Você está na página 1de 24

BAB IX

ANALISIS MEMBRAN BIDANG DATAR


DALAM KOORDINAT KARTESIUS

9.1 Umum
Membran datar merupakan komponen di mana ukuran pada dua arah relatif jauh
lebih besar dibandingkan dengan ukuran pada arah lain yang ortogonal terhadap
bidang datar yang dibentuk oleh dua arah yang pertama tadi. Kedua arah pertama
membentuk bidang dengan ukuran komponen dengan ketebalan yang diukur pada arah
yang ortogonal tadi. Gaya-gaya luar yang bekerja tidak memiliki komponen di arah
ortogonal bidang datar. Dengan demikian, regangan yang terjadi hanya ada pada
bidang, dan regangan di arah normal bidang terjadi hanya akibat efek Poisson. Dengan
demikian, tegangan-tegangan utama hanya terjadi pada bidang, dengan bidang kerja
yang merupakan penampang potongan yang ortogonal terhadap bidang datar. Namun
demikian, jika kedua bidang permukaan atas dan bawah komponen datar ditahan
sehingga tidak mengalami perpindahan, maka efek Poisson tentu akan menimbulkan
tegangan yang normal terhadap bidang permukaan yang tertahan. Jadi, tegangan
normal ini bukanlah disebabkan oleh gaya luar lateral (yang ortogonal terhadap bidang
permukaan) yang memang tidak ada dalam kasus membran datar.
Contoh dari komponen membran semacam ini, dapat disebutkan, antara lain
dinding dalam (interior walls), diafragma, dan dinding geser (shear walls). Boleh jadi
ada komponen gaya lateral yang bekerja normal pada bidang permukaan membran,
tetapi jika ordenya jauh lebih kecil dari pada tegangan-tegangan bidang, pengaruh dari
gaya lateral ini dapat diabaikan tanpa menimbulkan penyimpangan yang signifikan.
Dengan demikian dikatakan bahwa kita menghadapi problem bidang (plane problems).
Dalam pembahasan bab ini juga akan dipaparkan dua macam problem bidang, yaitu
regangan bidang (plane strain) dan tegangan bidang (plane stress). Masing-masing
kasus problem bidang ini akan ditinjau secara tersendiri; namun, suatu formulasi
terpadu yang dapat diterapkan untuk kedua kasus tadi juga dibahas dalam bab ini.
Bab ini disajikan khusus bagi pembahasan komponen membran datar seperti
telah disebutkan di atas. Pembahasan terutama terkait kepada regangan, tegangan dan
hubungan sesamanya. Regangan dibahas tanpa mengaitkannya terhadap fungsi
perpindahan secara eksplisit. Dengan perkataan lain, kita tidak secara eksplisit
menurunkan fungsi perpindahan yang berkaitan dengan gaya luar yang ditinjau.

9.2 Problem Elastisitas Bidang


Dalam uraian di atas telah disinggung mengenai kasus problem bidang, dan
dalam pasal ini, kasus semacam ini akan dibahas secara lebih mendalam. Menurut
permainan tegangan dan regangan yang terjadi, problem bidang dibagi atas dua

147
kategori, yaitu problem tegangan bidang (plane stress problems) dan problem regangan
bidang (plane strain problems) seperti akan diterangkan dalam paparan berikut ini.
Gambar 9.2.1 memperlihatkan suatu sistem membran datar pada bidang ( X , Y ) ,
di mana akibat gaya luar yang bekerja, timbul tegangan xx , yy dan xy , yx dengan sisi
atau permukaan atas dan bawah (yang sejajar bidang XY ) yang bebas dari gaya,
tegangan maupun kekangan yang menahan perpindahan di arah ortogonal (sejajar
sumbu Z ). Ini berarti bahwa akan muncul perpindahan pada bidang, dan akibat efek
Poisson yang tidak tertahan, dan tidak akan muncul regangan di arah Z . Karena itu,
xz 0 ; yz 0 dan zz 0 , dan dalam hal regangan, xz 0 ; yz 0 dan zz 0
sehingga karena tidak ada tegangan di arah Z , kasus semacam ini dinamakan problem
tegangan bidang. Khusus dalam kasus ini, tegangan hanya terjadi pada bidang ( X , Y ) .

xx
yy
t
xy Y
2
t yy yy
yx 2
yy yy
yx
(b) tegangan dan regangan
xy
X
xx
(a) tegangan

Gambar 9.2.1: Problem Tegangan Bidang

Kasus regangan bidang dapat diterangkan dengan meninjau struktur dam


penahan air seperti diperlihatkan dalam Gambar 9.2.2(a). Jika dam berukuran sama
dengan tinggi muka air yang serba sama pada arah panjang dam yang relatif jauh lebih
besar ordenya dibandingkan dengan ukuran penampang dam, maka kasus ini dapat
ditinjau dengan mengambil suatu satuan panjang, lalu mengisolirnya dalam analisis.
Dengan demikian, sistem representatif ini menjadi suatu membran datar dengan bidang
berukuran sesuai penampang dam dan ketebalan satu satuan panjang seperti dalam
Gambar 9.2.2(b) dan 9.2.2(c). Karena kondisi yang seragam, potongan kiri dan kanan
model representatif ini tidak mengalami perpindahan di arah ortogonal permukaan,
dalam hal ini sumbu Z . Ini identik dengann kondisi bahwa kedua sisi tersebut ditahan
terhadap perpindahan di arah Z . Untuk kasus semacam ini, zz 0 ; xz 0 dan
yz 0 dan karenanya xz 0 ; yz 0 , dan karena kedua sisi tertahan, zz 0 .
Karena regangan hanya terjadi pada satu bidang (dalam gambar contoh ini, bidang
XY ), maka kasus semacam ini dinamakan problem regangan bidang.

