Você está na página 1de 38

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Rheumatoid Arthritis

disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
(DKMB) dengan dosen pembimbing Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB

oleh :

Kelompok 8

Universitas Jember

Program Studi Ilmu Keperawatan

2016
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Rheumatoid Arthritis

disusun untuk memenuhi ugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
(DKMB) dengan dosen pembimbing Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB

oleh :

Kelompok 8

Ima Nur Azizah NIM 152310101055

Nuri Sinta Wirawati NIM 152310101069

Doni Purwansyah NIM 152310101073

Wilda Al Aluf NIM 152310101154

Kezia Ria Kristanti NIM 152310101157

Universitas Jember

Program Studi Ilmu Keperawatan

2016

HALAMAN PENGESAHAN
ii
Tugas Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit yang Berhubungan dengan
Pertanian yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Rheumatoid
Arthritis yang disusun oleh kelompok 8

Ketua Kelompok : Wilda Al Aluf

NIM 152310101154

telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :

Hari/tanggal : Jmat, 11 November 2016

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukna hasil jiplakan atau produksi ulang
makalah yang telah ada.

Penyusun

Wilda Al Aluf

NIM 152310101154

Mengetahui,

Penanggung Jawab Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Ns. Wantiyah, M.Kep Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB

NIP. 19810712206042001 NIP. 198103192014041001

iii
PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk laporan
sesuai waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan laporan ini tentunya ada pihak yang telah memberikan bantuan
baik moral atau material. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ns Mulia Hakam M,.Kep selaku pembimbing utama dalam penulisan laporan
mata kuliah dasar keperawatan medikal bedah dalam keperawatan.
2. Ns Wantiyah M,.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah dasar keperawatan
medikal bedah dalam keperawatan.
3. Ucapan terimakasih penulis kepada teman teman yang telah mendukung,
mensupport, dan memotivasi sehingga laporan ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi penyempurnaan
selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembacanya .

Jember, 11 November 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

PRAKARTA........................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii

PRAKATA ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI........................................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Tujuan................................................................................................................ 3

BAB II : KONSEP DASAR PENYAKIT ............................................................ 4

2.1 Pengertian.......................................................................................................... 4
2.2 Penyebab/Etiologi.............................................................................................. 4
2.3 Patofisiologi....................................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................. 5
2.5 Prosedur Diagnostik........................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Medis...................................................................................... 7

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN................................................................ 8

3.1 Pengkajian.......................................................................................................... 9
3.1.1 Riwayat Kesehatan.................................................................................. 9
3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA........................................................ 9
3.1.3 Pemeriksaan Fisik................................................................................... 10
3.1.4 Analisa Data dan Masalah....................................................................... 11
3.1.5 Pathway................................................................................................... 14
3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA).................................................................... 15
3.3 Intervensi Keperawatan (NOC)......................................................................... 15
3.4 Implementasi Keperawatan (NIC)..................................................................... 25
3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................... 29

BAB IV : PENUTUP.............................................................................................. 31

4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 31

v
4.2 Saran................................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 33

LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis


adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

Rheumtoid arthritis merupakan sebuah kondisi kronis yang ditandai dengan


inflamasi pada sendi perifer tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, pinggul, lutut dan
kaki, biasanya di kedua sisi tubuh, berpotensi mengakibatkan kerusakan. Kerusakan
tersebut disebabkan oleh inflamasi persisten pada sinovium, membran yang melapisi
sendi, dengan kerusakan lebih lanjut pada tulang rawan, erosi tulangm dan kelainan
bentuk sendi. Pada sebagian kasus tidak hanya tervatas pada sendi, namun juga dapat
mempengaruhi sistem lain seperti paru-paru, jantung dan sistem saraf. (Kuncoro, 2015)

Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan infeksi, tetapi justru


menyerang sel normal pada persendian merupakan penyebab dari penyakit ini.
Dampaknya ialah sendi terasa nyeri, bengkak, dan kaku. Faktor yang bisa meningkatkan
resiko terjadinya hal tersebut ialah usia, hormon, genetika, dan kebiasaan merokok.
(Alodokter, 2016)

Arthritis Foundation 2006, jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis
lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita dari
sebelumnya 35 juta pada tahun 1985. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta
atau 1 dari 6 orang diAmerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah
penderita Arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita
gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai arthritis dan
23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis. Sedangkm
prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil penelitian yang diiakukan oieh Zeng QY
et al mencapai 23,6 % sampai 3l,3%.

