Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
REFERAT
ADENOMIOSIS
PENULIS :
Putri Yulia Habsari (2012730078)
PEMBIMBING :
Dr. Eddy Purwanta, Sp. OG
1
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................
2.6 Diagnosis..17
2.9 Penatalaksanaan..........21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
2
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
DAFTAR TABEL
3
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
DAFTAR GAMBAR
4
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
BAB I
PENDAHULUAN
5
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
6
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
BAB II
PEMBAHASAN
7
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
2.2 Epidemiologi
8
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
agen GnRH agonis. Penelitian terbaru oleh Maubon et al. (2010) melibatkan 152
pasien in vitro fertilisation (IVF) untuk menilai pengaruh ketebalan JZ uterus yang
diukur dengan MRI terhadap keberhasilan implantasi, dilaporkan bahwa peningkatan
ketebalan JZ uterus berkorelasi signifikan dengan kegagalan implantasi pada IVF.
Kegagalan implantasi terjadi pada 95,8% pasien dengan JZ 7-10 mm versus 37,5%
pada subjek lain.4
Berbagai keadaan telah diteliti sebagai faktor resiko adenomiosis antara lain
usia antara 40-50 tahun, multipara, riwayat hiperplasia endometrium, riwayat abortus
spontan, dan polimenore.10 Sedangkan usia menarke, usia saat partus pertama kali,
riwayat abortus provokatus, riwayat seksio sesarea, endometriosis, obesitas,
menopause, panjang siklus dan lama haid, penggunaan kontrasepsi oral dan IUD
dilaporkan tidak berkaitan dengan adenomiosis.2,10
Paritas dan usia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk adenomiosis.
Secara khusus, hampir 90 persen kasus pada perempuan parous dan hampir 80 persen
berkembang pada wanita di usia empat puluhan dan lima puluhan (Lee, 1984).1
2.4 Histologi
Junctional zone (JZ) pada lapisan terdalam miometrium atau disebut juga
archimetra memiliki karakter khas yang membedakannya dengan tautan lain,
berperan sebagai membran protektif lemah dan memungkinkan kelenjar endometrium
berkontak langsung dengan miometrium. MRI T2-weighted menunjukkan tiga
lapisan berbeda pada uterus wanita usia produktif : (1) lapisan dalam, mukosa
endometrium, intensitas tinggi (2) lapisan intermediet, JZ (3) dan lapisan serosa.
Penelitian terkini berhasil mengungkap sifat dan fungsi JZ. Zona tersebut bersifat
hormone-dependent sehingga mengalami perubahan ketebalan secara siklis
menyerupai endometrium. Karakter itu pula yang memicu timbulnya peristaltik uterus
di luar kehamilan. Lapisan miometrium pasca menopause tampak kabur pada MRI
akibat supresi aktivitas ovarium atau pemberian analog GnRH.4
2.5 Patofisiologi
9
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
2.5.1 Anatomi
Pada pemeriksaan kotor, biasanya terdapat pembesaran uterus secara
menyeluruh, tetapi pembesarannya jarang melebihi kehamilan 12 minggu. Kontur
permukaan halus dan teratur, tekstur rahim melunak, dan kemerahan warna
miometrium seperti pada umumnya. Pada potongan , permukaan rahim biasanya
memperlihatkan gambaran spons dengan perdarahan fokal1.
10
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
secara lebih aktif dibandingkan lapisan basalis. Hal ini memungkinkan lapisan
fungsional menjadi tempat implantasi blastokista sedangkan lapisan basalis berperan
dalam proses regenerasi setelah degenerasi lapisan fungsional selama menstruasi.
Selama periode regenerasi kelenjar pada lapisan basalis mengadakan hubungan
langsung dengan sel-sel berbentuk gelondong pada stroma endometrium.4
11
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
endometrium yang normal seperti halnya yang ditemukan pada trofoblas invasif
dibandingkan yang non-invasif pada koriokarsinoma.4
12
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
13
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
14
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
15
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
16
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
2.6 Diagnosis
Diagnosis adenomiosis secara klinis sulit dan seringkali tidak akurat. Hal ini
disebabkan gejala adenomiosis yang tidak khas, dimana gejala tersebut juga
ditemukan pada fibroid uterus, perdarahan uterus disfungsional (PUD) maupun
endometriosis. Dulu, diagnosis adenomiosis hanya dapat ditegakkan secara histologis
setelah dilakukan histerektomi. Dengan kemajuan dalam tehnik pencitraan, diagnosis
prehisterektomi bisa ditegakkan dengan tingkat akurasi yang tinggi.4
Gambaran karakteristik utama pada HSG berupa daerah yang sakit dengan
kontras intravasasi, meluas dari cavum uteri ke dalam miometrium. HSG memiliki
sensitivitas yang rendah.4
17
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
18
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
CA125 biasanya meningkat pada wanita dengan adenomiosis, mereka juga dapat
meningkat pada orang-orang dengan leiomioma, endometriosis, infeksi panggul, dan
keganasan panggul.
