Você está na página 1de 6

Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik yang terjadi pada permukaan suatupadatan. Adsorpsi
terjadi jika gaya tarik-menarik antara zat terlarut dengan permukaan penyerap dapat mengatasi gaya
tarik-menarik antara pelarut dengan permukaan penyerap (Oscik, 1982). Zat atau molekul yang
terserap ke permukaan disebut adsorbat, sedangkan zat atau molekul yang menyerap disebut
adsorben (Sukardjo, 1985).

Jenis adsorpsi yang umum dikenal adalah adsorpsi kimia (kemisorpsi) dan adsorpsi fisika
(fisisorpsi).

a. Adsorpsi Kimia (Kemisorpsi)

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia. Pada
adsorpsi kimia hanya satu lapisan gaya yang terjadi. Besarnya energi adsorpsi kimia 100 kj/mol.
Adsorpsi jenis ini menyebabkan terbentuknya ikatan secara kimia sehingga diikuti dengan reaksi
kimia, maka adsorpsi jenis ini akan menghasilkan produksi reaksi berupa senyawa yang baru. Ikatan
kimia yang terjadi pada kemisorpsi sangat kuat mengikat molekul gas atau cairan dengan permukaan
padatan sehingga sangat sulit untuk dilepaskan kembali (irreversibel). Dengan demikian dapat
diartikan bahwa pelepasan kembali molekul yang terikat di adsorben pada kemisorpsi sangat kecil
(Alberty, 1997).

b. Adsorpsi Fisika (Fisisorpsi)

Adsorpsi fisika terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Pada jenis adsorpsi fisika ini, terjadi
beberapa lapisan gas. Besarnya energi adsorpsi fisika 10 kj/mol. Molekul-molekul yang diadsorpsi
secara fisika tidak terikat kuat pada permukaan, dan biasanya terjadi proses balik yang cepat
(reversibel), sehingga mudah untuk diganti dengan molekul yang lain. Adsorpsi fisika didasarkan pada
gaya Van Der Waals, dan dapat terjadi pada permukaan yang polar dan non polar. Adsorpsi juga
mungkin terjadi dengan mekanisme pertukaran ion.Permukaan padatan dapat mengadsorpsi ion-ion
dari larutan dengan mekanisme pertukaran ion. Oleh karena itu, ion pada gugus senyawa permukaan
padatan adsorbennya dapat bertukar tempat dengan ion-ion adsorbat. Mekanisme pertukaran ini
merupakan penggabungan dari mekanisme kemisorpsi dan fisisorpsi, karena adsorpsi jenis ini akan
mengikat ion-ion yang diadsorpsi dengan ikatan secara kimia, tetapi ikatan ini mudah dilepaskan
kembali untuk dapat terjadinya pertukaran ion (Atkins, 1990).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adsorpsi antara lain (Pohan dan Tjiptahadi, 1987):
1) Karakteristik fisika dan kimia dari adsorben, antara lain: luas permukaan, ukuran pori, dan
komposisi kimia.

2) Karakteristik fisika dan kimia dari adsorbat, antara lain: luas permukaan, polaritas, dan komposisi
kimia.

3) Konsentrasi adsorbat di dalam fasa cair

4) Karakteristik fasa cair, antara lain: pH dan temperatur

5) Sistem waktu adsorpsi

Adsorpsi

1. Pengertian Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu fluida, cairan
maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (disebut: zat penjerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan film (disebut: zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya.
Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk
suatu larutan.

Dengan demikian dapat disimpulkan:

Adsorpsi --> peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain

Adsorbat senyawa terlarut yang dapat terserap

Adsorben padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang diserap

Dalam pengertian lain menyatakan adsorpsi merupakan suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi atau adsorben.

Selain zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara :

zat padat dan zat cair,

zat padat dan gas,


zat cair dan zat cair

gas dan zat cair.

Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai
gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi.
Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap
hanya pada permukaan (Sukardjo, 2002:190).

Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan,
sebab laju adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih
dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu
tertentu peristiwa adsorpsi cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung
meningkat. Ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan
berkesetimbangan. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-
beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara
umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat
dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi

2. Jenis adsorpsi

Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia dan adsorbsi fisika.
Berikut masing- masing penjelasannya.

a. adsorpsi fisika (Physisorption)

interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van derWallsdimana ketika gaya
tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut
dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika ini
memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat sangat lemah dan
energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.

Contoh : Adsorpsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang diaktifkan
dengan cara membuat pori pada struktur karbon tersebut. Aktivasi karbon aktif pada temperatur
yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar.
Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada
permukaan media adsorpsi.

b. adsorpsi kimia (Chemisorption)


Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van Dar
Wallis) antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi
diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya
Van derWalls atau bisa melalui ikatan hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat.

Contoh : Ion exchange.

3. Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia dapat dilihat pada tabel 1.

Adsorpsi fisika Adsorpsi kimia

Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Molekul terikat pada adsorben oleh
Van derWalls ikatan kimia

Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai - Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai


40 kJ/mol 800kJ/mol

Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan Monolayer

Adsorpsi hanya terjadi pada suhu Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
dibawah titik didih adsorbat

Jumlah adsorpsi pada permukaan Jumlah adsorpsi pada permukaan


merupakan fungsi adsorbat merupakan karakteristik adsorben dan
adsorbat

Tidak melibatkan energi aktivasi tertentu Melibatan energi aktivasi tertentu

Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik


4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorpsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah sebagai berikut:
a. Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Waktu
kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif untuk digunakan sebagai
adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi kecepatan dimana adsorpsi terjadi. Kecepatan
adsorpsi meningkat dengan menurunnya ukuran partikel.
b. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga
proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter adsorben maka semakin luas
permukaannya. Kapasitas adsorpsi total dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total
adsorbennya.

c. Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan. Senyawa yang mudah
larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya dan karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi
dibandingkan senyawa yang sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian karena banyak senyawa yang
dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa senyawa yang sangat mudah larut
diadsorpsi dengan mudah. Usaha-usaha untuk menemukan hubungan kuantitatif antara kemampuan
adsorpsi dengan kelarutan hanya sedikit yang berhasil.

d. Ukuran Molekul Adsorbat


Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika molekul masuk
ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat ketika ukuran pori-pori
adsorben cukup besar sehingga memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.

e.pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar terhadap adsorpsi itu
sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena pH
mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam
organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan
mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji
laboratorium.

f. Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah
adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan menurun
dengan menurunnya temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm,
derajad adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi
(Srining Peni, 2001: 23).

5. Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah adsorpsi yang menggambarkan hubungan antara zat yang
teradsorpsi oleh adsorben dengan tekanan atau konsentrasi pada keadaan kesetimbangan dan
temperatur konstan. Persamaan yang sering digunakan untuk menggambarkan data percobaan
isoterm telah dikembangkan oleh 1) Freundlich, 2) Langmuir, dan 3) Brunauer, Emmett, dan Teller
(Isoterm BET) (Tchobanoglosetal., 1991: 318).
Dalam sistem cair, isoterm adsorpsi menyatakan variasi adsorben dan adsorbat yang terjadi pada
suhu konstan. Pada kondisi kesetimbangan terjadi distribusi larutan antara fasa cair dan fasa padat.
Rasio dari distribusi tersebut merupakan fungsi konsentrasi dan larutan. Pada umumnya jumlah
material yang diserap per satuan berat dari adsorben bertambah seiring dengan bertambahnya
konsentrasi walaupun hal itu tidak selalu berbanding lurus.

Você também pode gostar