Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di bawah 20
minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang
Sedangkan Llewollyn & Jones mendefenisikan abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang
dari 500 gram.
WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau
lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.
3. Penyebab Abortus
Secara umum abortus dapat disebabkan oleh :
Wanita itu sendiri (maternal) yaitu : abnormalitas traktus genitalis, trauma, infeksi rubella,
infeksi chlamydia, penyakit-penyakit vaskular, kelainan endokrin, penyakit sistemik, faktor
imunologis, dimana jika kondisi ini tidak terkontroldengan baik dapat meningkatkan resiko
keguguran.
Kejadian abortus meningkat pada wanita hamil yang berumur 30 tahun atau 35 tahun, hal ini
disebabkan meningkatnya kelainan genetik seperti mutasi dan kelainan maternal pada usia
tersebut. Frekuensi abortus meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas.
Apabila terdapat riwayat abortus, maka kemungkinan terjadi abortus pada kehamilan yang
selanjutnya akan meningkat.
Janin : seperti kelainan kromosom, kelainan ovum, blighted ovum, abnormalitas
pembentukan plasenta.
Sperma : sperma yang mengalami translokasi kromosom apabila berhasil menembus zona
pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang memiliki material kromosom yang tidak
normal sehingga dapat menyebabkan keguguran.
Penyebab eksternal: radiasi, obat-obatan dan bahan kimia. Penyebab lain yang tidak
diketahui.
Setengah dari kasus abortus disebabkan oleh abnormalitas janin dengan jumlah sisanya
sebagian diakibatkan oleh sebab- sebab yang tidak diketahui dan oleh berbagai penyebab
lain.
4. Klasifikasi Abortus
Klasifikasi abortus adalah seperti berikut :
i. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.
ii. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus
therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya : penyakit jantung,
hipertensi esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri
dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
5. Gambaran Klinis Abortus
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened abortion), abortus
insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus (incomplete abortion) atau abortus
kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis
(recurrent abortion), dan abortus septik (septic abortion).
a. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama
kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta
dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan,
sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus. Abortus iminens
didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah
sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula
disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip
serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast harus
dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan perdarahan pada vagina.
Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks,
sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.
6. Diagnosa Abortus
Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua daripada tiga
gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:
i. Perdarahan pada vagina.
ii. Nyeri pada abdomen bawah.
iii. Riwayat amenorea.
Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan bahwa
suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal menunjukkan sebuah
rahim kosong dan tingkat serum hCG kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800
IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal
dilakukan, sebuah rahim kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika
kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang
ditemukan kosong pada pemeriksaan USG dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus,
tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik disingkirkan.
Diagnosa abortus habitualis (recurrent abortion) dan abortus septik (septic abortion) adalah
seperti berikut:
i. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
a. Histerosalfingografi untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan
anomali kongenital.
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea.
ii. Abortus Septik (Septic abortion)
a. Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah
sakit.
b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.
c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan
leukositosis.
d. Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun sampai syok.
Penatalaksanaan Abortus
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu
dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase.
Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus
dimana seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan
maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil,
dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada
penderita, diberikan tonika dan antibiotika. Pengobatan pada kelainan endometrium pada
abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks
inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo