Você está na página 1de 6

Pengaruh Perlakuan Kimia dan Perlakuan Suhu yang Diberikan pada biji terhadap

Pematahan Dormansi

Arrum Larasati1, Fitria Maulita2, Esha Ardiansyah3, Lely R.F.T.P4, Badrul Munir5

Arrum Larasati Rohmania (150342605291) Universitas Negeri Malang


Badrul Munir A (150342607243) Universitas Negeri Malang
Esha Ardiansyah (150342606283) Universitas Negeri Malang
Fahrun Nisa (150342605770) Universitas Negeri Malang
Fitria Maulita (150342606010) Universitas Negeri Malang
Lely Rindiyanti F.T. P (150342607238) Universitas Negeri Malang
Kelompok 1 , Offering I

Abstrak: Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup


untuk berkecambah pada lingkungan yang optimum. Dormansi
dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit benih, keadaan
fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Pada penelitian dormansi menggunakan 3 biji dengan perlakuan
yang berbeda yakni biji jeruk dengan enzim saliva, biji kelengkeng
dengan larutan H2SO4, dan biji bawang dengan perlakuan suhu.
Pada penelitian ini menggunakan perlakuan kimia. Hasil yang
diperoleh yakni pada biji jeruk berhasil mematahkan dormansi, pada
biji kelengkeng tidak berhasil mematahkan dormansi, dan pada biji
bawang dapat mematahkan dormansi.

Kata Kunci : Dormansi, Faktor dormansi, Perlakuan

Abstract : Seed dormancy is the inability to germinate the seed of


life in the optimum environment. Dormancy can be caused by the
physical state of the seed coat, the physiological state of an embryo
or a combination of both these circumstances. In studies using 3
seed dormancy with different treatment which grapefruit with
salivary enzymes, longan seeds with a solution of H2SO4, and onion
seeds to the treatment temperature. In this study, using a chemical
treatment. Results obtained namely the grapefruit seed managed to
break dormancy, the longan seeds failed to break dormancy and seed
onions can break dormancy.

Keywords: dormancy, dormancy Factors, Treatment

PENDAHULUAN

Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada


lingkungan yang optimum. Dormansi dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit benih,
keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian
dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali (Widyawati dkk,
2009). Dormansi pada tumbuhan sangat beragam tergantung dari jenis tumbuhannya.
Beberapa tumbuhan memiliki karakter biji yang memiliki kulit biji yang cukup lunak.
Namun beberapa tumbuhan lainnya memiliki struktur kulit biji yang yang keras. Oleh karena
itu untuk mematahkan dormansi harus dilakukan perlakuan tertentu. perlakuan yang
dilakukan meliputi perlakuan fisik dan perlakuan kimia. Contoh perlakuan pematahan
dormansi biji adalah skarifikasi, pemberian zat kimia tertentu dsb. Dengan adanya hal
tersebut, maka dilakukan praktikum fisiologi tumbuhan tentang dormansi pada tumbuhan

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda


perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo.
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan
tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit
biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Saleh, M.S., 2004).

Perlakuan pendahuluan adalah istilah yang digunakan untuk proses mematahkan


dormansi benih. Perlakuan pendahuluan diberikan pada benih-benih yang memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi untuk dikecambahkan (Widhityarini, dkk, 2011). Upaya yang dapat
dilakukan untuk mematahkan dormansi benih berkulit keras adalah dengan skarifikasi
mekanik. Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi pada
benih keras karena meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara
melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan oksigen. Teknik yang
umum dilakukan pada perlakuan skarifikasi mekanik yaitu pengamplasan, pengikiran,
pemotongan, dan penusukan jarum tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian
embrio (perlukaan selebar 5 mm). Skarifikasi mekanik memungkinkan air masuk ke dalam
benih untuk memulai berlangsungnya perkecambahan. Skarifikasi mekanik mengakibatkan
hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi berkurang

