Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam
keadaan sehat walafiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada
Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan
bagi ummat-Nya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai
PEMANFAATAN MIKORIZA DALAM BIDANG PERTANIAN karena
sebagai seorang mahasiswa saintist maka kita perlu mengetahui hal ini.
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan-Nya tentang PEMANFAATAN MIKORIZA DALAM
BIDANG PERTANIAN. Saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu
juga dengan manusia sendiri.
Lasinrang Aditia
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan .............................................................................................
B. Perkembangan Mikoriza di Daerah Tropis ................................................
C. Mikoriza dan Pertumbuhan Tanaman .......................................................
D. Peran Mikoriza pada Perbaikan lahan Kritis .............................................
A. Pendahuluan .............................................................................................
B. Produksi Inokulum secara Komersial........................................................
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
I. PENDAHULUAN
akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat
pertumbuhan dan produksi tanaman telah banyak dilaporkan dan dari hasil
penelitian belakangan ini banyak laporan yang memuat aplikasi dan usaha
ke dalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel
Selain itu akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam
bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada
mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah
menjadi fosfat organik yang dapat diserap oleh sel tanaman. Efisiensi
singkong pada tanaman yang tidak bermikoriza kurang dari 2 gr, sedangkan
Rusaknya jaringan kortek akibat kekeringan dan matinya akar tidak permanen
pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan air, akar
yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa
jamur mampu menyerap air yang ada pada pori pori tanah saat akar tanaman
tidak mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang sangat luas di dalam
tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar
karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak
cocok bagi pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang dapat
akar (Max, 1982). Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jamur
Pea root cortex infected by the mycorrhizal fungus Glomus intraradices (A) and a
Rhizobium leguminosarum bv viciae induced infection thread in a vetch-root hair (B).
The AM fungus has entered the root intercellularly and it has formed an arbuscle [(A),
Trypan blue staining]. In contrast, Rhizobium enters its host plant intracellularly via an
infection thread [(B), Vetch-root hair with an infection thread containing
R.leguminosarum bv viciae bacteria expressing green fluorescent protein (GFP) (Spaink
et al., 1998)].
Penelitian mengenai mikoriza telah mulai banyak dilakukan, bahkan
usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan
Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa FMA dapat membantu
terhadap kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya
bidang agribisnis.
dalam skala besar masih sulit. Twn (2003) juga menyampaikan bahwa dalam
penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu untuk
tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama mikoriza pertama kali
dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Frank pada tanggal 17 April 1885. Tanggal
ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza.
Nuhamara (1993) mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas
antara suatu autobion/tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion
dalam ruang dan waktu. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara
beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas, baik dalam hal
artictundra sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai ke
dan endomikoriza (Rao, 1994). Namun ada juga yang membedakan menjadi 3
kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 bentuk tersebut
tidak sampai masuk kedalam sel tapi berkembang diantara sel kortek akar
jaringan hifa cendawan masuk kedalam sel kortek akar dan membentuk struktur
yang khas berbentuk oval yang disebut vesicle dan sistem percabangan hifa yang
micorrhizae (FMA ).
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis
jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektonikoriza. Namun
pada umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan
kedua jenis tadi, yaitu ektendomikoriza (Harley and Smith 1983) Jamur
sel korteks. Susunan hifa di sekeliling sel korteks ini disebut jaring Hartig.
pada permukaan akar yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan
pohon.
1. ENDOMIKORIZA
kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut
dengan hampir 90 % spesies tanaman tingkat tinggi, salah satunya adalah FMA
Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder
membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga
FMA dengan akar tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada keadaan tidak
ada tanaman inang, hifa yang terbentuk dari spora sebelum simbiosis
(presimbiotik) berhenti tumbuh dan akhirnya mati. Adanya akar tanaman inang,
jamur melalui hifanya akan kontak dengan tanaman inang dan mulai proses
simbiotik. Fase kontak dimulai dengan kejadian seperti pertentangan
pertumbuhan jamur dengan akar tanaman, pola percabangan akar baru, dan
dalam siklus hidup FMA . Hal ini diinterpretasikan sebagai kejadian kunci bagi
pengenalan interaksi yang berhasil dengan bakal calon tanaman inang. Fase
kontak aka n di ikuti de n ga n fase simbi o tik. Se jak fase i tu, jam ur
interseluler dan intraseluler, vesikula, dan arbuskula. Aspek morfologi fase itu
secara luas dapat dilacak dengan amenggunakan kombinasi mikroskop sinar dan
elektron.
hifa) di dalam sel korteks, dipisahkan dari sitoplasma inang oleh membran sel
Gigasporineae. Sub ordo Glomineae terdiri dari dua famili yaitu Glomaceae
dan Read, 1997). Cendawan itu bersimbiosis dengan tanaman yang termasuk ke
spora.
