Você está na página 1de 26

A.

PENDAHULUAN

Koartasio aorta adalah suatu penyakit jantung bawaan berupa penyempitan pada

arkus aorta distal atau pangkal aorta desendens torakalis, diatas duktus arteriosus (pre-

ductal), didepan duktus arteriosus (juxta ductal) atau dibawah duktus arteriosus (post

ductal). Pada neonatus sering disertai hipoplasi segmen isthmus atau arkus aorta bagian

distal, akibat aliran yang kurang melalui arkus selama masa janin. Pada anak yang lebih

besar ditemukan kolateral antara aorta bagian proksimal koartasio aorta dengan bagian

distal koartasio aorta.1

Koartasio aorta dapat merupakan suatu kelainan tunggal atau disertai

abnormalitas kardiovaskular lainnya, seperti bicuspid aortic valve (BAV), aneurisme

intrakranial, hipoplasia arkus aorta, defek septum ventrikel (DSV), duktus arteriosus

persisten (DAP) dan kelaianan katup jantung.4 Terdapat variasi yang luas pada koartasio

aorta terutama mengenai anatomi, patofisiologi, manifestasi klinis, pilihan terapi, dan

angka keluarannya. Patofisiologi koartasio aorta bervariasi, bergantung derajat stenosis

dan juga berhubungan dengan adanya kelainan penyerta lain. Manifestasi klinis juga

beragam mulai dari gagal jantung pada bayi baru lahir maupun hipertensi asimptomatik

atau murmur yang tidak menimbulkan gejala pada anak yang lebih besar. Pilihan terapi

meliputi terapi bedah dan intervensi transkateter.2 Koartasio aorta yang tidak dikoreksi

berhubungan dengan kematian pada usia muda yang disebabkan komplikasi hipertensi.

Saat ini memungkinkan untuk melakukan koreksi koartasio aorta pada saat awal bayi.1
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. ANATOMI

Jantung terletak dalam ruang mediastinum dada, yaitu diantara paru. Pericardium

yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan: lapissan dalam (pericardium visceralis) dan

lapisan luar (pericardium parietalis). Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh

sedikit cairan pelumas, yang mengurangi gesekan akibat gerakan pemompaan jantung.

Pericardium parietalis melekat kedepan pada sternum, kebelakang pada kolumna

vertebralis, dan ke bawah pada diaphragma. Perlekatan ini menyebabkan jantung terletak

stabil di tempatnya. Pericardium visceralis melekat secara langsung pada permukaan

jantung. Pericardium juga melindungi terhadap penyebaran infeksi atau neoplasma dari

organ-organ sekitarnya ke jantung. Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar

(epicardium), lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium,

sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan endotel yang disebut endokardium.2


Jantung mempunyai empat ruangan. Dua ruangan penerima di bagian superior

adalah atrium, sedangkan dua ruangan pemompa di bagian inferior adalah ventrikel.

Atrium kanan membentuk batas kanan dari jantung (Tortora, 2012) dan menerima darah

dari vena kava superior di bagian posterior atas, vena kava inferior, dan sinus koroner di

bagian lebih bawah (Ellis, 2006). Atrium kanan ini memiliki ketebalan sekitar 2 3 mm

(0,08 0,12 in.). Dinding posterior dan anteriornya sangat berbeda, dinding posteriornya

halus, sedangkan dinding anteriornya kasar karena adanya bubungan otot yang disebut

pectinate muscles. Antara atrium kanan dan kiri ada sekat tipis yang dinamakan septum

interatrial. Darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan melewati suatu katup

yang dinamakan katup trikuspid atau katup atrioventrikular (AV) kanan.

Ventrikel kanan membentuk pemukaan anterior jantung dengan ketebalan sekitar

4 5 mm (0,16 0,2 in.) dan bagian dalamnya dijumpai bubungan - bubungan yang

dibentuk oleh peninggian serat otot jantung yang disebut trabeculae carneae. Ventrikel

kanan dan ventrikel kiri dipisahkan oleh septum interventrikular. Darah mengalir dari

ventrikel kanan melewati katup pulmonal ke arteri besar yang dinamakan trunkus

pulmonal. Darah dari trunkus pulmonal kemudian dibawa ke paru paru. Atrium kiri

memiliki ketebalan yang hampir sama dengan atrium kanan dan membentuk hampir

keseluruhan pangkal dari jantung. Darah dari atrium kiri mengalir ke ventrikel kiri

melewati katup bikuspid (mitral) atau katup AV kiri. Ventrikel kiri merupakan bagian

tertebal dari jantung, ketebalan sekitar 10 15 mm (0,4 0,6 in.) dan membentuk apeks

dari jantung. Sama dengan ventrikel kanan, ventrikel kiri mempunyai trabeculae carneae

dan chordae tendineae yang menempel pada muskulus papilaris. Darah dari ventrikel kiri
ini akan melewati katup aorta ke ascending aorta. Sebagian darah akan mengalir ke arteri

koroner dan membawa darah ke dinding jantung.3

2. Fisiologi Jantung

Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui dua

vena besar, vena cava, satu mengembalikan darah dari level datas jantumg dan satu

mengembalikan dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah

kembali dari jarinagn tubuh, dimana O2 telah diambil darinya dan CO2 ditambahkan

kedalamnya. Darah yang terdeoksigenasi parsial ini mengalir dari atrium kanan kedalam

ventrikel kanan, yang memompanya keluar menuju arteri pulmunalis yang segera

membentuk dua cabang, satu berjalan ke masing-ffmasing dari kedua paru. Karena itu,
sisi kanan jantug menerima darah dari sirkulasi sistemik dan memompanya kedalam

sirkulasi paru.

Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO2 ekstra dan menyerap pasokan

segar O2 sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang datang dari

kedua paru. Darah kaya O2 yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalir kedalam

ventrikel kiri, rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh sistem tubuh kecuali

paru, jadi, sisi kiri jantung menerima darah dari sirkulasi paru dan memompanya kedalam

sirkulasi sistemik. Satu arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah

aorta. Aorta bercabang-bercabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi berbagai

organ tubuh. 4

Berbeda dari sirkulasi paru, dimana semua darah mmengalir , sirkulasi sistemik

dapat dipandang sebagai sejajar. Sebagian darah dari darah yang dipompa oleh ventrrikel

kiri mengalir ke otot, sebagian keginjal, keotak dan sebagainya sehingga seluruh bagian

tubuh mendapat darah segar. Sel jaringan dalam organ tersebut menyeap O2 ari arah dan

menggunakannya untuk mengoksidasi nutrien untuk menghasilkan energy dalam

prosesnya sel membentuk CO2 sebagai produk sisa yang ditambahkan kedalam darah.

Tetesan darah yang sekarang hilang kandungan o2nya sebagian dan mengalami

peningkatan kandungan CO2 kmbali ke sisi kanan jantung dan kembali memomponya ke

paru-paru 4

C. DEFENISI

Koartasio aorta adalah suatu penyakit jantung bawaan berupa penyempitan pada

arkus aorta distal atau pangkal aorta desendens torakalis, diatas duktus arteriosus (pre-
ductal), didepan duktus arteriosus (juxta ductal) atau dibawah duktus arteriosus (post

ductal). Pada neonatus sering disertai hipoplasi segmen isthmus atau arkus aorta bagian

distal, akibat aliran yang kurang melalui arkus selama masa janin. Pada anak yang lebih

besar ditemukan kolateral antara aorta bagian proksimal koartasio aorta dengan bagian

distal koartasio aorta.1

Korktasio aorta adalah obstruksi pada aorta akibat penyempitan aorta yang

sebagian besar terletak di distal percabangan a.subclavia sinistra. Lokasi koarktasio aorta

hampir selalu ditempat selalu ditempat masuknya duktus arteriosus tetapi dapat juga di

pra- atau pasca ductus.5

D. ETIOLOGI

Seperti pada penyakti jantung bawaan yang lain, etiologi koartasio aorta adalah

multifaktorial, walaupun genetik berperan pada sindrom tertentu tetapi diduga etiologi

koartasio aorta berhubungan dengan dua teori yaitu teori jaringan duktus (ductal tissue

theory) dan reduced flow theory.5

1. Teori jaringan duktal (Ductal tissue theory)

Jaringan yang berasal dari duktus arteriosus menginvasi aorta desenden hanya

distal dari istmus aorta. Ketika duktus arterious menyempit, maka koartatio terjadi.

Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa koarktasio neonatus terjadi hanya setelah

penutupan duktus (tipe infantil), dan biasanya memiliki gejala yang lebih berat.

Obstruksi terlihat sebagai sebuah lekukan (posterior shelf) pada sisi postero-lateral

aorta descenden pada lokasi yang berlawanan dengan perlekatan duktus arteriosus.
Namun teori ini gagal menerangkan kejadian koarktasio aorta pada beberapa tempat

lainnya.1

2. Teori Reduced-flow

Pada konsep ini, defek terbentuk sekunder terhadap gangguan hemodinamik

yaitu aliran yang berkurang pada lokasi yang terkena. Pada fetus yang normal,

ventrikel kiri mengkontraksikan 30% dari kombinasi output ventrikel namun istmus

aorta yaitu proksimal aorta descenden antara LSCA (Left Subclavian artery) dan

PDA, hanya menerima 10% menyebabkan diameter yang lebih kecil daripada aorta

descenden. Jika kemudian aliran ventrikel kiri berkurang, maka penyempitan lebih

lanjut dari istmus kembali terjadi. Teori ini menerangkan hubungannya dengan tipe

obstruksi ventrikel kiri lainnya. Penelitian oleh Fishman dkk. mendukung teori ini,

model biri-biri dari sindrom hipoplastik ventrikel kiri (HPLS) dan stenosis aorta

kongenital dilakukan dengan mempengaruhi pre dan after load dari ventrikel kiri.

Preload yang normal menghasilkan dari pertumbuhan ventrikel kiri namun mengikat

aorta ascenden menyebabkan katup aorta stenosis hipoplasia dan sangat tebal

menyebabkan ventrikel kiri mengecil. Akhir-akhir ini Loscalzo memperlihatkan

hubungan antara limfedema dan koarktasio aorta pada sindrom Turner, ketika terjadi

obstruksi limfatik jugular pada fetus menekan dan mengurangi aliran ke aorta

ascenden, menyebabkan beberapa lesi obstruksi ventrikel kiri meliputi Koartasio

aorta, katup aorta bikuspid, dan HLHZ.1


E. PATOFISIOLOGI

Efek hemodinamik koartasio aorta bervariasi tergantung derajat obstruksi, lesi

jantung dan mekanisme kompensasi. Koartasio aorta menyebabkan kenaikan afterload

pada ventrikel kiri, menyebabkan tekanan dinding yang meningkat, hipertrofi ventrikel

kiri kompensata, disfungsi ventrikel kiri dan pembentukan arteri kolateral.6

Pada fetus, gangguan hemodinamik yang terjadi ringan dikarenakan hanya 10%

dari cardiac output yang melewati istmus. Namun setelah lahir, akibat penutupan duktus

menyebabkan obstruksi aorta hingga terjadi pengurangan output ventrikel kiri,

peningkatan tekanan pada diastolik akhir dari ventrikel kiri, dilatasi miokard, gejala dari

gagal jantung. Pada obstruksi berat akan terjadi disfungsi miokard, pengurangan stroke

volume dan terjadi syok kardiogenik. Mekanisme kompensasi untuk membantu dan

memperkuat kontraksi jantung diaktivasi meliputi mekanisme Frank Starling, sistem

renin angiotensin, dan aktivasi sistem simpatis. Namun mekanisme ini mungkin tidak

efektif pada miokard neonatus yang masih imatur, dikarenakan berkurangnya reseptor

saraf adrenergik dan komplians ventrikel kiri yang lebih rendah dibandingkan miokard

dewasa.7

Pada bayi dan anak yang lebih tua dengan adanya obstruksi yang kronis dan

berkelanjutan, maka mekanisme lainnya turut diaktivasi yaitu hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa abnormalitas vaskular yang terjadi pada ventrikel kiri dengan Koartasio aorta

dengan pembuluh darah proksimal dan distal dari obstruksi. Neonatus dan anak dengan