148
Y

Y
-

(b) pelat datar


Y
+
t
X
w=0 w=0 (tertahan)
t 2
2 Z X

t
(a) dam dan tekanan air (c) tampak depan datar

Gambar 9.2.2: Problem Regangan Bidang

Dengan demikian, berkaitan dengan cara pembebanan dan cara pengekangan,


problem bidang dapat digolongkan ke pada salah satu kasus problem bidang. Jika
regangan hanya terjadi pada satu bidang, maka kasus merupakan problem regangan
bidang. Jika tegangan hanya terjadi pada satu bidang, maka kasus merupakan problem
tegangan bidang.

9.3 Regangan dan Tegangan Problem Bidang


Kondisi permainan terjadinya regangan dan tegangan dalam kasus problem
bidang, dibahas dalam pasal ini. Pertama, kasus tegangan bidang akan dibahas terlebih
dahulu, baru setelah itu, dibahas kasus regangan bidang. Kemudian, suatu formulasi
terpadu yang dapat digunakan untuk mewakili kedua kasus, dibahas dalam ayat
tersendiri.

9.3.1 Problem Tegangan Bidang


Untuk kasus tegangan bidang, kita akan memulai formulasi dari rumus umum
hubungan tegangan dan regangan dalam Pers. (8.4.11) dan (8.4.13) sebagai berikut,

xx (1 ) 0 0 0 xx
(1 ) 0 0 0
yy yy

zz
E (1 ) 0 0 0
zz

(9.3.1)
(1 2 )
xy (1 )(1 2 ) 0 0 0 2 0 0
xy
0 0 0 0 (1 2 )
0
yz 2
yz
0 (1 2 )

zx 0 0 0 0 2 zx

149
dan sebaliknya,

xx 1 0 0 0 xx
1
yy 0 0 0 yy
zz 1 1 0 0 0 zz (9.3.2)

xy E 0 0 0 2(1 ) 0 0 xy
0 0 0 0 2(1 ) 0
yz yz
zx 0 0 0 0 0 2(1 ) zx

Dari uraian Pasal 9.2 sebelumnya, telah diutarakan bahwa untuk kasus tegangan
bidang, dihadapi kasus pembebanan dan pengekangan batas-batas membran yang
sedemikian hingga

xz 0 ; yz 0 zz 0 (9.3.3)

dan dari Pers. (9.3.2) diperoleh

1
zz [ xx yy ] ; xz 0 ; yz 0 (9.3.4)
1

Dengan demikian, Pers. (9.3.1) dan (9.3.2) untuk kasus tegangan bidang masing-
masing menciut menjadi

xx 1 0 xx
E
yy 1 0 yy (9.3.5)
(1 )(1 ) 0 0 1
xy 2 xy

dan sebaliknya

xx 1 0 xx
1
yy 1 0 yy (9.3.6)
E
0 0 2(1 )
xy xy

Untuk kasus tegangan bidang, dengan tegangan xx , yy dan xy yx yang


diketahui, regangan xx , yy dan xy dapat dihitung dengan menggunakan Pers. (9.3.6)
dan memasukkan hasilnya ke dalam Pers. (9.3.4) untuk menghitung zz . Sebaliknya,
jika regangan xx , yy dan xy diketahui, Pers. (9.3.5) dapat digunakan untuk
menghitung tegangan xx , yy dan xy ,dan Pers. (9.3.4) digunakan untuk menghitung
zz .

9.3.2 Problem Regangan Bidang


Kasus problem regangan bidang diberikan oleh pembebanan dan pengekangan
membran yang sedemikian hingga dihadapi kondisi di mana

150
zz 0 ; xz 0 yz 0 (9.3.7)

Kondisi zz 0 dimungkinkan dengan munculnya zz yang tidak nol di arah tersebut,


yang dapat dihitung dari Pers. (9.3.2),

zz y ( xx yy ) (9.3.8)

Dengan demikian, Pers. (9.3.1) dan (9.3.2) untuk kasus regangan bidang masing-
masing menciut menjadi

xx (1 ) 0 xx

(1 ) 0
E
yy yy (9.3.9)
(1 )(1 2 ) 0 0 122
xy xy

dan sebaliknya

xx 1 1 0 xx
(1 )2

yy 1 1 yy
(9.3.10)
0
E
0 0 2
xy 1 xy

Jika nilai komponen regangan xx , yy dan xy , diketahui, maka xx , yy dan xy


dapat dihitung dengan menggunakan Pers. (9.3.9). Nilai tegangan-tegangan yang
terhitung ini kemudian dapat dimasukkan ke dalam Pers. (9.3.8) untuk menghitung zz
dalam melengkapi solusi. Sebaliknya, untuk xx , yy dan xy yang diketahui, Pers.
(9.3.10) dan (9.3.8) dapat digunakan untuk menghitung xx , yy dan xy .