ARBUSKULA adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti
sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur
ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa
lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel
inang.
metabolik per meter akar berkurang dengan waktu, sedangkan hifa mempunyai
area permukaan lebih besar sesudah 63 hari setelah tanam (Smith dan Smith,
1995). Arbuskula menyediakan area permukaan yang lebih luas untuk pertukaran
metabolik. Arbuskula merupakan struktur FMA yang bersifat labil di dalam akar
bahan makanan dan intensitas radiasi matahari (mosse, 1981; Brundrett, 2003).
reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain dibentuk secara interseluler ada
melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan
daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul.
Jika suplai metabolik dari tanaman inang berkurang, cadangan makanan itu akan
adalah dua genus yang tidak membentuk vesikula di dalam akar. Oleh karena itu,
ada dua pendapat yaitu ada yang menyebut cendawan mikoriza vesikula-
arbuskula dan ada pla yang menggunakan istilah FMA . Nama vesikula-arbuskula
sel-sel korteks dan vesikula yang terdapat di dalam atau di antara sel-sel korteks
berkembang di luar akar. Hifa ini berfungsi menyerap hara dan air di dalam
tanah. Adanya hifa eksternal yang berasosiasi dengan tanaman akan berperan
menyerap hara dan air dalam jangkauan yang lebih jauh. (Mosse, 1981).
Distribusi hifa eksternal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan abiotik dan
biotik seperti sifat kimia, fisika tanah, kandungan bahan norganik , mikroflora
dengan hifa yang ada di dalam akar tanah. Spora terdapat pada ujung hifa
kelembaban tanah serta kadar bahan organik (Jolocoeur dkk, 1998). FMA
mempunyai peran biologis yang cukup penting khususnya bagi tanaman yaitu (1)
unsur hara. Unsur hara yang diserap tanaman yang terinfeksi FMA terutama P,
1992 ; David dan Nilsen, 2000). Selain itu juga Quimet dkk (1996)
penyerapan NH4+ dan NO3- serta Mg. Ruiz Lozano , dkk (1995) menyatakan
anorganik.
tanah dan juga dapat membantu pertumbuhana tanaman pada tanah yang
patogen tanah (Quimet dkk, 1996). Lignifikasi dinding sel tanaman inang akan
sehingga tanaman lebih tanahn terhadap serangan karena senywa tersebut dapat
oleh FMA melalui satu atau lebih mekanisme antara lain : (a) meningkatkan hara
tanaman, (b) kompetisi pada fotosintat inang dan daerah infeksi, (c) perubahan
morfologi pada akar dan jaringan akar, (d) perubahan pada unsur kimia dan
FMA tanaman disamping perannya dalam pelapukan hara tanah juga berperan
dalam sklus biokimia melalui pertukaran rasio konsentrasi unsur hara antara
tanah, FMA , dengan tanaman. FMA juga bertindak menurunkan mobilitas hara
melalui suplai hara lebih besar kepada tanaman inang. Di samping itu, FMA
menjaga stabilitas agregasi tanah pada penambahan bahan organik yang cukup
tinggi.
dinding sel. Hasil penelitian Krupa dan Fries (1971), menunjukkan bahwa akar
yang bermikoriza dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik yang
jauh lebih banyak dibanding dengan akar yang tidak bermikoriza. Bahan ini bila
dan bukan atsiri dapat menahan patogen dalam akar, sedang bahan atsiri dapat
terhadap kadar air yang ekstrim. Cendawan mikoriza dapat mempengaruhi kadar
air tanaman inang (Morte dkk., 2000). Ada beberapa dugaan tanaman
bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan, antara lain :
bersifat sinergistik. Interaksi itu tampak jelas pada lahan-lahan dengan kadar P
pembentukan bintil akar dan efektivitas fiksais N oleh bakteri yang terdapat di
seperti bakteri fiksasi N bebas dan pelarut fosfat (Zhu dkk., 2003).