Koartasio aorta juga terjadi pengurangan distensibilitas dan peningkatan reaktivitas

terhadap norepinephrin pada pembuluh darah proksimal dari letak obstruksi. Aktivitas
renin plasma meningkat dan reflek baroreseptor diatur pada tekanan darah yang lebih

tinggi. Kondisi ini akan menetap cukup lama setelah dilakukan repair operasi dan

berkontribusi pada hipertensi sistemik, dan kematian disebabkan penyakit koroner dan

serebrovaskular.7

F. DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Klinis
a. Anamnesis
Penderita koarktasio aorta tipe penyempitan isthmus aorta pada minggu-

minggu awal kehidupan akan malas minum, takipneu, letargi, dan berkembang

progresif kearah gagal jantung kongestif. Koarktasio aorta tipe diskret pada anak-

anak biasanya tidak menimbulkan gejala karena adanya pembentukan pembuluh

darah kolateral. Dengan bertumbuhnya anak, koarktasio aorta menjadi relative

lebih sempit sehingga anak mengeluh lemah, sakit dada, sakit kepala, dan

claudicatio intemitten.1
b. Pemeriksaan Fisik
Bayi dan anak

Gejala meliputi takipnea, dengan retraksi intercostal, bila terdapat

kardiakoutput yang rendah, akan menunjukkan skin mottling, capillary refill time

yang memanjang dan sianosis perifer. Sianosis sentral hanya berhubungan dengan

lesi jantung yang sianosis. Adanya pulsasi femoralis pada hari 1 atau ke dua tidak

dapat menyingkirkan adanya k,oartasio aorta, karena duktus arteriosus yang

belum menutup. Jika bayi memiliki kardiak ouput yang sangat rendah dan tidak

terdapat pulsasi, resusitasi dapat mengembalikan pulsasi pada tangan kanan,

prekordium biasanya aktif, kecuali otot jantung telah terdepresi. Pada bayi dengan

kardiogenik syok, murmur bisa saja tidak didapatkan, sekunder dikarenakan


kardiak ouput dan aliran yang minimal melewati terjadinya koarktasio aorta.

Bunyi murmur sistolik ejeksi yang lembut yang menyebar hingga punggung dapat

terdengar ketika dimulainya pemberian infus prostaglandin. Selain itu didapatkan

pula tanda dari gagal jantung dan perfusi yang buruk dapat terlihat yang sering

kali merupakan alasan dirujuk ke ahli jantung.1

Anak dengan usia lebih tua dan remaja

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan usia yang lebih tua berdasarkan

berkurangnya atau terlambatnya aliran pulsasi arteri femoral dibandingkan dengan

pulsasi daerah lengan. Pulsasi arteri femoralis secara normal lebih awal dengan

radialis dengan karakteristik yang sama, bentuk dan volumenya. Pemeriksaan

fisik yang lebih terpercaya adalah pengukuran tekanan darah pada keempat

tungkai. Tanda yang lainnya adalah tekanan vena jugularis dan ukuran hepar yang

normal. Sering juga ditemukan tanda tidak langsung dari hipertrofi ventrikel kiri

yaitu daerah apek yang bergeser. Pada pemeriksaan aukultasi bunyi jantung ke-

satu dan ke-2 biasanya normal, namun dapat disertai dengan suara jantung ke-4

dari daerah apek jika ventrikel kiri tidak compliance. Murmur dari Koartasio aorta

didengar paling baik pada daerah fossa infraclavikular kiri yang menyebar ke

pungung di daerah scapula kiri. Bersifat kontinyu, puncak pada sistol dan

berlanjut hinggu diastol, murmur kontinyu ini disebabkan oleh arteri kolateral

yang besar, yang dapat menyediakan aliran darah yang cukup ke segmen bawah

tubuh, hingga pulsasi femoralis tetap ada.1

2. Pemeriksaan Radiologi
a. Elektrokardiogram
Sebagian besar Koartasio aorta akan menunjukkan dominasi ventrikel

kanan yang normal pada bayi, dengan deviasi aksis kanan yang ekstrim,

kemudian terjadi hipertrofi ventrikel kiri, terdapat dominasi ventrikel kiri dan

strain pada beberapa bayi, hal ini disebabkan oleh subendokardial iskemia. Selain

itu dikarenakan Koartasio aorta sering disertai gejala lainnya maka abnormalitas

pada gambaran EKG dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan, kiri,

keduanya, atau bahkan normal. Pada beberapa kesempatan pemanjang QT interval

menunjukkan efek sekunder hipokalsemia pada sindrom di George. 5

Pada neonates dengan koartasio aortarctation aorta severe, pada EKG akan

menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan, karena ventrikel kanan yang secara

dominan memompa darah menuju ke aorta desending. Terlihat gelombang qR dari


kompleks QRS pada V1. Penigkatan tekanan sistemik pada aorta bagian

proksimal akan menyebabkan overload pada ventrikel kiri, yang akan

menimbulkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri yang ditandai dengan gelombang

