Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pengertian
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini
adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati
dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi
donor darah, siap memberi bantuan kendaraanuntuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan
bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap
mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan bayi
yang baru dilahirkan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
c. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat
desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
D. Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait,
LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
E. Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria.
1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau
lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok
rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan doa.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan
polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan
mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama
ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman
terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai
dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan sehat.
G. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.
1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga dilakukan
melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat
Serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukansecara musyawarah dan mufakat, sesuai
dengan tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
2. Orientasi / pelatihan kader siaga.
Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan kader desa yang telah ditetapkan perlu di beri
orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten /
kota. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam
rangka pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan desa siaga secara umum,
pembangunan dan pengelolaan poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM lain, dan hal-
hal penting lain yang terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes dapat di
kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana
poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun
baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat atau
memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di lanjutkan
dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraandesa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah di
tetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans berbasis
nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB),
penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju kadarsi dan PHBS, serta
penyehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga,
perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak perwujudan dari
pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring IKBM secara internal
di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun).
Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar
menukar pengalaman dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembinaan jejaring
lintas sector juga sangat penting , khususnya dengan program pembangunan yang bersasaran
desa. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
H. Pembinaan Desa Siaga
Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM) untuk
melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan, kabupaten,
kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat keputusan bupati atau
wali kota dan surat keputusan gubernur .
Untuk mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan
adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya
pengembangan jejaring kerja sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan
jejaring desa siaga dapat di lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa
sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci
keberhasilan dan esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka
pembinaan, perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak
drop out. Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus
di beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat berwira
usaha.
Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini kegiatan-kegiatan
desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM (contohnya system
informasi posyandu ).
I. Indicator keberhasilan
Keberhasilan upaya pembangunan desa siaga dapat di lihat dari 4 kelompok indikatornya :
1. Indicator masukan adalah indicator untuk menukur seberapa besar masukan telah di berikan
dalam rangka desa siaga. Indicator masukan terdiri dari :
a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya
c. Ada/ tidaknya PKBM yang di butuhkan masyarakat.
d. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan )
e. Ada/ tidaknya kader aktif.
f. Ada/ tidaknya sarana pembangunan atau poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
g. Ada/ tidaknya alat komunikasi yang telah lazim di pakai masyarakat yang di manfaatkan untuk
mendung pergerakan surveilans berbasis masyarakat ( misalkan kentongan, bedug )
2. Indikaor proses adalah indicator untuk menukur seberapa aktif upaya yang di laksanakan di sutu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indicator proses meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
b. Berfungsi atau tidaknya UKBM poskesdes
c. Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED
d. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
e. Berfungsi atau tidaknya system kegawat daruratan dan penanggulangan kegawaat daruratn dan
bencana.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarsi dan PHBS.
g. Ada/ tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indicator keluaran adalah indicator untuk menukur seberapa besar hasil kegiatan yang di capai
di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga indicator keluaran meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA )
b. Cakupan pelyanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan di laporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah oleh kadarsi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.
4. Indicator dampak adalah indicator untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan desa
dalam rangka pengembangan desa siaga indicator proses meliputi
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah ibu melahrkan yang meninggal dunia
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
d. Jumlah balita dengan gizi buruk
e. Tidak terjadinya KLB penyakit
f. Respon cepat masalah kesehatan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desa Siaga
Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki
kemampuan dalam menemukan permasalahan yang ada, kemudian merencanakan
& melakukan pemecahannya sesuai potensi yg dimilikinya, serta selalu siap siaga
dalam menghadapi masalah kesehatan , bencana , dan kegawatdaruratan
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan(bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Desa siaga
ini merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat
2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan / istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang
berwenang untukmengatur dan mengukur kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan RI.
Desa Siaga adalah salah satu program Kementerian Kesehatan yang salah satu
fokus kegiatannya adalah mengurangi angka kematian Ibu, dengan meningkatkan
peran serta masyarakat setempat. Desa siaga adalah upaya bersama masyarakat
untuk mengatasi persoalan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu,
siap menjadi donor darah, siap memberi bantuan kendaraan untuk rujukan, siap
membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi
pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat
dan sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan
tindakan gawat-darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga
kesehatan bayi yang baru dilahirkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa desa siaga adalah suatu keadaan dimana suatu desa
memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengenal, menghadapi dan mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri baik bencana maupun kegawatdaruratan.
Pemberdayaan
Pada prinsipnya konsep Desa Siaga adalah pemberdayaan, dimana peran serta dari
masyarakat adalah yang utama. Langkah awal yang dilakukan dalam
pemberdayaan tersebut dengan membantu kelompok masyarakat memegenali
masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut menjadi
masalah bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarakan untuk dipecahkan
bersama. Pembinaan Desa Siaga dilakukan dengan menggerakkan segenap
komponen yang ada dalam masyarakat agar secara mandiri dan
berkesinambungan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya dan
mengenali potensi yang dimiliki guna mengatasinya. Mengajak masyarakat agar
terlibat secara mandiri dalam Desa Siaga juga dilakukan dengan melakukan
penyuluhan-penyuluhan semisal pada saat ada pelaksanaan Posyandu. Petugas
kesehatan dari Puskesmas sangat memberi andil yang sangat besar dalam
pengembangan Desa Siaga dengan startegi pemberdayaan tersebut.
