Você está na página 1de 11

BAB 1 PENDAHULUAN

Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang memiliki aktivitas
menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai
rangsangan yang mencakup lukaluka fisik, infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi
(Houglum et al, 2005). Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua
golongan, yaitu obat antiinflamasi golongan steroid dan obat antiinflamasi non steroid.
Mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid terutama bekerja
menghambat pelepasan prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera (Gunawan, 2007).
Obatobat antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh masyarakat adalah antiinflamasi non
steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS biasanya menyebabkan efek samping berupa iritasi
lambung.

Tanaman yang biasanya digunakan masyarakat untuk antiinflamasi antara lain daun jambu biji,
kunyit, daun kumis kucing, daun dewa, dan biji kelabet. Pada penelitian ini digunakan biji
kelabet yang secara empiris dapat menurunkan bengkak atau inflamasi. Adapun kandungan dari
biji kelabet adalah alkaloid, trigonellina, saponin, steroidal, flavonoid, diosgenin (Evans, 2000).
Kandungan flavonoid ini yang diduga berperan pada proses antiinflamasi, karena kerjanya
menghambat prostaglandin. Berdasarkan penelitian terdahulu, selain digunakan sebagai
antiinflamasi biji kelabet juga berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah,
spermatogenesis tikus jantan.

Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu pada obat yang menekan
inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek samping steroid. Berbeda dengan steroid yang
bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakhidonat pada membran sel, obat AINS secara
umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi
(Wilmana, 1995). Selain efektif untuk mengurangi nyeri dan demam, AINS juga digunakan
untuk mengatasi gejala-gejala arthritis, encok, bursitis, nyeri haid, dan sakit kepala (Columbia
Encyclopedia, 2005). Umumnya obat AINS yang digunakan untuk terapi rheumatoid arthritis,
bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, dan mencegah edema akibat pengaruh prostaglandin
(Wilmana, 1995)

Mekanisme kerja AINS yang berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin, mulai
dilaporkan oleh Vane dkk. (1971 dalam Wilmana, 1995) yang memperlihatkan secara in vitro
bahwa dosis rendah aspirin dan indomethacin menghambat produksi enzimatik prostaglandin.
Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa prostaglandin akan dibentuk ketika sel mengalami
kerusakan
PEMBAHASAN

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan
jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen
pencedera maupun jaringan yang cedera itu. Inflamasi (peradangan) merupakan reaksi kompleks
pada jaringan ikat yang memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen. Dalam
arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang
diakibatkan oleh kerusakan sel.

Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia, dan pengaruh
fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat
yang mengalami cedera atau terinvasi agar dapat mengisolasi, menghancurkan, atau
menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan untuk
proses penyembuhan.

Respons inflamasi terjadi dalam tiga fase dan diperantarai oleh mekanisme yang berbeda :

a. fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler.

b. reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel leukosit dan fagosit.

c. fase proliferatif kronik, dengan ciri terjadinya degenerasi dan fibrosis

Respon antiinflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan


migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah:

1. Kemerahan (rubor) Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan darah
ke daerah tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera

2. Rasa panas (kalor) Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa
panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain
di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila
terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan

3. Rasa sakit (dolor) Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal: (1) adanya
peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang
dapat menimbulkan rasa nyeri, (2) adanya pengeluaran zat zat kimia atau mediator nyeri
seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf saraf perifer di
sekitar radang sehingga dirasakan nyeri

4. Pembengkakan (tumor) Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang
disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran
darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar
dari pembuluh darah ke ruang interstitium
5. Fungsiolaesa Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi
dan sekitarnya akibat proses inflamasi.

Anti Inflamasi Steroid


Obat ini merupakan antiinflamasi yang sangat kuat. KarenaObat-obat ini menghambat enzim
phospholipase A2 sehinggatidak terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat tidakterbentuk
berarti prostaglandin juga tidak akan terbantuk. Namun, obat anti inflamasi golongan ini
tidak boleh digunakanseenaknya. Karena efek sampingnya besar. Bisa menyebabkan moon
face, hipertensi, osteoporosisdll.

enya!a steroid adalah senya!a golongan lipid yangmemiliki stuktur kimia tertentu yang
memiliki tiga "in"insikloheksana dan satu "in"in siklopentana. uatu molekul steroidyang
dihasilkan se"ara alami oleh korteks adrenal tubuh dikenaldengan nama senya!a
kortikosteroid.

Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu


glukokortikoid danmineralokortikoid. #lukokortikoid memiliki peranan padametabolisme
glukosa, sedangkan mineralokortikosteroidmemiliki retensi garam. $ada manusia,
glukortikoid alami yangutama adalah kortisol atau hidrokortison,
sedangkanmineralokortikoid utama adalah aldosteron. elain steroid alami,.telah banyak
disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasukgolongan obat yang penting karena se"ara
luas digunakanterutama untuk pengobatan penyakit-penyakit inflasi. %ontohantara lain
adalah deksametason, prednison, metil prednisolon,triamsinolon dan
betametason.Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan
mineralkortikoid yangdisekresi dari bagian terluarzona glomerulosa pada
bagiankorteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadaptubulusdistal dan collecting
ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan
penyerapankembali partikel air ,ion,garam olehginjal dansekresi potasium pada saat yang
bersamaan. +al inimenyebabkan peningkatan olume dantekanan darah.Kortikosteroid
bekerja dengan mempengaruhi ke"epatansintetis protein. olekul hormon memasuki sel
mele!atimembran plasma se"ara difusi pasif. +anya di jaringan targethormon ini bereaksi
dengan reseptor protein yang spesifik dalamsitoplasma sel dan membentuk kompleks
reseptor-steroid.Kompleks ini mengalami perubahan komformasi, lalu bergerakmenuju
nukleus dan berikatan dengan kromatin. 'katan inimenstimulasi transkripsi NA dan
sintetis protein spesifik.
i'nduksi sintetis protein ini yang akan menghasilkan efekfisiologik steroid
.Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagimenjadi 1
oKortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh 32 jam, yangtermasuk golongan ini adalah
kortisol4hidrokortison, kortison,kortikosteron, fludrokortison
oKortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 32 5 6) jam,yaitu metilprednisolon, prednison,
prednisolon, dantriamsinolon.
oKortikosteroid kerja lama dengan masa paruh 76) jam, adalah parametason, betametason dan
deksametason.
Obat antiinfamasi steroidAdapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid

adalah menghambat enzimospoliase sehingga menghambat pembentukan


prostaglandin maupun leukotrien.Penggunaan obat antiinfamasi steroid dalam jangka
waktu lama tidak bolehdihentikan secara tiba-tiba, e ek sampingna cukup banak
dapat menimbulkantukak lambung, osteoorosis, retensi cairan dan gangguan
elektrolit.!ontoh obat antiinfamasi steroid diantarana, hidrokortison, deksametason,
metilprednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison,
fuosinolonasetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fuokortolon. Penakit lain
angdapat diobati dengan anti infamasi diantarana, artritis rematoid, demam
rematikdan peradangan.

Mekanisme Kerja Anti Inflamasi Steroid


Kortikosteroid kerja sedang

etilprednisolon/eksametason adalah suatu glukokortikoid sintetis yangmemiliki efek


antiinflamasi, antialergi dan anti sho"k yangsangat kuat, di samping sebagai antirematik.
8idakmenimbulkan efek retensi natrium dan dapat diterima oleh tubuhdengan baik.
Adrenokortikoid:
ebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi mele!atimembran dan membentuk
komplek dengan reseptor sitoplasmikspesifik. Komplek tersebut kemudian memasuki inti
sel, berikatan dengan /NA, dan menstimulasi rekaman messengerNA &mNA* dan
selanjutnya sintesis protein dari berbagaienzim akan bertanggung ja!ab pada efek
sistemikadrenokortikoid. Bagaimanapun, obat ini dapat menekan perekaman mNA di
beberapa sel &"ontohnya1 limfosit*.
Efek Glukokortikoid:
Anti-inflamasi &steroidal*
lukokortikoid menurunkan atau men"egah respon jaringanterhadap proses inflamasi, karena itu
menurunkan gejalainflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.#lukokortikoid menghambat
akumulasi sel inflamasi, termasukmakrofag dan leukosit pada lokasi inflamasi.
etilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal,sintesis dan atau
pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi.eskipun mekanisme yang pasti belum diketahui
se"aralengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag ,
menghambat lokalisasi makrofag1reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang terinflamasi
danmengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler,menghambat pembentukan edema dan
migrasi leukosit: danmeningkatkan sintesis lipomodulin
(macrocortin)
, suatuinhibitor fosfolipase A
2-mediasi pelepasan asam arakhidonatdari membran fosfolipid, dan hambatan selanjutnya
terhadapsintesis asam arakhidonat-mediator inflamasi deriat&prostaglandin, tromboksan dan
leukotrien*. Kerjaimmunosupresan juga dapat mempengaruhi efek antiinflamasi.
2.3. Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS)

Obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), yaitu merupakan kelompok obat untuk
mendapatkan efek analgetika, antipiretika, dan anti-inflamasi. OAINS
merupakan pengobatan dasar untuk mengatasi peradangan-peradangan di
dalam dan sekitar sendi seperti lumbago, artralgia, osteoartritis (nyeri sendi
pada bagian lutut), artritisreumatoid, dan goutartritis. Sehingga secara
pengenalan masyarakat awam, OAINS merupakan obat anti nyeri rematik

Obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) serta obat analgesik antipiretik


merupakan kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat obat ini ternyata memiliki
banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Kemajuan
penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi penjelasan mengapa
kelopmpok heeterogen tersebut memiliki banyak kesamaan efek terapi dan
efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya
berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). (Bagian
Farmakologi Universitas Indonesia. 1995)

2.3.1. Mekanisme Kerja Obat Anti Inflamasi Nonsteroid

Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer
maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam
keadaan patologis, misalnya inflamasi, nosiseptor menjadi sensitif bahkan
hipersensitif. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan berbagai jenis
mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, histamin dan sebagainya.

Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya


nyeriAINS mampu menghambat sintesis prostaglandin dan sangat bermanfaat
sebagai antinyeri.bahwa efek terapi maupun efek samping obat obat ini sebagian
besar tergantung dari penghambatan biosintesis PG. Mekanisme kerja yang
berhubungan dengan sistem biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971
oleh Vane. Efek terapi dan efek samping AINS berhubungan dengan mekanisme
kerjasediaan ini pada enzim cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-
2) yang dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin.

2.3.2. Jenis Obat Anti Inflamasi Non Steroid

Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling


banyak dikonsumsi di seluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetika,
antipiretika, dan anti-inflamasi. OAINS merupakan pengobatan dasar untuk
mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi seperti lumbago,
artralgia, osteoartritis, artritis reumatoid, dan gout artritis. Menurut waktu
paruhnya, OAINS dibedakan menjadi:

1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat,
asam meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat,
diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.
2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen.

3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan
naproksen

. 4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam,meloksikam,


dan tenoksikam.

6. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu fenilbutazon
dan oksifenbutazon.

Klasifikasi Kimiawi Obat Anti Inflamasi Non Steroid: Nonselective


Cyclooxygenase Inhibitors

1. Derivat asam salisilat: aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal, cholin


magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine Universitas Sumatera Utara

2. Derivat para-aminofenol: asetaminofen

3. Asam asetat indol dan inden: indometasin, sulindak

4. Asam heteroaryl asetat: tolmetin, diklofenak, ketorolac

5. Asam arylpropionat: ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen, fenoprofen,


oxaprozin

6. Asam antranilat (fenamat): asam mefenamat, asam meklofenamat

7. Asam enolat: oksikam (piroksikam, meloksikam)

8. Alkanon: nabumeton

2.3.3. Aspek Farmakodinamik Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Semua OAINS bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Antipiretik yaitu


memiliki kemampuan menurunkan panas, analgesik memiliki kemampuan
mengurangi nyeri, dan anti inflamasi yaitu kemampuan mengobati nyeri radang.

2.3.3.1 Efek Analgesik Sebagai analgesik,

OAINS hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang,
misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dismenorea dan juga efektif terhadap
nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya
jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi OAINS tidak menimbulkan
ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk
menimbulkan efek analgesik, OAINS bekerja pada hipotalamus, menghambat
pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.
2.3.3.2 Efek Antipiretik

Temperatur tubuh secara normal diregulasi oleh hipotalamus. Demam terjadi bila
terdapat gangguan pada sistem thermostat hipotalamus. Sebagai antipiretik,
OAINS akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Penurunan
suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena
pelebaran pembuluh darah superfisial. Antipiresis mungkin disertai dengan
pembentukan banyak keringat. Universitas Sumatera Utara Demam yang
menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan
prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri
pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Aspirin dan OAINS lainnya
menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun
respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur
kembali thermostat di hipotalamus dan memudahkan pelepasan panas dengan
jalan vasodilatasi.

2.3.3.3 Efek Anti-inflamasi

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi
yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi
radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi.
Meskipun semua OAINS memiliki sifat analgesik, antipiretik dan antiinflamasi,
namun terdapat perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut. Salisilat
khususnya aspirin adalah analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas
digunakan. Selain sebagai prototip OAINS, obat ini merupakan standar dalam
menilai OAINS lain. OAINS golongan para aminofenol efek analgesik dan
antipiretiknya sama dengan golongan salisilat, namun efek anti-inflamasinya
sangat lemah sehingga tidak digunakan untuk anti rematik seperti salisilat.
Golongan pirazolon memiliki sifat analgesik dan antipiretik yang lemah, namun efek
anti-inflamasinya sama dengan salisilat.

