolehannya termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agaraset siap digunakan sesuai keinginan dan
maksud manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemondahan aset tetap dan restorasi
aset.

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 5


Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung:
1. Biaya imbalan kerja (PSAK 24 Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung
dari pembangunan atau akuisi aset tetap.
2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
3. Biaya penanganan dan penyerahan awal
4. Biaya perakitan dan instalasi
5. Biaya pengujian aset apakah dapat bekerja dengan baik, setelah dikurangi
neto penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian
tersebut
6. Komisi profesional.
Contoh:
PT ABC menyewa kantor dengan masa sewa 5 tahun pada tahun 2010 dan
mengeluarkan Rp500.000.000 untuk biaya renovasi. Perjanjian sewa mengharuskan
PT ABC merestorasi kantor yang disewanya pada akhir masa sewa. PT ABC
mengestimasi total biaya restorasi Rp60.000.000 dengan diskonto 6%.
Biaya dekorasi kantor Rp500.000.000 ditambah dengan biaya mendekorasi
kantor tersebut yaitu Rp60.000.000 (1+6%)5 = Rp44.835.000. Jadi total biaya
dekorasi yang diakui di neraca PT ABC sebesar Rp544.835.000.
Perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman diatur dalam PSAK 26 Biaya
Pinjaman. Menurut PSAK 26, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian adalah
bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Aset kualifikasian adalah aset yang
membutuhkan suatu periode waktu yang substansial agar siap digunakan atau dijual
sesuai dengan maksudnya.
Beberapa aset yang memiliki kriteria aset kualifikasian:
1. Persediaan
2. Pabrik manufaktur
3. Fasilitas pembangkit listrik
4. Aset tak berwujud
5. Properti investasi
Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas pertama
kali memenuhi semua kondisi berikut:
1. Terjadi pengeluaran untuk aset

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 6


2. Terjadi biaya pinjaman
3. Entitas melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset untuk
digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasikan dari 2 jenis sumber(pinjaman
secara spesifik dan secara umum) sebagai berikut:
1. Dana secara spesifik untuk pembangunan aset tetap: jumlah biaya yang dapat
dikapitalisasikan adalah sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi atas
pinjaman tersebut selama periode berjalan. Jika penghasilan investasi yang
diperoleh dari investasi temporer pinjaman tersebut, maka penghasilan investasi
penghasilan tersebut mengurangi biaya pinjaman yang dikapitalisasi.
2. Dana secara umum untuk pembangunan aset tetap: jumlah biaya yang
dikapitalisasi adalah dengan menggunakan tingkat kapitalisasi untuk
pengeluaran atas aset tersebut.
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada
saat terjadinya. Jika entitas memperoleh aset tetap secara kredit dan pembayarannya
untuk aset melampaui jangka waktu kredit normal, maka perbedaan antara nilai
tunai dengan nilai pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode
kredit (kecuali kapitalisasi sesuai PSAK 26).
Entitas dapat melakukan akuisisi aset tetap secara gabungan, dan membayar satu
harga untuk aset tersebut. Contoh: Entitas membeli tanah, bangunan, dan mesin total
Rp800.000.000 dengan nilai wajar masing-masing sebagai berikut:
Tanah Rp350.000.000
Bangunan 500.000.000
Mesin 150.000.000
Total Rp1.000.000.000
Total harga perolehan Rp 800.000.000 dialokasikan sebagai berikut:
Tanah 350 1.000 x Rp800.000.000 = Rp280.000.000
Bangunan 500 1.000 x Rp800.000.000 = Rp400.000.000
Mesin 150 1.000 x Rp800.000.000 = Rp120.000.000
Rp800.000.000

Jurnal:
Tanah Rp280.000.000

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 7


Bangunan Rp400.000.000
Mesin Rp120.000.000
Kas Rp800.000.000

Entitas dapat memperoleh aset tetap melalui pertukaran aset nonmoneter, atau
kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Dalam hal ini maka biaya perolehan dari
suatu aset tetap dapat diukur nilai wajarnya kecuali:
1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
2. Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara
andal.
Jika aset yang diperoleh tersebut tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka
biaya perolehan diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
Berikut adalah contoh pertukaran yang memiliki substansi komesrsial dan tidak
memiliki substansi komersial yang digunakan untuk menghitung laba dan rugi
pemakaiannya:
Pertukaran memiliki Substansi komersial:
PT A menukar sebidang tanah dengan nilai buku Rp400.000.000 dengan kas
Rp800.000.000 dan mesin dengan nilai Rp1.000.000.000. Nilai wajar tanah
diestimasi Rp1.800.000.000. Transaksi tersebut memiliki substansi komersial.
Tanah Rp1.800.000.000
Kas (Rp800.000.000)
Rp1.000.000.000