1
Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjnt di
lndonesia adaiah osteoarkitis (OA) (50-60) %. Yang kedua adaiah kelompok rematik
luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, peradangan, dan sebagainya).
Yang ketiga adalah asam urat (gout) sekitar6?%. Sementara penyakit rematoid arnitis
(RA) di Indonesia hanya0,1 % (1 di antara 1000-5000 orang), sedangkan di negara-
negara Barat sekitar 3 %. (Nainggolan, 2009)

Prevalensi rematik di Indonesia adalah sebesar 32,2 % dengan prevalensi


tertinggi berturut-turut terdapat di Provinsi Jawa Barat, Papua Barat serta Nusa
Tenggara Timur dengan distribusi proporsi remalik terbesar terdapat di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah dan JawaTimur. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin
perempuan lebih berisiko dibandingkan laki-laki. Semakin bertambah usia risiko
rematik juga semakin meningkat. Responden yang berpendidikan rendah mempunyai
risiko dua kali dibanding dengan responden yang berpendidrkan tinggl. Penderita
obesitas mempunyai risiko 1,31 kali menderita rematik dibanding b dengan responden
yang mempunyai berat badan normal. Responden yang bertempat tinggal di daerah
pedesaan mempunyai risiko lebih tinggi l, 14 kali dibandingkan dengan responden yang
bertempat tinggal didaerah perkotaan. (Nainggolan, 2009)

Menurut penelitian oleh Nainggolan, 2009, salah satu pekerjaan yang


mempunyai resiko rematik dua kali lebih besar dari pada responden yang masih
bersekolah ialah pekerjaan sebagai petani. Rematik sendiri sering baerkaitan dengan
profesi seseorang. Contohnya seperti petani yang sering menunduk atau memikul beban
berat tidak jarang terserang rasa pegal di daerah beban pikulan. Dan jika hal tersebut
dilakukan berulang kali dalam waktu bertahun-tahun dapat menyebabkan otot yang
sering digunakan tersebut menjadi tegang. Hal itulah yang dapat menimbulkan reaksi
peradangan pada tempat pelekatan otot tersebut.

2
1.2 Tujuan

Penulis mampu :

a. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis.

c. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis.

d. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan


tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal,
Rheumatoid Arthritis.

e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien


dengan gangguan sistem muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis.

f. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan kasus dalam


bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang telah ditetapkan.

3
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi Reumatoid Artritis


Artritis reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah peradangan kronis
pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian contohnya
di kaki dan tangan. Arthritis berarti radang sendi dan bisa berdampak pada jaringan di
sekitar persendian, seperti pada otot, ligamen, dan tendon. Seiring waktu, peradangan
ini bisa menghancurkan jaringan persendian. Efek dari kondisi ini akan membatasi
aktivitas keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan. Walau
bagian tubuh yang paling sering terkena dampak Rheumatoid arthritis adalah pada
bagian kaki dan tangan, penyakit ini juga bisa menjangkiti bagian tubuh lainnya, seperti
mata, paru-paru, pembuluh darah, dan kulit (Alodokter, 2016).

2.2 Penyebab Reumatoid Artritis


Rheumatoid arthritis (RA) disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru
menyerang dirinya sendiri dan masih belum diketahui pemicunya. Sistem kekebalan
tubuh yang normal seharusnya membuat antibodi yang gunanya untuk menyerang virus
dan bakteri. Tapi sistem kekebalan tubuh pada penderita Rheumatoid arthritis justru
mengirim antibodi ke lapisan persendian untuk menyerang jaringan di sekeliling sendi
dan menyebabkan radang serta rasa sakit pada jaringan sendi. Rheumatoid arthritis
menyebabkan kerusakan di sekitar tendon, ligamen, dan tulang. Walau pemicu
terjadinya Rheumatoid arthritis masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor
yang bisa meningkatkan risiko terkena Rheumatoid arthritis (Alodokter, 2016), antara
lain:

1. Usia
Kebanyakan penderita Rheumatoid arthritis berusia 40 tahun ke atas, tapi bisa
juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
2. Jenis kelamin
Pria lebih jarang terkena penyakit ini dibandingkan wanita.
3. Genetika
Walau kecil, mempunyai anggota keluarga yang menderita Rheumatoid arthritis
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini juga.
4. Merokok

4
Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit dan kebiasaan buruk ini bisa
meningkatkan risiko terkena Rheumatoid arthritis .

2.3 Patofisiologi Reumatoid Artritis


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang
akan mengganggu gerak sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda
pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai
dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long,
1996 dikutip dalam Nasution, 2011).

2.4 Manifestasi Klinis Reumatoid Arthritis Reumatoid


Arthritis ditandai dengan polyarthritis kronis yang berarti mempengaruhi banyak sendi
(Kuncoro Sucipto, 2015). Sekitar dua dari tiga pasien RA memulai gejala dengan
kelelahan yang tersembunyi, nyeri otot dan sendi yang samar, sampai munculnya
inflamasi sinovial yang jelas. Gejala ini dapat berlangsung selama beberapa mingu atau
bulan. Gejala spesifiknya biasanya muncul secara bertahap pada beberapa sendi,
terutama pada tangan, pergelangan tangan, lutut dan kaki menjadi terdampak pada
kedua sisi tubuh.