2.3.4. Efek Samping Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Selain menimbulkan efek terapi yang sama, OAINS juga memiliki efek samping
yang serupa. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung
atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan
saluran cerna. Mekanisme kerusakan pada lambung oleh OAINS terjadi melalui
berbagai mekanisme. OAINS menimbulkan iritasi yang bersifat lokal yang
mengakibatkan Universitas Sumatera Utara terjadinya difusi kembali asam
lambung ke dalam mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan.

Selain itu OAINS juga menghambat sintesa prostaglandin yang merupakan salah
satu aspek pertahanan mukosa lambung disamping mukus, bikarbonat, resistensi
mukosa, dan aliran darah mukosa. Dengan terhambatnya pembentukan
prostaglandin, maka akan terjadi gangguan barier mukosa lambung, berkurangnya
sekresi mukus dan bikarbonat, berkurangnya aliran darah mukosa, dan
terhambatnya proses regenerasi epitel mukosa lambung sehingga tukak lambung
akan mudah terjadi

Efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit dengan akibat perpanjangan
waktu perdarahan. Ketika perdarahan, trombosit yang beredar dalam sirkulasi
darah mengalami adhesi dan agregasi.

OAINS juga dapat menyebabkan reaksi kulit seperti erupsi morbiliform yang ringan,
reaksi-reaksi obat yang menetap, reaksi-reaksi fotosensitifitas, erupsi-erupsi
vesikobulosa, serum sickness, dan eritroderma exofoliatif. Hampir semua OAINS
dapat menyebabkan urtikaria terutama pada pasien yang sensitif dengan aspirin.

Pada sistem syaraf pusat, OAINS dapat menyebabkan gangguan seperti, depresi,
konvulsi, nyeri kepala, rasa lelah, halusinasi, reaksi depersonalisasi, kejang, dan
sinkope. Pada penderita usia lanjut yang menggunakan naproksen atau ibuprofen
telah dilaporkan mengalami disfungsi kognitif, kehilangan personalitas, pelupa,
depresi, insomnia, iritasi, rasa ringan kepala, hingga paranoid

2.4 Meloksikam Meloksikam

merupakan obat anti inflamasi non steroid (non steroidal antiinflammatory drugs
(NSAID) turunan piroksikam yang umum digunakan pada pengobatan osteoarthritis
dan rheumatoid arthritis. Meloksikam bekerja dengan mengurangi hormon yang
menyebabkan inflamasi dan rasa sakit di dalam tubuh.

Meloksikam menghambat sikloksigenase (COX), maka enzim yang bertanggung


jawab untuk mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin H 2 - langkah
pertama dalam sintesis prostaglandin , yang merupakan mediator inflamasi.

Secara umum, efek samping yang paling umum dengan NSAID berhubungan
dengan saluran pencernaan (GI) dan termasuk mual, muntah, sakit perut , diare
dan gas. Untuk mencegah efek samping yang umum, direkomendasikan bahwa
kebanyakan meloksikam dikonsumsi sesudah makan atau minum susu. Meloksikam
dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung NSAID juga dapat mengganggu
fungsi ginjal atau melukai ginjal. Efek samping umum lainnya meloksikam adalah
sakit kepala, kelelahan berkaitan dengan anemia (rendahnya jumlah sel darah
merah), nyeri sendi, sakit punggung, insomnia, gatal, ruam kulit, infeksi kandung
kemih dan infeksi saluran pernapasan bagian atas

Ada beberapa nama dagang dari meloksikam di pasaran, antara lain Artrilox, Loxic,
Loxinic, Meloxicam, Meloxin, Mevilox, Mexpharm, Mobiflex, Movicox, Moxam, Moxic,
Nulox, Ostelox, X-cam, dan Artricom

2.5 Captopril
Captopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal
jantung dan merupakan golongan Angiotensin Converting Enzyme" (ACE) Inhibitor.

Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan


cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, captopril akan menghambat kerja
ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi,
penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjalmensekresi natrium dan cairan serta
mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan
mengakibatkan peningkatan kerja jantung

Captopril memiliki indikasi untuk hipertensi berat hingga sedang, untuk gagal
jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan
digitalis, dalam hal ini pemberian captopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.
Universitas Sumatera Utara Sedangkan kontra indikasinya, bagi penderita yang
hipersensitif terhadap captopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien
mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Captopril memiliki efek samping bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang terlalu
lama ataupun dikonsumsi oleh penderita dengan gangguan penyakit lainnya yaitu
captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan
pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Efek samping ini terutama terjadi
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3
bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena
penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung
leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama
pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda
infeksi akut (demam, faringitis) pemberian captopril harus segera dihentikan
karena merupakan petunjuk adanya neutropenia

Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal,
sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya
harus dilakukan dengan hati-hati.

