Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
(DKMB) dengan dosen pembimbing Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB
oleh :
Kelompok 8
Universitas Jember
2016
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Rheumatoid Arthritis
disusun untuk memenuhi ugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
(DKMB) dengan dosen pembimbing Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB
oleh :
Kelompok 8
Universitas Jember
2016
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Tugas Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit yang Berhubungan dengan
Pertanian yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Rheumatoid
Arthritis yang disusun oleh kelompok 8
NIM 152310101154
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukna hasil jiplakan atau produksi ulang
makalah yang telah ada.
Penyusun
Wilda Al Aluf
NIM 152310101154
Mengetahui,
iii
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk laporan
sesuai waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan laporan ini tentunya ada pihak yang telah memberikan bantuan
baik moral atau material. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ns Mulia Hakam M,.Kep selaku pembimbing utama dalam penulisan laporan
mata kuliah dasar keperawatan medikal bedah dalam keperawatan.
2. Ns Wantiyah M,.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah dasar keperawatan
medikal bedah dalam keperawatan.
3. Ucapan terimakasih penulis kepada teman teman yang telah mendukung,
mensupport, dan memotivasi sehingga laporan ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi penyempurnaan
selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembacanya .
Penulis
iv
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
PRAKARTA........................................................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
2.1 Pengertian.......................................................................................................... 4
2.2 Penyebab/Etiologi.............................................................................................. 4
2.3 Patofisiologi....................................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................. 5
2.5 Prosedur Diagnostik........................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Medis...................................................................................... 7
3.1 Pengkajian.......................................................................................................... 9
3.1.1 Riwayat Kesehatan.................................................................................. 9
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA........................................................ 9
3.1.3 Pemeriksaan Fisik................................................................................... 10
3.1.4 Analisa Data dan Masalah....................................................................... 11
3.1.5 Pathway................................................................................................... 14
3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA).................................................................... 15
3.3 Intervensi Keperawatan (NOC)......................................................................... 15
3.4 Implementasi Keperawatan (NIC)..................................................................... 25
3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................... 29
BAB IV : PENUTUP.............................................................................................. 31
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 31
v
4.2 Saran................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 33
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Arthritis Foundation 2006, jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis
lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita dari
sebelumnya 35 juta pada tahun 1985. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta
atau 1 dari 6 orang diAmerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah
penderita Arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita
gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai arthritis dan
23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis. Sedangkm
prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil penelitian yang diiakukan oieh Zeng QY
et al mencapai 23,6 % sampai 3l,3%.
1
Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjnt di
lndonesia adaiah osteoarkitis (OA) (50-60) %. Yang kedua adaiah kelompok rematik
luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, peradangan, dan sebagainya).
Yang ketiga adalah asam urat (gout) sekitar6?%. Sementara penyakit rematoid arnitis
(RA) di Indonesia hanya0,1 % (1 di antara 1000-5000 orang), sedangkan di negara-
negara Barat sekitar 3 %. (Nainggolan, 2009)
2
1.2 Tujuan
Penulis mampu :
3
BAB II
1. Usia
Kebanyakan penderita Rheumatoid arthritis berusia 40 tahun ke atas, tapi bisa
juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
2. Jenis kelamin
Pria lebih jarang terkena penyakit ini dibandingkan wanita.
3. Genetika
Walau kecil, mempunyai anggota keluarga yang menderita Rheumatoid arthritis
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini juga.
4. Merokok
4
Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit dan kebiasaan buruk ini bisa
meningkatkan risiko terkena Rheumatoid arthritis .
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda
pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai
dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long,
1996 dikutip dalam Nasution, 2011).
5
Sekitar 10% pasien memiliki presentasi yang lebih atipkal dengan tiba-tiba
mengalami poliartritis, terkadang bersamaan dengan demam atau penyakit sistemik,
atau hanya dengan sendi tunggal seperti lutut yang terkena dampaknya. Gejala utamnya
adalah kekakuan, nyeri dan nyeri tekan pada semua sendi yang mengalami inflamasi
(Kuncoro Sucipto, 2015). Kekakuan biasanya semakin memburuk setelah tidak ada
aktivitas. Biasanya kekakuan di pagi hari berlangsung lebih dari satu jam. Durasi
kekakuan pagi dapat digunakan sebagai ukuran kasar dari tingkat inflamasi, seperti
untuk meningkatkan dosis obat.