5
Sekitar 10% pasien memiliki presentasi yang lebih atipkal dengan tiba-tiba
mengalami poliartritis, terkadang bersamaan dengan demam atau penyakit sistemik,
atau hanya dengan sendi tunggal seperti lutut yang terkena dampaknya. Gejala utamnya
adalah kekakuan, nyeri dan nyeri tekan pada semua sendi yang mengalami inflamasi
(Kuncoro Sucipto, 2015). Kekakuan biasanya semakin memburuk setelah tidak ada
aktivitas. Biasanya kekakuan di pagi hari berlangsung lebih dari satu jam. Durasi
kekakuan pagi dapat digunakan sebagai ukuran kasar dari tingkat inflamasi, seperti
untuk meningkatkan dosis obat.

2.5 Prosedur Diagnostik


Gejala Rheumatoid arthritis mirip dengan beberapa penyakit lainnya, itu
sebabnya sulit untuk mendiagnosis Rheumatoid arthritis pada tahap awal. Dokter
biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes medis, seperti tes darah
dan pemindaian untuk membantu mendiagnosis Rheumatoid arthritis (Alodokter, 2016).

A. Tes Darah
Sejumlah tes darah bisa menunjukkan indikasi Rheumatoid arthritis , tapi tidak
bisa mengonfirmasi secara pasti. Berikut ini adalah beberapa tes darah yang bisa
dilakukan:

1. C-reactive protein (CRP)


CRP adalah sejenis protein yang dihasilkan oleh organ hati ketika sedang terjadi
peradangan.
2. Laju endap darah (LED)
Tes ini juga dilakukan untuk mendeteksi adanya peradangan. Sampel darah akan
diletakkan di dalam sebuah tabung. Ketika sedang terjadi peradangan, maka sel
darah merah dalam sampel darah yang diambil akan jatuh ke dasar tabung lebih
cepat dari biasanya.
3. Faktor rheumatoid dan antibodi anti-CCP (anti-cyclic citrullinated peptide)
Ada sebagian penderita Rheumatoid arthritis terbukti positif ketika faktor
rheumatoidnya dan/atau antibodi anti-CCPnya diperiksa. Mereka yang terbukti
positif untuk kedua unsur ini berisiko menderita kasus yang lebih parah.

4. Tes darah menyeluruh


Tes ini akan mengukur jumlah sel darah merah yang terkait dengan anemia. Para
penderita Rheumatoid arthritis biasanya mengalami anemia, tapi hal ini tidak
berlaku sebaliknya.
6
B. Pemindaian
Sejumlah tes pemindaian seperti ultrasound, pemindaian resonansi
magnetik (MRI), maupun X-Ray, dapat dilakukan untuk memeriksa kerusakan
dan peradangan pada persendian. Tes-tes ini juga dapat digunakan untuk
mengawasi perkembangan kondisi dan membantu menentukan tipe arthritis
(Alodokter, 2016).

2.6 Penatalaksanaan Medis


Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah untuk mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan
kemampuan mobilisasi penderita. Adapun penatalaksanaan umum pada Rheumatoid
arthritis antara lain:

1. Pemberian terapi
Penderita rheumatoid arthritis dapat melakukan terapi untuk membuat
persendian lebih fleksibel, serta membantu meningkatkan kekuatan otot dan
kebugaran tubuh. Beberapa terapi yang bisa dilakukan adalah terapi okupasi,
podiatry, dan fisioterapi (Alodokter, 2016).
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan
gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas
inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk
tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.
4. Diet
Untuk penderita Rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah
beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Hindari
makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol,
7
ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging,
jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan
penimbunan asam urat dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi.
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi. Adapun syaratsyarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang
dikeluarkan setiap hari. Ratarata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 2
L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 75% dari kebutuhan
energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila Rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien

Penyakit artritis ini umumnya terjadi pada usia diatas 45 tahun. Kebanyakan
terjadi pada perempuan yang lanjut usia. Penyakit disebabkan pada bagaimana
seseorang melakukan pekerjaannya. Jika terlalu memaksakan pekerjaan yang berat
maka akan terjadi nyeri pada sendinya dan hal ini akan berakibat terjadinya penyakit
artritis.

