Você está na página 1de 13

3.

Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-
balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Plat lantai dipasang pada luasan lantai atas kecuali void.

GAMBAR 3.1. Pelat lantai dan Void


Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :


a. Plat Lantai Kayu

Plat lantai kayu pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang umum di pasaran. Ukuran-ukuran tersebut antara lain:
- Lebar papan kayu: 20 30 cm
- Tebal papan kayu: 2 3 cm
- Jarak antar balok pendukung: 60 80 cm
- Ukuran balok: 8/12 , 8/14, dan 10/14
- Bentangan: 3 3,5 m
- Berat jenis: 0,6 0,8 ( t/m )
Balok-balok kayu ini bisa diletakkan diatas pasangan 1 batu bata ataupun diatas balok beton
GAMBAR 3.2. Pelat Kayu
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

b. Plat Lantai Beton

Plat lantai beton ini umumnya bertulang dan dicor ditempat, bersama dengan balok penumpu dan kolom pendukungnya.
Plat lantai ini dipasang tulangan baja padakedua arahnya, dan tulangan silang untuk menahan momen tarik dan juga
lenturan.Perencanaan dan perhitungan plat lanta beton ini telah diatur oleh pemerintah yangtercantum didalam buku SNI Beton
1991 yang mencakup beberapa hal, antara lain:
- Plat lantai harus mempunyai tebal mini mum 12 cm, dan untuk plat ata pminimum 7 cm.
- Harus diberi tulangan silinder dengan diameter minimum 8 mm yang terbuatdari baja lunak ataupun baja sedang
- Plat lantai dengan tebal lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap diatas dan dibawah
- Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 20 cm atau dua kali tebal plat, dan dipilih
yang terkecil.
- Semua tulangan plat harus dibungkus dengan lapisan beton dengan tebal minimum 1 cm, yang berguna untuk
melimdungi baja dari korosi maupunkebakaran
- Campuran beton untuk plat adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr + air, sedangkan untuk lapisan kedap air campurannya
adalah 1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr + air secukupnya
Dimensi balok dapat diprakirakan kurang lebih dengan ketinggian rata- rata 1/ 10 hingga 1/12 dari bentangan jarak antar 2
kolomnya, walaupun angka itu dapat berkurang atau bertambah tergantung aspek aspek beban dan bahan. Beton prestress
dapat hanya 1 /20 dari bentangannya. Adapun lebar balok adalah berkisar 1/3 hingga 2/3 ketinggiannya.
Pelat lantai beton bertulang dapat difinishing dengan bahan berat seperti tegel, dan keramik namun pelat kayu atau baja
biasanya menggunakan finishing yang lebih ringan seperti parket, atau tegel kayu dan juga karpet.

GAMBAR 3.3. Pembalokan Beton Bertulang GAMBAR 3.4. Balok dan Pelat Beton Bertulang
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012 Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

c. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen)

Merupakan kependekan dari plat lantai kayu semen (yumen).Plat lantai ini terbuat dari potongan kayu kecil yang dicampur
dengan semen dandibuat dengan ukuran 90 x 80 cm. Plat lantai ini termasuk plat lantai yang masih barudan masih jarang
digunakan. Cara pemasangan plat lantai yumen ini yaitu:a.Sebelum yumen dipasang, pertama-tama dak yang akan
dibuat dipasang kayudengan kirai 5/7 dengan panjang yang telah datur dengan jarak 40 cm. Kayutersebut kemudian dilapisi
ring balk dan kemudian di cor. b.Setelah selesai, baru kemudian lembaran-lembaran yumen dipasang dengancara dijejerkan
dengan rapat diatas kayu tersebut dan kemudian di bautsehingga kuat.

4. Atap
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang befungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan
hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda.
Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kudakuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan
diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan atau balok. Konstruksi atap yang baik memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan
baik.
Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu, kuda-kuda dan rangka kayu, struktur baja
konvensional, struktur baja ringan. Diluar itu ada pula struktur dak beton yang biasa digunakan untuk atap datar.

4.1. Syarat-Syarat Konstruksi Atap :


Adapun syarat-syarat konstruksi atap yang harus dipenuhi antara lain :
1. Konstruksi atap harus kuat menahan berat sendiri dan tahan terhadap beban-beban yang bekerja padanya.
2. Pemilihan bentuk atap yang sesuai sehingga menambah keindahan serta kenyamanan bagi penghuninya.
3. Bahan penutup atap harus sesuai dengan fungsi bangunan tersebut, dan tahan terhadap pengaruh cuaca.
4. Sesuai dengan ciri khas arsitektur tradisional bangunan sekitar.
5. Kemiringan atau sudut atap harus sesuai dengan jenis bahan penutupnya. Makin rapat jenis bahan penutupnya, maka
kemiringannya dapat dibuat lebih landai, seperti bahan dari seng, kaca, asbes dan lain lainnya.