Jurnal:
Mesin Rp1.000.000.000
Kas Rp800.000.000
Tanah Rp400.000.000
Keuntungan pelepasan tanah Rp1.400.000.000

Pertukaran tidak memiliki substansi komersial:


PT A menukarkan mobil jenis X dengan nilai buku Rp130.000.000 (harga
perolehan Rp200.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp70.000.000) dan nilai
wajar Rp132.500.000 untuk kas sebesar Rp1.500.000 dan mobil jenis Y dengan

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 8


nilai wajar Rp131.000.000. Mobil jenis X dan Y tersebut mempunyai fungsi yang
sama untuk PT A. Transaksi tersebut tidak memiliki substansi komersial, karena
arus kas masa depan PT A diestimasi tidak akan berubah dengan adanya transaksi
pertukaran tersebut.
Mobil X Rp130.000.000
Kas diterima (Rp1.500.000)
Rp128.500.000

Jurnal:
Kas Rp1.500.000
Mobil Y Rp128.500.000
Akumulasi penyusutan mobil X Rp70.000.000
Mobil X Rp200.000.000

F. PERTUKARAN ASET TETAP


1. Pertukaran aset tetap sejenis
Pertukaran aset tetap sejenis harus didasarkan pada nilai wajar dari aset
yang diserahkan atau nilai wajar dari aset yang diterima dengan keuntungan dan
kerugian yang diakui. Pendapat lain mengemukakan bahwa dalam pertukaran
tersebut didasarkan pada nilai tercatat (nilai buku) dari aset yang diserahkan
tanpa ada keuntungan atau kerugian yang diakui. Pendapat lain mengemukakan
nilai aset didasarkan dari nilai wajar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset
yang diterima mana yang lebih jelas.
2. Pertukaran aset tetap tidak sejenis
Pertukaran aset tidak sejenis dihitung dari harga pasar wajar aset yang
dipertukarkan mana yang lebih jelas.

G. PEMBERHENTIAN ATAU PELEPASAN ASET TETAP


Aset tetap bisa dihentikan penggunaannya dengan cara:
1. Dijual,
2. Ditukarkan, atau
3. Rusak

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 9


Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian
1. Semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dihapuskan
2. Apabila aset tetap tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan nilai buku
atau residu dicatat sebagai laba atau rugi.

H. DEPLESI
Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak
menggunakan istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang
diperolehan sumber-sumber alam keperiode-periode yang menerima manfaat dari
sumber itu. Biaya deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang berarti
bahwa biaya deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi selama
satu periode. Dalam hal ini, yang dieksploitasi adalah sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan
bahwa kata deplesi selalu pasti merujuk pada perhitungan akuntansi pertambangan
yang berkaitan dengan hasil residu, tafsiran perolehan.
Nilai sumber alam, seperti : tambang emas, tambang batu bara, tambang bijih
besi, tambang minyak tanah, tanah yang digunakan sebagai obyek/bahan baku
tertentu, akan berkurang, pengurangan nilai sumber alam ini disebut Deplesi.
Rekening akumulasi deplesi adalah suatu rekening lawan terhadap cadangan
barang tambang yang berangkutan, maka dalam neraca disajikan sebagai
pengurangan terhadap harga perolehan cadangan barang tambang yang
bersangkutan (seperti halnya aktiva tetap dengan akumulasi penyusutannya).
Cara perhitungan tarif deplesi:

Harga perolehan
Tarif Deplesi =
Taksiran jumlah mineral yang terkandung di dalamnya

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 10


I. CONTOH SOAL
Pertukaran Aset Tetap
1. Sebuah mesin yang dibeli pada bulan Januari tahun 2000 seharga Rp48.000.000
sampai dengan 31 Desember 2007 telah disusutkan Rp38.000.000. Pada tanggal 8
Januari 2010 ditukar dengan mesin baru yang sejenis dengan harga Rp68.000.000.
Hitunglah rugi/laba atas pertukaran, jika dalam pertukaran tersebut menambah uang
tunai Rp55.000.000 dan buatlah jurnalnya.

Jawab:
Harga beli mesin baru Rp68.000.000
Harga mesin lama Rp48.000.000
Penyusutan (Rp38.000.000)
Nilai buku mesin lama (Rp10.000.000)
Selisih nilai buku Rp58.000.000
Tambahan uang tunai (Rp55.000.000)
Laba pertukaran mesin Rp3.000.000,00

Jurnal:
Mesin (baru) Rp68.000.000
Akumulasi penyusutan mesin Rp38.000.000
Mesin (lama) Rp48.000.000
Kas Rp55.000.000

2. Harga perolehan sebuah mesin Rp50.000.000 akumulasi depresiasi telah terjadi


Rp28.000.000. Nilai buku untuk mesin tersebut Rp13.000.000 mesin tersebut akan
ditukar dengan sebidang tanah. Pada saat itu harga pasar untuk mesin tersebut
Rp18.000.000,harga perolehan untuk sebidang tanah Rp50.000.000, dan kas yang
dibayarkan untuk pertukaran tersebut Rp32.000.000.
Jawab:
Harga pasar mesin Rp18.000.000
Kas yang harus dibayar Rp32.000.000
Harga perolehan tanah Rp50.000.000