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories yang meneliti tentang
proses pematahan dormansi biji pada tumbuhan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22
September 2016 di laboratorium biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Metode yang
digunakan adalah dengan cara perlakuan kimia dan perlakuan suhu. Pada perlakuan kimia
H 2 SO 4 ,
yakni perendaman biji dengan larutan ,dan perlakuan biji yang dimasukkan pada
enzim saliva, sedangkan perlakuan suhu yakni diperlakukan pada biji bawang. Alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, biji jeruk, biji kelengkeng, biji
H 2 SO 4
bawang dan larutan . Variabel dalam penelitian pematahan dormansi biji terdiri
lama perendaman (variabel bebas), perkecambahan biji (variabel terikat), dan biji , media,
dan waktu (variabel kontrol ).
Prosedur penelitian pematahan dormansi dilakukan dengan perlakuan kimia dengan
prosedur sebagai berikut yakni yang pertama menyiapkan benih kelengkeng, setelah itu
H 2 SO 4
merendam benih kelengkeng tersebut dalam larutan . Perendaman benih
H 2 SO 4
kelengkeng dalam larutan ini dilakukan dengan berbagai macam variasi waktu.
Praktikum ini dilakukan selama 1 minggu untuk melihat ditemukan atau tidak permatahan
dormansi tersebut. Selain itu terdapat perlakuan lain yang menggunakan biji jeruk yakni
perlakuan kimia Prosedur dengan perlakuan ini yakni yang pertama disiapkan benih biji
kelengkeng, kemudian secara bergantian masukkan kelengkeng kedalam mulut sesuai dengan
perlakuan. Pada perlakuan pertama yakni dengan dimasukkan ke dalam mulut tanpa saliva,
yang kedua dimasukkan kedalam mulut dengan saliva tetapi hanya sebentar, yang ketiga
yakni dimasukkan kedalam mulut selama 10 menit. Prosedur dengan perlakuan suhu yakni
yang pertama disiapkan polybag yang telah berisi tanah. Kedua diberi perlakuan suhu pada
biji bawang dengan diletakkan pada pertama pada suhu ruangan, suhu dingin, suhu freezer.
Didiamkan biji tersebut selama 3 hari. Pada hari ke 3 diambil biji tersebut dan ditanam pada
polybag yang disediakan. Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu untuk melihat
ditemukan atau tidak permatahan dormansi tersebut.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan mengukur berapa persen
pematahn dormansi biji ini berhasil dalam rentang 1 minggu dengan perlakuan yang
diberikan.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil perobaan yang dilakukan , dapat dilihat bahwa pemberian enzim
saliva berpengaruh terhadap pematahan dormansi biji jeruk. Hasil percobaan dapat dilihat
dari tabel.1

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Pematahan Dormansi Biji selama 7 Hari

Perlakuan Setiap hasil ulang(%)


1 2 3 4
Tanpa saliva 0% 33,33% 25% 33,33% 22,915%
Saliva sebentar 0% 100 % 50% 50% 50%
Saliva 10 menit 100% 33,33% 50% 75% 64,58%

Berdasarkan pematahan dormansi pada biji jeruk dengan perlakuan tanpa saliva, didapatkan
nilai persentase pada ulangan I 0%, ulangan II 33,33%, ulangan III 25%,ulangan IV
33,33% dengan rata-rata persentase 22,915%. Pada perlakuan saliva bentar didapatkan nilai
pesentase pada ulangan I 0%, ulangan II 100%, ulangan III 50%, ulangan IV 50 % dengan
rerata persentasi 50%. Pada perlakuan saliva 10 menit didapatkan nilai pesentase pada
ulangan I 100%, ulangan II 33, 33%, ulangan III 50%, ulangan IV 75% dengan rerata
persentase 64,58%. Dari ke 3 ulangan yang didapatkan rata-rata terbesar yaitu pada perlakuan
saliva 10 menit yaitu 64,58%.

Berdasarkan hasil perobaan yang dilakukan , dapat dilihat bahwa pemberian suhu
berpengaruh terhadap pematahan dormansi bawang merah. Hasil percobaan dapat dilihat dari
tabel.2
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Pematahan Dormansi Bawang Putih Selama 10 Hari

Perlakuan Setiap hasil ulang(%)


1 2 3 4
Suhu ruang 100% 100% 100% 66,7% 91,67%
Suhu kulkas 100% 100% 0% 100% 75%
Suhu freezer 0% 0% 0% 100% 25%

Pematahan dormansi pada bawang dengan perlakuan suhu ruang didapatkan nilai
persentase pada ulangan I 100%, ulangan II 100%, ulangan III 100%, ulangan IV 66,7%
dengan rata-rata persentase 91,67%. Pada perlakuan suhu kulkas didapatkan nilai persentase
ulangan I 100%, ulangan II 100%, ulangan III 0%, ulangan IV 100%, dengan rerata
persentase 75%. Pada perlakuan suhu freezer didapatkan nilai persentase pada ulangan I 0%,
ulangan II 0%, ulangan III 0%, ulangan IV 100% dengan rerata persentase 25%. Dari ke 3
ulangan yang didapatkan rata-rata terbesar yaitu pada perlakuan suhu ruangan yaitu 91,67%

Percobaan pematahan dormansi pada biji kelengkeng tidak berhasil. dikarenakan biji
kelengkeng yang ditanam pada media tanah hasilnya biji berjamur dan busuk sampai hari ke
7.

PEMBAHASAN

Dormansi merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat lambatnya proses perkecambahan (Agromedia,
2007). Perlakuan yang dapat digunakan untuk memecahkan tipe dormansi fisik adalah
dengan teknik skarifikasi pada kulit benih yaitu dengan cara penusukan, penggoresan,
pemecahan, atau pengikiran dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya
yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Selain itu dapat juga dengan cara
perendaman dengan air panas.

