Você está na página 1de 14

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan prasarana gedung apartemen sangat diperlukan sejalan dengan semakin
pesatnya pertumbuhan pariwisata, sosial, dan ekonomi pada hampir seluruh wilayah di
Indonesia. Beberapa pertimbangan utama dalam merencanakan sebuah gedung apartemen
adalah faktor keamanan dan kekuatan gedung. Keamanan dan kekuatan dalam perencanaan
gedung merupakan hal yang penting karena Indonesia merupakan wilayah dengan tingkat
resiko gempa yang dikatagorikan cukup tinggi.
Perencanaan bangunan gedung beton bertulang yang tahan gempa harus mengacu
pada peraturan yang berlaku saat ini. Peraturan tersebut meliputi SNI 1726:2012 (Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan non Gedung) dan
untuk SNI 2847:2013 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung).
SNI 1726:2012 merupakan peraturan perencanaan ketahanan gempa terbaru yang
menggantikan peraturan yang lama yaitu SNI 03-1726-2002. Perubahan pada SNI 1726:2012
didasarkan pada peta gempa Indonesia terbaru. Peta gempa Indonesia yang lama mengalami
perbaikan setelah kejadian gempa besar di Indonesia yang memiliki magnituda lebih besar
dari magnituda maksimum perkiraan sebelumnya, seperti gempa Aceh 2004, gempa Jogja
2006, dan gempa Padang 2007. Salah satu perubahan SNI tersebut adalah pada SNI 03-1726-
2002 wilayah Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa sedangkan pada SNI 1726:2012
pada pasal 14, untuk wilayah gempa Indonesia ditetapkan berdasarkan parameter-parameter
Ss (percepatan batuan dasar pada perioda yang pendek 0,2 detik) dan S1 (percepatan batuan
dasar pada perioda 1 detik).
Begitupun dengan peraturan SNI 2847:2013 merupakan peraturan perencanaan
struktur beton terbaru yang menggantikan peraturan yang lama yaitu SNI-03-2847-2002.
Perubahan pada SNI-03-2847-2002 dikarenakan peraturan ini belum mengalami revisi dalam
rentang waktu yang sudah cukup lama sejak diterbitkan, sedangkan standar-standar dunia
yang dijadikan acuan seperti ACI 318 sudah mengalami revisi sebanyak 3 kali sejak 2002.
Salah satu perubahan SNI tersebut adalah perubahan faktor reduksi kekuatan lentur dimana
pada SNI

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
1
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

SNI-03-2847-2002 besarnya faktor reduksi lentur sebesar 0,8 sedangkan pada 2847:2013
besarnya faktor reduksi lentur sebesar 0,9.
Berdasarkan SNI 1726:2012 ada beberapa jenis sistem struktur untuk gedung salah
satunya adalah Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM). Sistem rangka pemikul momen
pada dasarnya merupakan rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, sedangkan
beban gempa dipikul sistem rangka melalui mekanisme lentur. Khusus untuk wilayah dengan
kategori desain seismik D, E, dan F hanya Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) yang boleh digunakan.
Konsep desain SRPMK diterapkan untuk merencanakan agar kolom-kolom lebih kuat
dari pada balok-balok portal (strong column, weak beam). Dengan konsep perencanaan ini
diharapkan struktur akan memberikan respon inelastis terhadap beban gempa kuat yang
bekerja pada struktur dan mampu menjamin mekanisme sendi plastis pada elemen-elemen
struktur sehingga struktur tetap berdiri walaupun sudah berada pada ambang keruntuhan.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan Tugas Perancanagan Struktur Beton Bertulang ini adalah untuk
menganalisis dan mendesain struktur gedung beton bertulang yang aman dan tahan gempa
sesuai dengan pedoman perencanaan struktur gedung yang berlaku di Indonesia.