A. Tes Darah
Sejumlah tes darah bisa menunjukkan indikasi Rheumatoid arthritis , tapi tidak
bisa mengonfirmasi secara pasti. Berikut ini adalah beberapa tes darah yang bisa
dilakukan:
1. Pemberian terapi
Penderita rheumatoid arthritis dapat melakukan terapi untuk membuat
persendian lebih fleksibel, serta membantu meningkatkan kekuatan otot dan
kebugaran tubuh. Beberapa terapi yang bisa dilakukan adalah terapi okupasi,
podiatry, dan fisioterapi (Alodokter, 2016).
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan
gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas
inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk
tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.
4. Diet
Untuk penderita Rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah
beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Hindari
makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol,
7
ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging,
jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan
penimbunan asam urat dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi.
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi. Adapun syaratsyarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang
dikeluarkan setiap hari. Ratarata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 2
L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 75% dari kebutuhan
energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila Rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Penyakit artritis ini umumnya terjadi pada usia diatas 45 tahun. Kebanyakan
terjadi pada perempuan yang lanjut usia. Penyakit disebabkan pada bagaimana
seseorang melakukan pekerjaannya. Jika terlalu memaksakan pekerjaan yang berat
maka akan terjadi nyeri pada sendinya dan hal ini akan berakibat terjadinya penyakit
artritis.
1. Aktivitas/istirahat
Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan dan terdapat stress pada sendi,
kekakuan pada sendi pada pagi hari, biasanya terjadi pada bilateral dan
simetris.keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktifitas
istirahat dan pekerjaannya. Gejala yang lain adalah letih dan lelah yang hebat.
2. Makanan/cairan
9
Ketidak mampuan untuk mengkonsumsi dan menghasilkan makanan dan cairan
adekuat, mengalami muntah dan kesulitan untuk mengunyah.
3. Kenyamanan
Fase akut dari nyari di sertai pembengkakan jarigan lunak pada sendi, rasa nyeri
kronik dan kekakuan terjadi pada pagi hari.
4. Keamanan
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Terdapat lesi pada kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam mengangani tugas rumah tangga, demam ringan menetap,
kekeringan pada mata dan membran mukosa.
5. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur sehari, terjadinya kekakuan pada sendi
6. Pola eliminasi
Gangguan saat BAB dan BAK
7. Pola persepsi kognitif
Terdapat nyeri sendi saat tangan atau kaki digerakkan atau saat istirahat
8. Pola persepsi dan konsep diri
Perubahan pada bentuk tubuh dan pasien merasa malu dan minder dengan
penyakitnya
9. Pola Peran dan hubungan sesama
Apakah ada perubahan hubungan dengan keluperan didalam keluarganya
10. Pola reproduksi seksualitas
Adakah gangguan seksualitasnya
11. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Perasaan takut, cemas akan penyakit yang dideritanya
10
9. urinalisis untuk protein dan darah serta pemeriksaan rektum untuk menentukan
adanya darah
1. mengalami tubuh
perubahan
pada sendi Deformitas sendi
Nodul
Pannus
12
3.1.6 Pathway
Reaksi faktor R dengan Kekakuan Hambatan mobilitas
antibody, faktor sendi fisik
metabolisme, infeksi
dengan kecenderungan
virus Reaksi
peradangan Nyeri
hilangnya
Resiko cidera
kekuatan otot
13
3.2. Diagnosa Keperawatan
f. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, d. Mengkaji
k. Kolaborasikan
dengan dokter dan g. Jika persepsi
farmasis jika ada nyeri dapat
keluhan dan tindakan dikurangi, maka
manajemen nyeri rasa nyeri yang
tidak berhasil dirasakan pasien
akan lebih sedikit.