Bina Suasana (Empowerment)
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat agar berperan dalam pengembangan
Desa Siaga.Bina suasana dilakukan dengan pemberian informasi tentang Desa
Siaga melalui leaflet. Misal yang telah dilakukan dengan adalah pembagian
selebaran informasi tentang Demam Berdarah Dengue dengan pendekatan konsep
Desa Siaga. Hal lain yang juga dilakukan adalah memotivasi kader-kader kesehatan
di desa agar mampu mempunyai pengaruh untuk menciptakan opini positif tentang
Desa Siaga kepada masyarakat. Pemasangan papan Desa Siaga juga adalah salah
satu strategi bina suasana, hal ini dilakukan agar desa siaga menjadi familir di
tengah-tengah masyarakat.
Advokasi
Advokasi terus dilakukan oleh Tim Teknis Pengembangan Desa siaga dan tim
promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan puskesmas. Pendekatan juga dilakukan
kepada stakeholder yang terkait guna memberikan dukungan, kebijakan, dana,
tenaga, sarana dan prasarana.
Kemitraan
Bentuk kemitraan untuk pengembangan Desa Siaga Siaga masih dalam tahap
penjajakan. Tim Teknis Desa Siaga telah melakukan pendekatan terhadap pihak
ketiga ( Pihak Swasta ) agar dapat mengambil peran dalam pengembangan Desa
Siaga. Tentunya ada manfaat bagi Pihak swasta yang ditawarkan jika Desa Siaga
berjalan dengan baik.
Definisi
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila
desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
(Depkes, 2007).
2. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu
hamil yang beresiko.
3. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.
6. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.
Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai
UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus
didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu
oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa
bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel
atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu
mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang
sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu
dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya
masyarakat.
1. Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar,
serta ada UKBM Mandiri.
2. Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah
dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang
berbasis masyarakat.
3. Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan
kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang
telah berjalan.
4. Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
mengatasi masalah2 kesehatan secara mandiri dlm rangka mewujudkan desa sehat
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
Kurang gizi
Penyakit menular
Bencana
Kecelakaan
Inti kegiatan desa siaga adalah: memberdayakan masyarakat agar sadar, mau dan mampu
untuk hidup sehat
Desa siaga dikembangkan dari UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes, Poskestren,
Dana sehat) sebagi embrio desa siaga
Desa Siaga Basis Indonesia Sehat
Umum: Mewujudkan masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya
Khusus:
Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di
bidang kesehatan
Pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
(Toga, Toma, tokoh perempuan, kader, petugas kesehatan)
Pihak yang diharapkan dapat memberi dukungan kebijakan (camat, pejabat terkait, donatur)
Sebuah desa dikatakan telah menjadi desa siaga apabila desa tsb telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Memiliki Pos Kesehatan Desa (poskesdes) sbg UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat), (dapat dikembangkan dari Pondok Bersalin Desa) yang juga berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan dasar.
Memiliki sistem surveilans (penyakit, gizi, kesling, & PHBS) berbasis masyarakat yang
berfungsi dengan baik
Memiliki sistem pelayanan gawat darurat (safe community) berbasis masyarakat yang
berfungsi dengan baik
Masyarakat berperilaku hidup bersih & sehat (PHBS) & menyelenggarakan UKBM2
yang diperlukan
Suberdaya Poskesdes
Sarana poskesdes: bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan juga alat komunikasi
(telepon, ponsel atau kurir)
Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey
(CSS) tokoh masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya sadar
akan masalah di desanya bangkit mencari solusi
Pelaksanaan kegiatan:
Penggalangan dana
Pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi dan PHBS
Penyehatan lingkungan
Indikator Keberhasilan
1. Indikator input
2. Indikator proses
3. Indikator output
4. Indikator outcome
Indikator Input
Indikator Proses
Berfungsi/tidaknya Poskesdes
Cakupan rumah tangga yg mendapat kunjungan rumah ntuk kadarzi dan PHBS
Indikator Outcome
DESA SIAGA
PENGEMBANGAN
DESA SIAGA
A. PENGERTIAN
Dari judul di atas tentu tidak asing lagi untuk kita. Menurut SK Menkes RI-
564/Menkes/SK/VIII/2006 - 2 Agustus 2006 mendefenisikan Desa Siaga
adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah -
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruariratan kesehatan secara
mandiri.
B. TUJUAN
Adapun tujuan Desa Siaga : Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
C. DASAR PERTIMBANGAN
Pertemuan teratur
3. Jejaring Transportasi
Mengatur ketersediaan transportasi serta kelancaran proses penyediaan
sarana pada upaya pertolongan persalinan maupun pada kondisi
kegawatdaruratan lain.
4. Jejaring Dana
Mengatur ketersediaan dana guna membiayai proses pertolongan persalinan
maupun kondisi kegawatdaruratan lain, melalui berbagai upaya
penggalangan dana dan koordinasi dengan berbagai elemen masyarakat
untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan.