R yang tinggi dan gelombang S yang dalam pada V1.5

b. Foto Rontgen Toraks

Koarktasio aorta sering didiagnosis melalui rontgen toraks. Pada bayi dan

anak rontgen toraks biasanya tampak normal. 2 tanda patognomonis dari rontgen

toraks adalah lekukan pada iga (rib notching) dan gambaran tanda 3 pada aorta

descenden proksimal. Rib notching disebabkan karena aliran kolateral arteri

interkostal posterior yang berdilatasi dan berliku-liku menyebabkan penekanan

ekstrinsik pada iga. Biasanya hal ini terjadi pada batas bawah iga ke-3 hingga iga

ke-8.

Hal ini secara bervariasi terjadi pada 75% dewasa namun jarang terjadi,

pada anak biasanya pada usia lebih dari 5 tahun. Lekukan dari tanda 3 atas
menggambarkan arteri subklavia kiri atau aorta tepat proksimal dari segmen yang

menyempit, sedangkan lekukan yang kedua menggambarkan dilatasi post stenotik

aorta distal terhadap koartasio.5

c. Ekokardiogram

Ekokardiografi memberikan informasi mengenai lokasi, struktur dan

luasnya Koartasio aorta, fungsi dan hipertrofi ventrikel kiri, hubungannya dengan

abnormalitas jantung, diameter pembuluh darah aorta dan supraaortic. Pada

ekokardiogram 2 dimensi akan terlihat arcus aorta terlihat pada pandangan

suprasternal, terdapat penyempitan segmen distal arteri subclavia kiri,

menyebabkan shelf di dinding posterior arkus serta hipoplastik arkus aorta distal.

Pada ekokardiogram berwarna dan Doppler menunjukkan gambaran khas: aliran

turbulensi sistolik dan diastolik di aorta desendens seperti gigi gergaji (seesaw).1

Gambar 5

Gambar 5. ekordiografi pada pandangan supra sternal, evaluasi Doppler

menunjukkan peak systolic gradient 67 mmHg pada tempat koartasio aorta, aliran
antegrade diastolic yang rendah dan disertai hipoplasi aorta descendens dibagian

abdominal

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Walaupun ekokardiografi merupakan modalitas yang lebih superior untuk

mendiagnosis kelainan jantung kongenital pada bayi dan anak, MRI terbatas untuk

anak yang lebih kecil karena perlunya sedasi dan anestesi. Teknik terbaru yang

memadukan dengan fase velocity mapping dapat digunakan untuk melengkapi alat

diagnostik meliputi kelaian morfologi dan informasi fisiologi Koartasio aorta. MRI

juga merupakan alat yang sempurna untuk pemeriksaan post operatif, tidak saja dapat

menemukan patologi utama dan aliran kolateral, namun juga dapat memeriksa

patologi sekunder, contohnya cangan aorta untuk dilatasi bila terdapat katup aorta

bikuspid.8
e. MRA (Magnetic Resonance Angiography)
MRA adalah visualisasi karakteristik pembuluh darah dengan

menggunakan pesawat MRI. (MRA) digunakan untuk menilai pembuluh darah

dengan tindakan noninvasif , termasuk aneurisma, diseksi, dan koarktasio.

Gambar MRA pada Koartasio Aorta


Saat ini, MRA berfungsi sebagai salah satu studi baris pertama untuk

evaluasi penyakit oklusi arteri dan untuk penyaringan aneurisma intracranial dan

dikonfirmasi atau diverifikasi dengan CTA, Studi berbasis kateter atau USG

Doppler. 9
Lesi Kongenital Baik digambarkan Dengan MRA, dimana pada koartasio

aorta muncul sebagai penyempitan dari distal aorta ke arteri subclavia kiri. Pada