2. Analgesik
Administration
a. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, h. untuk
dosis, dan frekuensi mengurangi rasa
nyeri dan pasien
b. Tentukan analgesik
tetap merasa
pilihan, rute
nyaman
pemberian dan dosis
optimal
j. Meningkatkan
relaksasi otot,
mengurangi
sepasme otot
16
k. Berkonsultasi
dengan dokter dan
farmasis untuk
mengefektifkan
tindakan yang
diberikan
b. Memberikan
tidakan yang efektif
untuk bisa
membantu pasien
cepat sembuh
c. Perawat
mengetahui kondisi
pasien dan
perkembangan
pasien
f. Ajarkan pasien
bagaimana merubah e. Pasien dapat
posisi dan berikan berlatih berjalan
bantuan jika sendiri namun tetap
diperlukan dalam pengawasan
perawat guna
melatih
kemandirian pasien
f. Agar kebutuhan
18
mobilisasi pasien
terpenuhi dan tidak
terjadi gangguan
lain
19
g. Bantu pasien
mengenal situasi e. Agar pasien
untuk
mengungkapkan
f. perawat
perasaan, ketakutan,
mengetahui tingkat
persepsi
kecemasan pasien
i. Instruksikan pasien dan dapat
menggunakan teknik mengambil langkah
relaksasi untuk intervensi
g. Agar pasien
m. Berikan obat
mengetahui faktor
untuk mengurangi
yang dapat
kecemasan
menyebabkan
kecemasan
i. Pasien dapat
mengatasi
kecemasannya
20
dengan teknik yang
diajarkan perawat
m. pasien dapat
tenang dan relax
kembali
21
e. Menempatkan tempat tidur.
saklar lampu
ditempat yang
mudah dijangkau
pasien
d. Agar pasien
dapat beristirahat
f. Membatasi
dengan baik.
pengunjung
g. Menganjurkan
e. Membuat pasien
keluarga untuk
dengan mudah
menemani pasien
menjangkau lampu
apabila ingin
h. Mengontrol
mematikan atau
lingkungan dari
menghidupkan
kebisingan
lampu
i. Berikan penjelasan
pada pasien dan
f. Menjaga
keluarga atau
ketenangan pasien,
pengunjung adanya
dan waktu istirahat
perubahan status
pasien
kesehatan dan
penyebab penyakit
g. pasien tidak
merasa kesepian
dan mempunyai
dorongan untuk
sembuh
h. menjamin
kenyamanan pasien
22
i.menginformasika
n kepada keluarga
atau kerabat
tentang status
perkembangan
pasien
2. Analgesik Administration
a. Melihat instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
b. Menentukam analgesik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal
24
e. membantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
f. mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
5. Gangguan citra tubuh a. mengkaji secara verbal dan non-verbal respon klien
berdasarkan perubahan terhadap tubuhnya dengan menanyakan apa yang
penampilan tubuh, dirasakan pasien
b. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan,
sendi, bengkok,
kemajuan dan prognosis penyakit
deformitas
c. mendorong klien mengungkapkan perasaannya
dengan menggunakan teknik terapeutik
3.5 Evaluasi
No Evaluasi
Tidak ada keluhan sakit dan kekakuan pada daerah tangan dan tungkai.
P: Melanjutkan intervensi
2. S: -
P: Melanjutkan interversi
3. S: -
A: Persendian pada tangan dan kaki kembali normal, tidak ada kerusakan
kartilago dalam tulang.
P: Melanjutkan intervensi
4. S: -
26
O: Pasien dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu.
A: Perubahan pada sendi kembali normal, tidak ada erosi kartilago atau
penebalan pada tulang rawan.
P: Melanjutkan intervensi
5. S: -
O: Perasaan takut akibat ada anggota keluarga yang terkena reumatoid atritis,
maka resiko terjadinya penyakit lebih tinggi hilang.
P: Melanjutkan intervensi
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
3. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan untuk
mengurangi nyeri.
4. Mengurangi faktor persepsi nyeri pasien dengan memberi tahu pasien untuk
tidak selalu memikirkan nyerinya, dsb.
4.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
32
Salt, Elizabeth., et al. (2014). Predictors of Perceived Higher Quality Patient-Provider
Communication in Patients with Reumatoid Arthritis. Journal of The American
Association of Nurse Practitioners 26. 681-688
33
LAMPIRAN
Lembar bimbingan
34
Lembar pengesahan
35