Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pematahan Dormansi
Arrum Larasati1, Fitria Maulita2, Esha Ardiansyah3, Lely R.F.T.P4, Badrul Munir5
PENDAHULUAN
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories yang meneliti tentang
proses pematahan dormansi biji pada tumbuhan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22
September 2016 di laboratorium biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Metode yang
digunakan adalah dengan cara perlakuan kimia dan perlakuan suhu. Pada perlakuan kimia
H 2 SO 4 ,
yakni perendaman biji dengan larutan ,dan perlakuan biji yang dimasukkan pada
enzim saliva, sedangkan perlakuan suhu yakni diperlakukan pada biji bawang. Alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, biji jeruk, biji kelengkeng, biji
H 2 SO 4
bawang dan larutan . Variabel dalam penelitian pematahan dormansi biji terdiri
lama perendaman (variabel bebas), perkecambahan biji (variabel terikat), dan biji , media,
dan waktu (variabel kontrol ).
Prosedur penelitian pematahan dormansi dilakukan dengan perlakuan kimia dengan
prosedur sebagai berikut yakni yang pertama menyiapkan benih kelengkeng, setelah itu
H 2 SO 4
merendam benih kelengkeng tersebut dalam larutan . Perendaman benih
H 2 SO 4
kelengkeng dalam larutan ini dilakukan dengan berbagai macam variasi waktu.
Praktikum ini dilakukan selama 1 minggu untuk melihat ditemukan atau tidak permatahan
dormansi tersebut. Selain itu terdapat perlakuan lain yang menggunakan biji jeruk yakni
perlakuan kimia Prosedur dengan perlakuan ini yakni yang pertama disiapkan benih biji
kelengkeng, kemudian secara bergantian masukkan kelengkeng kedalam mulut sesuai dengan
perlakuan. Pada perlakuan pertama yakni dengan dimasukkan ke dalam mulut tanpa saliva,
yang kedua dimasukkan kedalam mulut dengan saliva tetapi hanya sebentar, yang ketiga
yakni dimasukkan kedalam mulut selama 10 menit. Prosedur dengan perlakuan suhu yakni
yang pertama disiapkan polybag yang telah berisi tanah. Kedua diberi perlakuan suhu pada
biji bawang dengan diletakkan pada pertama pada suhu ruangan, suhu dingin, suhu freezer.
Didiamkan biji tersebut selama 3 hari. Pada hari ke 3 diambil biji tersebut dan ditanam pada
polybag yang disediakan. Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu untuk melihat
ditemukan atau tidak permatahan dormansi tersebut.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan mengukur berapa persen
pematahn dormansi biji ini berhasil dalam rentang 1 minggu dengan perlakuan yang
diberikan.
Berdasarkan hasil perobaan yang dilakukan , dapat dilihat bahwa pemberian enzim
saliva berpengaruh terhadap pematahan dormansi biji jeruk. Hasil percobaan dapat dilihat
dari tabel.1
Berdasarkan pematahan dormansi pada biji jeruk dengan perlakuan tanpa saliva, didapatkan
nilai persentase pada ulangan I 0%, ulangan II 33,33%, ulangan III 25%,ulangan IV
33,33% dengan rata-rata persentase 22,915%. Pada perlakuan saliva bentar didapatkan nilai
pesentase pada ulangan I 0%, ulangan II 100%, ulangan III 50%, ulangan IV 50 % dengan
rerata persentasi 50%. Pada perlakuan saliva 10 menit didapatkan nilai pesentase pada
ulangan I 100%, ulangan II 33, 33%, ulangan III 50%, ulangan IV 75% dengan rerata
persentase 64,58%. Dari ke 3 ulangan yang didapatkan rata-rata terbesar yaitu pada perlakuan
saliva 10 menit yaitu 64,58%.
Berdasarkan hasil perobaan yang dilakukan , dapat dilihat bahwa pemberian suhu
berpengaruh terhadap pematahan dormansi bawang merah. Hasil percobaan dapat dilihat dari
tabel.2
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Pematahan Dormansi Bawang Putih Selama 10 Hari
Pematahan dormansi pada bawang dengan perlakuan suhu ruang didapatkan nilai
persentase pada ulangan I 100%, ulangan II 100%, ulangan III 100%, ulangan IV 66,7%
dengan rata-rata persentase 91,67%. Pada perlakuan suhu kulkas didapatkan nilai persentase
ulangan I 100%, ulangan II 100%, ulangan III 0%, ulangan IV 100%, dengan rerata
persentase 75%. Pada perlakuan suhu freezer didapatkan nilai persentase pada ulangan I 0%,
ulangan II 0%, ulangan III 0%, ulangan IV 100% dengan rerata persentase 25%. Dari ke 3
ulangan yang didapatkan rata-rata terbesar yaitu pada perlakuan suhu ruangan yaitu 91,67%
Percobaan pematahan dormansi pada biji kelengkeng tidak berhasil. dikarenakan biji
kelengkeng yang ditanam pada media tanah hasilnya biji berjamur dan busuk sampai hari ke
7.