MRA dapat dibedakan antara Coartasio dan pseudocoartasio.10


f. CT-Angiografi merupakan prosedur diagnostic untuk melihat gambaran pembuluh

darah lewat prosedur computerized tomografi dan menggunakan bahan kontras.1

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal

mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan

pengisian cukup (Paul Wood, 1958). Gagal jantung juga dikatakan sebagai suatu

sindroma dimana fungsi jantung berhubungan dengan penurunan toleransi latihan,

insidensi aritmia yang tinggi, dan penurunan harapan hidup (Jay Chon,

1988)..Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah

secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan


pada katub aorta/mitral. Pada pemeriksaan foto toraks seringkali

menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%),

terutama bila gagal jantung sudah kronis. Universitas Sumatera Utara

Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan,


11
LVH.

2. Insufisiensi Aorta

Regurgitasi aorta menyebabkan refluks darah dari aorta ke dalam ventrikel

kiri sewaktu relaksasi ventrikel. Pada prinsipnya jaringan perifer dan ventrikel kiri

bersaing untuk mendapatkan darah yang keluar dari ventrikel selama sistolik.2.12
3. Stenosis Aorta
Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu

sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel maka

beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya ventrikel kiri menjadi

hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebh tinggi untuk

mempertahankan perfusi ke perifer. Hipertrofi mengurangi daya regang dinding

ventrikrl dan dinding relaatif menjadi kaku. Kegagalan ventrikel progresif

mengganggu pengosongan ventrikel, curah jantung menurun dan volume

ventrikel bertambah. Akibatnya ventrikel mengalami dilatasi dan kadang-kadang

disertai regurgitasi fungsional katup mitral dan pada fase lanjut dapat disertai

kongesti paru-paru.2.12

Aorta asendens melebar dan ventrikel kiri membesar

4. VSD( Ventikular Septal Defect)


Ventricular septal defect (VSD) adalah cacat jantung

bawaan yang paling sering ditemukan dan dapat disertai adanya

kelainan kongenital lainnya. Kelainan ini pertama kali

digambarkan oleh Roger pada tahun 1879. Insidensi: 1,5 2 per

1000 kelahiran hidup. Gambaran umum yang sering dikaitkan

dengan VSD, adalah sebagai berikut: Gambaran jantung sedikit

membesar ke kiri. Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, A.

Pulmonalis melebar dengan konus pulmonalis yang menonjol.

H. PENATALAKSANAAN

Penanganan bayi yang muncul dengan gagal jantung meliputi pemberian infuse

prostaglandin E, intravena (akan membuka duktus arteriosus melalui proses kimiawi),

obat inotropik, diuretic, dan perawatan suportif lainnya. Angiplasti balon telah dilakukan,
terutama pada bayi yang sakit kritis namun koreksi bedah merupakan tindakan yang

paling sering dilakukan. Tindakan balon dan pemasangan stent pada anak besar dengan

koarktasio aorta juga tekah dilakukan, tetapi tindakan operasi tetap menjadi tatalaksana

yang paling sering dilakukan.13

I. KAJIAN ISLAM
J. KESIMPULAN

Kajian Islam

Al-Quran dan hadits merupakan pegangan hidup manusia. Di dalamnya, terdapat petunjuk

tentang berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk bidang medis. Di dalam al-Quran dan

hadits, kita dapat menemukan penggambaran yang akurat mengenai struktur anatomi, fisiologi,
prosedur operasi, pengobatan, pencegahan, maupun kesehatan dari segi spiritual. Salah satunya

adalah penjelasan tentang jantung, darah, sistem sirkulasi, dan betapa pentingnya hal-hal

tersebut.

Darah dan Sistem Sirkulasi

Dalam surat Al-Qaaf: 16 kita bisa lihat bagaimana deskripsi tentang dekatnya Allah dengan

manusia. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang

dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Urat leher

yang dimaksudkan dalam ayat tersebut ialah pembuluh darah yang terdapat di leher yaitu Vena

Jugular.

Pertanyaan yang kemudian timbul dari ayat ini ialah mengapa harus menganalogikan kedekatan

Allah dengan pembuluh darah? Lalu kenapa harus yang di leher? Sebegitu pentingkah pembuluh

darah tersebut?

Jika kita lihat secara anatomis, vena jugular membawa darah dari bagian kepala (otak,

kranium/tempurung kepala, wajah) dan leher untuk kembali ke jantung jadi bisa disimpulkan

betapa penting dan vitalnya pembuluh ini.

