Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELAS : D4 LB 3A
NPM : 6144063
A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti : pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti
perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang
berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995,dicantumkan bahwa:
1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
kewirausahaan.
2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan
segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap
mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Kewirausahaan dilihat dari sumber daya yang ada di dalamnya adalah seseorang yang
membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi
yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya dan juga dilekatkan pada
orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
Kewirausahaan dalam arti proses yang dinamis adalah kewirausahaan merupakan sebuah
proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras
dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko social, dan
akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.
Melalui pengertian tersebut terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan
yakni :
1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya.
Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang
akan menggunakan hasil kreasi tersebut.
2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin
besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses
kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan.
3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi
berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.
4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau
kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya
dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
Dari beberapa konsep yang ada pada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut
( Suryana,2003 : 13) yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi,
1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up
phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan
sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan
sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai
tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru
yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Suatu usaha dapat disebut baru jika ada salah satu dari dua (2) atau keduanya-duanya
unsur berikut adalah baru. Dua (2) unsur tersebut adalah :
Bentuk kerja usaha yang ada umumnya dapat dibagi menjadi tiga kategori bidang, yaitu :
1. pertanian, yaitu bidang usaha yang langsung berkaitan dengan alam. Dapat terkait
dengan tanaman, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, ataupun
agrobisnis seperti agrowisata atau tempat wisata pertanian.
2. industri, yaitu bidang di mana dilakukan proses pengolahan bahan baku menjadi
bahan setengah jadi atau bahan jadi. Dalam sektor ini pasti menghasilkan produk
barang
3. jasa, yaitu bidang di mana dilakukan proses kerja akan tetapi tidak terjadi
pengalihan hak barang dari pemberi jasa kepada penerima jasa. Yang terjadi
adalah penerima jasa dapat merasakan manfaat jasa yang diberikan oleh pemberi
jasa bagi kebutuhan atau kepentingan penerima jasa.
a. Membuat usaha baru, artinya kita mempunyai pelaku dan kegiatan usaha yang benar-
benar baru bukan merupakan kelanjutan atau mempunyai keterkaitan dengan yang
sebelumnya. Biasanya hal ini dilakukan muncul karena kita mempunyai modal uang
dalam jumlah besar dan mempunyai ide atau keinginan untuk usaha.
b. Melanjutkan usaha yang telah ada sebelumnya, atau dengan kata lain merupakan usaha
warisan. Artinya kita melakukan kegiatan usaha yang lama tetapi karena
ketidakmampuan orang tua kita maka kemudian usaha tersebut diserahkan kepada kita
sebagai anaknya. Dalam hal ini kondisi baru terjadi karena pelaku usahanya adalah orang
baru, walaupun pelaku baru tersebut adalah anak dari pemilik lama akan tetapi proses
pengelolaan (manajerial) yang akan dilakukan oleh penerus usaha akan cenderung
berbeda dari yang sebelumnya.
c. Membeli usaha yang telah ada
d. franchising, waralaba
e. Konsinyasi sebagai bentuk melakukan usaha baru, tanpa membutuhkan modal uang
hanya modal kepercayaan dari orang lain kepada kita. Konsinyasi merupakan proses
penjualan produk di mana pembayaran kepada produsen atas barang yang dijual
dilakukan hanya setelah produk yang dijual itu laku dibeli oleh konsumen, sedangkan jika
tidak maka kita tidak perlu membayarnya
Peluang usaha baru merupakan titik awal untuk menumbuhkan produktivitas sumber daya
manusia bagi dirinya, kelompok, dan lingkungannya. Disebut sebagai produktivitas sumber
daya manusia karena kegiatan ini adalah kegiatan ekonomi produktif yang dikelola oleh
manusia sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhannya, dan jika berhasil memberi manfaat
bagi manusia lainnya. Bukan berarti bahwa sumber daya lain tidak menjadi perhatian tetapi
sumber daya manusia menjadi fokus, karena wirausaha adalah salah satu jalan untuk
mengurangi pengangguran.