9.3.3 Formulasi Terpadu Problem Bidang


Dalam uraian bahasan problem bidang di atas, kita melihat bahwa dalam
menentukan nilai tegangan untuk regangan yang diketahui atau sebaliknya, kita perlu
menggunakan rumus-rumus hubungan tegangan dan regangan yang sesuai dengan
kasus yang kita hadapi, apakah itu problem regangan bidang ataukah problem
tegangan bidang. Kedua kasus memiliki rumus-rumus hubungan tegangan dan
regangan yang berbeda.
Dalam terapan, alangkah sangat taktis dan praktis jika dipunyai suatu perangkat
rumus-rumus hubungan tegangan dan regangan yang terpadu serta yang dapat
digunakan untuk kedua kasus problem bidang. Ini dapat diperoleh dengan menyusun
rumus terpadu dengan cara berikut ini.
Kita memperhatikan bahwa atas kaji banding bentuk dalam Pers. (9.3.5) dan
(9.3.9), serta bentuk dalam Pers. (9.3.6) dan (9.3.10), kedua kasus problem bidang
dinyatakan dengan rumus-rumus hubungan tegangan dan regangan yang hanya
berbeda di dalam tetapan elastis yang terkandung dalam matriks koefisien persamaan.

151
Kita melihat bahwa Pers. (9.3.5) dan (9.3.6) berlaku untuk kasus tegangan bidang. Jika
dalam kedua persamaan tersebut, E digantikan dengan E /(1 2 ) dan digantikan
dengan /(1 ) , maka kita akan mendapatkan Pers. (9.3.9) dan (9.3.10). Dengan
perkataan lain, penggantian unsur-unsur elastisitas tersebut merobah Pers. (9.3.5)
menjadi Pers. (9.3.9) dan merobah Pers. (9.3.6) menjadi Pers. (9.3.10). Selain itu, kita
juga dapat membuktikan bahwa proses yang sama dapat diperoleh dengan
menggantikan dengan 2G /( 2G) .

Dengan perkataan lain, kasus regangan bidang dapat dianalisis dengan rumus-
rumus yang berlaku bagi kasus tegangan bidang dalam Pers. (9.3.5) dan (9.3.6),
asalkan dalam unsur-unsur matriks koefisien, untuk ( E, ) digunakan ( E , ) yang
diberikan oleh

E
E ; (9.3.11)
1 2 2
1-

atau jika unsur-unsur matriks koefisien dinyatakan di dalam konstanta Lame,


menggantikan ( , G) dengan ( , G ) yang diberikan oleh

2G
; G G (9.3.12)
2G

Sebagai konsekuensi pembahasan di atas, untuk problem bidang berlaku


keseimbangan yang dinyatakan dalam bentuk


xx yx bx 0 (a)
x y (9.3.13)

xy yy b y 0 (b)
x y

Perhatikan bahwa untuk problem bidang, keseimbangan di arah ortogonal terhadap


bidang secara otomatis dipenuhi, sehingga tinggal dua persamaan keseimbangan yang
bebas satu sama lain di dua arah ortogonal pada bidang.

9.4 Kriteria Kompatibilitas


Untuk problem bidang, persamaan-persamaan hanya mengandung tegangan dan
regangan pada bidang ( X , Y ) saja. Kriteria kompatibilitas Pers. (6.7.7) menciut menjadi

2 2 2
2 xy (9.4.1)
x 2 y 2 xy
yy xx

Substitusi Pers. (9.3.6) dalam Pers. (9.4.1) menghasilkan

2 2 2
2
( ) 2(1 ) xy (9.4.2)
x 2 y 2 xy
yy xx xx yy

Di lain fihak, dari dua persamaan keseimbangan dalam Pers. (9.3.13) dapat diperoleh

152
2 2 2 b b
2 xy 2 xx 2 yy x y (9.4.3)
xy x y x y

yang jika dikombinasikan dengan bentuk dalam Pers. (9.4.2) menghasilkan

bx by
2 ( xx yy ) (1 )( ) (9.4.4)
x y

Sebagai mana disebutkan di atas, kita dapat menggunakan Pers. (9.4.4) untuk kasus
regangan bidang dengan menggantikan dengan seperti dalam Pers. (9.3.11b),
sehingga (1 ) 1 /(1 ) .

9.5 Solusi Problem Bidang


Solusi dari suatu problem bidang merupakan penentuan dari tegangan xx , yy
dan xy yang diakibatkan oleh gaya luar serta yang memenuhi syarat keseimbangan
dalam Pers. (9.3.13) beserta syarat kompatibilitas yang dinyatakan dalam unsur
tegangan dalam Pers. (9.4.1) berikut syarat batas yang diketahui. Untuk itu, kita
meninjau kasus pembebanan, di mana gaya luar merupakan turunan dari suatu fungsi
potensial V sedemikian hingga
(9.5.1)
bx V; by V
x y

yang merupakan kasus yang sangat lazim dihadapi, serta yang memiliki sifat

2 V 0 (9.5.2)

Sekarang, kita menuliskan suatu bentuk di mana fungsi potensial menyumbang


terhadap komponen tegangan, yaitu

xx
'
xx V ; yy
'
yy V (9.5.3)

sehingga keseimbangan dalam Pers. (9.3.13) berubah menjadi


xx ' xy ' 0
x y (9.5.4)

yx ' yy ' 0
x y

Bentuk dalam sistem persamaan di atas akan memiliki solusi dengan syarat yang perlu
dan cukup, yaitu dengan adanya suatu fungsi ( x, y) sedemikian hingga


yx ; xx ' (9.5.5)
x y

153
dan adanya suatu fungsi ( x, y) yang lain, sedemikian hingga


yy ' ; xy (9.5.6)
x y

yang karena xy yx , kedua persamaan di atas memberikan


(9.5.7)
x y

yang merupakan syarat yang perlu dan cukup (necessary and sufficient condition) untuk
menjamin adanya suatu fungsi F ( x, y) , sedemikian hingga