3.1.2 Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
1. Terdapat keluhan nyeri pada persendian tangan dan kaki
2. Terdapat keluhan sakit dan kekakuan pada daerah tangan dan tungkai
3. Adanya perasaan ketidak nyamanaan dalam beberapa waktu sebelum pasien
mengetahui bahwa dia mengalami perubahan pada sendi
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien menderita rheumatoid arthritis sejak lama. Nyeri pada persendian tangan dan
kaki dirasakan semakin parah selama beberapa hari terakhir. Klien juga sulit
melakukan gerakan-gerakan tertentu, seperti sujud dll.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien biasanya pernah mengalami nyeri sendi pada bagian yang sama sebelumnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Jika terdapat anggota keluarga yang terkena reumatoid artritis, maka risiko
terjadinya penyakit lebih tinggi.

3.1.3 Pengkajian Pola Gordon

1. Aktivitas/istirahat
Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan dan terdapat stress pada sendi,
kekakuan pada sendi pada pagi hari, biasanya terjadi pada bilateral dan
simetris.keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktifitas
istirahat dan pekerjaannya. Gejala yang lain adalah letih dan lelah yang hebat.
2. Makanan/cairan
9
Ketidak mampuan untuk mengkonsumsi dan menghasilkan makanan dan cairan
adekuat, mengalami muntah dan kesulitan untuk mengunyah.
3. Kenyamanan
Fase akut dari nyari di sertai pembengkakan jarigan lunak pada sendi, rasa nyeri
kronik dan kekakuan terjadi pada pagi hari.
4. Keamanan
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Terdapat lesi pada kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam mengangani tugas rumah tangga, demam ringan menetap,
kekeringan pada mata dan membran mukosa.
5. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur sehari, terjadinya kekakuan pada sendi
6. Pola eliminasi
Gangguan saat BAB dan BAK
7. Pola persepsi kognitif
Terdapat nyeri sendi saat tangan atau kaki digerakkan atau saat istirahat
8. Pola persepsi dan konsep diri
Perubahan pada bentuk tubuh dan pasien merasa malu dan minder dengan
penyakitnya
9. Pola Peran dan hubungan sesama
Apakah ada perubahan hubungan dengan keluperan didalam keluarganya
10. Pola reproduksi seksualitas
Adakah gangguan seksualitasnya
11. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Perasaan takut, cemas akan penyakit yang dideritanya

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umumya komplikasi steroid dan berat badan.


2. Lakukan inspeksi dan palpasi pada persendian di masing-masing sisi, amatilah
warna kulit, lembut tidaknya, pembengkakan dan ukuran kulit.
3. lakukan pengukuran gerak pasif pada persendian sinovial, catat bila ada devisia
(keterbatasan gerak sendi), catat bila ada krepitasi dan catat bila terjadi nyeri
saat persendian digerakkan.
4. Lakukan inspeksi dan palpasi pada otot skletal secara bilateral, catat bila ada
atrofi, tanus yang mungkin berkurang, ukur seberapa besar kekuatan otot
5. Dibagian wajah. Periksa mata untuk sindroma sjorgen, katarak anemia dan
tanda-tanda adanya hiperviskositas pada fundus, kelenjar parotis membesar,
mulut kering, suara sesak, sendi krepitus.
6. Kaji tungkai bawah, pembengkakan pada betis dan tanda-tanda kompresi
medulla spinalis
7. kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
8. kaji aktivitas sehari-hari

10
9. urinalisis untuk protein dan darah serta pemeriksaan rektum untuk menentukan
adanya darah

3.1.5 Analisis Data dan Masalah

No Data Penyebab Masalah

1 Do: Nyeri Akut Nyeri akut

1. Terdapat Reaksi peradangan


keluhan nyeri
pada Kekakuan pada sendi
persendian
tangan dan
kaki
2. Terdapat
keluhan sakit
dan kekakuan
pada daerah
tangan dan
tungkai
3. Adanya
perasaan
ketidak
nyamanaan
dalam
beberapa
waktu sebelum
pasien
mengetahui
bahwa dia
mengalami
perubahan
pada sendi

2 Do: Hambatan Mobilitas Fisik Hambatan

1. mengalami mobilitas fisik


Kekakuan sendi
perubahan
pada sendi Ankilosis tulang
2. sulit
melakukan Adesi pada permukaan sendi
gerakan-
gerakan
11
tertentu Erosi kartilago

3 Do: Ansietas Ansietas

1. terdapat Gangguan jiwa


anggota
keluarga yang Perasaan takut
terkena
reumatoid
artritis, maka
risiko
terjadinya
penyakit lebih
tinggi
2.
4 Do: Resiko cidera Resiko cidera

1. persendian Gangguan muskuloskeletal


tangan dan
kaki dirasakan Hilangnya kekuatan otot
semakin parah
Tendon dan ligamen melemah

