Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nellyana 1203004487
Dengan ini penulis menyatakan bahwa makalah yang berjudul Fire and Explosion Case
Studies: Kebakaran di Rumah Sakit TNI-AL Dr. Mintohardjo Pada Tahun 2016 ini adalah murni
dikerjakan oleh penulis dan bukan merupakan hasil jiplakan atau tindak plagiarisme. Makalah ini
dibuat berdasarkan studi literatur dan diskusi anggota kelompok untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Pengantar Manajemen Kebakaran dan Ledakan.
Penulis
2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Fire
and Explosion Case Studies: Kebakaran di Rumah Sakit TNI-AL Dr. Mintohardjo Pada Tahun
2016 ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis pun mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada Prof. dra.
Fatma Lestari, M.Si., Ph.D selaku dosen mata kuliah Pengantar Manajemen Kebakaran dan
Ledakan dan Kak Cynthia selaku asisten dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran. Semoga
makalah ini dapat berguna dan menjadi manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan 2
Kata Pengantar 3
Daftar Isi 4
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II ISI 6
3.1 Kesimpulan 12
Daftar Pustaka 13
4
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan bangunan dari suatu institusi pelayanan kesehatan yang berisi
tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya beserta peralatan dan bahan medis yang ditujukan
untuk menyediakan pelayanan kesehatan kepada pasien yang datang. Rumah sakit
merupakan tempat penting dan ramai akan orang-orang yang datang untuk memenuhi
kebutuhannya akan sehat. Namun Rumah sakit merupakan tempat yang rawan atau memiliki
risiko untuk terjadinya kebakaran. Di dalam Rumah sakit terdapat ketiga komponen yang
dapat menyebabkan kebakaran atau timbulnya api. Fuel atau bahan mudah terbakar dalam
Rumah sakit merupakan alat alat atau bahan yang digunakan untuk menunjang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Yang termasuk fuel meliputi kasur, meja dan kursi, bahan kimia
dalam farmasi, alat alat listrik dan lain sebagainya. Heat dalam rumah sakit dapat berasal dari
instalasi listrik dan dapur. Sedangkan oksigen selalu tersedia dalam udara terbuka di muka
bumi.
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai risiko kebakaran dan penyebab kebakaran
dalam institusi Rumah sakit, maka kelompok kami akan membahas kasus kebakaran di
Rumah sakit. Kasus yang kami ambil adalah terbakarnya Hyperbaric Center di Rumah Sakit
Angkatan Laut Mintoharjo Jakarta pada tahun 2016.
5
BAB II
ISI
Peristiwa kebakaran dan ledakan rumah sakit mintoharjo terjadi pada hari senin, 14
Maret 2016 pada ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) atau mesin terapi hyperbaric.
Alat terapi yang terbakar tersebut merupakan alat terapi bernafas dengan menghirup
oksigen murni 100% didalam ruang udara bertekanan tinggi lebih dari 1 atmosfer absolut.
Alat ini juga memiliki fungsi sebagai pengobatan efek dekompresi pada penyelam TNI
AL dalam misi bawah laut. Kronologis kejadian ledakan adalah sebagai berikut :
Terapi di ruang kapsul dilakukan sekitar pukul 11.30 WIB dengan tekanan 2,4
atmosfer.
Kemudian, sekitar pukul 13.00 WIB, tekanan diturunkan menjadi 1 atmosfer.
Pada pukul 13.10 WIB terlihat percikan api didalam kapsul
Operator langsung membuka fire system setelah melihat percikan. Namun, api
dalam kapsul secara cepat langsung membesar, dan tekanan di dalam naik dengan
cepat, akibatnya safety valve terbuka dan menimbulkan ledakan
Beberapa saat kemudian api mulai padam namun korban yang sedang menjalani
terapi tidak dapat diselamatkan
Pada pukul 14.00 WIB korban dievakuasi. Para pertugas dan penunggu yang ada
di ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) di evakuasi juga untuk mendapat
perawatan intensif akibat asap
Ledakan ini menyebabkan kerugian material dan empat korban meninggal dunia, yaitu:
1. Mantan Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol (Purn) Abubakar Nataprawira
2. Anggota DPD RI sekaligus Ketua PGRI, Sulistiyo
3. Edi Suwandi
4. Seorang dokter bernama Dimas
6
2.3 Faktor Penyebab Kebakaran dan Ledakan
7
Yang dapat disarankan adalah pengecekan rutin fungsi dari mesin hiperbarik tersebut.
Selain itu, sistem emergency salah satunya pemadaman api jika terjadi kebakaran juga
perlu di evaluasi apakah memerlukan perbaikan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab dari kebakaran adalah
malfungsi mesin hyperbaric yang menyebabkan ledakan. Malfungsi mesin disebabkan
karena tidak adanya pengecekan berkala kepada setiap peralatan di rumah sakit tersebut.