2. EKTOMIKORIZA
sel tapi berkembang diantara sel kortek akar membentuk "hartig net dan mantel
dipermukaan akar.
histologis dari berbagai ektomikoriza pada Pinus yang dibentuk berbagai simbion
jamur yang telah diinokulasi dengan zoospora atau miselium, ektomikoriza yang
telah masak dan mempunyai selubung yang lengkap tidak terserang oleh P.
terbentuk akan mudah terserang patogen ini. Sebaliknya, serangan tidak tampak
dalam jaringan yang ujung akarnya telah tertutup seluruhnya oleh selubung
ektomikoriza. Jaring Hartig yang mengelilingi sel korteks dapat berfungsi sebagai
penghalang fisik tambahan. Pada jaringan meristem yang tidak terlindungi oleh
mikoriza maupun dari infeksi melalui ujung akar yang dipotong dengan sengaja,
sulit dibedakan apakah hal tersebut akibat tidak langsung dari jaring Hartig, yang
merangsang diproduksinya bahan kimia yang dapat menahan patogen oleh sel
korteks, atau karena akibat langsung efek mekanik dari organ ini.
jamur sebagai responnya, antara lain: orchinol, coumarin, hircinol, dan suatu
bahan seperti fenol yang tidak dikenal sebagai respon terhadap spesies lain dari
tidak dijumpai pada anggrek yang tidak terinfeksi. Produksi dari berbagai bahan
diri ini mungkin simbion akan menyebabkan penyakit anggrek. Akibat dari
pembentukkan bahan penghambat ini, yang terjadi pada seluruh bagian umbi,
adalah bahwa bahan tersebut melindungi jaringan dari infeksi jasad penyebab
penyakit.
vitamin, asam organik, nukleotida, flavonoid, enzim, dan bahan seperti HCN,
dan patogenisitas, eksudat akar dari tanaman lain dapat menghambat proses
tersebut. Adapun perbedaan dalam eksudasi antara akar yang bermikoriza dan
yang tidak bermikoriza dilaporkan oleh Krupa et al.. Perbedaan itu adalah berupa
adanya bahan organik atsiri yang dihasilkan oleh ektomikoriza. Hal ini diduga
karena mikoriza memperoleh hampir semua hidrat arang, asam amino, dan
vitamin yang diperlukannya dari hubungannya yang erat dengan sel korteks dan
permukaan akar.
Hanya sedikit eksudat akar yang dapat melalui jaring Hartig dan selubung
jamur ektomikoriza, tanpa diserap dan dipergunakan olehnya. Marx dan Davey
tertarik, baik pada akar tidak bermikoriza maupun yang bermikoriza. Setelah
zoospora menjadi sista pada permukaan akar, dibandingkan dengan pada bagian
lain dari akar, akan lebih cepat serta kuat berkecambah pada ujung dan bagian
sel memanjang pada akar bermikoriza. Di lain pihak pada ektomikoriza, zoospora
dengan lambat dan merana, dibandingkan dengan zoospora pada bagian akar
yang dinding selnya mengandung suberin. Secara tidak langsung hal ini
Dijelaskan pula bahwa khemotasis dari zoospora sangat kuat terjadi pada
akar yang tidak bermikoriza dan pada akar bermikoriza yang bagian ujungnya
dengan lebih kuat pada bidang potongan dari akar tidak bermikoriza
patogen akar. Populasi jasad renik dalam bagian tanah ini biasanya lebih banyak
adanya simbion jamur ini. Setiap habitat mikro mengandung flora mikro yang
khas. Pengaruh mikoriza tertentu pada flora dalam rhizosfer dapat menentukan
pada yang lain. Perbedaan antara populasi jasad renik dalam rhizosfer ini tentu
menyebabkan adanya perbedaan kompetisi jasad renik di dekat akar. Hanya saja
belum diketahui apakah hal ini akan mempengaruhi populasi patogen akar dan
perkembangan penyakit pada akar serabut. Interaksi dari nematoda parasitik dan
hutan dan pesemaian. Namatoda parasitik pada akar biasanya terbatas pada akar
belum ada laporan bahwa nematoda dapat memakan ektomikoriza yang telah
bersimbiosis.