4.2. Atap Datar (Kemiringan 0- 4)

Atap datar terbuat dari dak beton bertulang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Secara fungsional atap ini dapat digunakan
sebagai ruang fungsi di atasnya sehingga sangat sesuai diletakkan pada area area servis atau dapat juga digunakan sebagai ruang taman
dia atas atap. Dengan demikian dak juga dapat dipakai sebagai talang datar pada bangunan. Penggunaan dak juga lebih tahan bocor dan
tahan iklim.
Atap datar memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Sederhana dari segi pembuatan dan penampakkannya;
- Biaya per m2 lebih murah (pemakaian bahan lebih hemat);
- Ruangan cenderung panas karena umumnya atap datar menggunakan bahan metal (mempunyai penyaluran panas yang rendah
sehingga panas matahari langsung dialirkan kedalam ruang).
- Ada 2 (dua) jenis penutup, yaitu atap beton dan atap metal. Atap beton lebih mahal tetapi penyaluran panasnya lebih tinggi.
GAMBAR 4.1. Contoh Atap Datar
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

4.3. Atap Miring (Tinggi Atap Sama Dengan/Lebih Dari Setengah Lebar Bangunan)

Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap ini tergantung jenis penutup atap yang
dipakai. Seng dan penutup atap lembaran lainnya dapat digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air
meluap balik. Sedangkan penutup atap jenis kecil seperti genteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi untuk mengalirkan air
hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam. Sistem bentuk struktur bangunan antara lain pelana, limas ataupun tajuk. Bentuk-
bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk juga harus dikaitkan dengan system lain
termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan.
Atap miring memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Konstruksi atap lebih rumit;
- Membutuhkan jumlah material yang lebih banyak;
- Ruang di bawah lebih dingin karena adanya rongga di dalamnya; Pilihan bahan ada 2 yaitu tanah liat (genteng) dan bahan
pengganti seperti beton,bitumen,kayu keras (sirap),dan lembaran baja tipis yang dibentuk seperti genteng;
- Pilihan model atap: pelana, perisai, kerucut, kombinasi beberapa tipe.

4.3.1. Atap Pelana

GAMBAR. 4.2. Atap Pelana


Sumber : Yullianty Noorlaelasari, 2010
4.3.2. Atap Limasan

GAMBAR. 4.3. Atap Limasan


Sumber : Yullianty Noorlaelasari, 2010

4.3.3. Atap Gerigi


GAMBAR. 4.4. Atap Gerigi
Sumber : Yullianty Noorlaelasari, 2010

4.3.4. Atap Tenda Patah (Joglo) dengan Soko Guru


GAMBAR. 4.5. Atap Joglo
Sumber : Yullianty Noorlaelasari, 2010

4.3.5. Atap Tenda Patah (Joglo) tanpa Soko Guru


GAMBAR. 4.6. Atap Joglo tanpa soko Guru
Sumber : Yullianty Noorlaelasari, 2010

4.4. Atap bentuk lain


Jenis jenis penutup atap tertentu dapat membentuk atap bervariasi. Penggunaan pelat pelat alumunium atau pelat fiber dapat lebih
fleksibel ditekuk atau dilengkungkan. Bentuk atap ini juga dipengaruhi oleh rangka atap yang dipakai. Pemakaian jenis rangka atap modern seperti
rangka ruang (space frame) juga akan membentuk atap yang khas.

4.5. Atap Bertingkat


Kombinasi dapat dilakukan baik pada satu bentuk atap atau pada atap gabungan adalah dengan membedakan ketinggian dasar atap. Atap
bertingkat ini dimaksudkan bukan hanya sebagai pelindung atau untuk keperluan estetika tetapi juga dipakai sebagai fasilitas sistem termasuk
sistem penghawaan dan pencahayaan alamiah.
GAMBAR 4.7.Contoh Bentuk Atap Bertingkat
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

4.5. Menentukan Rangka Atap


Rangka utama atap dapat terdiri dari kuda kuda, gunung gunung atau rangka beton bertulang. Rangka utama pada denah tergantung
pada bentuk atap. Idealnya kuda kuda atau gunung- gunung dan ragamnya dipasang setiap jarak tertentu tergantung panjang penghubung
keduanya yaitu gording dan bubungan. Bahan kayu rata rata hanya akan mencapai jarak 4 meter sedangkan baja dapat lebih panjang.
GAMBAR 4.8.Macam Bentuk Struktur Atap Miring
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

4.5.1. Memasang Kasau / Usuk


Usuk dipasang setiap jarak tertentu tergantung pada ukuran usuk dan berat jenis penutup atapnya. Makin besar berat jenisnya maka makin
rapat usuk dipasang. Panjang usuk secara keseluruhan tergantung pada jumlah dengan genting. Pada bangunan tropis ujung usuk disisakan untuk
melindungi dinding dan bukaan diluarnya sebagai tritisan

4.5.2. Memasang Reng dan Genteng


Reng dipasang untuk memasang genteng segingga jarak reng harus menyesuaikan jarak pasang genteng. Dan tetap disisakan untuk
overhang

4.5.3. Elemen Atap lain


Elemen lain meliputi bubungan, talang, konsol dll. Talang dapat berupa talang datar atau miring.

GAMBAR 4.9.Contoh Rencana Atap asrama 3 lantai GAMBAR 4.10. Contoh Tampak Atap asrama 3 lantai
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012 Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

GAMBAR 4.11. Contoh Perspektif Atap asrama 3 lantai GAMBAR 4.12. Contoh Tampak Depan Atap asrama 3 lantai
Sumber : Noor Cholis Idham, 2012 Sumber : Noor Cholis Idham, 2012

Você também pode gostar