(x,y) = F ( x, y ) ; (x,y) = F ( x, y ) (9.5.8)
y x

Dari uraian di atas, diperoleh hubungan komponen tegangan dengan fungsi F sebagai
berikut,
2 2 2
xx = F ( x, y ) ; yy = F ( x , y ) ; xx = yy = - F ( x, y ) (9.5.9)
y 2 x 2 xy

yang dengan Pers. (9.5.3) akan memberikan solusi lengkap untuk komponen tegangan
sebagai berikut.
2 2
xx F ( x, y ) V ; yy 2 F ( x, y ) V
y 2
x (9.5.10)
2
xx yy F ( x, y )
xy

Fungsi F ( x, y) dalam uraian di atas dinamakan fungsi tegangan Airy (Airy stress
function) sesuai dengan nama penemunya. Perhatikan bahwa dengan mengingat Pers.
(9.5.2) dan bentuk-bentuk dalam Pers. (9.5.9) maupun (9.5.10), fungsi tegangan Airy
memiliki turunan yang menerus hingga orde keempat. Untuk beban luar yang
merupakan turunan dari fungsi potensial yang memiliki sifat seperti dalam Pers. (9.5.2),
diperoleh kondisi tegangan sedemikian sehingga

2 ( xx yy ) 0 (9.5.11)

yang dengan mengingat Pers. (9.5.10) dan (9.5.2), memberikan kondisi

4 4 4
4 F ( x, y) F 2 F F 0 (9.5.12)
x 4 x 2 y 2 y 4

yang dinamakan bentuk biharmonis. Solusi dari bentuk biharmonis dalam Pers. (9.5.12)
mencakup beberapa bentuk fungsi, antara lain unsur-unsur polinomial segitiga Pascal,
trigonometris dan transenden sebagai terlihat dalam Gambar 9.5.1.

154
1
cos nx, sin nx
x y cos ny, sin ny

x2 xy y2 cosh nx, cosh ny

x3
2
x y xy2 y3 sinh nx, sinh ny

(a) polinominal segitiga Pascal (b) trigonometris dan transenden

Gambar 9.5.1: Unsur-unsur Solusi Bentuk Biharmonis

9.6 Metoda Solusi Neou


Penentuan solusi dari suatu problem bidang, juga dapat dilihat sebagai penentuan
dari fungsi tegangan Airy dalam Pers. (9.5.12). Oleh Neou, solusi problem bidang
diusulkan berbentuk fungsi yang melibatkan unsur-unsur polynomial segitiga Pascal
seperti dalam Gambar 9.5.1, dalam bentuk deret polinomial

F ( x, y) A mn xm yn (9.6.1)
m 0 n 0

dengan koefisien Amn serta orde m dan n yang disesuaikan dengan gaya luar yang
bekerja, serta yang ditentukan secara sistematik sebagai berikut. Pertama, untuk solusi
homogen (tanpa beban luar), dari Pers. (9.5.9) dan (9.6.1) diperoleh komponen
tegangan
xx ' n(n 1) A mn x m y n2
m 0 n 0

yy ' m(m 1) A mn x m 2 y n (9.6.2)


m 0 n0

xy ' m nA mn x m1 y n1
m 0 n 0

di mana unsur linier, yaitu (1), (x) dan ( y ) tidak ikut menyumbang terhadap komponen
tegangan, sehingga koefisien terkait, yaitu A00 , A10 dan A01 tidak perlu disertakan.
Substitusi Pers. (9.6.1) ke dalam Pers. (9.5.12) memberikan

m(m 1)(m 2)(m 3) A


m 4 n 2
mn x m 4 y n

+ 2 m(m 1)(n)(n 1) A
m 2 n2
mn x m 2 y n 2 (9.6.3)

+ n(n 1)(n 2)(n 3) A


m 2 n4
mn x m y n 4 0

yang setelah direorganisir menghasilkan

155
[(m 2)(m 1)(m)(m 1) A
m 2 n 2
m 2 , n 2

+ 2(m)(m 1)(n)(n 1) Amn (9.6.4)


m2
+ (n 2)(n 1)(n)(n 1) Am2,n2 ]x y n 2 0

Karena x dan y adalah variabel bebas, maka seturut dengan cara koefisien tak tentu,
diperoleh

(m 2)(m 1)(m)(m 1) Am2,n2


+2 (m)(m 1)(n)(n 1) Amn (9.6.5)
+ (n 2)(n 1)(n)(n 1) Am2,n2

Korelasi antara Amn dalam Pers. (9.6.5), dikombinasikan dengan syarat batas
pada permukaan sistem, dapat digunakan untuk menentukan Amn serta
memasukkannya kedalan Pers. (9.6.1), dan pada gilirannya diturunkan untuk
mendapatkan solusi berupa komponen tegangan.

9.7 Syarat Batas


Syarat batas adalah kondisi yang harus dipenuhi solusi umum pada permukaan
sistem. Suatu sistem yang memiliki permukaan yang dapat dibagi atas dua bagian,
yaitu permukaan batas gaya f di mana gaya-gaya diketahui, dan batas permukaan
d di mana komponen perpindahan diketahui seperti dalam Gambar 9.7.1. Untuk syarat
batas perpindahan atau natural (natural boundary conditions), komponen perpindahan
ataupun komponen turunan perpindahan diketahui, yaitu

batas gaya, f

batas natural, d

Gambar 9.7.1: Permukaan Batas Gaya dan Perpindahan

156
u u; v v; w w
(9.7.1)
n n ; t t

merupakan komponen perpindahan yang diketahui pada


di mana u, v dan w
permukaan batas, dan n serta t masing-masing rotasi di arah normal dan tangensial
terhadap permukaan.
Untuk syarat batas gaya pada f, diketahui komponen-komponen tegangan, yang
memberikan kombinasi tegangan pada permukaan dengan nilai yang diketahui sebagai
berikut.
px I xx m xy px
(9.7.2)
py I yx m yy py

di mana ( I , m) adalah koefisien arah garis normal pada permukaan yang ditinjau.

