Você está na página 1de 7

Jurnal Publikasi Pendidikan

http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend
Volume VI Nomor 1 Januari 2016
ISSN 2088-2092

KEBIASAAN MAKAN DAN GANGGUAN POLA MAKAN


SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STATUS GIZI REMAJA

Abd. Kadir A.
UPP PGSD Bone Fakultas Ilmu Pendidikan UNM
abdul.kadir.a@unm.ac.id

ABSTRAK
Status gizi orang pada umumnya dan remaja pada khususnya banyak dipengaruhi oleh faktor
kebiasaan makan dan gangguan pola makan. Masalahnya 1). Bagaimanakah kebiasaan makan remaja
moderen ? 2). Bagaimanakah gangguan pola makan remaja modern? 3. Apakah kebiasaan makan dan
gangguan pola makan berpengaruh terhadap status gizi remaja?. Tujuan 1). Menelusuri pengaruh
makanan modern dan makan tradisional terhadap kebiasaan makan remaja di perkotaan 2).
Menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi perilsku komsumsi
makanan pada golongan remaja di perkotaan 3). Mengetahui jenis, penyebab dan alternative
pemecahan gangguan pola makan pada remaja di perkotaan. Kebiasaan makan masayarakat
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic dalam pola makan tesebut ada berdampak
negatif yang perlu pengkajian untuk ditinggalkan dan ada berdampak positif dan perlu dipertahankan.
Gangguan polamakan yang sering terjadi pada remaja ada dua yaitu Anoreksia Nervosa dan Anoreksia
Bulimia. Gangguan ini perlu mendapat perhatian dari kita semua, kebayakan remaja sekarang ingin
mencicipi semua jenis makanan namun malas berolahraga tapi ingin langsing. Jika terjadi gangguan
pola makan akan terjadi ketidak seimbangan asupan sat gizi dan akan berdampak pada proses
pertumbuhan dan perkembangan, dan bagi remaja putrid akan berdampak pada generasi yang
dilahirkan

Kata kunci: Kebiasaan makan, gangguan pola makan, status gizi, remaja

PENDAHULUAN Masa remja ( adolesen ) adalah masa


Salah satu faktor determinan status gizi peralihan dari masa kanak-kanak ke usia
masyarakat adalah faktor kebiasaan makan dewasa, dimana ditandai oleh perubahan fisik,
( food habit ) penduduk atau masyarakat fisiologis, dan psikososial. Ciri khas dari masa
setempat. kKebiasaan makan adalah suatu remaja adalah adanya kematangan fungsi
tingkah laku manusia atau sekelompok seksual, pacuh tumbuh (growth spurt) dan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tercapainya bentuk tubuh dewasa, yang terjadi
akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan karena pematangan fungsi endokrim. Secara
dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap langsung atau tidak langsung mereka
makanan dap[at bersipat positif ataupun memerlukan pembinaan dari sudut
bersipat negatif. Sikap negatif atau positif perkembanganjasmani, intelektual, mental,
pada makanan bersumber pada nilai-nilai social dan cara cara berwawasan yang terkait
Affective yang berasal dari lingkungan dengan komsumsi makanan mereka ( Savitri
dimana manusia atau kelompok manusia itu Sayogo, 1992).
tumbuh. Demikian pula halnya dengan Kebiasaan makan (food habit) dalam
kepercayaan terhadap makanan selalu suatu kelompok masyarakat akan memberikan
berkaitan dengan kualitas baik atau buruk, dampak pada status gizi masyarakat setempet.
menarik atau tidak menarik. Dan pemilihan Oleh karena itu, dalam program-program
adalah proses untuk memilih makanan sesuai perbaikan gizi harus diupayakan agar
dengan sikap dan kepercayaanya.Sesuai kebiasaan makan yang baik dapat dlestarikan
dengan yang dikemukakan oleh Sjahmin guna menunjang program pemerintah dalam
( 2001 3) bahwa diversifikasi pangan. Sedangkan kebiasaan
kebiasaan makan masyarakat banyak makan yang jelek harus digan ti dengan ide-ide
ditentukan oleh budaya, kepercayaan dan baru untuk menunjang tercapainya gisi
lingkungan dimana masyarakat itu berada. masyarakat.