1.3. Gambaran Umum Gedung


Gedung yang akan direncankan pada Tugas Perancanagan Struktur Beton Bertulang
ini adalah sebuah gedung fiktif berupa gedung apartemen. Jumlah lantai direncanakan 4
lantai yang berfungsi sebagai aktifitas penghuni apartemen. Tinggi setiap lantai direncanakan
3,6 m. Tinggi total rangka beton 14,4 m, sehingga tidak melebihi tinggi bangunan yang
terdapat di Bali. Sebagai sarana transportasi antar lantai digunakan tangga. Lokasi gedung
direncanakan berada di kota Denpasar.

1.4. Data Bahan


Data bahan yang dipergunakan dalam perencanaan struktur gedung apartemen ini,
adalah meliputi:
1. Beton
PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG
SELASA, 21 MARET 2017
2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

Beton yang dipergunakan adalah:


Kuat tekan beton (fc) = 25 Mpa.
Berat jenis beton (Bj beton) = 2400 kg/m3.
2. Baja
Kriteria baja tulangan yang digunakan adalah:
Tegangan leleh baja:
fy = 400 Mpa untuk mutu tulangan longitudinal atau memanjang.
fy = 240 MPa untuk mutu tulangan transversal atau geser.
Berat jenis baja (Bj baja) = 7850 kg/m3.
Modulus Elastisitas baja, Es = 200000 MPa.

1.5. Lingkup Perencanaan


Perencanaan struktur pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan suatu struktur
dengan dimensi yang ekonomis, aman serta mudah dalam pengerjaan di lapangan. Pada
Tugas Perancanagan Struktur Beton Bertulang ini perencanaan struktur lebih ditekankan pada
aspek perhitungan kekuatan strukturnya dengan lingkup perencanaan, adalah meliputi:
1. Pembebanan (beban vertikal dan beban lateral akibat gempa static ekivalen).
2. Dimensi awal.
3. Pemodelan dan analisis struktur rangka ruang (3D) memakai SAP2000.
4. Perencanaan penulangan pelat dan balok anak secara manual.
5. Perencanaan penulangan balok dan kolom menggunakan program dan manual
(dibandingkan antara hasil perhitungan manual dengan output program).
6. Perencanaan pondasi.
7. Penggambaran manual (penampang balok, kolom, pondasi) pada halaman perhitungan.
8. Penggambaran dengan AutoCAD, meliputi:
a. Denah pondasi dan penulangannya.
b. Denah balok lantai dan penulangan pelat lantai.
c. Denah balok atap dan penulangan pelat atap.
d. Balok anak atau balok memanjang dan penulangannya.
e. Rangka dan penulangannya.
9. Laporan perencanaan lengkap dalam binder untuk dinilai oleh Pembimbing atau Dosen.

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
3
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

1.6. Peraturan
Peraturan-peraturan yang digunakan pada perencanaan Tugas Perancanagan Struktur
Beton Bertulang ini adalah:
1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan non
Gedung (SNI 1726:2012).
2. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013).
3. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI
1727:2013).
4. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPRG 1987).
5. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang Beradasarkan SKSNI T-15-1991-03 Seri
ke-4 (Ir. Gideon H. Kusuma, M.Eng.).

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
4
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

BAB II
ANALISIS

2.1. Estimasi Dimensi Awal Struktur


Pada tugas perancangan struktur beton bertulangan ini, estimasi dimensi komponen-
komponen struktur awal yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Balok induk I (BI 1):
1
Dipakai rumus 10 L (perkiraan pemilihan balok induk).

Dipakai Ln = 6000 mm = 600 cm (bentang BI paling panjang arah y).


1 1
h = 10 L = 10 600 = 60 cm maka, digunakan h = 60 cm.

1
Dipakai rumus h (perkiraan pemilihan lebar balok induk).
2
1 1
b= h = 60 = 30 cm maka, digunakan b = 30 cm.
2 2
Jadi, dimensi balok induk I (BI 1) yang digunakan adalah 30/60 cm.
b. Balok induk II (BI 2):
1
Dipakai rumus 10 L (perkiraan pemilihan balok induk).

Dipakai Ln = 4000 mm = 400 cm (bentang BI paling panjang arah x).


