Você está na página 1de 8

Nama : Abhijata Kartika Silananda

NIM: 1511415095

Rombel : 03

Refreksi Materi Tentang Persepsi dan Atribusi

Persepsi

A. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi menurut KBBI yaitu sebuah tanggapan (penerimaan) dari
sesuatu dan atau suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalu pancaindranya.
Sedangkan menurut Wood (1997: 47) persepsi diartikan sebagai proses aktif
memilah, menata dan menafsirkan.
Sarwono juga mengemukakan tentang pengertian persepsi, menurut beliau
Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di
luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan
masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek.
Jadi dapat simpulkan bahwa persepsi merupakan proses pemberian makna sebagai
hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya,
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang
dapat memberikan tanggapan mengenai hal tersebut.
Persepsi merupakan hal yang unik, jadi setiap orang memungkinkan untuk memiliki
perbedaan persepsi terhadap suatu objek yang sama. Hal ini terjadi karena persepsi
seseorang dipengaruhi oleh banyak hal seperti pengalaman, pengetahuan, situasi atau
rangsangan terhadap suatu objek dari suatu individu.
B. Proses Persepsi
1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau
proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan
proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-
saraf sensoris.
3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,
merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima
reseptor.
4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan dan perilaku.

Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor faktor tersebut akan
mempengaruhi proses pembentukan persepsi, antara lain:

1. Faktor Internal
a. Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda
sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
b. Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi
tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda
dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
c. Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari
stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-
obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
e. Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana hati
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana
perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang
dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal
a. Stimulus
Agar dapat dipersepsi, stimulus yang muncul harus cukup kuat, Stimulus yang kurang
jelas akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Bila stimulus berwujud benda
bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang
mengadakan persepsi, karena benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk
mempengaruhi yang mempersepsi.
b. Lingkungan dan situasi
Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan
berpengaruh dalam persepsi bila obyek persepsi adalah manusia. Obyek dan
lingkungan yang melatarbelakangi obyek merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan.
Obyek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi
yang berbeda.
C. Kesalahan Persepsi
1. Hallo Effect
Hallo effect adalah kecendrungan individu untuk membentuk suatu kesan yang
menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan
effek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifat yang spesifik. Efek halo ini memang
lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam menilai orang-orang yang
bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau
keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia
baik dalam satu hal, maka seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya.
2. Stereotype
Stereotype yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu
kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang
dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai
orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai
3. Contrast Effect
Merupakan kecenderungam mengevaluasi orang atau objek dengan membandingkan
mereka dengan karakteristik orang atau objek yang baru saja diamati.
4. First-impression Error
Kecenderungan mendasarkan pertimbangan kita tentang orang lain pada kesan kita
sebelumnya tentang mereka. Seringkali cara kita mempertimbangkan seseorang tidak
didasarkan semata pada seberapa baik orang tersebut kinerjanya sekarang, tetapi pada
pertimbangan awal kita terhadap individu tersebut.

Sedangkan menurut beberapa sumber menjelaskan, masih ada beberapa penyebab


kesalahan persepsi, yaitu:

1. Similar-to-me Effect
Kecenderungan orang merasa atau menganggap enteng atau ringan orang lain yang
diyakini sama dengan dirinya dalam setiap cara yang berbeda. Sebaliknya, bias terjadi
karena kecenderungan orang merasa lebih menyukai orang lain yang seperti mereka
daripada mereka yang tidak sama.
2. Recency Effect
Merupakan kesalahan persepsi di mana informasi paling baru mendominasi perspsi kita
terhadap orang lain.
3. False-consensu Effect
Merupakan kesalahan persepsi di mana kita memperkirakan lebih tinggi terhadap orang
lain yang mempunyai keyakinan dan karakteristik sama dengan kita.
4. Central Tendency Effect
Merupaka kecenderungan menghindari semua pertimbangan ekstrem dam menilai
orang atau objek sebagai rata-rata atau netral.

Atribusi

D. Pengertian Atribusi

Menurut Baron dan Byrne (2003: 49), atribusi merupakan proses-proses untuk
mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku orang lain dan kemudian diketahui tentang
sifat-sifat menetap dan disposisi mereka.