49
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 50

Program perbaikan gizi jangka Apakah kebiasaan makan dan gangguan pola
panjang ditujukan pada peningkatan kesadaran makan berpengaruh terhadap status gizi remaja?
gizi yang tinggi dalam masyarakat, antara laian
tercermin dari pola komsumsi pangan KAJIAN PUSTAKA & PEMBAHASAN
masyarakat yang beraneka ragam dan A. Pengertian Kebiasaan Makan (Food Habit)
mengandung gizi seimbang. Salah satu faktor Kebiasaan (habit) adalah pala untuk
penting dan mendasar menurunnya status gizi melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu
adalah adanya perilaku komsumsi makan yang yang dpelejari oleh seorang individu dan yang
salah oleh individu, keluarga atau masyarakat dilakukan secara berulang untuk hal yang sama.
yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmu gizi Kebiasaan adalah pola perilaku yang diperoleh
dan kesehatan. Oleh karena itu, penggarapan dari pola peraktik yang terjadi Kebiasaan
aspek perilaku komsumsi ke arah penyadaran makan yaitu suatu pola kebiasaan komsumsi
gizi masyarakat perlu ditingkatkan strateginya yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang.
sedemikian rupa sehingga pada gilirannya Kebiasaan makan adalah tindakan manusia,
masyarat tahu, dan mampu memecahkan dan perasaan apa yang dirasakan mengenai
perbaikan status gizi ke arah yang lebih baik persepsi tentang hal itu.
( Muhilal 1998) Arisman (2004) menyatakan bahwa
Makanan modern yang merupakan kebiasaan makan adalah sebagai cara
produk dari berbagai olahan makanan, sepereti individu dan kelompok memuluh,
hot dog, burger, pizza, fried chicken, ice cream mengkomsusi, dan menggunakan makanan
dari berbagai merek dagang sangat gencar yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-
diiklankan melalui media massa, baik media faktor social dan budaya dimana mereka hidup.
cetak maupun media elektronik dan mudah Jadi kebiasaan makan adalah hasil rakutan dari
didapat serta pengaruhnya berdampak sampai bermacam-macam segi yang bersipat
ke pelosok desa. Golongan remaja pada multidimensional. Kebiasaan makan adalah
umumnya baik di kota besar maupu yang ada berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan dan
di kota kabupaten merupakan sasaran strategis bagaimana makanan siap diatas meja untuk
para pengusah makanan olahan. Makanan disantap. Oleh karena itu kebiasaan makan
modern memiliki daya pikat tersendiri karena dapat dipelajari dan di ukur menurut prinsip-
lebih praktis, cepat dalam penyajian prinsip ilmu gizi melalui pendidikan, latihan
( instan) dan mengandung gensi bagi sebagian dan penyuluhan sejak mansia mulai mengenal
golongan masyarakat. Di sisi lain, makanan makan untuk kelangsungan hidupnya.
moderen mengandung zat lemak, protein,
hidrat arang dan garam yang relatip tinggi dan B.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
jika sering dikomsumsi secara Kebiasaan Makan
berkesinambungan dan berkelebihan dapat Menurut Khumaidi ( 2004) Faktor-
mengakibatkan masalah gizi lebih ( over faktor yang bepengaruh pada kebiasaan makan
malnutrition ) dengan kemungkinan masyarakat pada dasarnya dapat digolongkan
konsekwensi seperti : obesitas, hipertensi dua faktor utama, yaitu faktor ekstrinsik dan
gangguan jantung koroner, penyakit kencing faktor intrinsic.
manis (Irianto. 2007 ) 1). Faktor Ekstrinsik yaitu faktor yang berasal
Untuk mencegah terjadinya kasus gizi dari luar diri manusia. Faktor-faktor ini antara
salah, khususnya nelelui pengembangan sistem lain sebagai berikut:
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada a. Faktror Lingkungan Alam
golongan remaja, maka penulis tertarik untuk Pola makan masyarakat pedesaan di
mengankat karya ilmiah dengan judul : Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh
Kebiasaan Makan dan Gangguan Pola Makan jenis-jenis bahan makanan yang umum dapat
serta Pengaruhnya Terhadap Status Gizi diperoleh di tempat. Di daerah dengan pola
Remaja. Sasaran utama adalah golongan panganm pokok beras biasanya belum puas
remaja ,karena mereka lebih gampang atau mengatakan belum makan apabila be,um
mengakses impormasi. Berdasrkan uraian makan nasi, meskipun perut sudah kenyang
tersebut di atas maka dirumuskan masalah oleh makanan lain (non beras). Sebaliknya
sebagai berikut:1) Bagaimanakah kebiasaan daerah yang berpola pangan pokok jagung atau
makan remaja moderen ?, 2) Bagaimanakah ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga kalau
gangguan pola makan remaja modern? Dan 3) belum makan jagu atau ubi. Jadi apa yang ada
dilingkungan itulah yang dikomsumsi.
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 51

