Você está na página 1de 3

Tak Beri Rekam Medik, RSCM

Dilaporkan
Senin, 18 April 2011 | 17:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta


mengadukan Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) kepada
Kementerian Kesehatan, Senin (18/4/2011) karena dianggap telah
merugikan pasien bernama Lina Ismalawati (24).

RSCM dinilai telah mengabaikan hak pasien terkait permintaan rekam


medis Lina. Suami pasien telah mengirimkan surat kepada Dirut RSCM
dan Kementerian Kesehatan RI. LBH juga telah mengirimkan surat dua
kali untuk permintaan salinan rekaman medis yang ditujukan langsung
kepada Dirut RSCM, tetapi semuanya tak dihiraukan.

Agenda hari ini kami mau mengadukan Direktur Utama RSCM terkait
tidak diberikannya rekam medis dari pasien yang bernama Lina
Ismalawati, di mana rekam medis tersebut sudah kami minta dengan
menyurati dua kali, tapi tidak ada respons, dan dari pasien sudah
menyurati Dirut RSCM, tapi juga tidak ada respons, ungkap Maruli Tua
Rajaguguk, perwakilan dari LBH Jakarta, Selasa (18/4/2011).

Menurut keterangan suami pasien, Cecep Surya Lesmana, kasus ini


berawal ketika Lisna ingin melepas selang kencing setelah tiga minggu
menjalani perawatan di rumah. Sebelumnya, Lisna sempat melakukan
pengobatan di RSUD Cibinong dan didiagnosa mengidap flek paru.
Karena merasa sudah membaik, pihak keluarga lalu memutuskan
melepas selang kencingnya di RSCM.

Sampai di bagian Urologi RSCM, istri saya dirujuk ke neurologi (saraf).


Dari neurologi ke IGD. Di IGD ditetapkan harus menginap satu malam.
Besoknya disuruh tes rapid HIV, kata Cecep.
Tanggal 10 mei 2010, saat dilakukan tes rapid HIV, ternyata pihak dokter
mendiagnosa Lisna terkena HIV positif. Melihat adanya kejanggalan
terhadap hasil diagnosa, maka Cecep mengajukan diri untuk melakukan
tes HIV penyaring rapid. Namun, hasil tes HIV Rapid suami pasien
hasilnya negatif.

Seakan tidak percaya hasil tes tersebut, lalu tim dokter RSCM berdalih
bahwa kekebalan tubuh si suami kuat sehingga belum terdeteksi. Dua
minggu kemudian, Cecep mengusulkan agar dilakukan pemeriksaan tes
HIV lagi terhadap istrinya. Saat itu, tim dokter mengusulkan agar dilakukan
tes HIV Elisa, karena tes ini lebih akurat dibandingkan dengan tes HIV
Rapid.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata hasil dari tes HIV Elisa


menunjukkan bahwa pasien tidak mengidap HIV. Tetapi tim dokter tidak
mau disalahkan, malah menyalahkan alat tes HIV tersebut.

Sebenarnya kami meminta, rekam medis ketika pasien didiagnosa HIV


positif, tidak diberikan oleh pihak RSCM. Ini yang kami sesalkan, ini ada
apa? Ketika didiagnosa HIV negatif diberikan rekam medis, tapi ketika
didiagnosa HIV-nya positif itu tidak diberikan, lanjut Maruli.

Ditambahkan Maruli, kesalahan diagnosa yang dilakukan tim dokter


RSCM tersebut berakibat fatal bagi pasien, di mana mengalami luka besar
berdiameter lebih kurang 10 cm tepat di pinggang belakang dan harus
melakukan operasi vaskuler, sehingga menyebabkan pasien hilang
kesadaran.

Ketika didagnosa HIV positif, pasien bukannya makin sembuh, tetapi


malah mengalami penyakit-penyakit baru, seperti luka di bagian
pinggang, jelasnya.

Rekam medis merupakan hak pasien yang dijamin dalam undang-undang


tentang praktik kedokteran, UU Rumah Sakit, maupun Peraturan Menteri
Kesehatan.
Kami mengadukan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini
Kemenkes, untuk memastikan dan melakukan tindak lanjut atas
pengaduan ini. Kenapa hal ini bisa terjadi? Dan apa yang menjadi alasan
dari pihak RSCM tidak memberikan rekam medis tersebut? Kalau direktur
utama cenderung menutupi, harus dicopot dong, tegas Maruli.

Sedangkan bagi cecep, yang dibutuhkannya saat ini adalah bagaimana


istrinya bisa kembali pulih seperti sediakala. Selain itu, Cecep juga
meminta ganti rugi, baik materi maupun imateri, atas kesalahan diagnosa
yang dilakukan oleh tim dokter RSCM.

Sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari RSCM menyoal tidak
diresponsnya permintaan rekam medis pasien. Direktur Utama RSCM Dr
Akmal Taher, saat dikonfirmasi, mengaku belum mengetahui soal kasus
pasien yang dimaksud, terkait kesalahan diagnosa yang dilakukan tim
dokter dari RSCM.

Saya enggak tahu itu. Informasi mengenai rekam medis, pasti harus
dikasih. Tapi rekam medik itu sendiri milik rumah sakit. Jadi, kalau dia
(pasien) minta dokumen medik yang lengkap gak bisa dikasih karena
punya rumah sakit. Tapi informasi di dalamnya itu punya pasien dan harus
dikasih dalam bentuk resume, jelasnya, saat dihubungiKompas.com via
telepon, Senin (18/4/2011).

Disinggung soal surat yang dikirimkan oleh suami pasien dan LBH kepada
dirinya, lebih lanjut Akmal mengatakan, Saya enggak tahu, saya lagi di
luar negeri sekarang, saya lagi di Kuala Lumpur. Nanti malam saya
pulang, besok saya cek namanya, ujarnya.

Editor: Asep Candra

Você também pode gostar