Bisa kita lihat dari ayat ini kalau pencipta Al-Quran (Allah SWT) benar-benar mengetahui

betapa pentingnya darah, pembuluh darah, serta sirkulasi darah di seluruh tubuh. Jika Allah tidak

mengetahui pentingnya darah, pasti analogi yang digunakan bukanlah pembuluh darah yang

notabenenya berfungsi untuk mengalirkan darah. Lalu jika Allah tidak mengetahui sirkulasi

darah di seluruh tubuh, buat apa Allah men-spesifikasi-kan analoginya dengan pembuluh darah

di leher?
Pembuluh darah besar lainnya yang disebutkan dalam Quran ialah Al-Aatiin (aorta). Aorta

merupakan pembuluh darah besar yang mengalirkan darah langsung dari jantung untuk

disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam Surat Al Haqqah ayat 45 dan 46 Allah berfirman:

Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami

potong urat tali jantungnya.

Maksud dari ayat tersebut ialah jika Rasulullah SAW berdusta terhadap Allah maka sanksi yang

akan diberikan ialah pemotongan pembuluh darah yang keluar dari jantungnya (aorta) sehingga

kematian adalah hasil akhirnya.

Aorta memiliki aliran darah yang cepat karena tekanannya langsung berasal dari kontraksi

jantung, selain itu volume darahnya masih sangat banyak (hanya punya 1 percabangan kecil

yaitu koroner) oleh karena itu ketika aorta dipotong maka konsekuensinya ialah akan terjadi

pendarahan yang sangat hebat lalu syok dan dengan mudahnya dapat menimbulkan kematian.

Ayat ini menjelaskan bahwa: 1. Darah dipandang sebagai suatu kendaraan untuk hidup, 2.

Arteri yang langsung berasal dari jantung (aorta) penting untuk mempertahankan hidup.

Jantung

Jantung disebutkan beberapa kali di Al-Quran dan hadits. Perbedaan keadaan jantung

(seringkali kata heart diartikan sebagai hati dalam teks Indonesia) digambarkan di Al-Quran

menjadi tiga: keadaan jantung orang mukminin, kafirun, dan munafiqun. Orang-orang mukminin

digambarkan memiliki jantung yang hidup, orang kafir memiliki jantung yang mati, sedangkan

orang munafik memiliki jantung yang sakit.

Dua tipe jantung yang dijelaskan dalam Quran yaitu jantung secara spiritual dan fisik.
Para ulama menyatakan terdapat 2 tipe dari jantung spiritual: syubhat (keragu-raguan karena

suatu hal yang dalilnya masih dalam pembicaraan atau masih ada perselisihan, maka lebih baik

menghindari hal tersebut sebagai bentuk kehati-hatian) dan syahwat/nafsu yang ketika berlebihan

maka akan membawa keburukan. Emosi, tingkah laku, pengetahuan, penyakit, keinginan,

kejujuran, aksi dan reaksi semuanya berakar pada jantung. Dengan demikian, peranan jantung di

dalam Islam tidak hanya dipandang secara fisiologi tetapi juga dari sisi psikologi.

Al-Quran dan hadits menganalogikan jantung sebagai pengatur emosi sehingga menjadikan

jantung memiliki banyak karakteristik yang pada kedokteran modern dianggap berasal dari otak.

Selain memandang jantung dari sisi psikologis, Islam juga memandang jantung dari segi

anatomis dan fisiologis.

There is in the body a clump of flesh if it becomes good, the whole body becomes good and if

it becomes bad, the whole body becomes bad. And indeed it is the heart.

-Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka

akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya.

Segumpal daging itu bernama qolbu!- (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa ternyata jantung merupakan kumpulan otot (segumpal

daging) dan bukannya cair seperti darah ataupun padat dan keras seperti tulang.

Terdapat juga hadits yang menggambarkan tentang proses operasi jantung, ekstraksi

(pengeluaran) gumpalan darah/trombus, dan juga penanganan penyakit jantung.

Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara angkat)

menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang lelaki-mereka mengenakan
baju putih- dengan membawa baskom yang terbuat dari emas penuh dengan es (zam-zam).

Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah dadaku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan

membedahnya, lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya.

Kemudian keduanya membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih.