Sedangkan menurut Dayakisni (2006:52), atribusi merupakan proses dilakukan


untuk mencari sebuah jawaban atau pertanyaan maengapa atau apa sebab atas perilaku
prang lain ataupun diri sendiri

Sarwono (2009) atribusi merupakan analisis kasual, yaitu penafsiran terhadap


sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomena menampilkan gejala-gekala tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa atribusi adalah suatu proses untuk mengetahui,
menafsirkan dan mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku orang lain dari suatu
fenomena yang terjadi. Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu pemahaman
kita akan penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi kita terhadap
dunia sosial. Atribusi penting untuk di pelajari dalam psikologi sosial karena hal ini dapat
menerangkan pada kita bagaimana orang menjelaskan suatu perilaku.

E. Teori Teori Atribusi


Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas
pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus
pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan
seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja
mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang
mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan
faktor di luar diri yaitu organisasi.

Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana
individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu
yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi
pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang
terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan
kesempatan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Individu yang memiliki


keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol
dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu
yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib
atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki
external locus of control.
F. Kesalahan Atribusi

1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error)


Ini adalah kecenderungan untuk melebih-lebihkan pengaruh disposisi pada
perilaku orang lain. Anda cenderung untuk menganggap bahwa perilaku orang lain
disebabkan oleh sikap, kepribadian, perasaan, emosi, kemampuan, kesehatan,
keinginan, niat, kesukaan, dan usaha. Anda kurang memperhatikan situasi dimana
perilaku itu timbul. kecenderungan untuk selalu memberi atribusi internal pada orang
lain.Pada contoh pengendara sepeda motor yang mengebut di jalan, kita selalu
memberikan atribusi internal kepada dia (pemarah, tidak sabar, dll).

2. Efek Pelaku-Pengamat
Kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada orang
lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal. Pada contoh
pengendara sepeda motor yang mengebut di jalan diatas, kita selalu memberi atribusi
internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll), sedangkan setelah kita tanya, dia membela
diri dengan alasan bermacam-macam, mungkin dengan alasan dia terburu-buru karena
dia sedang membawa istrinya yang sedang hamil ke RS, dll (atribusi eksternal).
3. Pengutamaan Diri Sendiri
Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang
lain. Saya pribadi, kadang melakukan hal yang sama dengan memencet klakson bila
kendaraan didepan lajunya lambat sekali padahal lampu lalu lintas sudah berubah jadi
hijau. Kita sering menyalahkan orang lain, tapi kadang kita tidak sadar bahwa kita
pernah bahkan sering melakukan hal yang sama dengan orang yang kita salahkan.

4. Menyalahkan diri (self-blame)


Menyalahkan diri (self blame) adalah kecenderungan seseorang untuk secara
berlebihan menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan. Mungkin Anda
sering menemui orang seperti ini. Apapun kejadiannya, selalu diri sendiri disalahkan.
Ada teman sedih, menyalahkan diri sendiri tidak mampu menyenangkan hati sang
teman. Suami gagal dalam usahanya, menyalahkan diri sendiri tidak cukup banyak
membantunya.
5. Efek relevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance)
Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai lebih positif perilaku orang
lain yang menguntungkan dirinya pribadi, dan menilai lebih negatif perilaku yang
merugikan dirinya. Misalnya teman Anda mencuri buah di kebun tetangga. Jika Anda
mendapat bagian buah curian (positif bagi Anda), maka Anda cenderung
menganggapnya melakukan pencurian hanya untuk senang-senang saja. Sebaliknya jika
Anda tidak mendapat bagian (negatif bagi Anda), maka Anda menganggap teman Anda
berjiwa maling.

6. Bias egosentrisme
Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang dengan menggunakan
diri sendiri sebagai referensi, alias beranggapan orang lain juga melakukan hal yang
sama. Misalnya Anda membaca buku karena mengisi waktu luang. Maka Anda
menganggap orang lain membaca buku juga untuk mengisi waktu luang. Padahal boleh
jadi tugasnya menuntut untuk membaca buku.

Você também pode gostar