2.6 Warfarin

Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang
berperan dalam pembekuan darah. Ia bekerja di hati dengan menghambat
karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya. Efek anti koagulan dari warfarin
membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan
darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.

Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk,
tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk
pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan,
penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara
berkala.
Indikasi dari warfarin adalah untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi
tromboembolik yang dihubungkan dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup
jantung.

Kontraindikasi dari warfarin adalah semua keadaan di mana resiko terjadinya


perdarahan lebih besar dari keuntungan yang diperoleh dari efek anti koagulannya,
termasuk pada kehamilan, kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias.
Selain itu efek samping dari obat ini dapat menyebabkan pendarahan dari jaringan
atau organ, nekrosis kulit dan jaringan lain, alopesia, urtikaria, dermatitis, demam,
mual, diare, kram perut, hipersensitivitas dan priapismus.

2.7 Digoxin

Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai
obat memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat
dan dengan irama yang lebih teratur. Digoxin memiliki indikasi untuk mengobati
gagal jantung kongestif, juga digunakan untuk mengobati fibrilasi atrial, gangguan
irama jantung pada atrium (serambi bagian atas jantung yang membiarkan darah
mengalir ke jantung).

Efek Samping dari penggunaan obat ini biasanya dalam kaitan dengan keracunan
Digoxin atau kelebihan dosis dan biasanya Digoxin dapat diterima dengan baik
apabila diberikan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan untuk gagal jantung
kongestif. Tanda tanda keracunan Digoxin antara lain, yaitu anoreksia, diare, dan
sakit di bagian perut biasanya merupakan tanda-tanda pertama dari keracunan
Digoxin. Tanda-tanda lain dari keracunan Digoxin yaitu sakit kepala, kelelahan, sakit
di bagian wajah, kelemahan, kepeningan, kebingungan mental, gangguan
penglihatan (mengaburkan penglihatan, gangguan warna), racun dapat
menyebabkan efek yang serius memperburuk gagal jantung. Selain itu dapat
menimbulkan reaksi hipersensitif yang agak jarang terjadi.

2.8 Aspirin

Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa


glikosida, aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat
disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida
asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer,
Jerman

Dalam tablet aspirin komersil sering kali masih terdapat asam salisilat didalamnya,
juga ada tablet yang kadar aspirinnya tidak memenuhi standar, karena itu perlu
diuji kandungannya dengan uji FeCl3 dan diuji kadarnya dengan titrasi asam basa.
Pada percobaan ini aspirin komersil masih mengadung asam salisilat sedangkan
kandungannya adalah 66,15 % yang berarti telah memenuhi kadar kelayakan
aspirin dalam sediaan farmasi oral menurut standar FDA. Indikasi aspirin adalah
untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan
nyeri otot serta menurunkan demam

2.9 Cimetidine

Cimetidine adalah antihistamin penghambat reseptor H2 secara selektif dan


reversibel. Penghambatan reseptor H2 akan menghambat sekresi asam lambung,
baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan,
histamin, pentagastrin, insulin dan kafein

Pada pemberian oral cimetidine diabsorbsi dengan baik dan cepat, tetapi sedikit
berkurang bila ada makanan atau antasida.Kadar puncak dalam plasma dicapai
dalam 1 2 jam setelah pemberian, dengan waktu paruh 2 3 jam. Cimetidine
diekskresikan sebagian besar bersama urin dan sebagian kecil bersama feses.
Cimetidine digunakan untuk penderita tukak lambung dan duodenum, refluks
esopagitis dan keadaan hipersekresi patologis. Cimetidine mampu menghilangkan
rasa nyeri dengan cepat, baik nyeri siang hari maupun malam hari. Bila cimetidine
diberikan, antasida boleh diberikan juga untuk menambah kemampuan
penghambatan sekresi asam postprandial atau netralisasi. Pada pasien-
pasiendengan sekresi asam yang sangat tinggi, mungkin diperlukan kombinasi
cimetidine,antasida dan obat antikolinergik.

DAPUS

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25708/3/Chapter%20II.pdf

https://www.scribd.com/doc/273481306/Anti-Inflamasi-Steroid

http://digilib.unila.ac.id/2285/11/Bab%20II.pdf

http://biosains.mipa.uns.ac.id/C/C0501/C050102.pdf

http://repository.wima.ac.id/1035/2/BAB%201.pdf

Você também pode gostar