b. Faktor Lingkungan Sosial seterunya ke generasi-generasi yang akan


Lingkungan sosial memberikan datang. Pantangan ini biasanya diikuti dengan
gambaran yang jelas tentang perbedaan- ketat sekali, tetapi ada pula yang goyah dan
perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa berubah bahkan dihilangkan. Yang dikuti
dan suku bangsa mempunyai kebiasaan makan dengan ketet adalah pantangan makan
yang berbeda-beda seseuai dengan kebudayaan makanan yang dilarang agama. Dari sudut
yang dianut turun-temurun. Suharjo (2003. 9) ilmu gizi, pantangan makan jenis makanan
mengatakan bahwaunsur-unsur sosial budaya tertentu dapat dikategorikan kedalam tiga
mampu menciptakan suatu kebiasaan makan kelompok, yaitu:
secara turun temurun yang susah berubah. 1). Haram menurut agama (Islam) yaitu
Sebagai illustrasi dapat dikemukakan, pada pantangan yang tak boleh dipersoalkan
sekitar tahun 2007 silan terjadi bencana lagi dan harus diterima tanpa perdebatan.
kekeringan didaerah pegunungan irian barat b). Pantangan makan jenis makanan tertentu
dimana penduduknya pola makanan pokoknya yang tidak berdasarkan agama
adalah ubi, namun terjadi gagal panen karena (kepercayaan), jenis pantangan ini
bencana kekeringan. Maka pemerintah lewat sebaiknya dihapuskan, kalau jelas-jelas
Dolok memberikan bantuan beras, namun yang merugikan kondisi kesehata gizi
terjadi beras yang dikirim tidak dapat 3) Pantangan yang tidak jelas akibatnya
mengatasi masalah kelaparan, Maka akhirnya terhadap kesehatan dan kondisi gizi,
peresiden memerintahkan pengiriman bantuan sebaiknya diteliti (observasi) terus untuk
makanan sesuai makan pokok daerah setampat melihat akibatnya dalam jangka panjang,
yaitu Ubi , barulah permasalahan kelapan sebagai bahan untuk memutuskan kelak ,
dapat teratasi. apa bensr merugiksn stsu ridak.
Dalam suatu rumah tangga, kebiasaan
makan juga sering ditentukan adanya d. Faktor Lingkungan Ekonomi
perbedaan antara suami dan istri, orang tua dan Kebiasaan makan juga sangat
anak-anak, tua dan muda. Asa budaya ditentukan oleh kelompok-kelompok
mendahulukan kepala keluarga, anggota masyarakat menut tarap ekonominya.
keluarga lainnya menempati urutan berikutnya Golongan masyarakat ekonomi kuat
dan yang paling umum mendapatkan prioritas mempunyai kebiasaan makan yang cenderung
terbawah adakah ibu-ibu rumah banyak, dengan komsusi rata-rata melebihi
tangga,( Suhardjo. 2003.). angka kecukupannya. Sebaliknya masyarakat
ekonomi paling lemah, yng justru pada
c. Faktor Lingkungan Budaya dan Agama umumnya produksen pangan, mereka
Faktor lingkungan budaya yang mempunyai kebiasaan makan yang
berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya memberikan nilai gizi dibawah kecukupan
meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan jaumlah maupun mutunya.
kewajiban-kewajiban social. Pada manyarakat Karena faktor ekonomi, tidak selalu
kpta ada kepercayaan bahwa nilai spiritual produsen atau penyalur pangan berarti pula
yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang konsumen. Kita dengan muda menemukan
ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup seorang anak di pasar dengan kondisi
memenuhi pantangan-pantangan dalam hal menderita marasmus padahal ibunya seorang
makanan. Agama juga memberikan pedoman pedagang telur. Ibu-ibu yang terpaksa harus
dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan. bekerja unruk menambah pendapatan keluarga,
Misalnya Makanlah engkau setelah lapar dan meninggalkan anaknya di rumah dengan diberi
berhentilah makan sebelum kenyang ( Hadis uang untuk jajan, makanan yang dibeli tanpa
Nabi). Menurut Suhardjo (2003) bahwa sedikitpun pertimbangan gizi. Oleh karena itu,
pantangan atau tabu makan jenis makanan maka lingkungan ekonomi juga merupakan
tertentu hampir berlaku di semua daerah di salah datu determinan yang mewarnai
Indonesia. Pantangan makan jenis makanan kebiasaan makan. Seperti yang dikemukakan
tertentu biasanya dilakukan oleh para wanita Suhardjo (2003. 8) bahwa golongan orang
dan mencakup anak-anak yang ada di bawah yang berekonomi lemah menggunakan
asuhannya. Pantangan ini sering dikaitkan sebagian terbesar dari pendapatan untuk
dengan masalah kesehatan dan dipelihara memenuhi kebutuhan hidupnya, pola makan
secara turun temurun dari leluhur ke kakek dan cukup menghilangkan rasa lapar
nenek, terus ke orang tua, anak-anak dan
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 52