1 1
h = 10 L = 10 400 = 40 cm maka, digunakan h = 40 cm.

1
Dipakai rumus h (perkiraan pemilihan lebar balok induk).
2
1 1
b= h = 40 = 20 cm maka, digunakan b = 20 cm.
2 2
Jadi, dimensi balok induk II (BI 2) yang digunakan adalah 20/40 cm.
c. Balok anak (BA):
1
Dipakai rumus 12 L (perkiraan pemilihan balok anak).

Dipakai Ln = 4000 mm = 400 cm (bentang BA paling panjang arah y).


1 1
h = 12 L = 12 400 = 33.33 cm maka, digunakan h = 35 cm.

1
Dipakai h (perkiraan pemilihan lebar balok anak).
2

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
5
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

1 1
b= h = 35 = 17,5 cm maka, digunakan b = 20 cm.
2 2
Jadi, dimensi balok anak (BA) yang digunakan adalah 20/35 cm.
d. Kolom (KL) = 50/50 cm.
e. Tebal pelat lantai (PL) = 12 cm.
f. Tebal pelat atap (PA) = 10 cm.
g. Tebal pelat bordes dan anak tangga (PT) = 12 cm.
h. Kemiringan tangga ():
18
=arc tan =31 .
30

d= 182 +302=34,986 cm .
0,5 18 30
t ekv = =7,717 cm .
34,986
Jadi, tebal pelat rata-rata adalah:
h=t+t ekv=12+7,717=19.717 cm .

7.717
30.000

12.000

18.000

34.986

Gambar 2.1 Potongan anak tangga

2.2. Pembebanan Struktur Arah Vertikal (Gravitasi)


Beban-beban yang bekerja akibat gravitasi pada struktur gedung dalam penulisan
Tugas Perancangan Struktur Beton Bertulangan ini, adalah sebagai berikut:
1. Beban pada atap
Beban mati (DEAD), akibat berat sendiri struktur dihitung dengan program SAP2000,
3 2
dengan nilai 0,10 2400 kg /m =240 kg/m . Beban tersebut tidak perlu

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
6
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

dimasukan ke dalam pembebanan, karena telah langsung dihitung otomatis oleh


SAP2000. Beban mati tambahan pada pelat atap (BMTA) meliputi:
3 2
Berat waterproofing 0,01 2200 kg /m =22 kg /m .
Sumber: TA (Sholihin Hidayat), halaman 63.
2
Berat langit-langit dan dinding semen asbes (plafon) 11 kg /m .
Sumber: PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 2.
2
Berat penggantung langit-langit kayu 7 kg /m .
Sumber: PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 3.
2
Jadi, total beban mati tambahan pada pelat atap 40 kg /m .
Beban hidup (HA), untuk atap datar 96 kg /m2 dan berat balok atau gording tepi

kantilever 200 kg (beban terpusat).


2
Jadi, total beban hidup pada pelat atap 9 6 kg /m dan 200 kg .
Sumber: SNI 1727-2013, halaman 25; PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 4.
2. Beban pada lantai 1 s/d 4
Beban mati (DEAD), akibat berat sendiri struktur dihitung dengan program SAP2000,

dengan nilai 0,12 2400 kg /m3=288 kg/m2 . Beban tersebut tidak perlu

dimasukan ke dalam pembebanan, karena telah langsung dihitung otomatis oleh


SAP2000. Beban mati tambahan pada pelat lantai (BMTL) meliputi:
3 2
Berat spesi 0,02 2100 kg /m =4 2 kg /m .
Sumber: TA (Sholihin Hidayat), halaman 64.
3 2
Berat keramik 0,01 2400 kg /m =24 kg /m .
Sumber: TA (Sholihin Hidayat), halaman 64.
2
Berat langit-langit dan dinding semen asbes (plafon) 11 kg /m .
Sumber: PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 2.
2
Berat penggantung langit-langit kayu 7 kg /m .
Sumber: PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 3.
2
Berat MEP 40 kg /m .
Sumber: TA (Sholihin Hidayat), halaman 64.
2
Total beban mati tambahan pada pelat lantai 124 kg /m .
Dinding (DINDING) yang digunakan berupa pasangan batu bata merah dengan
2 2
setengah batu setinggi 3,6 m 3,6 250 kg /m =900 kg /m . Sedangkan dinding