9.8 Contoh Penerapan


Sebagai pendalaman materi yang telah disajikan dalam keseluruhan bab ini
tentang formulasi dan analisis membran bidang datar, maka berikut ini disajikan
beberapa contoh penerapan.

Contoh 9.1: Suatu pelat tipis diberi gaya luar berupa tegangan xx , yy 0 dan
xy 0 . Pelat ditahan sehingga tidak berpindah di arah Z . Hitunglah
tegangan dan regangan yang terjadi.

Penyelesaian:

Untuk penyelesaian, kita ingin menggunakan persamaan yang lebih umum untuk
hubungan tegangan-regangan sebagai mana dituliskan dalam Pers. (9.3.5). Pertama,
tahanan di arah Z mengharuskan bahwa zz 0 , sehingga Pers. (9.3.5a) memberikan

1
zz ( xx .0) 0 zz (9.8.1)
E

dengan regangan koresponden yang dapat dihitung dari Pers. (9.3.5), dengan hasil

1 1 2
xx ( .0 2 . )
E E (9.8.2)
1 (1 )
yy (0 2 . . )
E E

Selanjutnya, hasil-hasil di atas memberikan regangan geser sebesar

xy 0; yz zx 0 (9.8.3)

yang sekaligus melengkapi solusi yang ditanyakan.

157
Contoh 9.2: Kerjakan sekali lagi Contoh 9.1, namun kali ini dengan menggunakan
rumus regangan bidang seperti dalam Pers. (9.3.8) dan (9.3.10).

Penyelesaian:

Dari Pers. (9.3.8) diperoleh nilai tegangan sebesar

zz ( xx yy ) (9.8.4)

yang sama dengan hasil dalam Pers. (9.8.1). Dari Pers. (9.3.10) diperoleh nilai
regangan sebesar
1 2 1 2
xx [ .0]
E 1 E
(9.8.5)
1 2 (1 )
yy [0 . ]
E 1 E

yang sama dengan hasil dalam Pers. (9.8.2).

Contoh 9.3: Medium menerus seperti dalam Contoh 9.1, dianalisis tetapi sekarang
dengan kondisi pelat bebas di arah Z . Hitunglah tegangan dan regangan
yang terjadi dalam pelat.

Penyelesaian:

Dalam hal kasus tegangan bidang seperti ini, kita gunakan Pers. (9.5) untuk
menghubungkan tegangan dan regangan. Karena bidang yang normal terhadap sumbu
Z bebas, maka
zz yz zx 0 (9.8.6)

Menurut Pers. (9.3.6), regangan menjadi

1
xx ( .0 .0)
E E
1
yy (0 .0 . ) (9.8.7)
E E
1
zz (0 . .0)
E E

dan
xy yz zx 0 (9.8.8)

Contoh 9.4: Gunakanlah hasil dari kasus tegangan bidang dalam Contoh 9.3 untuk
mendapatkan solusi kasus regangan bidang dalam Contoh 9.1.

158
Penyelesaian:

Untuk ini kita dapat memasukkan nilai E dan modifikasi dalam Pers. (9.3.11)
ke dalam Pers. (9.8.2). Dalam hal, ini solusi problem regangan bidang menjadi

1 2 (1 )
xx ; yy (9.8.9)
E E

Contoh 9.5: Nyatakanlah hubungan antara koefisien-koefisien Amn menurut Pers.


(9.6.5) untuk kasus-kasus (m 4, n 2), (m n 3) dan (m 2, n 4) .

Penyelesaian:

Untuk pasangan nilai (m, n) yang diketahui, secara berturutan diperoleh tiga
persamaan sebagai berikut.

(6)(5)(4)(3) A60 2(4)(3)(2)(1) A42 (4)(3)(2)(1) A24 0


(5)(4)(3)(2) A51 2(3)(2)(3)(2) A33 (5)(4)(3)(2) A13 0
(4)(3)(2)(1) A42 2(2)(1)(4)(3) A24 (6)(5)(4)(3) A06 0

yang dengan penyederhanaan memberikan

15 A60 2 A42 A24 0


5 A51 3 A33 5 A13 0 (9.8.10)
A42 2 A24 15 A06 0

Contoh 9.6: Suatu pelat kantilever yang berukuran tinggi 2b dan panjang L seperti
dalam Gambar 9.8.1 diberi beban merata pada tepi bagian atas. Tentukan
fungsi tegangan Airy yang dapat digunakan untuk mendapatkan tegangan
yang terjadi. Tentukanlah juga tegangan yang terjadi tersebut.