2). Faktor Intrinsik kediasaan makan yang baik dapat


Faktor instrinsik yaitu faktor yang dipertahankan, dan kebiasaan makan yang
berasal dari dalam diri manusia. Faktor buruk dan bertentangan dengan konsep-konsep
instrinsik ini meliputi, antara laian: gizi sedikit demi sedikit harus ditinggalkan
a), Paktor Asosiasi Emosional melalui berbagai cara, terutama dengan
Contoh Seorang guru Sekolah Dasar meningkatkan pungsi(Komunikasi, Informasi,
member pelajara prakarya kepada muridnya dan Edukasi (KIE)
dengan beternak ayam atau kelinci misalnya,
anak itu tidak akan mau memakan daging dari C. Gangguan Pola Makan pada Remaja
hewan peliharaannya, (mungkin orang yang Ketidak puasan terhadap bentuk tubuh
perilaku seperti anak tadi ada di sekitar kita) dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pola
karena telah tumbuh saling kasih sayang antara makan, hal ini sering dialami oleh remaja yang
yang memelihara dan yang dipelihara, ingin selalu tampil langsing, dan juga di antara
sehingga kita tidak sampai hati untuk kita yang sudah berkeliarga mungkin ingin
memakan dagin hewan peliharaab kita itu. selalu keliatan langsing. Menurut Irianto (2007.
Karena tujuan beternak yang semula 171) ada dua bentuk utama gangguan pola
dimaksudkan untuk meningkatkan komsusi makan yang sering ditemukan pada remaja
protein tidak tercapai dan kenyataannya yaitu Anorerxia Nervosa dan Bulimia Nervosa
terganti dengan tujuan ekonomi karena dan terjadi 1 diantara 100 -200 remaja putrid.
produksi terpaksa dijual. 1.. Anoreksia Nervosa
Wawasan konsumsi yang merupakan Anoreksia nervosa yaitu anoreksia
faktor internal yang ada pada tiap individu yang disebabkan terganggunya pusat nafsu
akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan makan dalam hipotalamus memyebabkan
(Ahmad 2001. 259) penderita menjadi kurus kering. Gejala utama
penyakit ini adalah usaha yang terlalu keras
b). Faktor Keadaan Jasmani dan Kejiwaan untuk menurungkan berat badan. Mereka
yang sedang sakit sengaja membiarkan diri kelaparan. Walaupun
Kebiasaan makan ( food habit) juga paling sering dialamai oleh para wanita ,
sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan (status) terutama yang berusia muda, penyakit ini juga
kesehatan seseorang. Di samping itu, perasaan dapat ditemukan pada peria dari berbagai usia.
bosan, kecewa, putus asa, stress adalah ketidak Menurut Irianto (2007) mengemukakan bahwa
seimbangan kejiwaan yang dapat ada beberapa geja Anoreksia Nervosa di
mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya antaranya: 1) Menggolong-golongkan
akan berdampak pada berkurangnya nafsu makanan yang baik dan yang jele bagi
makan tubuhnya, 2).menghindari pertemuan yang
menyediakan makanan, 3). Pikiran selelu
c). Faktor Penilaian yang Lebih Terhadap menuju pada makanan, kalori dan berat badan,
Mutu Makanan 4) . Berat badan menurun drastic, 5). Berlatih
Madu, telur ayam kampong dan keras, tidak mengenal lelah, 6). Takut genuk,
beberapa jenis makanan lain sering dianggap denyut nadi lambat dan lemah, sensitif
sebagai bahan makanan superior yang melebihi terhadap suhu dingin, 7). Gugup saat makan ,
mutu zat gizi yang dikandungnya. Keadaan mudah menangis.
yang demikian, apabila tampak menonjol
dalam kebiasaan makan akan menimbulkan 2. Bulimia Nervosa
kekurangan beberapa zat gizi. Seperti halnya anorexia bulimia juga
Dari segi ilmu gizi, kebiasaan makan sering diderita remaja putrid hingga dewasa,
ada yang baik yaitu menunjang terpenuhinya biasa berasal dari orang tua yang overweight
kecukupan gizi, tetapi tak kurang pula yang atau obese. Bulimia Nervosa adalah perilaku
jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya seseorang yang berhubungan dengan makanan.
kecukupan gizi. Kebiasaan makan yang jelek Adapun tanda-tanda Bulimia Nervosa
antara lain tabu (pantangan) yang justru ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
berlawanan dengan konsep-konsep gizi seperti a. Munculnya perasaan tidak mampu
anak-anak dilarang makan daging/ ikan dengan mengontrol perilaku makan selama makan
alasan nanti akan cacingan. Oleh karena itu, dengan lahap dan bnyak.
dalam program perbaikan gizi ataupun dalam b. Memu tahkan kembali makanannya
program diversipikasi pangan, seharusnya menggunakan obat-obatan diretikum,
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 53

dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tahun adalah usia dimana pada umumnya
dilakukan 20 kali/ hari dan kadang lebih. tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak.
Ditinjau dari sudut perkembangan fisik
3. Berdiet ketat atau berpuasa, berlatih dalam ilmu kedokteran, remaja dikenal sebgai
olahraga dengan keras. satu tahap perkembangan fisik dimana alat
Bulimia Nervosa juga ditandai dengan gejala kelamin manuia mencapai kematangannya.
lain yaitu Takut terhadap kenaikan berat badan, Secara anatomis bererti alat-alat kelaminnya
segera pergi ke kamar mandi setelah makan, dan tubuh pada umumnya memperoleh
depresi, dan sangat keritis terhadap ukuran dan bentuknya yang sempurna dan secara faali
bentuk tubuh. alat-alat kelamin tersebut telah berpungsi
secara sempurna. Masa remaja merupakan
D. Remaja masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi
Konsep tentang remaja bukanlah dewasa. Masa ini sering pula disebut pula
berasal dari bidang hukum, melainkan beresal masa kerisis kedua yang menimbulkan konflik-
dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya. Tidak konflik selain dalam diri remaja juga dalam
mengherangkan bila sebagian undang-undang hubungannya dengan orang lain. Periode ini
yang ada diberbagai Negara di dunia ini tidak merupakan periode yang sangat rawan dan
kenal istilah remaja. Demikinpula halnya di sangat kritis ( Prawiroharjo, 1989 dalam
Indonesia hukum hanya mengenal anak-anak Armanto 1999)
dan dewasa, walau batasan yang diberikan
untuk itupun bermacam-macam. Dalam E. Status Gizi
hubungannya dengan hukum hanya undang- Status gizi yang baik dapat dilihat
undang perkawinan yang mengenal konsep pada ukuran proporsi bentuk tudbuh seseorang,
remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia dan bukan dilihat dari banyaknya asupan
miniml untuk suatu perkawinan menurut makan yang dikomsumsi seseorang. Banyak
undang-undang tersebut adalah 16 tahun untuk rumus yang dapat digunakan untuk melihat
wanita dan 19 tahun untuk peria (pasal 7 UU apakah status gizi seseorang baik atau tidak,
So. 1/1974 tentang perkawinan Armanto dalam ada beberapa cara yang mudah untuk
Kadir 2001) mengetahui status gizi Remaja dan berlaku
Pada tahun 1974 WHO memberikan juga untuk orang dewasa. Rumus tersebut
definisi tentang remaja yang lebih bersipat adalah
konseptual. Dalam definisi tersebut 1. Rumus Brocp
dikemukakan 3 kriteria yaitu biologic, Berat Badan Idaman (BBI) dengan
psikologik, dan sosial ekonomi sehingga Rumus Broca : 90% x ( TB cm - 100). Rumus
secara lengkap definisi tersebut berbunyi ini dapat digunakan untuk leki-leki dan
sebagai berikut; Remaja adalah suatu masa perempuan dengan ketentuan untuk laki-laki
dimana: tinggi 160 cm ke atas dan perempuan tinggi
1. Individu berkembang dari saat pertamakali 150 cm ke atas
ia menunjukkan tanda-tanda seksual Status Gizi X 100%
sekundernya sampai ia mencapai BB Kurang : 90 % BBI
kematamngan seksual. BB Normal : 90 -- 110% BBI
2. Individu mengalami perkembangan BB Lebih : 110 -- 120 % BBI
psikologik dan pola identifikasi dari kanak- BB Obeis : 120 % BBI ke atas
kanak menjadi dewasa. 2. Indeks Massa Tuvuh ( IMT )
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial Menentukan status gizi berdasarkan
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus IMT
relatip lebih mandiri. = Hasil pembagiannya akan menentukan
WHO juga menetapkan datasan usia remaja, status gizi orang bersangkutan.
yaitu 10 20 tahun sedangkan PBB
menetapkan usia 15 24 tahun sebagai usia Status Gizi
pemuda. Di Indonesia datasan remaja Status gizi Laki-laki Perempuan
mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu Kurang -20.1 - 18.7
14 24 tahun (Sarlito, 1994) sering juga Normal 20,1 25,0 18,7 23,8
digunakan usia 11 24 tahun sebagai usia Obes + 30 + 28,6
profit remaja Indonesia dengan beberapa Rata-rata 22,0 20,8
pertimbangan, di antaranya adalah usia 11
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 54

Contoh. Nahdir seorang laki-laki alumni Jenis makanan tradisional yng banyak
perguruan tinggi usia 22 tahun, memiliki tinggi dikomsusi remaja di kota-kota bahkan di
badan 172 cm dengan berat bdan 57 kg. pelosok kecamata yang ada di Sulawesi
Perhirungan : 57/ (172 cm)2 = 57/ 2.9584 = Selatan adalah makanan tradisional dari jawa
19,26. Berdasarkan table di atas Nahdir status sedangkan makan tradisional khas Sulawesi
gizinya berada pada katagori kurus. Selatan yaitu coto Mangkasara tidak terlalu
digemari karna harganya agak tinggi dibandin
Pembahasan masakan tradisional jawa seperti gado-gado,
Golongan remaja di perkotaan nasi kuning bakso dan mie kuah yang harganya
merupakan salahsatu sekmen penting dalam relatip terjangkau. Hal ini manunjukkan bahwa
masyarakat yang perlu lebih diperhatikan dari makanan tradisional Indonesia masih kuat
sudut perubahan komsumsi makanannya. bertahan dalam kebiasaan makan dikalangan
Selain masih dalam proses petumbuhan dan remaja. Susunan hidangan makan pagi, siang,
pengenalan lingkungan serta dirinya, mereka dan malam pada kalangan remaja yang tidak
termasuk rawan terhadap pengaruh makanan selalu merupakan susunan hidangan lengkap
dan minuman modern seperti: Burger, hot dog, yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayur dan
spaghetti, es cream dan lainnya. Cepat atau buah dapat memberikan komsusi zat gizi yang
lambat makanan-makanan modern tersebut tidak seimbang. Keseimbangan komsusi zat
diduga dapat menggeer peranan makanan- gizi akan tetap tercapai dalam waktu satu hari
makanan local/ tradisional yang biasa komsumsi maknan tetap lengkap seperti
dikomsumsi oleh kalangan remaja di kota-kota susunan hidangan 4 sehat 5 sempurna.
besar, jika tidak ada upaya-upaya tertentu Untuk kasus gangguan pola makan
dilakukan guna mencega hal itu. pada remaja, British Medical Association
Dari hasil suatu penelitian yang mengemukakan bahwa citra wanita kurus dan
dilakukan oleh Trintrin T. Mudjiono 2001 ramping yang digambarkan oleh media massa
(Hakim 2005 tidak dipulikasikan) tentang mendorong para remaja menjalani pola makan
kebiasaan makan golongan remaja di enam yang tidak benar. Diperkiran bahwa lebih dari
kota besar di Indonesia, diperoleh bahawa 1 % wanita yang berusia antara 15 30 tahun