memberikan tempat infeksi untuk P. cinnamomi, dan hifa intraseluler dan vesikel
patogen terdapat dalam sel korteks yang terbungkus oleh jaring Hartig. P.
salah satu komponen dalam peningkatan ketahanan dan produksi tanaman, serta
cukup menjanjikan dalam dunia bisnis. Namun terdapat pula suatu fenomena
bahwa pada tanaman yang kurang baik, mikoriza Komunikasi pribadi, 2002),
yaitu kondisi yang nampak pada pertanaman vanili yang bersimbiosis dengan
A. Pendahuluan
Kondisi iklim di Indonesia seperti curah hujan dan suhu yang tinggi,
didominasi oleh tanah berpelapukan lanjut seperti Ultisol dan Oxisols. Tanah-
tanah ini secara alamiah tergolong tanah marginal dan rapuh serta mudah
bervariasi menurut jenis tanah, tanaman dan faktor lingkungan. Oleh karenanya
agar tanah dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Data dari Direktorat Bina
menunjukkan bahwa di Indonesia saat ini terdapat sekitar 7,5 juta ha lahan yang
tergolong potensial kritis, 6,0 juta ha semi kritis dan 4,9 juta ha tergolong kritis.
tergolong buruk.
akan banyak menghadapi kendala biofisik berupa sifat fisik yang tidak baik, kahat
hara, keracunan unsur, hama dan penyakit dan sebagainya. Ketidak tersediaan
unsur hara bukan hanya disebabkan karena tanahnya yang miskin, tapi juga bisa
terjadi karena erosi dan fiksasi hara yang tinggi sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Penyebab lahan kritis karena erosi sangat umum dijumpai. Erosi
cendrung mengangkut lapisan tanah yang relatif subur dan meninggalkan lapisan
Mengingat begitu luasnya lahan kritis serta laju degradasi lahan yang
semakin tinggi, maka usaha-usaha untuk restorasi dan menekan laju lahan kritis
sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Usaha konservasi tanah dan air secara
fisik, kimia dan biologi sudah banyak dilakukan, namun hasil yang diperoleh
belum optimal. Oleh karenanya upaya lain harus diusahakan sebagai pelengkap
perkecambahan biji dan pertumbuhan akar tanaman biasanya juga cocok untuk
cukup baik pada rentang faktor lingkungan fisik yang lebar. Mikoriza tidak hanya
berkembang pada tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti
pada padi sawah (Solaiman dan Hirata, 1995). Bahkan pada lingkungan yang
cendawan mikoriza ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam upaya bioremidiasi
lahan kritis.
Ekosistem alami mikoriza di daerah tropika (tropical rain forest),
dicirikan oleh keragaman spesies yang sangat tinggi, khususnya dari jenis
tanaman, jumlah bahan organik yang dihasilkan, unsur hara dan struktur tanah.
Hutan multi spesies berubah menjadi hutan monokultur dengan umur seragam
lama dan tanah dibiarkan dalam keadaan kosong sehingga terjadi perubahan
tanah yang intensif akan merusak jaringan hifa ekternal cendawan mikoriza.