Penyelesaian:

Penentuan fungsi tegangan Airy perlu dilakukan dengan proses uji-coba (trial and
error), sehingga ditemukan orde fungsi yang minimal harus diambil. Untuk soal ini,
setelah dilakukan proses uji-coba, solusi mencakup unsur-unsur polinomial hingga orde
ketiga, yaitu
3 3
F ( x, y ) A mn xm y n (9.8.11)
m 0 n0

Perhatikan bahwa koefisien A00 , A01, dan A10 mengundang suku-suku yang linier dalam
x dan y dan tidak menyumbang apa-apa terhadap tegangan. Dengan demikian, dapat
diambil

159
A00 A01 A10 0 (9.8.12)

sehingga dengan menggunakan Pers. (9.5.10), tegangan menjadi

xx ( x, y ) 2 A02 6 A03 y 2 A12 x 6 A13 xy 2 A22 x 2 6 A23 x 2 y 2 A32 x 3 6 A33 x 3 y


yy ( x, y ) 2 A20 2 A21 y 2 A22 y 2 2 A23 y 3 6 A30 x 6 A31xy 6 A32 xy 2 6 A33 xy 3 (9.8.13)
xy ( x, y ) A11 2 A12 y 6 A23 xy 2 3 A31x 2 6 A32 x 2 y 9 A33 x 2 y 2
3 A13 y 2 2 A21x 4 A22 xy

Sekarang kita meninjau serta memasukkan syarat batas. Karena bidang sisi atas dan
bawah bebas tegangan geser, maka haruslah

xy ( x, b) 0 (9.8.14)

yang menghasilkan dua persamaan sebagai berikut.

A11 2 A12b 6 A23xb 2 3 A31x 2 6 A32 x 2b 9 A33x 2b 2 3 A13b 2 2 A21x 4 A22 xb 0


(9.8.15)
A11 2 A12b 6 A23xb 2 3 A31x 2 6 A32 x 2b 9 A33x 2b 2 3 A13b 2 2 A21x 4 A22 xb 0

Pertambahan dan perkurangan antara kedua baris dalam Pers. (9.8.15) memberikan
dua persamaan sebagai berikut.

(2 A11 6 A13b 2 ) (4 A21 12 A23b 2 ) x (6 A31 18 A33b 2 ) x 2 0


(9.8.16)
4 A12b 8 A22bx 12 A32bx 2 0

Dengan meninjau cara koefisien tidak tentu atas bentuk dalam Pers. (9.8.16), dapat
disimpulkan bahwa
A12 0; A22 0; A32 0 (9.8.17)
dan
2 A11 6 A13b 2 0
4 A21 12 A23b 2 0 (9.8.18)
6 A31 18 A33b 02

Selanjutnya ditinjau syarat batas tegangan pada arah Y di kedua sisi y b ,


yaitu kondisi
yy ( x,b) q 0 ; yy ( x,b) 0
(9.8.19)
yang jika dimasukkan ke dalam Pers. (9.8.13), memberikan

2 A20 2 A21b 2 A22b 2 2 A23b3 6 A30 x 6 A31xb 6 A32 xb 2 6 A33xb3 q0


(9.8.20)
2 A20 2 A21b 2 A22b 2 A23b 6 A30 x 6 A31xb 6 A32 xb 6 A33xb 0
2 3 2 3

160
Pertambahan dan perkurangan antara kedua baris dalam Pers. (9.8.20) memberikan
dua persamaan sebagai berikut,

(4 A20 4 A22b 2 ) (12 A30 12 A32b 2 ) q0


(9.8.21)
(4 A21b 4 A23b ) (12 A31b 12 A32b ) q0
3 3

dan yang jika atasnya dikenakan prinsip koefisien tak tentu, diperoleh

4 A20 4 A22b 2 q0
12 A30 12 A32b 2 0 (9.8.22)
4 A21b 4 A23b3 q0
12 A31b 12 A32b3 0

Peninjauan Pers. (9.8.17), (9.8.18) dan (9.8.22) memberikan

1
A20 q0 ; A30 0; A31 0; A33 0;
4
(9.8.23)
3 1 A
A21 q0 ; A23 3 q0 ; A13 112
8 8b 3b

Sejauh ini, kita telah mendapatkan penyederhanaan dari fungsi tegangan Airy
dengan sisa tiga koefisien yang belum diketahui, dalam bentuk

A11 3 q0 2 3q0 2 q
F ( x, y) A02 y 2 A03 y 3 A11xy 2
xy x x y 03 x 2 y 3 (9.8.24)
3b 4 8b 8b

dengan komponen tegangan

2 A11 3q
xx ( x, y) 2 A02 6 A03 y 2
xy 03 x 2 y
b 4b
1 3q q
yy ( x, y) q0 0 y 03 y 3 (9.8.25)
2 4b 4b
A 2 3q0 3q0 2
xy ( x, y) A11 11 y xy
b2 4b 4b3

Penentuan lanjut dari koefisien yang masih belum diketahui, dapat dilakukan
dengan meninjau syarat batas tegangan pada ujung pelat, yaitu

xy ( L, y) 0 (9.8.26)
yang menghasilkan

161
3q0 A 3q
( A11 L) ( 11
2
03 L) y 2 0 (9.8.27)
4b b 4b
sehingga
3q0
A11 L (9.8.28)
4b

Syarat batas selanjutnya pada ujung bebas x L adalah bahwa tidak ada
resultanta gaya di arah X , sehingga


b
xx ( L, y)dy 0 (9.8.29)

yang menghasilkan
A02 0 (9.8.30)

Untuk menentukan koefisien yang hanya tertinggal satu buah lagi, kita menentukan
syarat batas gaya pada ujung jepitan, yaitu

b
q0 L2

b
xx (0, y )dy
2
(9.8.31)

yang menghasilkan
q0 2
A03 L (9.8.32)
8b 3

Akhirnya, diperoleh fungsi tegangan Airy dalam bentuk

q0 L2 y 3 x y x y 3 x 2 x 2 y x 2 y 3
F ( x, y ) 6 2 2 3 (9.8.33)
8 b L b L b L L b L b

yang memberikan komponen tegangan

q0 L2 y x y x 2 y
xx ( x, y) 3 6 3
4b 2 b L b L b

q0 y y
3

yy ( x, y ) 2 3 (9.8.34)
4 b b

3q0 L x x y y
2 2

xy ( x, y) 1
4b L L b b

Gambar dari distribusi tegangan diperlihatkan dalam Gambar 9.8.1.