lebih dari 85% mereka makan siang di rumah, menderita anoreksia nervosa, kemusian 2%
sebanyak 15 20 % remaja di Jakarta biasa dantaranya bulimia da 15 % lagi mengalami
mengkomsusi fried chicken dan burger sebagai gangguan makan secara berlebihan. Ketila
makan siang. Sebaguan besar remaja ( 80 %) seorang gadis remaja menjadi sangat kurus,
di tiap kota memili nasi dan lauk pakl sebagai gejala-gejala fisik dapat, termasuk sensitif
menu utuk makan malam. Bahkan di terhadap dingin, sembelit, kelemahan,
Yogyakarta dan Denpasar lebih dari 90% pembengkakan kaki, dan pertumbuhan rambut
makan malamnya memilih nsi dan lauk. tubuh halus. Menstruasi dapat berhenti seelah
Disamping itu Mie instan juga sering menurunnya berat badan lebih banyak. Resiko
dikomsumsi (24 42 %) kematian terjadi 5 18% pada orang-orang
Makan siang lebih banyak dilakukan yang menderuta anoreksia nervosa. dalam
oleh para remaja dibanding dengan makan pagi beberapa kasus langka ulimia dapat
atau makan malam. Keadaan ini berbeda menyebabkan kematian akibat ketidak
dengan yang ditemukan pada remaja di USA seimbangan elektrolit da dehidrasi. Lebih
yang lebih banyak menghilangkan waktu umum lagi obat pencahar dab muntah-muntah
makan pagi dan siang, sedangkan makan dapat menyebabkan masalah gizi, sembelit dan
malam biasa dilakukan lebih teratur ( Mohan kerusakan esophagus. Anoreksia terjadi 20 kali
dan J.M. Rees, 1984 dalam hakim, 2005). Dari besar pada wanita dari pada pria dan bulimia
hasil penelitian tersebut dilaporlam bahawa terjadi 10 kali lebih sering terjadi pada wanita
pengurangan waktu makan tersebut daripada pria ( Anonom, 2000 dalam Hakim
menyebabkan komsumsi zat gizi pada 2005)
golongan remaja menjadi tidak seimbang. Kejadian ganggun pola makan pada
Dengan demikian adanya sebagian remaja remaja yaitu anoreksia dan bulimia ini dapat
yang tidak teratur waktu makannya dengan diobati dengan bantuan dokter, ahli diet atau
sendirinya dapat membuat ketidak seimbangan psikiater. Pengobatan dipokuskan pada
komsumsi zat gizinya, yang pada gilirannya pendekatan ntuk menolong diri sendiri ( self
akan berimplikasi pada status gizi remja yang help approaches ) dan pengobatan psikologis
bersangkutan. yaitu khusus terapi perilaku kognitif, yang
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 55