menyebabkan erosi hara dan bahan organik dari lahan tersebut dan ini
kompaksi tanah oleh alsintan (McGonigle dan Miller, 1993) berpengaruh negatif
ini, dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhannya, baik
hara dan proses pelapukan bahan induk. Sedangkan secara langsung, cendawan
mikoriza dapat meningkatkan serapan air, hara dan melindungi tanaman dari
patogen akar dan unsur toksik. Nuhamara (1994) mengatakan bahwa sedikitnya
ada 5 hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza
ini yaitu :
karakteristik tanaman dan cendawan, tapi juga oleh kondisi tanah dimana
tanah yang meliputi faktor abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur,
mikrobial, spesies cendawan, tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang, dan
tanaman yang rendah atau tidak ada sama sekali menunjukkan bahwa cendawan
"Organic binding agent" ini sangat penting artinya dalam stabilisasi agregat
oleh hifa eksternal akan membentuk agregat makro yang mantap. Wright
tanah yang tidak diolah dibandingkan dengan yang diolah. Glomalin dihasilkan
pada tanah dengan tekstur berliat atau berpasir. Thomas et al (1993) menyatakan
bahwa FMA pada tanaman bawang di tanah bertekstur lempung liat berpasir
secara nyata menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik, lebih berpori dan
tanah yang baik akan meningkatkan aerasi dan laju infiltrasi serta mengurangi
Serapan Air dan Hara. Jaringan hifa ekternal dari mikoriza akan
memperluas bidang serapan air dan hara. Disamping itu ukuran hifa yang lebih
halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa bisa menyusup ke pori-pori tanah
yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air
tanah yang sangat rendah (Killham, 1994). Serapan air yang lebih besar oleh
tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa
oleh aliran masa seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga makin
meningkat. Disamping serapan hara melalui aliran masa, serapan P yang tinggi
tanaman.
atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PS B) dan mikoriza
dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman tomat (Kim et al,1998) dan pada
tanaman gandum (Singh dan Kapoor, 1999). Adanya interaksi sinergis antara
FMA dan bakteri penambat N2 dilaporkan oleh Azcon dan Al-Atrash (1997)
patogen.
mematikan patogen.
kompetisi.
Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang
terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat melalui
dalam hifa cendawan. Khan (1993) menyatakan bahwa FMA dapat terjadi secara
alami pada tanaman pioneer di lahan buangan limbah industri, tailing tambang
batubara, atau lahan terpolusi lainnya. Inokulasi dengan inokulan yang cocok
Alang-Alang
pulau besar lainnya. Lahan alang-alang pada umumnya adalah tanah mineral
masam, miskin hara dan bahan organik, kejenuhan Al tinggi. Disamping itu
padang alang-alang juga memiliki sifat fisik yang kurang baik sehingga kurang
sebagai tanaman yang sangat toleran terhadap kondisi yang sangat ekstrim.
arbuscular seperti Glomus sp., Acaulospora dan Gigaspora (Widada dan Kabirun
,1997). Kemasaman dan Al-dd tinggi bukan merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan, serapan hara dan hasil kedelai pada tanah Podsolik dan Latosol.
Pada tanah Podsolik serapan hara meningkat dari 0,18 mgP/tan menjadi 2,15 mg
P/tan., sedangkan hasil kedelai meningkat dari 0,02 g biji/tan. menjadi 5,13 g biji
/tan. Pada tanah Latosol serapan hara meningkat dari 0,13 mg P/tan. menjadi
2,66 mg P/tan, dan hasil kedelai meningkat dari 2,84 g biji/tan menjadi 5,98 g
Ultisols menunjukkan bahwa serapan hara total maupun yang berasal dari pupuk
meningkat nyata pada tanaman yang diinokulasikan dengan FMA (Ali et al,
1997).
tanaman penghijauan. Bibit yang sudah bermikoriza akan mampu bertahan dari
(1999) yang dilakukan pada tanah kahat hara menunjukkan bahwa inokulasi
pertumbuhan bibit dan serapan hara oleh tanaman hutan tersebut (Tabel 1 ).
Pentingnya mikoriza didukung oleh penemuan bahwa tanaman asli yang berhasil
air bawah tanah menjadi masalah utama karena tanahnya padat, infiltrasi air
hujan rendah, sehingga walaupun curah hujan tinggi tapi cadangan air bawah
air yang hebat. Hal ini disebabkan karena jaringan hifa eksternal akan
metode penyaringan basah. Metode ini pertama kali digunakan oleh Gadermann
(1955) untuk menyaring spora dari tanah lembab. Dalam metode ini 250 g tanah
250 m. Spora yang diamati akan tertinggal pada saringan kedua. Metode ini
yang berisi 10 g tanah sampel, diaduk dengan kuat dan dibiarkan mengendap
berlubang paling kecil 105 m. Bahan-bahan yang tertinggal pada saringan 105
bawah mikroskop dengan pembesaran 10-40 kali baik ketika kertas saring masih
Clearing (Penjernihan)
Mencuci perakaran(misalnya akar jagung) sampai bersih secara perlahan,
akar dalam KOH 10% lalu didihkan selama 10 menit Cuci akar dalam KOH 10%
potonga akar yang telah melalu tahap I dalam lactofenol trypan blue 0,05%
selama 1-2 hari. Meletakan akar yang telah dicat pada gelas preparat Mengamati
ektomikoriza, dengan urutan cara kerja (Brundrett et al., 1996): Menata secara
acak akar yang telah mengalami penjernihan dan pengecatan ke dalam petridish
bergaris. Petridish yang digunakan dapat yang berbentuk bulat maupun persegi.