yang digunakan pada balkon tiap ruang kamar berupa pasangan batako berlubang

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
7
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

dengan tebal dinding 10 cm (HB 10) setinggi 1 m 1 120 kg/ m2=120 kg /m2

(beban merata).
Sumber: PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 2.
2
Beban hidup (HL), untuk pelat lantai 479 kg /m dan berat balkon yang menjorok

2
bebas keluar 300 kg/m .
2 2
Jadi, total beban hidup pada pelat lantai 479 kg /m dan 300 kg /m .
Sumber: SNI 1727-2013, halaman 26; PPPRG 1987 (Disclaimer), halaman 3.
3. Beban pada tangga
Beban mati (DEAD), akibat berat sendiri struktur dihitung dengan program SAP2000,

dengan nilai 0,12 2400 kg /m3=288 kg/m2 . Beban tersebut tidak perlu

dimasukan ke dalam pembebanan, karena telah langsung dihitung otomatis oleh


SAP2000. Beban mati tambahan pada pelat tangga (BMTT) meliputi:
3 2
Berat spesi 0,02 2100 kg /m =4 2 kg /m .
Sumber: TA (Sholihin Hidayat), halaman 64.
3 2
Berat keramik 0,01 2400 kg /m =24 kg /m .
Sumber: TA (Sholihin Hidayat), halaman 64.
2
Total beban mati tambahan pada pelat tangga 66 kg /m .
Beban hidup (HT), untuk pelat tangga yang termasuk didalamnya berupa anak tangga
2
dan bordes tangga 479 kg /m .
2
Jadi, total beban hidup pada pelat tangga 479 kg /m .
Sumber: SNI 1727-2013, halaman 27.

2.3. Pembebanan Struktur Arah Horizontal (Gempa Statik Ekivalen)


Beban yang bekerja akibat gempa pada struktur gedung dalam penulisan Tugas
Perancangan Struktur Beton Bertulangan ini, diasumsikan bahwa bangunan berada di wilayah
Denpasar yang sesuai dengan SNI 1726-2012. Dengan kondisi tanah sedang. Parameter
lainnya diambil dari peta dengan spectrum yang diterbitkan oleh Dinas Pekerjaan Umum,
dengan langkah-langkah dalam menentukan beban analisis gempa adalah sebagai berikut:
1. Menentukan berat komponen struktur lantai
Beban mati lantai 1 s/d 4:
3
Pelat lantai = 0,12 29 14 2400 kg/m =116.928 kg

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
8
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

3
Spesi 2 cm = 0,02 29 14 2400 kg/m =19.488 kg
3
Keramik 1 cm = 0,01 29 14 2400 kg/m =9.744 kg
3
Balok induk x (20/40) = (0,2 0,4 14 2400 kg /m )6=16.128 kg
3
Balok induk y (30/60) = (0,3 0,6 29 2400 kg/m ) 4=50.112 kg
3
Balok anak (20/35) = (0,2 0,35 11 2400 kg/m )5=9.240 kg
3
Balok balkon (20/40) = (0,2 0,4 29 2400 kg /m ) 2=11.136 kg
3
kolom ke atas = (0,5 0,5 1,8 2400 kg/m ) 24=25.920 kg
3
kolom ke bawah = (0,5 0,5 1,8 2400 kg/m ) 24=25.920 kg
2
Plafon = 29 14 11 kg/m =4.466 kg
2
Penggantung = 29 14 7 kg/m =2.842 kg
2
MEP = 29 14 40 kg /m =1 2. 760 kg
2
Dinding bata arah x = 3,6 ( 29 4 ) 250 kg /m =104 . 4 00 kg
2
Dinding bata arah y = 3,6 ( 14 6) 250 kg /m =75. 6 00 kg
2
dinding balkon arah y = 1 ( 29+24 ) 120 kg /m =2 .909 kg
+
Jadi, total beban mati lantai (WD) = 487 .593 kg .
Beban hidup lantai 2 s/d 4:
Beban hidup pada lantai = 479 kg/m2.
Beban balkon yang menjorok bebas keluar = 300 kg/m2.
Faktor reduksi = 0,3 (penggunaan gedung sebagai apartemen).
WL lantai=29 11 479 0,3=45.840 ,3 kg .
WLbalkon=( 29 1,5 300 0,3 ) 2=7.830 kg .

Jadi, total beban hidup lantai (WL) 5.8342,2+ 7.830=53 . 670 ,3 kg .


Beban total lantai (Wt Lantai):
W T 1 =W D +W L
487.593+53.670,3
541.263 ,3 kg
5,413 kN .

2. Menentukan berat komponen struktur atap


Beban mati atap:
PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG
SELASA, 21 MARET 2017
9
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

3
Pelat atap = 0,10 29 14,5 2400 kg /m =100.920 kg
3
Spesi 2 cm = 0,02 29 14,5 2400 kg /m =20.184 kg
3
Waterproofing = 0,01 29 14,5 2200 kg /m =9.251 kg
3
Balok induk x (20/40) = (0,2 0,4 14 , 5 2400 kg /m ) 6=16. 704 kg
3
Balok induk y (30/60) = (0,3 0,6 29 2400 kg/m ) 4=50.112 kg
3
Balok anak (20/35) = (0,2 0,35 11 2400 kg/m )5=9.240 kg
3
Balok konsol (20/40) = (0,2 0,4 29 2400 kg /m ) 2=11.136 kg
3
kolom ke bawah = (0,5 0,5 1,8 2400 kg/m ) 24=25.920 kg
2
Plafon = 29 14 11 kg/m =4.466 kg
2
Penggantung = 29 14 7 kg/m =2.842 kg
+
Jadi, total beban mati atap (WD) = 250 .775 kg .
Beban hidup atap:
Beban hidup pada atap = 96 kg/m2.
Beban balok atau gording tepi kantilever = 200 kg/m2.
Faktor reduksi = 0,3 (penggunaan gedung sebagai apartemen).
WL atap=29 11 96 0,3=9.187 , 2 kg .
WLkonsol= (29 1,75 200 0,3 ) 2=6.090 kg .

Jadi, total beban hidup atap (WL) 9,187 , 2+6.090=15.277 , 2 kg .


Beban total atap (Wt Atap):
W T 2 =W D +W L
250.775+15.277 , 2
266.052, 2 kg .

= 2 ,6 61 kN .
Berat total keseluruhan bangunan (Wt):
V W T =W T 1+W T 2
3 541.263,3+266.052,2
1.889.842 , 2 kg .
18 , 898 kN .

3. Menentukan koefisien situs FA dan FV

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
10
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

Diasumsikan bahwa gedung berada di wilayah Denpasar. Berdasarkan SNI


1726:2012, wilayah Denpasar dikategorikan sebagai wilayah gempa 5, dengan kondisi
tanah sedang.
a. Lokasi di Denpasar:
SS = 0,977 g (http://loketpeta.pu.go.id/peta/zonasi-gempa-indonesia-2/).
S1 = 0,359 g (http://loketpeta.pu.go.id/peta/zonasi-gempa-indonesia-2/).
b. Tanah Sedang:
Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 SNI 1726:2012 dengan mengetahui nilai S S
dan S1 pada tanah sedang diperoleh nilai melalui interpolasi.
FA = 1,109.
FV = 1,682.

4. Menghitung Spektrum Respon Percepatan

2
SDS = (Ss Fa)
3

2
= (0,977 1,1 09)
3

= 0,722 g.
S 1 Fv
SD1 = 2 )
3

0,359 1,682
= 2 )

3

= 0,403 g.

5. Menentukan Kategori Desain Seismik

Berdasarkan tabel 1, tabel 6, dan tabel 7 SNI 1726:2012, maka diperoleh:


SDS = 0,722 Kategori Resiko II (Tabel 1).
Kategori Desain Seismik D (Tabel 6).
SD1 = 0,403 Kategori Resiko II (Tabel 1).
Kategori Desain Seismik D (Tabel 6).

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
11
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

6. Menentukan R, Cd, dan 0

Berdasarkan tabel 9 SNI 1726:2012 diperoleh nilai R, Cd, dan 0 dengan mengetahui
bahwa struktur rangka beton bertulang pemikul momen khusus (SRPMK), adalah:
R = 8.
Cd = 5,5.
0 = 3.

7. Menghitung Waktu Getar (T)

Berdasarkan persamaan (27) SNI 1726:2012 adalah:


Maka T = 0,1; N = 4 tingkat.

Untuk T 12Tingkat :

Ta = 0,1 N

= 0,1 4

= 0,4 .
SD1
Tmax = 3 ,5
S DS

0,403
= 3 ,5 0,722

= 1,954.
Dengan kontrol:

T = 0,4 Tmax = 1,954 (OK!).

8. Menghitung Koefisien Respon Seismik

Berdasarkan tabel 2 SNI 1726:2012 diperoleh Ie = 1,0, maka diperoleh:


S DS 0,722
= =0,0903
CS1 = R 8 .
Ie 1,0

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
12
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

SD1 0,403
= =0,126
CS2 = R 8 .
T 0,4
Ie 1,0

CS3 = 0,044 S DS I e

= 0,044 0,7221,0

= 0,032 .

Dengan syarat:
CS1 = 0,032 > 0,01 (OK!).

9. Menghitung Gaya Geser Dasar (V)

V = CS1 x VWT
= 0,0903 x (1.889.842,1)
= 170.652,742 kg.

10. Menghitung Gaya Gaya Gempa Tiap Tingkat

T = 0,4 k = 1 (konstruksi jepit-jepit).


Maka rumus yang berlaku adalah:
i i k
W t ( ht )
k
V
Fe i = ( W t i ( ht i ) )

266.052,2 14,4 170.652,742


541.263,3 14,4 541.263,3 10,8 541.263,3 7,2 541.263,3 3,6
Fe 4 =
= 33.553,014 kg.
266.052,2 10,8 170.652,742
541.263,3 14,4 541.263,3 10,8 541.263,3 7,2 541.263,3 3,6
Fe 3 =
= 25.164,76 kg.
266.052,2 7,2 170.652,742
541.263,3 14,4 541.263,3 10,8 541.263,3 7,2 541.263,3 3,6
Fe 2 =
PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG
SELASA, 21 MARET 2017
13
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

= 16.776,507 kg.
266.052,2 3,6 170.652,742
541.263,3 14,4 541.263,3 10,8 541.263,3 7,2 541.263,3 3,6
Fe 1 =
= 8.388,253 kg.
Nilai Fe 1, Fe 2, Fe 3, dan Fe 4 dikerjakan pada joint masing-masing tingkat dengan membagi
terhadap jumlah kolom yang ditinjau sebagai beban lateral akibat gempa.

2.4. Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan yang dipakai dalam pemodelan SAP2000 sesuai dengan SNI
1727-2013 pasal 2.3.2 adalah:
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1,0 E + 1,0 LL 1,2 DL + 1,0 Qx + 0,3 Qy + 1,0 LL
1,2 DL + 0,3 Qx + 1,0 Qy + 1,0 LL
4. 0,9 DL + 1,0 E 0,9 DL + 1,0 Qx + 0,3 Qy
0,9 DL + 0,3 Qx+ 1,0 Qy
Dengan keterangan:
DL = (BMTA, BMTL, BMTT, DINDING).
HL = (HA, HL, HT).

PERANCANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG


SELASA, 21 MARET 2017
14

Você também pode gostar