Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nim : 04011181621004
Anmal
1a .Bagaimana struktur anatomi region femoris? (tulang, otot, vaskularisasi,
syaraf,dll) (normal dan abnormal)
I. Os Femur
Os femur merupakan tulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari semua tulang pada
rangka tubuh.
Ujung proksimal femur memiliki caput yang membulat untuk berartikulasi dengan
acetabulum. Permukaan lembut dari bagian caput mengalami depresi, fovea kapitis, untuk
tempat perlekatan ligament yang menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan
membawa pembuluh darah ke kepala tersebut.
Di bawah bagian caput yang tirus adalah bagian collum yang tebal, yang terus
memanjang sebagai corpus. Linie intertrochanterica pada permukaan anterior dan crista
intertrochanterica di permukaan posterior tulang membatasi bagian collum dan bagian
corpus.
Ujung atas corpus memiliki dua prosesus yang menonjol, trochanter major dan
trochanter minor, sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakkan persendian panggul.
Bagian corpus permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja, linea aspera, yaitu lekuk
kasar untuk perlekatan beberapa otot. Ujung bawah corpus melebar ke dalam condylus
medial dan condylus lateral. Condylus femoral ini membentuk sendi dengan condylus tibia
dan disebut articulatio genus.
2. Otot Femur
Otot Anterior
Rectus femoris: bagian tengah di depan paha anterior; merentang dari pelvis bagian
bawah melewati persendian pangul dan femur. Berfungsi untuk ekstensi tungkai di
lutut dan fleksi paha di panggul.
Vastus lateralis: otot terbesar dari keempat vastus lainnya, terletak di sisi lateral paha;
merentang dari sisi proksimal paha ke superior tibia. Berfungsi untuk ekstensi tungkai
pada lutut.
Vastus medialis: otot tebal yang terletak pada permukaan medial paha; membentuk
tonjolan yang besar di sisi inferior medial paha. Berfungsi untuk ekstensi tungkai
pada lutut.
Vastus intermedius: terletak pada bagian anterior tulang femur di antara vastus
lateralis dan vastus medialis, lebih dalam dari rektus femur. Berfungsi untuk ekstensi
tungkai pada lutut.
Sartorius: otot superfisial yang panjang berbentuk pita yang berasal dari bahian atas
sisi lateral pelvis, melewati paha secara melintang. Berfungsi untuk fleksi tungkai
pada paha; fleksi paha pada pelvis.
Gracilis: otot superfisial tipis yang panjang pada paha bagian dalam; terletak di antara
sisi medial bawah pelvis dan sisi medial atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi
tungkai kearah medial; aduksi paha.
Otot Posterior
Biseps femoris: otot berkepala dua yang melapisi sisi posterior dan lateral paha
terletak di antara pelvis interior dan tiia superior. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi
secara lateral tungkai pada lutut.
Semitendinosus: terletak di bagian belakang di antara pelvis bagian bawah dan
tungkai bagian atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara medial tungkai
pada lutut; ekstensi paha pada panggul.
Semimembranosus: otot dengan tendon membranosus yang origo nya terletak elbih
dalam dari semitedinosus. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara medial tungkai
pada lutut; ekstensi paha pada panggul.
A. Arteria Femoralis
B. Vena femoralis
V.femoralis memasuki tungkai atas dengan berjalan melalui hiatus m. Di adducator magnus
sebagai lanjutan dari v.poplitea.Vena ini berjalan keatas melalui tungkai atas,awalnya disisi
lateral a.femoralis,kemudian di sebelah posterior,dan akhirnya disisi medialnya. Pembuluh ini
meninggalkan tungkai atas pada ruang intermedia dari vagina femoralis dan berjalan
dibelakang ligamentum ingunale unt berlanjut sbg v. iliaca externa.
Cabang-cabang
Cabang-cabang v.femoralis adalah v. saphena magna dan venae yg bersesuain dg cabang-
cabang a. femoralis, V. circumflexa ilium superficialis, v.epigastrica superficialis,dan Vv.
Pudendae externae bermuara ke v. saphena magna
3b. Apa penyebab terjadinya nyeri?
Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ
tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan jaringan
karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa
prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-
reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang
akan menimbulkan sensasi nyeri.
Perjalanan nyeri
1.Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf.
Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau
organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).
Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya
menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan
menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat
mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri.
Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer
2. Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses
transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh
tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus
spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan
viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain
itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf
berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan
somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri
3. Proses Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla
spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang
dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla
spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen
(enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu
posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan
tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang
menyebabkan persepsi nyeri sangat
4. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi
dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang
dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks
sebagai diskriminasi dari sensorik.
3d. Apa saja jenis-jenis nyeri? (termasuk jenis nyeri apa nyerinya wito?)
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan
setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode
waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2005).
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus
naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya
stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain
(Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada
struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri
berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka
potong kecil atau laserasi.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan
Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa
arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan
gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan
sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak
memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari
sumber nyeri dan
dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang,
lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh
yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan
menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung
bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
Istilah edema berarti perluasan atau pengumpulan volume cairan interstisial. Keadaan
ini dapat setempat atau umum, tergantung dasar etiologinya. Edema biasanya dikatakan
sebagai akumulasi kelebihan cairan dalam kulit. Namun cairan ini dapat pindah ke
tempat lain, seperti menjadi asites, efusi pleural, efusi pericardial, dan edema paru.
Penyebab Edema
Ada lima mekanisme yang berhubungan secara umum : penurunan tekanan osmotic
koloid, peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler,
obstrukso limfatik, dan kelebihan natrium dan air tubuh. Beberapa bentuk edema
diakibatkan oleh lebih dari satu mekanisme.
Bila protein plasma di dalam darah menipis, kekuatan ke dalam menurun, yang
memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Ini menimbulkan akumulasi cairan dalam
jaringan dengan penurunan volume plasma sentral. Ginjal berespons terhadap
penurunan volume sirkulasi melalui aktivasi system aldosteron-renin-angiotensin, yang
mengakibatkan reabsorbsi tambahan terhadap natrium dan air. Volume intravaskuler
meningkat sementara. Namun, karena defidit protein plasma belum diperbaiki,
penurunan tekanan osmotic koloid tetap rendah dalam proporsi terhadap tekanan
hidrostatik kapiler. Akibatnya cairan intravaskuler bergerak kedalam jaringan,
memperburuk edema dan status sirkulasi.
Penyebab paling umum dari peningkatan tekanan kapiler adalah gagal jantung kongestif
dimana peningkatan tekanan vena sistemik dikombinasi dengan peningkatan volume
darah. Manifestasi ini adalah karakteristik untuk gagal ventrikel kanan, atau gagal
jantung kanan. Bila tekanan ini melebihi 30mmHg terjadi edema paru. Penyebab lain
dari peningkatan tekanan hidrostatik adalah gagal ginjal dengan peningkatan volume
darah total, peningkatan kekuatan gravitasi akibat dari berdiri lama, kerusakan sirkulasi
vena, dan obstruksi hati. Obstruksi vena biasanya menimbulkan edema local daripada
edema umum karena hanya satu vena atau kelompok vena yang terkena.
Kerusakan langsung pada pembuluh darah, seperti pada trauma luka bakar, dapat
meyebabkan peningkatan permeabilitas hubungan endothelium. Edema local dapat
terjadi pada respons terhadap allergen, seperti sengatan lebah. Pada individu tertentu,
allergen ini dapat mencetuskan respons anafilaktik dengan edema luas yang ditimbulkan
oleh reaksi tipe histamine. Inflamasi menyebabkan hyperemia dan vasodilatasi, yang
menyebabkan akumulasi cairan, protein, dan sel pada area yang sakit. Ini
mengakibatkan pembengkakan edema (eksudasi) area yang terkait.
Obstruksi limfatik. Penyebab paling umum dari obstruksi limfatik adalah pengangkatan
limfonodus dan pembuluh darah melalui pembedahan untuk mencegah penyebaran
keganasan. Terapi radiasi, trauma, metastasis keganasan, dan inflamasi dapat juga
menimbulkan obstruksi luas pada pembuluh darah. Obstruksi limfatik menimbulkan
retensi kelebihan cairan dan protein plasma dalam cairan interstisial. Pada saat protein
mengumpul dalam ruang interstisial, lebih banyak air bergerak ke dalam area. Edema
biasanya lokal.
Kelebihan air tubuh dan natrium. Pada gagal jantung kongestif, curah jantung menurun
pada saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi, peningkatan jumlah
aldosteron menyebabkan reytensi natrium dan air. Volume plasma meningkat, begitu
juga tekanan kapiler intervaskular vena. Jantung yang gagal ini tidak mampu memompa
peningkatan aliran balik vena ini, dan cairan dipaksa masuk ke dalam interstisial.