2. PEMBIAYAAN
Sumber-sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan secara umum dibagi menjadi dua,
yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Rincian dari masing-masing sumber dana adalah
sebagai berikut:
1. Dana modal sendiri, baik dari pribadi maupun keluarga
2. Pinjaman dari kawan dan relasi
3. Pinjaman dari lembaga bank, baik bank pemerintah maupun bank swasta
4. Hutang dagang
5. Pinjaman hipotik dan pembiayaan jangka menengah dapat diperoleh dari berbagai
lembaga keuangan untuk tujuan tertentu, biasanya untuk membeli harta tetap
6. Pembiayaan sewa (leasing)
7. Modal usaha yang disediakan perusahaan khusus yang bersedia memberikan dana untuk
usaha yang lebih kecil
8. Di beberapa Negara terdapat pinjaman dari pemerintah melalui pinjaman langsung atau
jaminan, namun syarat-syaratnya berbeda-beda.
3. PEMASARAN
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan
keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
4. KEPEMILIKAN
Secara umum kepemilikan dapat dibagi menjadi : 1) kepemilikan pribadi, dan 2) kepemilikan
kelompok. Dari segi yang lain, kepemilikan juga dapat dibagi menjadi : 1) kepemilikan di mana
terdapat penguasaan sumberdaya secara kongkrit, atau dalam istilah lain disebut sebagai
pemilikan dalam genggaman, yaitu kepemilikan di mana sumberdaya yang dikuasai benar-
benar dipegang oleh pemilik. Misalnya : peralatan kerja, yang secara nyata dipegang oleh
pemiliknya sebagai yang menguasai sumberdaya alat tersebut.
Kepemilikan secara hukum, di mana sumberdaya dimiliki akan tetapi keberadaannya tidak
secara kongkrit dipegang. Misalnya : kepemilikan akan sebidang tanah atau sebuah rumah, tanah
atau rumah tersebut tidak dipegang tetapi secara hukum keduanya dimiliki dan pemanfaatan
keduanya harus dengan seizin pemilik sah secara hukum dari keduanya. Kepemilikan secara
hukum pada galibnya lebih sulit untuk mempertahankan kepemilikannya, karena sumberdaya
yang dimilikinya bisa saja berubah tanpa diketahui karena sebab-sebab yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.
Pengelolaan sumber daya manusia dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1) perekrutan
2) pendidikan, yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
a. Pendidikan sebelum menjadi pegawai tetap
b. Pendidikan setelah menjadi pegawai tetap
Bentuk dari pendidikan ini umumnya dibagi juga menjadi dua, yaitu :
a. Pendidikan, yaitu : proses peningkatan pengetahuan pegawai yang biasanya dilakukan
melalui proses belajar di kelas
b. Pelatihan, yaitu : proses peningkatan ketrampilan pegawai, biasanya dilakukan di luar
kelas atau di bengkel (workshop).
3) pelaksanaan kerja
4) pemberhentian, dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pemberhentian sementara, biasanya jika seorang pegawai dikenakan sangsi atas
pelanggaran atau kesalahan yang telah diperbuatnya. Bentuknya bisa berupa pemindahan
ke tempat lain yang lebih jauh atau ke pekerjaan yang lebih sulit, atau pemberhentian tidak
bekerja untuk jangka waktu tertentu yang terbatas
b. Pemberhentian permanen, dapat berupa pemberhentian tidak hormat, pemberhentian
terhormat atau pensiun.