Kerusakan kartilago dan tulang

5 Do: Gangguan Citra Tubuh Gangguan citra

1. mengalami tubuh
perubahan
pada sendi Deformitas sendi

Nodul

Pannus

12
3.1.6 Pathway
Reaksi faktor R dengan Kekakuan Hambatan mobilitas
antibody, faktor sendi fisik
metabolisme, infeksi
dengan kecenderungan
virus Reaksi
peradangan Nyeri

Synovial menebal Pannus kurangnya


informasi tentang
proses penyakit

Nodul Infiltrasi dalam


Ost. Defisiensi
subcondria pengetahuan
Deformitas sendi ansietas
hambatan pada
nutrisi pada
Gangguan body image kartilago
artikularis Kartilago nekrosis

Kerusakan erosi kartilago


kartilago dan
tulang
Adhesi pada
permukaan sendi
Tendon dan
Mudah luksasi dan ligamen
subluksasi Ankilosis fibrosa
melemah

hilangnya
Resiko cidera
kekuatan otot

keterbatasan gerakan Kekuatan Ankilosis tulang


sendi sendi

Hambatan mobilitas fisik

13
3.2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berdasarkan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid


b. Hambatan mobilitas fisik berdasrkan kerusakan integritas struktur tulang, kekakuan
sendi
c. Ansietas berdasarkan kurangnya informasi tentang oenyakit, penurunan
produktifitas (status fungsi kesehatan dan fungsi peran)
d. Resiko cidera berdasarkan hilangnya kekuatan otot dan rasa nyeri
e. Gangguan citra tubuh berdasarkan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,
deformitas

3.3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1 Nyeri akut Kriteria 1. Pain


berdasarka hasil : management
a. Mampu a. Lakukan pengkajian
n
mengontrol nyeri a. Membantu dalam
nyeri secara
perubahan
(tahu penyebab menentukan
komprehensif
patologis
nyeri, mampu kebutuhan
termasuk lokasi,
oleh
menggunakan manajemen nyeri
karakteristik, ditribusi,
artritis
tekhnik dan efektivitas
frekuensi, kualitas dan
rheumatoi
nonfarmakologi program
faktor presipitasi
d
untuk
b. Gunakan tekhnik
mengurangi
komunikasi terapeutik
nyeri, mencari
untuk mngetahui
bantuan) b. Agar hubungan
b. Melaporkan pengalamn nyeri
antara perawat dan
bahwa nyeri pasien
pasien dapat
berkurang dengan
berjalan dengan
menggunakan
c. Berikan baik, sehingga
manajemen nyeri
c. Mampu matras/kasur keras, pasien mau terbuka

mengenali nyeri bantal kecil. tentang masalah

(skala, intensitas, Tinggikan tempat kesehatannya

frekuensi, dan tidur sesuai


kebutuhan. c. Matras yang
14
tanda nyeri) empuk/lembut,
d. Menyatakan
bantal yang besar
rasa nyaman
akan menjaga
setelah neyri
pemeliharaan
berkurang
kesejajaran tubuh
d. Evaluasi
yang tepat,
pengalaman masa
menempatkan stres
lampau
pada sendi yang
sakit. Peninggian
tempat tidur
e. Bantu pasien dan
menurunkan
keluarga untuk
tekanan pada sendi
mencari dan
yang nyeri.
menemukan dukungan

f. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, d. Mengkaji

pencahayaan dan pengalaman masa

kebisingan lalu pasien untuk


mendapat penyebab
g. Kurangi faktor
masalah
persepsi nyeri

h. Pilih dan lakukan e. Dukungan agar


penanganan nyeri pasien dapat
(farmakologi, non termotivasi untuk
farmakologi dan sembuh dengan
interpersonal) cepat

l. Ajarkan tentang f. Lingkungan yang


teknik non sesuai dengan
farmakologi kondisi pasien
15
dapat membantu
j. Tingkatkan istirahat
proses peyembuhan
pasien

k. Kolaborasikan
dengan dokter dan g. Jika persepsi
farmasis jika ada nyeri dapat
keluhan dan tindakan dikurangi, maka
manajemen nyeri rasa nyeri yang
tidak berhasil dirasakan pasien
akan lebih sedikit.
2. Analgesik
Administration
a. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, h. untuk
dosis, dan frekuensi mengurangi rasa
nyeri dan pasien
b. Tentukan analgesik
tetap merasa
pilihan, rute
nyaman
pemberian dan dosis
optimal

c. Monitor vital sign i. Pasien dapat


sebelum dan sesudah menangani rasa
pemberian analgesik nyeri
pertama kali

j. Meningkatkan
relaksasi otot,
mengurangi
sepasme otot

16
k. Berkonsultasi
dengan dokter dan
farmasis untuk
mengefektifkan
tindakan yang
diberikan