162
Y
q

b
X

(a) struktur x=L

3qL2 -q
4b

3qL
4b xx
yy

xy 3qL2 xx
4b (b) tegangan

Gambar 9.8.1: Struktur Balok Kantilever, Contoh 9.6

Contoh 9.7: Suatu pelat tipis seperti dalam Gambar 9.8.2 dianalisis dengan
menggunakan prinsip fungsi tegangan Airy. Hitunglah tegangan yang
terjadi.

Penyelesaian:

Untuk cara ini, dapat digunakan fungsi tegangan Airy yang identik dengan Pers.
(9.8.11) dalam Contoh 9.6, yaitu dengan fungsi tegangan dalam Pers. (9.8.13). Syarat
batas untuk contoh ini adalah

xy ( x,b) 0 ; xy ( x,b) 0 (9.8.35)


dan
yy ( x,b) q ; yy ( x,b) q (9.8.36)

yang menghasilkan fungsi tegangan Airy seperti dalam Pers. (9.8.24) dan tegangan
seperti dalam Pers. (9.8.25). Syarat batas pada kedua ujung pelat dalam contoh ini
adalah

xx (0, y) 0 ; xx ( L, y) 0 (9.8.37)

163
yang menghasilkan
2 A02 (6 A03 y ) 0
2A 3qL2 (9.8.38)
2 A02 6 A03 211 L y 0
3
b 4b
sehingga
3qL
A02 0; A03 0; A11 (9.8.39)
8b

Y q

b
L X

(a) struktur
3qL
16 -q

3qL
3qL 4b
4b xx
yy

xy 3qL (b) tegangan xy


16
Gambar 9.8.2: Struktur Balok Sederhana, Contoh 9.7

Dengan demikian, diperoleh fungsi tegangan Airy dalam bentuk

q L2 y y x y 3 x 2 x 2 y x 2 y 3
F ( x, y ) 0 3 2 3 (9.8.40)
8 L b L b L L b L b

dan tegangan dalam bentuk

2
4 y y x y q y y 3

xx ( x, y ) q ; yy ( x, y ) 2 3
3 L b L b 4 b b
(9.8.41)
3qL x y
2

xy ( x, y) 1 2 1
8b L b

164
Perhatikan bahwa total geser pada ujung kiri, x 0 , adalah

3qL y
b 2
1
V (0) 1 dy qL (9.8.42)
b
8b b 2

dan pada ujung kanan, x L ,

3qL y
b 2
1
V ( L) 1 dy qL (9.8.43)
b
8b b 2

yang cocok dengan keadaan bahwa kedua perletakan harus membagi dua beban atas
sebesar qL . Hasil tegangan digambarkan dalam Gambar 9.8.2.

Contoh 9.8: Suatu balok kantilever berupa pelat tipis seperti dalam Gambar 9.8.3
diberi gaya terpusat P pada ujung. Hitunglah tegangan yang terjadi dalam
struktur balok tersebut.

Penyelesaian:

Seperti dalam contoh sebelumnya, kita dapat mencoba fungsi tegangan Airy
dalam bentuk
3 3
F(x,y) = A
m 0 n 0
mn xm yn (9. 8.44)

dengan A00 A01 A10 0 . Tegangan yang terjadi diberikan dalam Pers. (9.8.13).
Syarat batas adalah, bahwa tegangan pada sisi atas bawah harus nol. Jadi

yy ( x,b) 0 ; yy ( x,b) 0 (9.8.45)


yang memberikan

2 A20 2 A21b 2 A22b 2 2 A23b3 6 A30 x 6 A31xb 6 A32 xb 2 6 A33xb 3 0


(9.8.46)
2 A20 2 A21b 2 A22b 2 A23b 6 A30 x 6 A31xb 6 A32 xb 6 A33xb 0
2 3 2 3

Pertambahan dan antara kedua baris persamaan dalam Pers. (9.8.46) memberikan

(4 A20 4 A22b 2 ) (12 A30 12 A32b 2 ) x 0


(9.8.47)
(4 A21b 4 A23b ) (12 A31b 12 A33b ) x 0
3 3

yang mengharuskan
4 A20 4 A22b 2 0
12 A30 12 A32b 2 0 (9.8.48)
4 A21b 4 A23b3 0
12 A31b 12 A33b3 0

165
Selanjutnya, syarat batas

xy ( x, b) 0 (9.8.49)
memberikan

A11 2 A12b 3 A13b 2 2 A21x 4 A222 xb


6 A23xb 2 3 A31x 2 6 A32 x 2b 9 A33x 2b 2 0
(9.8.50)
A11 2 A12b 3 A13b 2 A21x 4 A22 xb
6 A23xb 2 3 A31x 2 6 A32 x 2b 9 A33x 2b 2 0

Pertambahan dan perkurangan antara kedua baris dari Pers. (9.8.50) memberikan

(4 A11 6 A13b 2 ) (4 A21 12 A23b 2 ) x (6 A31 18 A33b 2 ) x 2 0


(9.8.51)
(4 A12b) + (8 A22b) x + (12 A32b) x 2
0

sehingga
2 A11 6 A13b 2 0
4 A21 12 A23b 2 0 (9.8.52)
6 A31 18 A33b 0
2

dan

A12 0; A22 0; A32 0 (9.8.53)

