Você está na página 1de 4

Agen kimia dapat berupa alami atau sintetik.

Bahan kimia sintetik dikategorikan ke dalam


beberapa kelas-biasanya terkait dengan kegiatan atau termasuk paparan zat farmasi, bahan
tambahan makanan, pestisida, bahan kimia industri, dan bahan kimia dalam negeri. Bahan kimia
alami meliputi berbagai zat yang biasanya ditemukan di lingkungan, seperti arsenik, timbal dan
biologi berasal dari tumbuhan, hewan atau racun mikrobiologi . Contoh racun tanaman
alkaloid pyrrolizidine
dihasilkan dari berbagai spesies seperti
komprei
,
glikosida
jantung pada oleander dan morfin dalam tanaman opium. Contoh racun hewan adalah racun-
racun yang dihasilkan oleh berbagai spesies hewan darat dan laut, seperti platypuses, ular, laba-
laba, lebah dan ikan batu.
Botulinum toksin
dan
enterotoksin stafilokokal
adalah contoh dari racun mikroba, sedangkan aflatoksin adalah contoh dari racun jamur.
P r a - K o n d is i U n tu k E f e k Tok s ik
Untuk mengerahkan efek toksik, agen harus dapat mencapai jaringan rentan, organ, sel, atau
kompartemen selular sub atau struktur dalam konsentrasi yang cukup pada waktu yang memadai
pula. Artinya, suatu paparan atau dosis yang tepat diperlukan. Dosis kecil alkohol tidak akan ada
pengaruhnya, tetapi dosis besar selama waktu yang lama dapat mempengaruhi organ rentan
seperti hati dan akhirnya menyebabkan sirosis. Dosis optimal dari parasetamol akan
menghilangkan rasa sakit, tetapi dosis yang melebihi jumlah ini dapat menyebabkan kerusakan
hati. Di sisi lain, jumlah yang jauh lebih rendah daripada dosis yang optimal tidak akan
memberikan berpengaruh sama sekali.
SASARAN ORGAN

Kepekaan Organ
Neuron dan otot jantung sangat bergantung pada adenosis trifosfat (ATP), yang dihasilkan oleh
oksidasi mitokondria; kapasitasnya dalam metabolisme anaerobik juga kecil, dan ion bergerak
dengan cepat melalui membran sel. Maka jaringan itu sangat peka terhadap kekurangan oksigen
yang timbul karena gangguan sistem pembuluh darah atau hemoglobin (misalnya, keracunan
CO). Sel-sel yang membelah cepat, seperti sel-sel di sumsum tulang dan mukosa usus, sangat
peka terhadap racun yang mempengaruhi pembelahan sel.

Penyebaran
Saluran napas dan kulit merupakan organ sasaran bagi toksikan yang berasal dari industri dan
lingkungan karena di sinilah terjadi penyerapan. Berdasarkan satuan berat, volume darah di hati
dan ginjal paling tinggi. Akibatnya mereka paling banyak terpajan toksikan. Lagi pula, fungsi
metabolisme dan ekskresi pada kedua organ ini lebih besar, sehingga keduanya lebih peka
terhadap toksikan.

Ambilan Selektif
Beberapa sel tertentu mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat kimia tertentu. Contohnya,
pada saluran napas, sel-sel epitel alveolus tipe I dan II yang mempunyai sistem ambilan aktif
untuk poliamin endogen, akan menyerap parakuat, yang struktur kimianya mirip. Proses ini
dapat menyebabkan kerusakan jaringan alveoli walaupun parakuat masuk secara oral.

Biotransformasi
Akibat bioaktivasi, terbentuk metabolit yang reaktif. Proses ini biasanya membuat sel-sel di
dekatnya menjadi lebih rentan. Karena merupakan tempat utama biotransformasi, hati rentan
terhadap pengaruh bermacam-macam toksikan. Untuk beberapa toksikan, bioaktivasi pada
tempat-tempat tertentu mempengaruhi efeknya. Contohnya, berbagai insektisida organofosfat,
seperti paration. Mereka terutama mengalami bioaktivasi di hati, namun banyaknya enzim
detoksikasi di tempat itu serta banyaknya tempat pengikatan yang reaktif, mencegah munculnya
tanda-tanda keracunan yang nyata. Di sisi lain, jaringan otak memiliki enzim-enzim bioaktivasi
yang jauh lebih sedikit, akan tetapi karena bioaktivasi tersebut terjadi di dekat tempat sasaran
yang kritis, yakni sinaps, manifestasi toksik yang paling menonjol dalam kelompok toksikan ini
tampak pada sistem saraf.

Mekanisme pemulihan
Suatu toksikan dapat mempengaruhi organ tertentu akibat tidak adanya mekanisme pemulihan.
Contohnya MNU menyebabkan berbagai tumor pada tikus terutama di otak, kadang-kadang di
ginjal, tetapi tidak di hati.

E.

NILAI AMBANG EKSPOSUR


Eksposur bisa dikatakan akut, kronis, sub akut dan sub kronis. Tingkatan akut mengacu pada
eksposur tunggal, seperti overdosis obat kronis yang sementara berlaku paparan untuk eksposur
yang berulang-ulang selama jangka waktu lama (lebih dari tiga bulan). Sub akut berlaku untuk
paparan berulang (sampai satu bulan), dan kronis sub selama periode antara (yaitu, satu sampai
tiga bulan). Contoh:
BAB III PENUTUP A.

KESIMPULAN
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu semua subtansi
yang digunakan dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk sampingan yang masuk ke
lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan pengaruh negatif bagi manusia.
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif
tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.
B.

SARAN

Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para mahasiswa
khususnya pengetahuan mengenai Toksikologi

Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.


A.

DAFTAR RUJUKAN
Loomis, T.A. 1978.
Toksikologi Dasar, Donatus, A. (terj.).
Semarang: IKIP Semarang Press B, Immaduddin. 2008.
Bahan Kimia Beracun atau Toksik.
Diakses 24 Oktober 2013 (http://imadanalyzeartikelkesehatan.blogspot.com/2008/07/bahan-
kimia- beracun-atau-toksik.html) Rimantho. 2012
. Konsep Dasar Toksikologi
. Diakses 24 Oktober (http://bushido02.wordpress.com/2012/01/23/konsep-dasar-toksikologi-2/)
Saintzz Brogethz, Yudi. 2011.
Definisi Keracunan
. Diakses 23 Oktober 2013 (http://www.scribd.com/doc/49637307/Definisi-Keracunan)
Wikipedia. Diakses 23 Oktober 2013 (http://id.wikipedia.org/wiki/Racun) Prismasari, Septika.
2012.
Klasifikasi Keracunan
. Diakses 24 Oktober 2013 (http://id.scribd.com/doc/88461728/Klasifikasi-keracunan)

Wikipedia. 2013.
Toksikologi
.

Diakses 23 Oktober 2013 (http://id.wikipedia.org/wiki/Toksikologi) Yasmina, Alfi. 2011.


Toksikologi
. Diakses 23 Oktober 2013 (http://farmakologi.files.wordpress.com/2011/02/toksikologi.pdf)
Zainal Azman Wan Abdullah, Wan. 1995.
Racun Organoklorin Bahayakan Kesihatan.
Diakses 26 November 2013 (http://www.prn.usm.my/bulletin_articles_racun.php?Id=25)

Você também pode gostar