Pendeskripsian mengenai proses operasi ini membutuhkan keilmuan di bidang anatomi jantung,

fisiologi jantung, dan efek buruk trombus/gumpalan darah.

Penyakit kardiovaskular

Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di Al-Quran dan hadits, gaya hidup yang diajarkan

disana dapat menurunkan secara drastis kemungkinan seseorang mendapatkan penyakit

kardiovaskular seperti penyakit jantung, penggumpalan darah, atherosklerosis, maupun

arteriosklerosis dengan cara meningkatkan aktivitas spiritual, makan tidak berlebihan (cukup),

kegiatan fisik yang cukup, mengurangi marah dan dengki, menghindari sifat rakus, dan tidak

memakan makanan dan minuman yang diharamkan.

Muslim melakukan shalat wajib 5x sehari, terdiri dari gerakan berdiri, sujud, dan duduk. Ketika

melakukan shalat, Allah menyuruh kita untuk tidak melakukannya dengan bermalas-malasan.

Orang yang melakukan shalat secara bermalas-malasan tidak akan mendapatkan keuntungan

apapun baik dari sisi spiritual maupun fisik untuk kesehatannya. Jumlah sujud bervariasi dari

waktu sahalat satu dengan yang lain sehingga jumlah gerakan fisik pun menjadi turut berbeda.

Terdapat peningkatan jumlah sujud dari pagi-malam sesuai dengan aktivitas yang dilakukan

manusia. Ketika siang-sore seseorang biasanya makan dengan porsi lebih banyak, dengan

melakukan aktivitas yang cukup pada saat tersebut dapat membantu mempercepat pencernaan

makanan dan dalam jangka panjang dapat mengurangi peluang terbentuknya trombus. Rasulullah
SAW menasehati kita untuk tidak segera tidur dan melakukan aktivitas yang berlebihan setelah

makan.

Gerakan ketika shalat juga dapat mencegah terjadinya pembentukan thrombosis pada vena dalam

(Deep Vein Thrombosis). Gerakan berdiri dan duduk yang dilakukan berulang-ulang sepanjang

hari dapat mengaktifkan muscle pump (otot rangka yang membantu memberikan tekanan ke

pembuluh darah untuk mengembalikan darah ke jantung) di bagian kaki (seperti gastrocnemius

dan soleus) yang mampu meningkatkan venous return (kembalinya darah dari vena ke jantung)

ketika berdiri dan memindahkan darah dari vena perifer (tepi) ke vena sentral sehingga dapat

mencegah terjadinya edema (pembengkakan) dan pembentukan trombus.

Selain itu Rasulullah SAW juga menyarankan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan-

makanan seperti ikan yang rendah lemak dan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, dan

juga biji-bijian yang memiliki serat yang tinggi.

Kolesterol yang tinggi dapat memicu timbulnya kerusakan pada pembuluh darah, seperti

penyakit jantung koroner akibat atherosklerosis.

Allah melarang kita untuk memakan daging babi dan alkohol. Dengan mengkonsumsi daging

babi, seseorang beresiko terkena penyakit seperti trichinella dan taeniasis, selain itu kandungan

lemak dan kalorinya juga tinggi. Walaupun Allah mengakui adanya manfaat dari alkohol, tapi

Allah menyatakan bahwa mudharat/keburukannya lebih banyak daripada manfaatnya jika

dikonsumsi. Alkohol dapat mengakibatkan efek buruk pada banyak organ, seperti liver, usus,

lambung, pankreas, jantung, dan otak.

Jadi, dengan mengikuti gaya hidup yang disarankan oleh Quran dan hadits dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya berbagai penyakit kardiovaskular.


Kesimpulan yang dapat diambil ialah:

Al-Quran dan hadits tidak hanya bersifat religious dan spiritual tapi juga keilmiahan.

Jantung digambarkan di Quran dan hadits sebagai organ secara psikologi dan fisik.

Jantung, darah dan pembuluhnya, dan sistem sirkulasi sudah tercantum dengan begitu

apiknya dengan pemahaman tingkat tinggi di Al-Quran jauh sebelum penelitian para ilmuwan.

Banyak terdapat cara untuk menghindari penyakit kardiovaskular yang sudah diketahui sejak

dulu kala bahkan sebelum para ilmuwan mengetahui penyakit tersebut terlebih patomekanisme

penyakit itu.

Você também pode gostar