Dari semua hubungan antara koefisien Aij dalam Pers. (9.8.48) dan (9.8.52), serta hasil
dalam Pers. (9.8.53), memberikan hasil lanjut sebagai

A11
A13 ; A21 0; A23 0; A31 0; A33 0; A20 0 A30 0 (9.8.54)
3b 2

Hingga taraf ini, diperoleh fungsi tegangan Airy dalam bentuk yang lebih sederhana
sebagai berikut.
A11 3
F ( x, y) A02 y 2 A03 y 3 A11xy xy (9.8.55)
3b 2

dengan tegangan
2 A11
xx ( x, y ) 2 A02 6 A03 y xy
b2
yy ( x, y ) 0 (9.8.56)

A11 2 y2
xy ( x, y ) A11 y A
11 1
2
b2 b

166
Syarat batas lanjut pada sisi x L adalah bahwa

xx ( L, y) 0 (9.8.57)

Y
L

b
X

b P

(a) struktur

3PL
2b2

3P
4b
xx(0,y)

3PL xy
2b2 (b) tegangan

Gambar 9.8.3: Struktur Balok Kantilever, Contoh 9.8

yang memberikan
2A
2 A02 6 A03 211 L y 0 (9.8.58)
b
Karenanya, haruslah
A11
A02 0; A03 L (9.8.59)
3b 2

Syarat batas gaya pada sisi x L adalah bahwa total tegangan geser, sama
dengan gaya P , jadi
b


b
xy ( L, y)dy P (9.8.60)

yang memberikan
3P
A11 (9.8.61)
4b

167
Dengan hasil ini, akhirnya diperoleh fungsi tegangan Airy

PL y x y x y
3 3

F ( x, y ) 3 (9.8.62)
4 b L b L b

dan tegangan
3PL x y
xx ( x, y ) 1
2b 2 L b
yy ( x, y ) 0 (9.8.63)

3P y
2

xy ( x, y ) 1
4b b

9.9 Rangkuman
Perumusan regangan, tegangan serta hubungan sesamanya dalam problem
elastisitas bidang telah disajikan dalam bab ini. Rumus-rumus untuk hubungan
tegangan-regangan telah disajikan, baik untuk problem tegangan bidang maupun
problem regangan bidang. Rumus-rumus kompatibilitas dan keseimbangan untuk kasus
problem bidang juga telah diturunkan.
Sebagai rangkuman, beberapa butir kesimpulan yang ditarik dari bahasan
problem bidang, disajikan berikut ini.
1. Untuk kasus regangan bidang, rumus-rumus kasus tegangan bidang dapat
digunakan, yaitu dengan menggunakan E /(1 2 ) untuk menggantikan E dan
/(1 ) untuk menggantikan .
2. Untuk kasus problem bidang dengan gaya luar yang dapat dinyatakan sebagai
fungsi potensial, maka fungsi tegangan Airy dapat digunakan untuk menghitung
tegangan.

3. Untuk lebih menyederhanakan penentuan koefisien-koefisien Amn dalam bentuk


deret polinomial fungsi tegangan Airy, dapat digunakan metoda solusi Neou.

9.10 Soal-soal
Soal 9.1: Struktur balok tipis dengan bentang L dan tinggi b , dibebani dengan beban
terdistribusi linier seperti dalam Gambar 9.10.1. Tentukan fungsi tegangan
Airy yang dapat digunakan untuk menghitung tegangan yang terjadi.
Gambarkan tegangan yang timbul dalam struktur.
Soal 9.2: Struktur kantilever berupa balok tipis seperti dalam Gambar 9.10.2 memiliki
ukuran geometri yang sama dengan balok dalam Gambar 9.10.1; hanya
saja, ujung kiri dijepit sempurna sementara ujung kanan dibiarkan bebas.
Tentukan fungsi tegangan Airy yang dapat digunakan untuk menghitung
tegangan yang terjadi. Gambarkan tegangan yang timbul dalam struktur.

168
Y

q0

b
L X

Gambar 9.10.1: Stuktur Soal 9.1

q0

b
X

Gambar 9.10.2: Stuktur Soal 9.2

Soal 9.3: Struktur dalam Gambar 9.10.3 identik dengan struktur dalam Gambar
9.10.1, kecuali bahwa beban luar berupa gaya terpusat P pada tengah
bentang balok. Tentukan tegangan yang terjadi dalam struktur.

Y P

b
X

L/2 L/2

Gambar 9.10.3: Stuktur Soal 9.3

169
Soal 9.4: Sistem struktur dalam Gambar 9.10.4 berupa pelat tipis dengan panjang L
dan lebar 2b , dengan tepi kiri dijepit sempurna dan tepi kanan yang bebas
diberi gaya luar berupa tarikan merata q0 sepanjang lebar pelat. Tentukan
tegangan-tegangan yang terjadi dalam pelat.

Y
q0

b
X

Gambar 9.10.4: Stuktur Soal 9.4

Soal 9.5: Sistem struktur dalam Gambar 9.10.5 adalah balok berupa pelat tipis
dengan bentang L dan tinggi 2b , dengan ujung kiri dijepit sempurna dan
ujung kanan diberi perletakan rol. Gaya luar adalah berupa tekanan merata
q0 pada tepi atas balok. Tentukan tegangan-tegangan yang terjadi dalam
balok.

Y
q0

b
X

Gambar 9.10.5: Stuktur Soal 9.5

170

Você também pode gostar