(Menurut Sutopo (1985 dalam Sunarlim, dkk; 2012) benih yang memiliki kulit keras
biasanya mengalami dormansi dengan tipe dormansi fisik, dengan adanya pembatasan
struktural pada perkecambahannya. Kulit yang keras merupakan penghalang terhadap
masuknya air dan gas ke dalam benih tersebut. Pada penelitian Duval dan NeSmith (2000)
mengatakan bahwa melukai benih atau membuang seluruh kulit benih yang menghambat
terjadinya pertukaran gas akan meningkatkan perkecambahan dibandingkan biji tanpa
dilukai. Pada praktikum dormansi biji jeruk ciri morfologinya ditandai dengan mulai
tumbuhnya tunas perkecambahan pada biji jeruk. Setelah mengetahui hasil pematahan
dormansi biji jeruk dengan 3 variasi perlakuan (tanpa saliva, saliva sebentar, saliva 10 menit)
didapatkan rerata tertinggi pematahan dormansi dengan hasil 64,58% pada perlakuan saliva
10 menit.

Daya kecambah benih bawang putih 25%-91,67%. Daya kecambah yang paling tinggi
adalah benih yang disimpan pada suhu ruang, sedangkan benih yang disimpan di freezer
mempunyai daya kecambah paling rendah. Daya kecambah merupakan tolok ukur yang
mengindikasikan viabilitas potensial berdasarkan pada jumlah kecambah normal. Viabilitas
potensial yaitu kemampuan benih menuumbuhkan tanaman normal pada kondisi lingkungan
yang optimum. Viabilitas benih selama penyimpanan menurun dapat disebabkan oleh R,
suhu dan kadar air benih sehingga benih kehilangan viabilitasnya (ilyas, 2010). Nilai potensi
tubuh maksimum berkisar antara 25%-91,67%. Potensi tumbuh maksimum benih yang paling
rendah adalah pada benih yang disimpan difreezer. Potensi tumbuh maksimum merupakan
tolak ukur viabilitas total pada benih, dimana benih mempunyai kemampuan untuk
berkecambah, baik langsung oleh pertumbuhan maupun gejala metabolismenya (Sadja et al,
1999). Hasil pengamatan yang diperoleh selama 2 minggu ini diperoleh hasil yakni potensi
tumbuh maksimu yang paling tinggi pada suhu ruangan , sedangkan yang paling rendah yakni
suhu freezer. Dalam hal ini pengaruh suhu rendah terhadap kecepatan munculnya semai
menunjukkan bahwa enzim tidak mengalami kerusakan, sehingga tetap dapat melakukan
aktivitasnya dalam metabolisme pertumbuhan kecambah (Sinay,2011).

Pada penelitian pematahan dormansi pada biji kelengkeng dapat dikatakan tidak
berhasil. Hal tersebut dikarenakan pada biji kelengkeng ditemukan jamur sebelum 1 minggu.
Hasil pengamatan ini berbanding terbalik dengan teori yang ada. Menurut Sutopo (2004)
dalam Winarni (2009), larutan asam kuat seperti H2SO4 sering digunakan dengan
konsentrasi yang bervariasi sampai pekat tergantung jenis benih yang diperlakukan, sehingga
kulit biji menjadi lunak. Disamping itu pula larutan kimia yang digunakan dapat pula
membunuh cendawan atau bakteri yang dapat membuat benih dorman. Hal tersebut
dikarenakan biji pada kelengkeng kecil-kecil dan juga keriput sehingga menyulitkan untuk
pematahan dormansi walaupun telah di masukkan dalam larutan asam sulfat pekat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan yakni dapat ditarik kesimpulan bahwasanya


kondisi dormansi dapat disebabkan beberapa faktor yakni ada faktor lingkungan contoh saja
suhu. Pada penelitian pematahan dormansi bawang putih yakni berdasarkan suhu. Hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suhu berpengaruh dalam pematahan dormansi.
Pematahan dormansi dapat dipecahhkan melalui beberapa cara yakni dengan
perlakuan kimia. Pada penelitian ini menggunakan perlakuan kimia memasukkan biji
kelengkeng kedalam larutan H2SO4 , dan memasukkan biji kedalam mulut sebagai enzim
saliva.

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka

Duval dan NeSmith. 2000. Treatment with Hydrogen Peroxide and Seedcoat Removal
or Clipping Improve Germination of Genesis Triploid Watermelon.

Ilyas. 2010. Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan Hasil-hasil Penelitian. Bogor: IPB

Sadjad, Murnianti, Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke
Simulative. Jakarta: Grasindo
Saleh,M.S. Adelina, E. Murniati, E dan Budiarti, T. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan
Media Tumbuh Terhadap Viabilitas Benih dan Vigor Kecambah Aren. Jurnal Agroland
15(3) : 182-190

Sinay. 2011. Pengaruh Giberelin dan Temperatur terhadap Pertumbuhan Semai


Gandaria (Bouea macrophylla Griffth). Jurnal Bioscientiae 8 (1): 15-22

Sutopo. 1985. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Widhityarini, D. Suryadi Mw, Purwantoro, A. 2011. Pematahan Dormansi Benih


Tanjung Dengan Skarifikasi Dan Perendaman Kalium Nitrat.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan


perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi
Indonesia 37 (2): 152 - 158.

Você também pode gostar