-
6. ORGANISASI
Ada tiga struktur yang lazim dikenal yaitu :
a) lini : vertikal, artinya dalam organisasi ada orang yang didudukkan sebagai atasan dan
bawahan
b) staff : horisontal, artinya semua tenaga kerja yang ada di dalam organisasi didudukkan
dalam posisi struktural yang sama atau setara, sehingga tidak ada dalam organisasi orang
yang didudukkan sebagai atasan dan bawahan
c) fungsional : berdasarkan fungsi kerja dari masing-masing unsur sumberdaya manusia
yang ada. Bentuk organisasi fungsional biasanya dapat dilihat pada suatu tim kerja atau
suatu gugus tugas (team-work). Pada tim tersebut semua orang setara (tidak ada atasan
bawahan) akan tetapi harus ada seseorang yang dijadikan sebagai pemimpin dalam tim
tersebut. Tim sepakbola misalnya, ada pembagian tugas yang jelas antara kiper, back,
gelandang dan striker (penyerang) akan tetapi semua pemain mempunyai kedudukan yang
sama dan kemudian ada satu orang yang ditunjuk sebagai kapten tim atau pemimpin.
Fungsi pemimpin di dalam tim ini adalah sebagai penanggungjawab koordinasi antar
semua anggota tim dalam bekerja mencapai tujuan yang diinginkan. Keberadaan manajer
tim sepakbola dimasukkan sebagai atasan dari tim sepakbola tersebut.
7. KEPEMIMPINAN
Dalam konteks kepemimpinan, tidak dikenal adanya struktur atasan dan bawahan, semua
anggota kelompok dianggap sama dan seseorang dari anggota kelompok tersebut dipilih,
ditentukan atau ditunjuk sebagai pemimpin kelompok. Dalam konteks ini fungsi utama dari
pemimpin adalah mengkoordinasikan SDM agar maksimal dalam bekerja bersama mencapai
tujuan yang disepakati bersama sebelumnya.
Kepemimpinan secara umum dikenal dalam dua bentuk yaitu :
1. Kepemimpinan otoriter, yaitu yang melakukan koordinasi berdasarkan perintah yang
harus dilaksanakan, baik itu melanjutkan kerja maupun memberhentikan kerja.
2. Kepemimpinan demokratis, yan mendasarkan pengambilan keputusan oleh pemimpin
berdasarkan musyawarah dengan semua pihak yang dianggap terlibat dalam proses
kegiatan.
8. EVALUASI USAHA
Evaluasi terutama harus dilakukan jika telah terjadi transaksi antara produsen dengan
konsumen. Evaluasi dalam proses manajerial merupakan usaha untuk membandingkan antara
hasil yang kita peroleh dengan target yang telah kita tentukan dalam proses perencanaan.
Secara teoritis, ada 7 (tujuh) aspek yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi usaha,
yaitu :
1. Aspek Hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen
perusahaan mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan
keabsahan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang
apabila di kemudian hari timbul masalah.
3. Aspek Keuangan
Dalam aspek keuangan hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah investasi, biaya-biaya,
dan pendapatan yang akan diperoleh.
Metode penilaian yang akan digunakan antara lain :
- Payback Period
- Average Rate of Return
- Net Present Value
- Internal Rate of Return
- Profitability Index
- Break Event Point
- Serta rasio-rasio keuangan
4. Aspek Teknis/Operasi
Dalam aspek teknis atau operasi yang akan digambarkan secara lengkap adalah mengenai :
a. Lokasi usaha, baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang
b. Penetuan layout gedung, mesin, dan peralatan, serta layout ruangan sampai pada
usaha perluasan selanjutnya
c. Teknologi yang akan digunakan
Dalam Product Life Cycle (PLC) : ada pilihan stability atau expansion dalam setiap usaha
jika sudah mencapai tahap kedewasaan. Dalam wirausaha, setelah memasuki fase 4 dari PLC
yaitu fase penurunan maka pilihan dari seorang yang melakukan kegiatan usaha adalah memulai
kembali usaha yang dilakukan apakah dalam bentuk pengembangan skala (dengan menambah
outlet-outlet baru) atau kedalaman (dengan menambah ragam barang yang dapat disediakan
kepada konsumen). Pilihan pensiun (tidak melakukan lagi kegiatan yang sebelumnya dilakukan
karena telah habis masa kerjanya atau karena pekerja telah mencapai batas usia tertentu) atau
mati (berhenti melakukan kegiatan sebelumnya karena ada pengaruh dari faktor-faktor
penghambat atau penghancur yang menyebabkan kegiatan usaha menjadi bangkrut alias pelaku
usaha menjadi miskin), tidak dikenal dari seseorang yang mempunyai jiwa atau sikap wirausaha.