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 11


Harga perolehan mesin Rp50.000.000
Akumulasi depresiasi (Rp28.000.000)
Nilai buku Rp13.000.000
Harga pasar mesin (Rp18.000.000)
Laba akibat penukaran Rp5.000.000

Jurnal
Tanah Rp 50.000.000
Akumulasi depresiasi mesin Rp 28.000.000
Mesin Rp32.000.000
Keuntungan akibat pertukaran Rp 50.000.000
Kas Rp 5.000.000

Deplesi
Perhitungan besarnya deplesi berdasarkan atas harga perolehan sumber alam,
banyaknya cadangan/kandungan sumber alam tersebut serta jumlah yang telah
dieksploitasi selama periode tertentu.
Contoh:
3. Harga perolehan hak atas tambang Rp80.000.000, taksiran cadangan/kandungan bijih
besi sebesar 4.000.000 ton.
Jawab:
Maka tarif deplesi tiap ton = Rp80.000.000.000 : 4.000.000 = Rp20.000
Jika dalam setahun telah ditambang 150.000 ton, maka besarnya deplesi adalah
150.000 x Rp 20.000 = Rp 3.000.000.000

Jurnal:
Biaya Deplesi Rp 3.000.000.000
Akumulasi Deplesi Rp 3.000.000.000

4. Tanah yang dimiliki perusahaan pertambangan diperoleh atas dasar hak pembayaran
fee (fee interest), diperlukan biaya seluruhnya sebesar Rp70.000.000. Untuk
mempersiapkan pembangunan sumber tersebut, perusahaan telah mengeluarkan biaya
sebesar Rp300.000.000. Diperkirakan brang tambang yang dihasilkan sebesar

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 12


1.000.000 ton. Nilai tanah setelah barang ditambang habis dieksploitasi sebesar
Rp20.000.000. Hitung besarnya deplesi, jika pada suatu periode barang tambang yang
berhasil dieksploitasi sebesar 30.000 ton.
Jawab:
Tarif deplesi per ton = Rp70.000.000 + Rp300.000.000 Rp20.000.000
1.000.000 ton
= Rp350
Deplesi untuk 30.000 ton = Rp350 x 30.000
= Rp10.500.000

Jurnal:
Biaya deplesi Rp10.500.000
Akumulasi deplesi Rp10.500.000

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 13


BAB III
KESIMPULAN

Aset tetap adalah aset berwujud dalam bentuk fisik seperti tanah, bangunan,
yang berbeda dengan paten atau merk dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik yang
disebut aset tak berwujud. Mempunyai tujuan penggunaan khusus yaitu digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan pada pihak lain atau
untuk administratif. Aset seperti tanah yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual, bukan merupakan aset tetap. Merupakan aset tidak lancar, karena diharapkan
akan digunakan untuk lebih dari 1 periode akuntansi.
Pertukaran aset tetap dibagi menjadi 2, yaitu pertukaran aset sejenis dan
pertukaran aset tidak sejenis. Pertukaran aset tetap sejenis harus didasarkan pada nilai
wajar dari aset yang diserahkan atau nilai wajar dari aset yang diterima dengan
keuntungan dan kerugian yang diakui. Sedangkan pertukaran aset tidak sejenis dihitung
dari harga pasar wajar aset yang dipertukarkan mana yang lebih jelas.
Deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan sumber-sumber alam
keperiode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu. Biaya deplesi dihitung
dengan metode satuan produksi yang berarti bahwa biaya deplesi merupakan fungsi
jumlah satuan yang dieksploitasi selama satu periode. Dalam hal ini, yang dieksploitasi
adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 14


DAFTAR PUSTAKA

Martani, Dwi. Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Farahmita, dan Edward
Tanujaya. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Salemba Empat.
Horngren, Charles T. dan Walter T. Harrison. 2007. Accounting. Edisi 7. Pearson
Education.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Jakarta:
Salemba Empat.
Kieso, Donald. E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2010. Intermediate
Accounting IFRS Edition. Edisi 1. Volume 1. John Wiley & Sons.
Lau, Peter dan Nelson Lam. 2008. Intermediate Financial Reporting: An IFRS
Perspective. Edisi 1. Singapura: McGraw-Hill Education Asia.
Stice, James D., Earl K. Stice, dan K. Fred. Skousen. 2010. Intermediate Accounting.
Edisi 17. South-Western/Cengange Learning.
www.iaiglobal.or.id
www.ifrs.org/Home.htm

Aset Tetap Berwujud & Deplesi-Kelompok 4 15

Você também pode gostar