yang bermikoriza dan yang tidak pada tiap-tiap garis horisontal maupun vertikal
dari garis-garis pada petridish, Proporsi mikoriza adalah jumlah total bagian
mikoriza dibagi jumlah total akar yang diamati, dikalikan 100%. Metode ini
mengandung jamur FMA akan tampak adanya vesikula, arbuskula, maupun hifa
2001): Pertama-tama dilakukan ekstraksi tanah sebanyak 100 gr. Hasil ekstraksi
diamati di bawah mikroskop desekting. Jumlah FMA dihitung dengan hand tally
counter.
A. PENDAHULUAN
hidup. Seperti halnya sebagian besar filamentous jamur lainnya, propagasi AMF
perkecambahan oleh budding interkalar atau apikal pada hifa. Identifiksi Spesies
AMF berdasarkan karakter spora, arsitektur dari dinding spora, morfologi hifa.
AMF dan spesiesnya. Reproduksi seksual masih belum diamati untuk simbiosis
aseksual.
dengan akar tanaman muda, benang jamur menyusup melalui permukaan akar,
dan kemudian tumbuh diantara dan di dalam sel cortical (Gambar e, f, dan g).
Dispersal secara luas dari jaringan jamur melalui filamennya memberikan akar
sistem akarnya sendiri (Gambar d). Keberadaan jaringan mikoriza dalam akar
produksi dalam skala besar dari AMF inokulum, meningat staus simbiotiknya
yang obligat, memerlukan kontrol dan optimisasi baik pada pertumbuhan inang
Isolasi dari strain kultur murni AMF . Strains kultur murni dapat
diperoleh dari spora yang berkecambah dan kolonisasi akar pada tanaman inang.
Strains AMF dapat juga dikembangkan dari segmen kolonisasi akar yang diisolasi
langsung dari tanaman yang ada di lapangan. Masalah yang ditemukan pada
AMF adalah spora dapat dengan mudah menjadi dormansi dan angka
dibawah kondisi chamber dan greenhouse dan sistem perakaran intensif dibuat
dari solid tetapi juga akar yang non lignifikasi (non-lignified root).
yang dapat berpengaruh pada kualitas inokulum. Substrat dengan aerasi baik
dengan tanaman inang dan kultivasi strains jamur dan kelebihan ketersediaan P
tanaman dilakukan secara buatan. Faktor edafik lainnya seperti pH, temperatur
tanah intensitas cahaya, kelembaban relatif dan aerasi lingkungan juga harus
(ii) Propagasi secara In Vitro dengan kultur organ akar. Kultur Organ
akar berisi penghilangan akar yang berkembang biak di bawah kondisi axenic
pada media hara sintetik (gambar 2d) yang berisi suplemen dengan vitamin,
mineral, dan karbohidrat. Kultur selanjutnya dari kultur akar yang vigor melalui
spesies dans trains telah berhasil dipropagasi secara in vitro dengan media
dengan pembagian solid dan liquid vessel. Spesifik strains tunggal tersedia dapat
digunakan secara langsung sebagai strating bahan untuk skala besar produksi
dalam pot lebih disukai dalam teknik propagasi, dimana cara ini sesuai
strains murni dan memperbaiki suplai dari sejumlah beasr spora sebagai
starting inokulum.
