Você está na página 1de 4

1. Apa penyebab dan mekanisme kejang pada kasus?

Penyebab kejang eklamptik belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor yang


menimbulkan kejang eklamptik ialah edema serebri, vasospasme serebri dan iskemia
serebri.

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta; P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

2. Apa hubungan sakit kepala, nyeri epigastrik, muntah, dan penglihatan kabur dengan
keluhan kejang pada kasus?
Pada preeclampsia dapat terjadi perubahan-perubahan pada system dan organ yang mana,
perubahan ini dapat menyebabkan terjadinya eklampsia.
Sakit kepala : hiper perfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik edema.
Nyeri epigastrik : teregangnya kapsula glisson
Muntah :
Penglihatan kabur : spasme arteri retina dan edema retina.

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta; P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

3. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari HR?


Interpretasi : 123 x/menit ( takikardi )
Karena adanya peningkatan curah jantung dan resitensi perifer yang akan meningkatkan
pompa jantung dan aliran darah perifer.
4. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari TB-BB?

Interpretasi : TB : 153 cm ; Weight : 76 kg

Bagaimana cara pemeriksaan vaginal toucher ?

5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari kontraksi 4x/10/40?


Interpretasi : Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 40 detik
Ny. Adis sudah masuk pada kala I, karena pada kala I persalinan terjadi 2 4 kontraksi
dalam 10 menit selama 20 pada permulaan partus sampai 60 90 pada akhir kala I atau
permulaan kala II.

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta; P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

6. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari H II?


Hodge adalah bidang khayal untuk menentukan seberapa jauh bagian depan janin turun
kedalam rongga panggul.
7. Bagaimana interpretasi dari WBC?
Interpretasi : 11.200/mm3 ( normal )
Nilai normal pada kehamilan trimester 3 = 5.900 16.900 /mm3
8. Bagaimana interpretasi dari LDH?
Interpretasi : 250 U/L ( normal )
Nilai normal pada kehamilan trimester 3 = 82 524 U/L
9. Apa saja diagnosis banding dari penyakit pada kasus?
Perdarahan otak
Hipertensi
Lesi otak
Kelainan metabolic
Meningitis
Epilepsi Iatrogenik

Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta; P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

10. Bagaimana tatalaksana dari penyakit pada kasus?


Perawatan eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan
mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada pasien
pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis
hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia, merupakan perawatan
yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah
mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya
hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan
janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
Pegobatan medikamentosa
Pemberian obat antikejang
i. MgSO4 atau magnesium sulfat lebih efektif dibandingkan fenitoin sebagai
antikejang. Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serabut saraf dengan menghambat transmisi neuromuscular. Transmisis
neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium
sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi
atau terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium. Kadar
kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk anti kejang
pada eklampsia.
Cara pemberian :
Loading dose : initial dose
4 gram MgSO4 intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit
Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer /6 jam, atau diberikan 4atau 5 gram
IM. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam
Syarat pemberian magnesium sulfat
Harus tersedia antidotum MgSO4 , bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10 % = 1 gram ( 10 % dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit
Refelks patella (+) kuat
Frekuensi pernapasan > 16 x/menit, tidak ada distress napas
Magnesium sulfat dihentikan bila:
Ada tanda-tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
Pemberian magnesium sukfat dapat menurukan risiko kematian ibu dan didapatkan
50 % dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas)
ii. Diazapam
iii. Fenitoin
Fenitoin sodium mempunyai khasiat stabilisasi membrane neuron, cepat masuk
jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin
diberikan dalam dosis 15 mg/kg BB dengan pemberian intravena 50 mg/menit.
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali ada edema paru, payah jantung
kongesti. Diuretikum yang dipakai ialah furosemide.Pemberian diuretikum dapat
merugikan, yaitu memperberat hypovolemia, memperburuk perfusi utero-plasenta,
meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan
berat janin.
Antihipertensi
Nifedipin dosis 10-20 mg/per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam
24 jam
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta; P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Bagaimana prognosis dari penyakit pada kasus?
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian penogbatan, maka gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir, perubahan
patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian
setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik dan tekanan darah
kembali normal setelah beberapa jam kemudian.
Eklampsia tidak memengaruhi persalinan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu yang
sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia juga
tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterine atau mati pada fase neonatal karena
memang kondisi bayi sudah sangat inferior.
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta; P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Você também pode gostar