Sonografi
Karena sonografi transabdominal tidak konsisten mengidentifikasi perubahan
miometrium pada adenomiosis, pencitraan dengan TVS lebih disukai, dan pencitraan
MR mungkin lebih banyak mendapat pujian. (Bazot, 2001; Reinhold, 1998).
Adenomiosis fokal muncul sebagai nodul diskrit hypoechoic yang dapat dibedakan
dengan leiomioma oleh pinggiran/ batas yang susah dijelaskan,lebih berbentuk elips
daripada bentuk globular, efek massa minimal pada jaringan sekitarnya, kurangnya
kalsifikasi, dan adanya kista anechoic dengan diameter bervariasi (Fedele, 1992;
Reinhold 1998)
19
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
1. Asimtomatis
Perdarahan ireguler relatif jarang, hanya terjadi pada 10% wanita dengan
adenomiosis
20
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
4. Gejala penekanan pada vesica urinaria & usus dari uterus bulky (jarang)
2.9 Penatalaksanaan
21
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
a. Terapi Hormonal
Pemberian terapi hormonal pada adeomiosis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Tidak ada bukti klinis yang menunjukkan adanya manfaat terapi
hormonal dapat mengatasi infertilitas akibat adenomiosis. Pemberian obat hormonal
hanya mengurangi gejala dan efeknya akan hilang setelah pemberian obat dihentikan.
Obat hormonal yang paling klasik adalah gonadotrophin releasing hormone
agonist(GnRHa), yang dapat dikombinasikan dengan terapi operatif. Mekanisme kerja
GnRHa adalah dengan menekan ekspresi sitokrom P450, suatu enzim yang
mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen. Pada pasien dengan adenomiosis
dan endometriosis enzim ini diekpresikan secara belebihan.4
b. Terapi Operatif
Sampai saat ini histerektomi merupakan terapi definitif untuk adenomiosis.
Indikasi operasi antara lain ukuran adenomioma lebih dari 8 cm, gejala yang progresif
seperti perdarahan yang semakin banyak dan infertilitas lebih dari 1 tahun walaupun
telah mendapat terapi hormonal konvensional. Suatu teknik operasi baru telah
dipublikasikan oleh Osada pada tahun 2011. Dengan teknik adenomiomektomi yang
baru ini, jaringan adenomiotik dieksisi secara radikal dan dinding uterus
direkonstruksi dengan teknik triple flap. Teknik ini diklaim dapat mencegah ruptur
uterus apabila pasien hamil. Dalam penelitian tersebut, dari 26 pasien yang
mengharapkan kehamilan, 16 di antaranya berhasil dan 14 dapat mempertahankan
kehamilannya hingga aterm dengan bayi sehat tanpa penyulit selama kehamilan. Akan
tetapi teknik ini belum diterima secara luas karena masih membutuhkan penelitian
lebih lanjut.4
22
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
BAB III
KESIMPULAN
23
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
24
REFERAT DEPARTMENT OBSGYN
Kepaniteraan Klinik Desember 2016
DAFTAR PUSTAKA
1. Schorge JO et al, Williams Gynecology, 1st ed. New York, Mc Graw Hill, 2008
2. Pernol ML. Benson and Pernols Handbook of Obstetrics and Gynecology 10 th Ed.
2001. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Ferenczy A. Pathophysiology of adenomyosis. Human Reproduction Update
1998; 4: 312-322.
4. Benagiano G and Brosens I. History of adenomyosis (Abstract). Best Pract Res
Clin Obstet Gynaecol. 2006 Aug;20(4):449-63. Epub 2006 Mar 2.
5. Campo S, Campo V, Benagiano G. Review Article Adenomyosis and Infertility.
Obstetrics and Gynecology International Volume 2012, Article ID 786132.
6. Shrestha A,Shrestha R,Sedhai LB,Pandit U. Adenomyosis at Hysterectomy:
Prevalence, Patient Characteristics, Clinical Profile and Histopatholgical
Findings.Kathmandu Univ Med J 2012;37(1):53-6.
7. DeCherney AH and Nathan L. Current Obstetric & Gynaecologic Diagnosis &
Treatment 9th Ed. 2003. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.
8. Reuter, K. Adenomyosis Imaging, Online (cited on December 21st 2012).
www.medscape.com.
9. Edmonds DK. Dewhursts Handbook of Obstetrics and Gynaecology 7 th Ed. 2007.
London : Blackwell Science, Ltd.
10. Chopra S, Lev-Toaff AS, Ors F, Bergin D. Adenomyosis:Common and
Uncommon Manifestations on Sonography and Magnetic Resonance Imaging, J
Ultrasound Med 2006; 25:617627.
11. Parazzini F et al. Risk factors for adenomyosis. Human Reproduction vol.12 no.6
pp.12751279, 1997.
12. Berek, JS. Berek & Novak's Gynecology 14th Ed. 2007. Pennsylvania : Lippincott
Williams & Wilkins.
13. Roservear SK. Handbook of Gynecology Management. 2002. London : Blackwell
Science, Ltd.
25