Pada suatu hari, hiduplah seorang anak laki-laki di gubuk suatu
desa. Kedua orangtua anak tersebut sudah meninggal sejak anak tersebut masih kecil, karena itulah anak tersebut sekarang tinggal dengan kedua orangtua asuhnya. Orangtua asuh sang anak sangat kejam, mereka tidak pernah memberikan apa yang seharusnya didapatkan si anak. Karena tumbuh dengan kekejaman orangtua asuhnya, anak tersebut tidak pernah bicara atau tersenyum. Warga- warga desa bahkan menganggap bahwa anak itu bisu dan tuli karena ia tidak pernah memberikan respon untuk apapun. Pada suatu ketika, sumur di gubuk sang anak mengalami kekeringan dan mereka kehabisan air. Begitu mengalami kesialan tersebut, si ibu asuh pun memerintahkan sang anak untuk pergi ke sebuah gubuk kosong di ujung jalan. Gubuk kosong itu dikenal sebagai gubuk yang menyeramkan, tidak ada seorang pun yang berani mendekati gubuk tersebut. Konon, siapa pun yang pergi ke gubuk tersebut akan mendapatkan kesialan. Dan lagi banyak sekali mitos aneh dari warga yang mengatakan bahwa orang yang menginjakan kaki ke dalam gubuk tersebut tidak akan pulang untuk selamanya. Padahal sumur tua di gubuk tersebut tidak pernah habis airnya. Walaupun mengetahui hal tersebut, si ibu asuh tetap memerintahkan si anak untuk pergi dengan pikiran bahwa jika anak tersebut tidak kembali itu tidak akan merugikan mereka. Anak tersebut akhirnya pergi ke gubuk kosong itu. Sudah setengah hari sang anak tidak kembali, orangtua asuh sang anak pun langsung beranggapan bahwa anak itu sudah hilang. Keesokan paginya, anak itu pulang dengan senyum di wajahnya. Orangtua asuhnya terkejut dan marah karena anak itu sudah pulang tanpa membawa setetes air pun. Setelah dimaki dan dipukuli, anak tersebut hanya tersenyum dan berkata mainlah ke sana, menyenangkan. yang membuat mereka semakin marah. Keesokan harinya, orangtua asuh sang anak pun terus memerintahkan anak tersebut untuk mengambil air di gubuk kosong itu, tetapi kejadian yang sama terus berulang. Karena penasaran dengan apa yang telah membuat anak tersebut tersenyum di gubuk kosong itu, orangtua asuhnya pun pergi ke sana. Tetapi, orangtua asuh sang anak tidak pernah kembali dan semenjak itu sang anak selalu tersenyum.