(2) Inokulum utama (mother inoculum) untuk produksi skala besar. Semen
kolonisasi akar (0.08 to 0.16 inches long) berisi hifa dan atau vesikel
diekstrak dari kultur in vitro yang tumbuh dalam skala besar yang
dan kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi,
berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang
tumbuhan tingkat tinggi, memiliki spektrum yang sangat luas baik dari segi
maupun penyebarannya.
pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh, perlindungan dari patogen akar dan
unsur toksik. Sedangkan cendawan mendapat manfaat dari suplai hasil fotosintat
tanaman industri akan merubah keragaman jenis dan umur spesies tanaman ,
bahan organik tanah serta siklus hara dan air. Kondisi ini akan merubah
cendawan mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari serapan unsur beracun
logam berat lebih efektif menanggulangi lahan-lahan tercemar logam berat jika
dibandingkan dengan isolat cendawan yang sama yang berasal dari ekosistem
Aggangan, N.S. B.Dell and N. Malajczuk, 1998. Effects of chromium and nickel on
growth of the ectomycorrizal fungus Pisolithus and formation of
ectomycorrizas on Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Geoderma 84 : 15-2 7.
Ali, G.M., E.F. Husin, N. Hakim dan Kusli, 1997. Pemberian mikoriza vesikular
asbuskular untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat tanaman padi
gogo pada tanah Ultisols dengan perunut 32P. p. 597-605 dalam Subagyo
et al (Eds). Prosiding Kongres Nasional VI HITI, Jakarta, 12-15 Desmber
1995.
Ba, A.M., K.B. Sanon , R. Doponnois, and J. Dexheimer, 2000. Growth response
of Afselia africana Sm. seedlings to ectomycorrhizal inoculation in a
nutrient-deficient soil. Mycorrhiza J. 9/2 : 9 1-95.
Castillo, E.T. and R.E. Dela Cruz, 1995. Mechanism of drought resistance in
Pterocarpus indicus enhanced by inoculation with VA mycorriza and
Rhizobium. Biotrop Spec. Publ.No56 : 131-137. Biology and
Biotechnology of Mycorrhizae.
Cruz, A.F., T. Ishii, and K. Kadoya., 2000. Effect of arbuscular mycorrhizal fungi
on tree growth, leaf water potential, and levels of 1-aminocyclopropane-1-
carboxylic acid and ethylene in the roots of papaya under water stress
conditions. Mycorrhiza J. 10/3 : 121-123.
Fleibach, A.R. Martens and H.H. Reber, 1994. Soil microbial biomass and
microbial activity in soil treated with heavy metal contaminated sewage
sludge. Soil Biol. Biochem. 26 (9) : 1201 - 1205.
Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi
Tanah II. Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi,
IPB.
Joner, E.J. and C. Leyval, 2001. Influence of arbuscular mycorrhiza on clover and
ryegrass grown together in a soil spiked with polycyclic aromatic
hydrocarbons. Mycorrhiza J. 10/4 : 155-159.
Khan, M.H., 1995. Role of mycorrhizae in nutrient uptake and in the amelioration
of metal toxicity. Biotrop Spec. Publ.No56 : 131-137. Biology and
Biotechnology of Mycorrhizae.
Morte, A., C.Lovisolo and A. Schubert, 2000. Effect of drought stress on growth
and water relations of the mycorrhizal association Helianthemum
almeriense - Tervesia claveryi. Mycorrhiza J. 10/3 : 115-119.
Munyanziza, E., H.K. Kehri, and D.J. Bagyaraj, 1997. Agricultural intensification,
soil biodeversity and agro-ecosystem function in the tropics : the role of
mycorrhiza in crops and trees. Applied Soil Ecology 6 : 77-85.
Nuhamara, S.T., 1994. Peranan mikoriza untuk reklamasi lahan kritis. Program
Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.
Oliveira, R.S., JC. Dodd and PML. Castro, 2001. The mycorrhizal status of
Pragmites australis in several polluted soils and sediments of an
industrialised region of Northern Portugal. Mycorrhiza J. 10/5 : 241-247.
Rao, N.S Subha, 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. Edisi
Kedua. Penerbit Universitas Indonesia.
Wright, S.F. and A. Upadhyaya, 1998. A survey of soils for aggregate stability and
glomalin, a glycoprotein produced by hyphae of arbuscular mycorrhizal
fungi. Plant and Soil 198 : 97 - 107.
Zarate, J.T. and R.E. Dela Cruz, 1995. Pilot testing the effectiveness of arbuscular
mycorrhizal fungi in the reforestation of marginal grassland. Biotrop Spec.
Publ.No56 : 131-137. Biology and Biotechnology of Mycorrhizae.