bertujuan untuk memberikan pengertian yang perlu diwaspadai, karena dapat


lebih baik mengenai kondisi serta cara mengganggu keseimbangan asupan zat gizi
mengubah perilaku mereka. Saat perilaku remaja dalam proses percepatan
tersebut terpecahkan, psikoterapi perorangan pertumbuhan dan perkembangan, dan bagi
atau kelompok serta konsultasi dengan perempuan agar dapat melahirkan generasi
kelompok pendukung orang-orang penderita yang sehat dan kuat.
gangguan pola makan dapat member mamfaat.
Terapi alternative data dilakukan seperti Saran
olahraga pada masa awal masa remaja dapat 1. Di lingkungan sekolah perlu diupayakan
member mamfaat dalam mencegah kelainan pengadaan kantin dan kafetaria yang
pola makan tersebut di atas bila dilakukan menyiapkan makan khas daerah/ tradisional
secara tidak berlebihan, dan mengkomsusi dan dikelola secara professional yang
makanan sesuai prinsip 3 J ( Jenis, Jumlah, dan mempunyai mutu gizi baik dan terjangkau
Jadual). daya beli siswa
Jika gangguan pola makan yaitu 2. Perlu dikembangkan suatu pedoman gizi
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa ini seimbang bagi golongan remaja dengan
dibiarkan berlarut-larut menimpa pada remaja, memperhatikan kebiasaan makan yang
maka akan terjadi ketidakseimbangan asupan terdapat pada golongan remaja khususnyadi
zat gizi yang akan berdampak negative pada perkotaan
remaja itu sendiri, dan penentuan status gii 3. Kepada orang tua yang mempunyai anak
dapat kita gunakan rumus Broca atau Indeks remaja perlu memberikan perhatian yang
massa Tubuh sebagaimana yang diuraikan ekstra, terutama dalam aspek gizi, agar ia
sebelumnya. dapat bertumbuh secara normal dan
Dampak yang akan ditimbulkan jika terhindar dari pola makan yang salah.
terjadi ketidakseimbangan asupan zat gizi pada
remaja akan terhambat proses pertumbuhan DAFTAR PUSTAKA
dan perkembangan (growth spurt) dan pada Arisman, 2004. Gizi dalam Daur ulang
remaja putrid masih mempunyai dampak lain, kehidupan, CBC, Jakarta
karena remaja putri sebagai generasi muda Armanto, 1999. Epek pemberian pil besi
juga akan melahirkan calon generasi muda. dengan vitamin C terhadap peningkatan
Untuk dapat melahirkan generasi muda yang kadar Hb dengan kesegaran jasmani
diharapkan maka diperlukan calon ibu yang pada wanita remaja. Tesis, Pascasarjana
sehat untuk dapat melahirkan generasi yang Unair.
sehat pula. Hakim Langgeng, 2005. Kebiasaan makan
terhadap peningkatan status gizi,
KESIMPULAN & SARAN Surabaya
1. Kebiasaan makan Remaja sangat dipengruhi Irianto Djoko Pekik, 2007, Panduan gizi
faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic lengkap keluarga dan olahraga, Ardi,
2. Kebiasaan makan remaja di perkotaan masih Yogyakarta
dalam batas kewajaran, namun perlu Kadir, 2010, Pengaruh suplementasi pil besi +
diwaspadai bahwa akibat kemajuan asam folat + riboplavin terhadap
teknologi dan pergaulan bebas, maka penigkatan kadar hemoglobin pada
kemungkinan kwbiasaan makan yang masih remaja wanita dengan anemia gizi
relatif baik akan bergeser kekebiasaan sedang, jurnal Ikhtiar Vol.8 No; 1 hal.
makan makanan modern 1133-1266
3. Makanan teradisional yang merupakan khas Muhilal, Fasli Jalal, Hardiansyah, 1988. Angka
setiap daerah tertentu, masih banyak kecukupan gizi yang dianjurkan,
dikomsumsi oleh remaja perkotaan khusus Widiyakarya Nasional pangan dan gizi
di Sulawesi, hal ini mencerminkan VI , Upi, Jakarta
makanan tradisional dan makanan modern Syahmin, 2001, Ilmu Gizi, RHpatara karya
masih bisa bersaing aksara, Jakarta
4. Kebiasaan makan remaja di perkotaan yang Suhardjo, 2003, Perencanaan pangan dan Gizi,
mengkosumsi jenis makanan bervariasi Bumiaksara , Jakarta
dapat memenuhi kebutuhan zat gizinya
5. Gangguan ola makan pada remaja seperti
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa

Você também pode gostar