Rumah Sakit TNI-AL (RSAL) Mintohardjo memiliki sistem pencegahan dan proteksi
kebakaran yang telah berjalan. Berikut adalah dasar pelaksanaan sistem pencegahan dan proteksi
kebakaran oleh RSAL Mintohardjo:
Skep Menteri Tenaga Kerja No.158 th.1972 tentang Program Oprasional Serentak
Singkat Padat Untuk Pencegahan dan Penaggulangan Kebakaran
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1992 tentang Penggulangan bahaya Kebakaran Dalam
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
8
Dapur Pengolahan Makanan
Ketel Uap
Incinerator (alat pembakar sampah)
Mesin Diesel
Gardu Listrik
Perkantoran
Ruang Perawatan
o Re-inventarisasi perangkat pemadam kebakaran
Hydrant
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Drum Pasir
o Membuat perencanaan evaluasi dan updating peraturan atau kebijakan pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran
o Sosialisasi kebijakan
Membuat perencanaan uji fungsi peralatan dan pelatihan
Kegiatan ini dapat dilaksanakan setelah re-inventarisasi perangkat pemadam kebakaran
seperti perbaikan hydrant set serta pengisisan ulang dan pengadaan baru APAR sudah
direalisasikan. Uji fungsi dilakukan pada hasil perbaikan hydrant set di Gedung Anggrek
RSAL Mintohardjo dan mesin pompa khusus hydrant di Gedung UGD. Sementara itu
program pelatihan penanggulangan kebakaran di RSAL Mintohardjo meliputi:
o Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) lama sebagai sarana latihan sebelum
diisi ulang
o Penyusunan Rencana Garis Besar (RGB) Latihan Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran di RSAL Mintohardjo
RGB ini bertujuan untuk memperoleh petunjuk dari pimpinan apabila terjadi
kebakaran dan gambaran pokok mengenai latihan penanggulangan kebakaran. Ruang
lingkup dari RGB, yaitu:
Proses perencanaan latihan
Penataran dan pembekalan teori khusu bagi tim pemadam kebakaran
Pembekalan prosedur tetap dalam pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran bagi seluruh anggota
Latihan teknis awal dalam rangka keterampilan pemadaman api
Latihan komando, kendali, komunikasi dan informasi (K31) antar unsur rayon,
satgas khusus dan satuan bantuan pemadam kebakaran mulai tahap kesiagaan
sarana dan prasarana, tahap penanggulangan, tahap evakuasi dan tahap investigasi
pasca kebakaran
9
Memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan personil rumah
sakit dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di
rumah sakit
Meningkatkan kemampuan komando, kendali dan komunikasi dan informasi
(K31) sehingga tercapai kemampuan ideal dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran di RSAL Mintohardjo
Dengan adanya pelatihan ini, para personil rumah sakit diharapkan mampu memenuhi
sasaran pelatihan, yang diantaranya:
Secara umum, RSAL Mintohardjo telah memiliki komitmen dalam menjaga keselamatan
setiap orang di lingkungan rumah sakit dari bahaya kebakaran. Hal ini ditunjukan dengan
penyusunan Rencana Garis Besar (RGB) Latihan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran oleh pihak RSAL Mintohardjo. Namun, edukasi dan pelatihan mengenai
penanggulangan kebakaran juga harus diimbangi dengan ketersediaan fasilitas proteksi dan
pencegahan kebakaran yang baik. Sesuai dengan RGB yang ada, inventaris alat pemadam
kebakaran yang tersedia hanya meliputi tiga alat, yaitu:
1. Hidrant
2. Alat Pemadan Api Ringan
3. Drum Pasir
Padahal, rumah sakit juga perlu menyediakan alat-alat lain seperti smoke detector, alarm
kebakaran, dan sprinkler sebagai fire pre-caution atau alat deteksi dini ketika ada tanda-tanda
kebakaran. Jikalaupun ada, belum semua ruangan terjangkau oleh alat-alat tersebut. Uji fungsi
10
alat juga harus diberlakukan kepada setiap alat proteksi dan pencegahan kebakaran, tidak hanya
hydrant saja. Uji fungsi ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh perangkat berfungsi
dengan baik sehingga dapat digunakan saat situasi darurat kebakaran. Selain terhadap alat-alat
kebakaran, RGB juga sebaiknya mengatur uji fungsi alat-alat rumah sakit yang berpotensi
menyebabkan panas dan bahaya kebakaran.
Melakukan analisis potensial hazard di rumah sakit sehingga dapat menentukan tempat-
tempat yang berbahaya dan sangat mudah mengalami kebakaran.
Melakukan inspeksi rutin terhadap peralatan rumah sakit yang berpotensi menimbulkan
kebakaran dan sistem proteksi kebakaran untuk melihat alat dalam kondisi siap operasi
dan bebas dari kerusakan fisik.
Membuat rencana keselamatan kebakaran (Fire Safety Plan) dan rencana tindak darurat
kebakaran (Fire Emergency Plan) yang lebih spesifik dan disosialisasikan kepada seluruh
personil rumah sakit.
Instalasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang disesuaikan dengan klasifikasi bahaya
kebakaran yang ada seperti A, B, C, D, atau K.
Pemasangan sistem deteksi dini kebakaran (detektor panas & asap) dan sistem sprinkler
otomatik pada seluruh ruangan.
Melakukan pelatihan rutin mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran kepada
setiap personil di rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peristiwa kebakaran di Rumah Sakit Mintoharjo adalah satu kasus dari sekian banyak
kasus kebakaran yang terjadi di rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat yang rawan atau
memiliki risiko untuk terjadinya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran di rumah sakit harus
11
diperhatikan dengan baik karena apabila sistem proteksi tidak berjalan ketika terjadi kebakaran
dapat berakibat fatal seperti kasus kebakaran di Rumah Sakit Mintoharjo.
Kebakaran di Rumah Sakit Mintoharjo menimbulkan 4 korban jiwa yaitu 3 orang yang
sedang menjalankan terapi dan seorang dokter pendamping. Kasus kebakaran yang terjadi di
Rumah Sakit Mintoharjo disebabkan oleh mesin hiperbarik yang mengalami kerusakan sehingga
memercikkan api dan membuat kebakaran dan menimbulkan ledakan. Kebakaran tidak akan
terjadi apabila sistem proteksi kebakaran berfungsi dengan baik. Pemeliharaan dan inspeksi
sistem proteksi kebakaran harus dilakukan dengan rutin untuk memastikan kondisinya siap
operasi dan bebas kerusakan fisik.
12