a. Agar tidak terjadi


kesalahan dalam
pemberian obat

b. Memberikan
tidakan yang efektif
untuk bisa
membantu pasien
cepat sembuh

c. Perawat
mengetahui kondisi
pasien dan
perkembangan
pasien

2 Hambata Kriteria hasil : Exercise therapy:


a. Aktivitas klien
n ambulation
meningkat a. Monitoring vital
mobilitas
b. Mengerti
sign
fisik a. Mengontrol
tujuan dari
sebelum/sesudah
berdasrka perkembangan
peningkatan
latihan dan lihat
n tanda-tanda vital
17
kerusaka mobilitas respon pasien saat pasien
c.Memverbalisas
n latihan
ikan perasaan
integritas
b. Konsultasikan
dalam
struktur
dengan terapi fisik
meningkatan
tulang,
tentang rencana b. Mengetahui dan
kekuatan dan
kekakuan
ambulasi sesuai memberikan terapi
kemampuan
sendi
dengan kebutuhan yang tepat pada
berpindah
c. . Berikan alat pasien
d. Bantu untuk
bantu jika klien
mobilisasi
memerlukan
(walker)

d. Kaji kemampuan c. melatih pasien


pasien dalam untuk mandiri
mobilisasi dengan
e Bantu klien untuk menggunakan alat
menggunakan bantu
tongkat saat berjalan
dan cegah terhadap
d. Mengetahui
cedera
perkembangan
mobilitas pasien

f. Ajarkan pasien
bagaimana merubah e. Pasien dapat
posisi dan berikan berlatih berjalan
bantuan jika sendiri namun tetap
diperlukan dalam pengawasan
perawat guna
melatih
kemandirian pasien

f. Agar kebutuhan
18
mobilisasi pasien
terpenuhi dan tidak
terjadi gangguan
lain

3 Ansietas Kriteria hasil : Anxiety reduction


a. Klien mampu
berdasarka ( penurunan
mengidentifikasi
n kecemasan)
dan a. Gunakan
kurangnya a. agar pasien tidak
mengungkapkan pendekatan yang
informasi merasa panik dan
gejala cemas menenangkan
tentang mau menerima
b.
penyakit, b. Nyatakan dengan perawat
Mengidentifikasi,
penurunan jelas harapan
mengungkapkan
produktifit terhadap perilaku
dan menunjukkan
as (status pasien b. Agar pasien
teknik untuk
fungsi dapat mengerti
mengontrol c. Jelaskan semua
kesehatan tujuan
cemas prosedur dan apa
dan fungsi c. Vital signs dilakukannya
yang dirasakan
peran) dalam batas perawatan
selama prosedur
normal
c. Pasien
d. Postur tubuh, menyetujui
d. Temani pasien
ekspresi wajah, tindakan
untuk memberikan
bahasa tubuh dan keperawatan dan
keamanan dan
tingkat aktivitas pasien tidak kaget
mengurangi takut
menunjukkan apabila terdapat
berkurangnya e. Dorong keluarga rasa yang kurang
kecemasan untuk menemani nyaman saat proses
pasien perawatan

d. Agar pasien bisa


f. Identifikasi tingkat
menerima perawat
kecemasan
dan percaya kepada
perawat

19
g. Bantu pasien
mengenal situasi e. Agar pasien

yang menimbulkan mempunyai

kecemasan dorongan dan


mengurangi

h. Dorong pasien kecemasan pasien

untuk
mengungkapkan
f. perawat
perasaan, ketakutan,
mengetahui tingkat
persepsi
kecemasan pasien
i. Instruksikan pasien dan dapat
menggunakan teknik mengambil langkah
relaksasi untuk intervensi

g. Agar pasien
m. Berikan obat
mengetahui faktor
untuk mengurangi
yang dapat
kecemasan
menyebabkan
kecemasan

h. Agar pasien tidak


merasa sendiri dan
mengerti bahwa
masih ada yang
peduli pada pasien

i. Pasien dapat
mengatasi
kecemasannya

20
dengan teknik yang
diajarkan perawat

m. pasien dapat
tenang dan relax
kembali

4 Resiko Kriteria hasil : Environment


a. Klien terbebas
cidera management
dari cidera
berdasarka (manajemen
b. Klien mampu
n lingkungan)
menjelaskan
a. Identifikasi
hilangnya
cara/metode a. Agar pasien
kebutuhan
kekuatan
untuk mencegah merasa aman dan
keamanan pasien,
otot, rasa
injury/cidera nyaman.
sesuai dengan
nyeri c. Klien mampu
kondisi fisik dan
menjelaskan
fungsi kognitif
faktor resiko dari
pasien dan riwayat
lingkungan/perila
penyakit terdahulu
ku personal
d. Mampu pasien
memodifikasi
b. Menghindarkan
gaya hidup untuk
lingkungan yang
mencegah injury
berbahaya (misalnya
e. Menggunakan b. Agar pasien
memindahkan
fasilitas merasa aman dan
perabotan)
kesehatan yang nyaman.
ada c. Memasang side rall
f. Mampu
tempat tidur
mngenali
perubahan status
kesehatan d. Menyediakan c. Melindungi