Fase 4 penurunan adalah fase yang tidak bisa dihindarkan oleh seorang wirausaha dalam
menjalankan usaha ekonominya karena setelah mengalami fase puncak maka pilihan kita
hanya dua : masuk fase penurunan karena tidak ada lagi kondisi meningkat atau melakukan
diversifikasi ke usaha lain yang baru dan berbeda dari usaha sebelumnya. Fase puncak itu sendiri
merupakan fase di mana jika kita melakukan penambahan faktor produksi pada proses usaha kita
maka hasil yang kita peroleh tidak mengalami perubahan atau tetap saja, atau fase ini merupakan
fase di mana kita tidak bisa lagi mengharapkan terjadinya peningkatan omzet atau keuntungan
dari usaha yang kita lakukan karena berbagai sebab.
C. CONTOH KEWIRAUSAHAAN
Bersama P.K OJONG ,Jacob oetama pada tahun 1963 mendirikan majalah
intisari.majalah ini berkiblat pada majalah readersdigest yang berasal dari amerika.
selanjutnya kisah sukses intisari dilanjutkan dengan mendirikan sebuah Koran harian yang di
beri nama KOMPAS.hal ini terjadi pada tahun 1965,dimana pada masa itu Indonesia sedang
di sibukan oleh ancaman pemberontakan PKI. Sejak awal 1960-an, Auwjong dan Jakob
keduanya sama-sama menjadi pengurus Ikatan Sarjana Katolik Indonesia. Juga pernah sama-
sama jadi guru dan punya minat besar pada sejarah. Seperti Star Weekly, Intisari melibatkan
banyak ahli. Di antaranya ahli ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro, penulis masalah-masalah
ekonomi terkenal Drs. Sanjoto Sastromihardjo, atau sejarawan muda Nugroho Notosusanto.
Saat itu, pergaulan Auwjong sudah sangat luas. Dia berteman baik dengan Goenawan
Mohamad, Arief Budiman, Soe Hok Gie, dan Machfudi Mangkudilaga. Intisari terbit 17
Agustus 1963. Seperti Star Weekly, ia hitam-putih dan telanjang, tanpa kulit muka.
Ukurannya 14 X 17,5 cm, dengan tebal 128 halaman. Logo "Intisari"-nya sama dengan logo
rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000
eksemplar ternyata laris manis.
Dibawah kepemimpinan Jacob oetama telah terjadi metamorfosis pers dari pers yang
sektarian menjadi media massa yang merefleksikan inclusive democracy. Pengalaman kerja
di bidang jurnalisme dimulai dari editor majalah Penabur, Ketua Editor majalah bulanan
Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan Presiden
Direktur Kelompok Kompas-Gramedia. Sejumlah karya tulis Jacob Oetama, antara lain,
Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin, yang merupakan skripsi di
Fisipol UGM tahun 1962, Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001),
serta Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Jacob juga berkiprah dalam berbagai organisasi dalam maupun luar negeri. Beberapa
diantaranya pernah menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),
Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional
Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des
Editeurs De Journaux (FIEJ), Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat
Honolulu, Hawai.
Jakob Oetama adalah penerima doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM
setelah sebelumnya gelar yang sama dianugerahkan UGM kepada Kepala Negara Brunei
Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah. Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam
penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada
hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan
dan kebudayaan. Ia juga telah memberikan pengaruh tertentu kepada kehidupan pers di
Indonesia. Dalam pertimbangannya, UGM menilai Jacob Oetama sejak tahun 1965 berhasil
mengembangkan wawasan dan karya jurnalisme bernuansa sejuk, yaitu "kultur jurnalisme
yang khas", wawasan jurnalistik yang berlandaskan filsafat politik tertentu. Kultur jurnalisme
itu telah menjadi referensi bagi kehidupan jurnalisme di Indonesia.