PEMBAHASAN
Dormansi merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat lambatnya proses perkecambahan (Agromedia,
2007). Perlakuan yang dapat digunakan untuk memecahkan tipe dormansi fisik adalah
dengan teknik skarifikasi pada kulit benih yaitu dengan cara penusukan, penggoresan,
pemecahan, atau pengikiran dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya
yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Selain itu dapat juga dengan cara
perendaman dengan air panas.
(Menurut Sutopo (1985 dalam Sunarlim, dkk; 2012) benih yang memiliki kulit keras
biasanya mengalami dormansi dengan tipe dormansi fisik, dengan adanya pembatasan
struktural pada perkecambahannya. Kulit yang keras merupakan penghalang terhadap
masuknya air dan gas ke dalam benih tersebut. Pada penelitian Duval dan NeSmith (2000)
mengatakan bahwa melukai benih atau membuang seluruh kulit benih yang menghambat
terjadinya pertukaran gas akan meningkatkan perkecambahan dibandingkan biji tanpa
dilukai. Pada praktikum dormansi biji jeruk ciri morfologinya ditandai dengan mulai
tumbuhnya tunas perkecambahan pada biji jeruk. Setelah mengetahui hasil pematahan
dormansi biji jeruk dengan 3 variasi perlakuan (tanpa saliva, saliva sebentar, saliva 10 menit)
didapatkan rerata tertinggi pematahan dormansi dengan hasil 64,58% pada perlakuan saliva
10 menit.
Daya kecambah benih bawang putih 25%-91,67%. Daya kecambah yang paling tinggi
adalah benih yang disimpan pada suhu ruang, sedangkan benih yang disimpan di freezer
mempunyai daya kecambah paling rendah. Daya kecambah merupakan tolok ukur yang
mengindikasikan viabilitas potensial berdasarkan pada jumlah kecambah normal. Viabilitas
potensial yaitu kemampuan benih menuumbuhkan tanaman normal pada kondisi lingkungan
yang optimum. Viabilitas benih selama penyimpanan menurun dapat disebabkan oleh R,
suhu dan kadar air benih sehingga benih kehilangan viabilitasnya (ilyas, 2010). Nilai potensi
tubuh maksimum berkisar antara 25%-91,67%. Potensi tumbuh maksimum benih yang paling
rendah adalah pada benih yang disimpan difreezer. Potensi tumbuh maksimum merupakan
tolak ukur viabilitas total pada benih, dimana benih mempunyai kemampuan untuk
berkecambah, baik langsung oleh pertumbuhan maupun gejala metabolismenya (Sadja et al,
1999). Hasil pengamatan yang diperoleh selama 2 minggu ini diperoleh hasil yakni potensi
tumbuh maksimu yang paling tinggi pada suhu ruangan , sedangkan yang paling rendah yakni
suhu freezer. Dalam hal ini pengaruh suhu rendah terhadap kecepatan munculnya semai
menunjukkan bahwa enzim tidak mengalami kerusakan, sehingga tetap dapat melakukan
aktivitasnya dalam metabolisme pertumbuhan kecambah (Sinay,2011).
Pada penelitian pematahan dormansi pada biji kelengkeng dapat dikatakan tidak
berhasil. Hal tersebut dikarenakan pada biji kelengkeng ditemukan jamur sebelum 1 minggu.
Hasil pengamatan ini berbanding terbalik dengan teori yang ada. Menurut Sutopo (2004)
dalam Winarni (2009), larutan asam kuat seperti H2SO4 sering digunakan dengan
konsentrasi yang bervariasi sampai pekat tergantung jenis benih yang diperlakukan, sehingga
kulit biji menjadi lunak. Disamping itu pula larutan kimia yang digunakan dapat pula
membunuh cendawan atau bakteri yang dapat membuat benih dorman. Hal tersebut
dikarenakan biji pada kelengkeng kecil-kecil dan juga keriput sehingga menyulitkan untuk
pematahan dormansi walaupun telah di masukkan dalam larutan asam sulfat pekat.
DAFTAR PUSTAKA
Duval dan NeSmith. 2000. Treatment with Hydrogen Peroxide and Seedcoat Removal
or Clipping Improve Germination of Genesis Triploid Watermelon.
Ilyas. 2010. Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan Hasil-hasil Penelitian. Bogor: IPB
Sadjad, Murnianti, Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke
Simulative. Jakarta: Grasindo
Saleh,M.S. Adelina, E. Murniati, E dan Budiarti, T. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan
Media Tumbuh Terhadap Viabilitas Benih dan Vigor Kecambah Aren. Jurnal Agroland
15(3) : 182-190