tempat tidur yang kemungkitan

nyaman dan bersih pasien terjatuh dari

21
e. Menempatkan tempat tidur.
saklar lampu
ditempat yang
mudah dijangkau
pasien
d. Agar pasien
dapat beristirahat
f. Membatasi
dengan baik.
pengunjung

g. Menganjurkan
e. Membuat pasien
keluarga untuk
dengan mudah
menemani pasien
menjangkau lampu
apabila ingin
h. Mengontrol
mematikan atau
lingkungan dari
menghidupkan
kebisingan
lampu
i. Berikan penjelasan
pada pasien dan
f. Menjaga
keluarga atau
ketenangan pasien,
pengunjung adanya
dan waktu istirahat
perubahan status
pasien
kesehatan dan
penyebab penyakit

g. pasien tidak
merasa kesepian
dan mempunyai
dorongan untuk
sembuh

h. menjamin
kenyamanan pasien

22
i.menginformasika
n kepada keluarga
atau kerabat
tentang status
perkembangan
pasien

5 Gangguan Kriteria a. Kaji secara verbal a. Agar perawat


citra tubuh hasil : dan non-verbal respon mengetahui
a. Body image
berdasarka klien terhadap bagaimana pasien
positif
n tubuhnya menilai dirinya
b. Mampu
perubahan sendiri.
mengidentifikasi
penampila b. jelaskan tentang
kekuatan personal
n tubuh, c. pengobatan,
sendi, Mendeskripsikan perawatan, kemajuan b. Agar terjalin
bengkok, secara faktual dan prognosis penyakit hubungan saling
deformitas perubahan fungsi percaya antara
c. dorong klien
tubuh pasien dan perawat.
mengungkapkan
d.
perasaannya
Mempertahankan
interaksi sosial c. Agar perawat
dapat mengkaji
masalah pada
pasien.

3.4. Implementasi Keperawatan

No. Diagnosa Implementasi

1. Nyeri akut a. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


berdasarkan perubahan dengan mengukur skala nyeri
b. menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik dengan
patologis oleh artritis
pendekatan bina hubungan saling percaya untuk
rheumatoid
23
mngetahui pengalamn nyeri pasien
c. memberikan matras/kasur keras, bantal kecil.
meinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
d. mengevaluasi pengalaman masa lampau pasien
e. membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan untuk mengurangi nyeri
f. mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
g. mengurangi faktor persepsi nyeri pasien dengan
memberi tahu pasien untuk tidak selalu memikirkan
nyerinya
h. memilih dan melakukan penanganan nyeri secara
farmakologi
l. mengajarkan pasien tentang teknik non farmakologi
dengan manajemen nyeri
j. meningkatkan istirahat pasien
k. berkolaborasi dengan dokter dan farmasis jika ada
keluhan dan tindakan manajemen nyeri tidak berhasil

2. Analgesik Administration
a. Melihat instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
b. Menentukam analgesik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal

c. memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian


analgesik pertama kali

2. Hambatan mobilitas a. Memonitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan


fisik berdasrkan melihat respon pasien saat latihan
b. berkonsultasi dengan terapi fisik tentang rencana
kerusakan integritas
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
struktur tulang,
c. memberikan alat bantu jika klien memerlukan
kekakuan sendi d. mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
dengan menanyakan bagaimana perkembangan pasien
atau menyuruh pasien untuk bergerak sesuai dengan
kemampuannya

24
e. membantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
f. mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan

3. Ansietas berdasarkan a. menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien


kurangnya informasi dengan membina hubungan saling percaya
b. menyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
tentang penyakit,
pasien
penurunan
c. menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
produktifitas (status
selama prosedur
fungsi kesehatan dan d. menemani pasien untuk memberikan keamanan dan
fungsi peran) mengurangi takut
e. mendorong keluarga untuk menemani pasien
f. mengidentifikasi tingkat kecemasan dengan
menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan
g. membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
h. mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi tentang nyeri
i. menginstruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi

m. memberikan obat untuk mengurangi kecemasan

4. Resiko cidera a. mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai


berdasarkan hilangnya dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
kekuatan otot, rasa riwayat penyakit terdahulu pasien
b. menghindarkan lingkungan yang berbahaya
nyeri
(misalnya memindahkan perabotan)
c. Memasang side rall tempat tidur
d. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
e. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
dijangkau pasien
f. Membatasi pengunjung
g. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
i. memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
25
penyebab penyakit

5. Gangguan citra tubuh a. mengkaji secara verbal dan non-verbal respon klien
berdasarkan perubahan terhadap tubuhnya dengan menanyakan apa yang
penampilan tubuh, dirasakan pasien
b. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan,
sendi, bengkok,
kemajuan dan prognosis penyakit
deformitas
c. mendorong klien mengungkapkan perasaannya
dengan menggunakan teknik terapeutik

3.5 Evaluasi

No Evaluasi

1. S: Tidak terdapat keluhan nyeri pada persendian tangan dan kaki.

Tidak ada keluhan sakit dan kekakuan pada daerah tangan dan tungkai.