1. Bidan desa
2. 2 orang fasilitator desa (jika memungkinkan)
3. Staf puskesmas
H. TAHAPAN KEGIATAN
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan
melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan.
c. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
d. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb).
F. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pemilihan kader dan pengurus desa siaga
2. Orientasi / pelatihan kader desa siaga
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM yang lain
4. Penyelenggaraan seluruh kegiatan desa siaga
1. Indikator Masukan
Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan
desa siaga meliputi
a. Ada/ tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya
c. Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)
2. Indikator Proses
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b. Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana.
c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat
d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
3. Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa
dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
4. Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam rangka
pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.
3. Tujuan
Secara umum tujuan pengembangan kadarzi adalah memandirikan keluarga berperilaku gizi
seimbang, untuk mencapai keadaan gizi optimal. Secara khusus tujuan pengembangan kadarzi
adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga tentang gizi seimbang.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang
ada.
c. Meningkatkan keadaan gizi keluarga.
4. Kegiatan
a. Di Tingkat Keluarga
1. Keluarga mencari informasi gizi yang tersedia secara terus-menerus.
2. Tukar pengalaman antar keluarga serta pendampingan oleh tokoh masyarakat dan petugas.
3. Memanfaatkan fasilitas rujukan kompeten secara berjenjang yang terjangkau
(Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit
b. Di Tingkat Masyarakat:
1. Pembentukan kelompok masyarakat yang mendukung upaya menuju kadarzi (LSM, organisasi
keagamaan, organisasi kepemudaan, organisasi wanita, PKK). Setiap kelompok memiliki akses
terhadap informasi gizi dan informasi sistem pelayanan gizi
2. Rekruitmen kader (minimal terdapat seorang kader di masing-masing kelompok).
3. Setiap Kelompok aktif menyediakan/menyebarluaskan informasi dan sumber daya tentang
kesehatan dan gizi.
J. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan serta dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. PHBS dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok. Di luar PHBS di bidang
Gizi yang telah dicakup dalam pengembangan keluarga sadar gizi terdapat:
a. Kelompok PHBS bidang Obat dan Farmasi, yaitu misalnya: tidak menyalahgunakan NAPZA,
memelihara taman obat keluarga, dan Iain-Iain.
b. Kelompok PHBS bidang KIA & KB, yaitu misalnya:
memeriksakan kehamilan secara teratur, meminta pertolongan tenaga kesehatan untuk persalinan,
menjadi akseptor KB, dan Iain-Iain.
c. Kelompok PHBS bidang Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan, yaitu misalnya: menghuni rumah sehat, memiliki persediaan air bersih,
memberantas jentik nyamuk, dan Iain- Iain.
d. Kelompok PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, yaitu misalnya: memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif dalam UKBM, memanfaatkan Puskesmas. dan Iain-Iain. PHBS
merupakan tujuan yang akan dicapai oleh Program Promosi Kesehatan.
2. Sasaran
Di Desa Siaga, Program Promosi Kesehatan dilaksanakan untuk menciptakan PHBS di tatanan
rumah tangga. Prioritas kedua, PHBS di tatanan institusi pendidikan (sekolah dan madrasah).
Kelompok sasaran di tatanan rumah tangga adalah:
a. Pasangan usia subur.
b. Ibu hamil dan atau Ibu menyusui.
c. Bayi/anak di usia di bawah lima tahun (Balita).
d. Tenaga kerja laki-laki dan perempuan.
e. Remaja laki-laki dan perempuan, termasuk pelajar.
f. Penduduk berusia lanjut (usila).
Sedangkan sasaran di tatanan institusi pendidikan adalah:
1) Pengelola/pemilik institusi pendidikan.
2) Pendidik (guru).
3) Murid (siswa).
4) Lain-lain (misalnya pemilik warung/kantin).
5) Kegiatan.
Promosi Kesehatan dalam rangka Desa Siaga dilaksanakan dengan strategi dasar pemberdayaan
masyarakat yang didukung oleh bina suasana dan advokasi. Pelaksana pemberdayaan masyarakat
adalah para petugas Puskesmas, yaitu melalui tiga cara:
a. Konseling terhadap individu pasien.
b. Kunjungan rumah.
c. Pengorganisasian masyarakat.
Bina suasana dilakukan oleh Puskesmas dengan dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu
dengan cara:
a. Mendayagunakan pengaruh tokoh-tokoh masyarakat.
b. Mendayagunakan pengaruh kelompok-kelompok dalam masyarakat (PKK, majelis taklim, dan
Iain-Iain)
c. Mendayagunakan media, baik media cetak (poster, leaflet, dan lain-lain) maupun media
elektronik (radio, televisi. dan Iain-Iain).
Advokasi juga-dilakukan oleh Puskesmas dengan dibantu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. yaitu dalam rangka .mendapatkan dukungan (kebijakan, pengaturan. dana. dan
Iain- Iain) untuk terciptanya PHBS masyarakat
BAB III
PENUTUP
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa siaga ini merupakan program pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga
adalah keluarahan / istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan