Você está na página 1de 3

Dalam praktikum penetapan kadar sampel kloralhidrat yang telah dilakukan sebelumnya

menggunakan titrasi argentometri metode Mohr tidak langsung. Titrasi argentometri dapat
digunakan untuk menetapkan kadar kloralhidrat sebagai halogenida yang membentuk endapan
dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana netral. Metode Morh yang digunakan dalam
penetapan kadar kloralhidrat ini adalah secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan
AgNO3 secara berlebih dan kelebihan dari AgNO3 agar tersebut akan dititrasi dengan NaCl
membentuk endapan AgCl. Titik akhir titrasinya ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna
kuning dengan menggunakan indikator Kalium Kromat.
Pada dasarnya kloralhidrat ini dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan titrasi
argentometri metode Mohr secara langsung yaitu dengan melakukan titrasi asam-basa tidak
langung terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan titrasi argentometri metode Mohr secara
langusung. Prosedur yang dapat dijelaskan dalam metode ini adalah sampel ditambahkan
berlebih dengan NaOH lalu kelebihan NaOH tersebut dititrasi dengan H 2SO4 dengan
menggunakan indikator fenolftalein. Titik akhir titrasinya ditandai dengan perubahan warna
sampel dari merah menjadi tidak berwarna. Setelah proses tersebut larutan hasil titrasi asam dan
basa ini ditambahkan dengan indikator Kalium Kromat dan titrasi dengan larutan baku sekunder
AgNO3 sampai terbentuk endapan merah. Hasil dari penetapan kadar kloralhidrat dengan metode
Mohr secara langsung ini menunjukkan titik akhir titrasi yang sangat cepat, dengan volume akhir
titrasi sebanyak 3 mL. Oleh karena itu, titrasi dilanjutkan/ dicoba dengan menggunakan metode
lain. Metode yang selanjutnya digunakan adalah metode titrasi Mohr secara tidak langsung.
Perubahan metode ini dimaksudkan untuk membuktikan dan membandingkan titik akhir titrasi
antara metode Mohr tidak langsung dengan metode Mohr langsung. Sehingga hasil terbaik yang
akan diambil untuk menetapkan kadar kloral hidrat. Pada metode titrasi metode Mohr tidak
langsung sampel yang berupa larutan diambil sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan AgNO 3
berlebih sampai terbentuk endapan yang menjenuhkan sampel tersebut. Setelah itu tambahkan
indikator Kalium Kromat sebanyak 1 mL dan dititrasi dengan larutan baku sekunder NaCl.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
Titik akhir titrasi penetapan kadarnya menunjukkan perubahan warna yang signifikan
dari endapan merah menjadi endapan berwana kuning. Dari kedua hasil tersebut didapat hasil
dari penetapan metode Mohr secara tidak langsung yang lebih baik. Hal ini dapat dibuktikan
karena titik akhir titrasi yang dihasilkan tidak menunjukkan perubahan warna indikator yang
langsung, tetapi terdapat rentang waktu perubahan warna pada indikator. Jadi titrasi Mohr yang
dipilih adalah secara tidak langsung.
Perlakuan awal pada sampel kloralhidrat yang berupa larutan tidak memerlukan cara
yang khusus. Karena sampel kloralhidrat yang didapat adalah berupa larutan dan kloralhidratnya
pun tidak tahan panas. Namun pada perlakuan awalnya sampel yang akan dititrasi diencerkan
terlebih dahulu secara berulang, dengan mengambil 10 mL dari 30 mL sampel lalu diencerkan
dengan dengan 100 mL sampel dan diambil 10 mL untuk dititrasi.
Hasil dari penetapan kadar sampel kloralhidrat dengan metode tidak langsung ini
dilaksanakan dalam prakteknya, meskipun pada dasarnya metode volhard pun dapat digunakan
pada penetapan sampel ini. Hal ini dikarenakan metode Mohr mempunyai banyak kekurangan
diantaranya tidak memberikan titik akhir titrasi yang jelas/ dengan kata lain tidak memberikan
hasil yang sensitif.
Dalam titrasi Mohr secara tidak langsung akan terbentuk endapan AgCl sebagai dasar
reaksi kimia dari titrasi ini. Endapan tersebut menandai titik akhir titrasi dengan bantuan
indikator Kalium Kromat. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut

Dalam titrasi pengendapan (argentometri) didasarkan pada penggunaan


larutan baku yaitu perak nitrat (AgNO3). Zat yang ditentukan bereaksi
dengan indikator akan membentuk senyawa yang sukar larut dalam air,
sehingga kesepakatan zat yang ditentukan berkurang selama
berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan itu diamati dekat titik
kesetaraan dengan bantuan indikator K2CrO7.
Sebagai indikator digunakan K2CrO7 yang dengan ion perak akan
membentuk endapan putih kekuningan dalam keadaan akhir titrasipada
percobaan yang telah dilakukan menggunakan metode Mohr dalam
menentukan tercapainya titik ekivalen, dengan pengikatan Cl - oleh Ag+
memebentuk AgCl dengan persamaan reaksi Ag+ + Cl- AgCl yang akan
membentuk endapan merah maka pada titrasi pertama garam dapur dengan
AgNO3 19,5 ml yang membuktikan telah terikatnya Cl -oleh Ag+ sedangkan
pada hasil endapan putih karena rekasi yang sesuai dengan NO 3 yang ada
dengan persamaan rekasi AgNO3+ NaCl AgCl putih + NaNO3 = 2 AgNO3+
K2CrO7 Ag2CrO4 kuning + 2KNO4.
Pada standarisasi AgNO3 dengan menggunakan NaCl dapat diperoleh
normalitas AgNO3 sebesar 1,273 N dengan volume AgNO 3 6ml pada titrasi
pertama 4,5 ml pada titrasi kedua dan 3,2 ml pada titrasi ketiga dengan
adanya endapan putih pada hasil akhir titrasi dapat membuktikan adanya
pengikatan ion dan reaksi yang terjadi.
Namun pada penentuan kadar asam kurangnya ketelitian dalam
penitrasian garam dapur pada titrasi pertama, dengan berangsurnya aliran
AgNO3 secara cepat dan tidak perlahan maka didapatkan hasil akhir titrasi
dengan endapan berwarna merah bata karena konsentrasi yang terlalu tinggi
dengan tereaksi 19,5 ml AgNO 3 pada larutan garam dapur sedangkan pada
hasil kedua dan ketiga dihasilkan endapan putih dengan 18 ml pada titrasi
kedua dan 15,9 ml pada titrasi ketiga, endapan putih ini membuktikan
kestabilan reaksi dan konsentrasi pada titik akhir titrasi, dengan titrasi
argentometri yang telah praktikan lakukan saat berlangsungnya praktikum
dipeloreh kandungan klorida pada garam dapur 3,94 %.

Você também pode gostar