O: Perasaan tidak nyaman akibat perubahan pada sendi hilang.

A: Nyeri tidak ada atau kembali normal.

P: Melanjutkan intervensi

2. S: -

O: Tidak terlihat adanya nodul.

A: Perubahan pada sendi kembali normal, tidak ada nodul.

P: Melanjutkan interversi

3. S: -

O: Persendian pada tangan dan kaki kembali normal.

A: Persendian pada tangan dan kaki kembali normal, tidak ada kerusakan
kartilago dalam tulang.

P: Melanjutkan intervensi

4. S: -

26
O: Pasien dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu.

A: Perubahan pada sendi kembali normal, tidak ada erosi kartilago atau
penebalan pada tulang rawan.

P: Melanjutkan intervensi

5. S: -

O: Perasaan takut akibat ada anggota keluarga yang terkena reumatoid atritis,
maka resiko terjadinya penyakit lebih tinggi hilang.

A: Masalah ansietas kembali normal, pasien tidak merasa takut.

P: Melanjutkan intervensi

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Rheumtoid arthritis merupakan sebuah kondisi kronis yang ditandai dengan


inflamasi pada sendi perifer tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, pinggul, lutut
dan kaki, biasanya di kedua sisi tubuh, berpotensi mengakibatkan kerusakan.
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat muncul dari Rheumatoid Arthriti ialah :

1. Nyeri akut berdasarkan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid


2. Hambatan mobilitas fisik berdasrkan kerusakan integritas struktur tulang,
kekakuan sendi
3. Ansietas berdasarkan kurangnya informasi tentang oenyakit, penurunan
produktifitas (status fungsi kesehatan dan fungsi peran)

b. Perawatan yang dilakukan kepada pasien dengan Rheumatoid Arthritis disesuaikan


dengan diagnosa keperawtannya. Berikut ini beberapa perawatan untuk diagnosa
keperawatan nyeri akut:

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dengan mengukur skala


nyeri.

2. Menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik dengan pendekatan bina hubungan


saling percaya untuk mngetahui pengalamn nyeri pasien.

3. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan untuk
mengurangi nyeri.

4. Mengurangi faktor persepsi nyeri pasien dengan memberi tahu pasien untuk
tidak selalu memikirkan nyerinya, dsb.

4.2 Saran

1. Sebagai calon perawat hendaknya kita mengerti dan memahami tentang


rheumatoid arthritis.

2. Dengan memahami tentang rheumatoid arthritis diharapkan kita dapat


melaksanakan asuhan keperawatan tentang penyakit tersebut dengan benar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Admi. (2014). Rheumatoid Arthritis. http://rematik-autoimun.com/rheumatoid-


arthritis.html

Alodokter. (2016). Pengertian Rheumatoid Arthritis. Retrivied from


http://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis

Doc. (2015). Apa itu Arthritis. Retrivied from


https://web.docdoc.com/id/info/condition/artritis

Bulechek, Gloria M; et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). UNITED


KINGDOM: Elsevier

Herdman, T. Heather; Kamitsuru, Shigemi. (2015). Diagnosa Keperawatan: Defimisi


dan Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta : EGC

Kuncoro, Sucipto. (2015). Apa Itu Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala,


Pengobatain. Retrivied from http://www.pasiensehat.com/2015/07/rheumatoid-
arthritis.html

Moorhead, Sue; et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). UNITED


KINGDOM: Elsevier

Nasution. (2011). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA (2.1.4 Patofisiologi). Retrivied from


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24610/4/Chapter%20II.pdf

Ninggolan, Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia.


Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI

Nurarif, Amin Huda; Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Poh, L.W., et al. (2015). An Integrative Review of Experiences of Patients with


Reumatoid Arthritis. International Nursing Review 62. 231-247

32
Salt, Elizabeth., et al. (2014). Predictors of Perceived Higher Quality Patient-Provider
Communication in Patients with Reumatoid Arthritis. Journal of The American
Association of Nurse Practitioners 26. 681-688

33
LAMPIRAN

Lembar bimbingan

34
Lembar pengesahan

35

Você também pode gostar